Sunteți pe pagina 1din 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit Anemia atau kurang darah adalah suatu kondisi di mana
jumlah sel darah merah (Hemoglobin) dalam sel darah merah berada di bawah
normal. Hemoglobin yang terkandung di dalam Sel darah merah berperan
dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh
bagian tubuh. Seorang pasien dikatakan anemia apabila konsentrasi
Hemoglobin (Hb) pada laki-laki kurang dari 13,5 G/DL dan Hematokrit
kurang dari 41%, Pada perempuan konsentrasi Hemoglobin kurang dari 11,5
G/DL atau Hematocrit kurang dari 36%.
Anemia ( bahasa Yunani) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin (proteinpembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal.Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan
membran mucosa pucat, dan pada test laboratorium didapatkan Hitung
Hemoglobin(Hb), Hematokrit(Hm), dan eritrosit kurang dari normal.
Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah
menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang
optimal.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat
mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh . keadaan ini
sering menyebabkan energi dalam tubuh menjadi menurun sehingga terjadi 5L
atau lemah, lesu, lemas, lunglai, dan letih. Dalam hal ini orang yang terkena
anemia adalah orang yang menderita kekurangan zat besi. Seseorang yang
menderita anemia akan sering mengalami keadaan pusing yang sedang hingga
berat dikarenakan Meningkatnya penghancuran sel darah merah, Pembesaran
limpa, Kerusakan mekanik pada sel darah merah, Reaksi autoimun terhadap
sel darah merah : Hemoglobinuria nokturnal paroksismal, Sferositosis

1 1
herediter, Elliptositosis herediter. Seseorang yang sering mengalami anemia di
sebabkan karena pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini,
bervariasi.
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan
kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan
stroke atau serangan jantung.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu darah dan fungsinya ?
2. Bagaimana konsep dasar penyakit anemia ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada anemia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu darah dan fungsinya
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar penyakit anemia
3. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anemia

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Darah dan Fungsinya
1. Definisi darah
Darah adalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi
berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan
juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
2. Komposisi
Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45%
Korpuskuler (bagian padat darah).

a. Plasma Darah (Bagian Cair Darah)


Plasma darah merupakan cairan darah yang berfungsi untuk
mengangkut dan mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh bagian
tubuh manusia, dan mengangkut zat sisa metabolisme dari sel-sel
tubuh atau dari seluruh jaringan tubuh ke organ pengeluaran.
b. Korpuskuler (Bagian Padat Darah)
Korpuskuler terdiri dari tiga bagian:
1) Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari
bahasa Yunani yaitu, erythos yang berarti merah dan kytos yang
berarti selubung/sel. Eritrosit merupakan bagian sel darah yang
mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah biomolekul
yang mengikat oksigen. Sedangkan darah yang berwarna merah

3 3
cerah dipengaruhi oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada
saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan
oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida. Jumlah hemoglobin
pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 100 cc darah.
Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%. Sel darah
merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam
amino dan memerlukan pula zat besi, sehinnga diperlukan diet
seimbang zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini
bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel
darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini
disebut animea, yang biasanya disebabkan oleh pendarahan hebat,
penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit
terganggu.
Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf atau
berbentuk piringan pipih seperti donat. Kepingan eritrosit
manusia memiliki diameter sekitar 6-8 µm dan tebalnya sekitar 2
µm, eritrosit termasuk sel paling kecil daripada sel-sel lainnya
yang terdapat pada tubuh manusia. Jumlah sel darah merah adalah
jumlah yang paling banyak dibandingkan jumlah sel darah
lainnya. Secara normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa
terdapat 25 trilliun sel darah merah atau setiap satu milimeter
kubik (1 mm3) darah trdapat 5 juta sel darah merah. Pada
perempuan dewasa, jumlah sel darah merah per miliketer
kubiknya sebanyak 4,5 juta.
Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari.
Proses dimana eritrosit diproduksi dimaksud eritropoiesies. Sel
darah merah yang rusak akhirnya akan pecah menjadi partikel-
partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang
rusak dihancurkan oleh limpa dan yang lolos akan dihancurkan
oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin
yang kemudian diangkut oleh darah ke sumsum merah tulang
untuk membentuk sel darah merah yang baru. Sumsum merah

4
tulang memproduksi eritrosit, dengan laju produksi sekitar 2 juta
eritrosit per detik. Produksi dapat distimulasi oleh hormon
eritoprotein (EPO) yang disintesa ginjal. Hormon ini sering
digunakan para atlet dalam suatu pertandingan sebagai doping.
Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang
belakang, sel yang berkembang ini dinamakan retikulosit dan
jumlahnya sekitar 1% dari semua darah yang beredar.
2) Sel Darah Putih (Leukosit)
Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel
darah merah. Namun jumlah sel darah putih jauh lebih sedikit
daripada sel darah merah. Pada orang dewasa setiap 1 mm3 darah
terdapat 6.000-9.000 sel darah putih. Tidak seperti sel darah
merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel
darah putih bisa bergerak seperti Amoeba dan dapat menembus
dinding kapiler. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum merah,
kelenjar limfa, dan limpa (kura).
Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak
berwarna (bening), bentuk tidak tetap (ameboid), berinti, dan
ukurannya lebih besar daripada sel darah merah.
3) Keping Darah (Trombosit)
Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah
memiliki ukuran yang paling kecil, bentuknya tidak teratur, dan
tidak memiliki inti sel. Keping darah dibuat di dalam sumsum
merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang pendek. Setiap
1 mm3 darah terdapat 200.000 – 300.000 butir keping darah.
Trombosit yang lebih dari 300.000 disebut
trombositosis, sedangkan apabila kurang dari 200.000
disebut trombositopenia. Trombosit hanya mampu bertahan 8
hari. Meskipun demikian trombosit mempunyai peranan yang
sangat penting dalam proses pembekuan darah.
Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut
akan menjadi kasar. Jika trombosit menyentuh permukaan luka

5
yang kasar, maka trombosit akan pecah. Pecahnya trombosit akan
menyebabkan keluarnya enzim trombokinase yang terkandung di
dalamnya. Enzim trombokinase dengan bantuan mineral kalsium
(Ca) dan vitamin K yang terdapat di dalam tubuh dapat mengubah
protombin menjadi trombin. Selanjutnya, trombin merangsang
fibrinogen untuk membuat fibrin atau benang-benag. Benang-
benang fibrin segera membentuk anyaman untuk menutup luka
sehingga darah tidak keluar lagi.
3. Fungsi Darah
Darah memiliki bagian yang cair (plasma darah) dan bagian yang
padat (sel darah). Bagian – bagian tersebut memiliki fungsi tertentu dalam
tubuh. Secara garis besar, fungsi utama darah adalah sebagai berikut:
a. Alat pengangkut zat-zat dalam tubuh, seperti sari-sari makanan,
oksigen, zat-zat sisa metabolisme, hormon, dan air.
b. Menjaga suhu tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ tubuh
yang aktif ke organ tubuh yang kurang aktif sehingga suhu tubuh tetap
stabil, yaitu berkisar antara 36 – 37oC.
c. Membunuh bibit penyakit atau zat asing yang terdapat dalam tubuh
oleh sel darah putih.
d. Pembekuan darah yang dilakukan oleh keping darah (trombosit).
B. Konsep dasar penyakit anemia
1. Definisi
Anemia adalahgejaladarikondisi yang mendasari,
sepertikehilangankomponendarah, elementakadekuatataukurangnyanutrisi
yang dibutuhkanuntukpembentukanseldarahmerah, yang
mengakibatkanpenurunankapasitaspengangkutoksigendarah (Doenges,
1999).
Anemia adalah suatu penurunan dari normal terhadap eritrosit,
jumlah haemoglobin dan hematokrit yang disebabkan oleh perdarahan,
berkurangnya produksi eritrosit atau peningkatan penghancuran sel darah
merah. (Sharon Mantik Lewis, 2000, hal. 736).

6
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya jumlah sel
darah merah dan kadar Hb dan Ht di bawah normal. (Brunner & Suddarth,
2000).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin atau
jumlah eritrosit lebih rendah dari keadaan normal yaitu bila Hb berkurang
dari 14 g/dl dan hematokrit kurang dari 41% pada pria atau Hb kurang
dari 12 g/dl dan hematokrit kurang dari 37% pada wanita. (Kapita Selekta
Kedokteran, 2000, hal. 547).
Anemia adalahistilah yang
menunjukanrendahnyahitunganseldarahmerahdankadar hemoglobin
danhematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 ).
Anemia adalahberkurangnyahingga di bawahnilai normal
seldarahmerah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 ).
2. Etiologi
Penyebab anemia antara lain :
 Perdarahan
 Kekurangan gizi seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat
 Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, bronkietasis, empiema
 Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.
3. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum
tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal
atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system
fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan

7
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk
dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai
rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi
darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika
suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri
dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan
seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau
sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

Perdarahan masif Kurang bahan Penghancuran Terhentinya


baku pembuat eritrosit yang pembuatan sel
sel darah berlebihan darah oleh sum-
sum tulang

Anemia

Anoreksia Resiko Gg nutrisi Kadar HB


kurang dari
kebutuhan
Komparten sel
Lemas
penghantar oksigen/ zat
nutrisi ke sel <

Cepat lelah
Gg perfusi jaringan

Intoleransi
aktifitas

8
4. Klasifikasi
 Klasifikasi Derajat Anemia Menurut WHO yang dikutip dalam buku
Handayani W, dan Haribowo A S, (2008) :
1) Ringan sekali Hb 10,00 gr% -13,00 gr%
2) Ringan Hb 8,00 gr% -9,90 gr%
3) Sedang Hb 6,00 gr% -7,90 gr%
4) Berat Hb < 6,00 gr%
 Klasifikasi anemia menurut Setiawan Y (2006), anemia dapat dibagi
menjadi :
1) Anemia Zat Besi
Anemia yang paling sering ialah anemia akibat kekurangan
zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya
unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan
penggunaan terlalu banyaknya zat besi.
Anemia karena kekurangan zat besi adalah suatu keadaan
dimana jumlah sel darah merah ataun hemoglobin (protein
pengangkut oksigen) dalam sel darah berada dibawah normal,
yang disebabkan karena kekurangan zat besi.
Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan darah
merah. Yang paling penting adalah zat besi, vitamin B12 dan asam
folat; tetapi tubuh juga memerlukan sejumlah kecil vitamin C,
ribokflavin dan tembaga serta keseimbangan hormone, terutama
eritropoietin (hormone yang merangsang pembentukan sel darah
merah).
Tanpa zat gizi dan hormone tersebut, pembentukan sel
darah akan berjalan lambat dan tidak mencukupi, dan sel biasanya
memiliki kelainan bentuk dan tidak mampu mengangkut oksigen
sebagimana mestinya .penyakit kronis juga bias menyebabkan
berkurangnya pembentukan sel darah merah
Asupan normal zat besi biasanya tidak dapat menggantikan
kehilangan zat besi karena pendarahan kronik dan tubuh hanya
memiliki sejumlah kecil cadangan zat besi. sebagai akibatnya,

9
kehilangan zat besi harus digantikan dengan tambahan zat besi.
Janin yang sedang berkembang menggunakan zat besi, karena itu
wanita hamil juga memerlukan tambahan zat besi.
Makanan rata-rata mengandung sekitar 6mgram zat besi
setiap 1000 kalori, sehingga rata-rata orang mengkonsumsi zat
besi sekitar 10-12 mgram/ hari. Sumber yang paling baik adalah
daging.
Serat sayuran, posfat, kulit padi (bekatul) dan antasid
dapat mengurangi penyerapan zat besi dengan cara mengikatnya.
Vitamin C merupakan satu-satunya unsure makanan yang dapat
meningkatkan penyerapan zat besi. Tubuh menyerap sekitar 1-2
mgram zat besidari makanan setiap harinya, yang secara kasar
sama dengan jumlah zat besi yang dibuang dari rubuh setiap
harinya
a. Penyebab
Tubuh mendaur ulang zat besi, yaitu ketika sel darah
merah mati, zat besi didalamnya dikembalikian ke sum-sum
tulang untuk digunakan kembali oleh sel darah merah yang
baru. Tubuh kehilangan sejumlah besar zat besi hanya ketika
sel darah merah hilang karena perdarahan dan menyebabkan
kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi merupakan salah
satu penyebab terbanyak dari anemia dan satu-satunya
penyebab kekurangan zat besi pada dewasa adalah perdarahan.
Makanan yang mengandung sedikit zat besi bisa
menyebabkan kekurangan pada bayi dan anak keci, yang
memerlukan lebih banyak zat besi untuk pertumbuhannya.
Pada pria dan wanita paska menopaus, kekurangan zat besi
biasanya menunjukan adanya perdarahan pada saluran
pencernaan. Pada wanita pre menopause, kekurangan zat besi
bisa disebabkan oleh perdarahan menstruasi bulanan.
b. Gejala

10
Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas,
kurang tenaga dan gejala lainnya.
Kekurangan zat besi memiliki gejala tersendiri, diantaranya
adalah
 Pika : suatu keinginan memakan zat yang buakan zat
makanan seperti es batu, kotoran atau kanji
 Glositis : iritasi lidah
 Keilosis : bibir pecah-pecah
 Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya
seperti sendok.
c. Pengobatan
Langkah pertama adalah menentukan sumber dan
penghentian perdarahan, karena perdarahan merupakan
penyebab paling sering dari kekurangan zat besi.
Mungkin diperlukan obat-obatan atau pembedahan untuk:
- mengendalikan perdarahan menstruasi yang sangat banyak
- memperbaiki tukak yang mengalami perdarahan
- mengangkat polip dari usus besar
- mengatasi perdarahan dari ginjal
Biasanya juga diberikan tambahan zat besi. Sebagian
besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau
suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal
jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup
diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet
kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah
terbatas karena itu pemberian zat besi dealam dosis yang lebih
besaradalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan
gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hamper selalu
menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam. Dan ini adalah
efek samping yang normal dan tidak berbahaya.
Biasanya diperlukan waktu 3-6 minggu untuk
memperbaiki anemia karena kakurangan zat besi, meskipun

11
perdarahan telah berhenti. Jiika anemia sudah berhasil
diperbaiki, penderita harus melanjutkan minum tablet besi
selama 6 bulan untuk mengembalikan cadangan tubuh.
Pemeriksaan darah biasanya dilakukan secara rutin untuk
meyakinkan bahwa pasokan zat besi mencukupi dan
perdarahan telah berhenti.
Kadang zat besi harus diberikan melalui suntikan. Hal
ini dilakukan pada penderita yang tidak dapat mentoleransi
tablet besi atau penderita yang terus menerus kehilangan
sejumlah besar darah karena perdarahan yang berkelanjutan.
Waktu penyembuhan dari anemia yang diobatii dengan tablet
besi maupun suntikan adalah sama
d. Pencegahan
Lebih banyak mengkonsumsi daging, hati dan kuning
telur; juga tepung, roti dan gandum yang telah diperkaya
dengan zat besi. Jka makanan sehari-hari sedikit mengandung
zat besi, maka harus diberikan tablet besi.
2) Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik disebabkan karena defisiensi asam
folat. Asam folat adalah vitamin yang terdapat pada sayuran
mentah, buah segar, daging; tetapi proses memasak biasanya dapat
merusak viatmin ini. Karena tubuh hanya menyimpan asam folat
dalam jumlah kecil, maka suatu makanan yang sedikit
mengandung asam folat, akan menyebabkan kekurangan asam
folat dalam waktu beberapa bulan.
a. Penyebab
Kekurangan asam folat terjadi pada :
 Kekurangan asam folat lebih sering terjadi dunia Barat
dibandingkan dengan kekurangan vitamin B12, karena
disana orang tidak cukup memakan sayuran berdaun yang
mentah.

12
 Penderita penyakit usus halus tertentu, terutama penyakit
Crohn dan sprue, karena terjadi gangguan penyerapan
asam folat.
 Obat anti-kejang tertentu dan pil KB, karena mengurangi
penyerapan asam folat.
 Wanita hamil dan wanita menyusui, serta penderita
penyakit ginjal yang menjalani hemodialisa, karena
kebutuhan akan asam folat meningkat.
 Peminum alkohol, karena alkohol mempengaruhi
penyerapan dan metabolisme asam folat.
b. Gejala
Orang yang mengalami kekurangan asam folat akan
mengalami anemia. Pada bayi, tetapi bukan orang dewasa, bisa
memiliki kelainan neurologiss. Sedangkan kekurangan asam
folat pada wanita hamil bisa menyebabkan terjadinya cacat
tulang belakang (korda spinalis) dan kelainan bentuk lainnya
pada janin.
c. Pengobatan
Diberikan tablet asam folat 1 kali/hari. Penderita yang
mengalami gangguan penyerapan asam folat, harus
mengkonsumsi tablet asam folat sepanjang hidupnya.
d. Pencegahan
Menambah asupan makanan yang banyak mengandung asam
folat. Untuk mencegah kekurangan asam folat pada kehamilan,
maka wanita hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet
asam folat.
3) Anemia Aplastik
Anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum
diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan
obat-obatan.

13
a. Penyebab
Penyebab hampir sebagian besar kasus anemia aplastik bersifat
idiopatik dimana penyebabnya masih belum dapat dipastikan.
Namun ada faktor-faktor yang diduga dapat memicu terjadinya
penyakit anemia aplastik ini. Faktor-faktor penyebab yang
dimaksud antara lain:
1) Faktor genetik
Kelompok ini sering dinamakan anemia aplastik
konstitusional dan sebagian besar diturunkan menurut
hukum Mendel meliputi :
o Anemia fanconi
o Diskeratosis bawaan
o Anemia aplastik konstitusional tanpa kelainan kulit
atau tulang
o Sindrom aplastik parsial
o Sindrom Pearson
o Sindrom Dubowitz dan lain-lain.
Diduga penyakit-penyakit ini memiliki kaitan
dengan kegagalan sumsum tulang yang mengakibatkan
terjadinya pansitopenia (defisit sel darah). Menurut sumber
referensi yang lain, penyakit-penyakit yang baru saja
disebutkan merupakan bentuk lain dari anemia.
2) Zat Kimia
Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar
hipersensitivitas atau dosis obat berlebihan. Zat-zat kimia
yang sering menjadi penyebab anemia aplastik misalnya
benzen, arsen, insektisida, dan lain-lain. Zat-zat kimia
tersebut biasanya terhirup ataupun terkena (secara kontak
kulit) pada seseorang.
3) Obat-obatan
Obat seperti kloramfenikol diduga dapat
menyebabkan anemia aplastik. Misalnya pemberian

14
kloramfenikol pada bayi sejak berumur 2 – 3 bulan akan
menyebabkan anemia aplastik setelah berumur 6 tahun.
America Medical Association juga telah membuat daftar
obat-obat yang dapat menimbulkan anemia aplastik. Obat-
obat yang dimaksud antara lain: Azathioprine,
Karbamazepine, Inhibitor carbonic anhydrase,
Kloramfenikol, Ethosuksimide, Indomethasin,
Imunoglobulin limfosit, Penisilamine, Probenesid,
Quinacrine, Obat-obat sulfonamide, Sulfonilurea, Obat-
obat thiazide, Trimethadione. Pengaruhobat-
obatpadasumsumtulangdidugasebagaiberikut :
 Penekananbergantungdosisobat, reversible
dandapatdidugasebelumnya (obat-obat anti tumor)
 Penekanan bergantung dosis, reversible, tetapi tidak
dapat diduga sebelumnya.
 Penekanantidakbergantungdosisobat (idiosinkrasi)
4) Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anemia aplastik
sementara atau permanen. Infeksi virus temasuk EBV,
sitomegalovirus, herpes varisela zoster dan virus hepatitis.
5) Radiasi
Radiasi juga dianggap sebagai penyebab anemia
aplastik ini karena dapat mengakibatkan kerusakan pada
sel induk ataupun menyebabkan kerusakan pada
lingkungan sel induk. Contoh radiasi yang dimaksud antara
lain pajanan sinar X yang berlebihan ataupun jatuhan
radioaktif (misalnya dari ledakan bom nuklir). Paparan
oleh radiasi berenergi tinggi ataupun sedang yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kegagalan sumsum
tulang akut dan kronis maupun anemia aplastik.

15
6) Kelainan imunologik
Zat anti terhadap sel-sel hemopoetik dan lingkungan
mikro dapat menyebabkan anemia aplastik.
b. Gejala
Awitan anemia aplastik biasanya khas yaitu bertahap
ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak napas pada saat latihan,
dan manifestasi anemia lainnya. Apabila granulosit juga
terlibat, pasien biasanya mengalami demam, faringitis akut,
atau berbagai bentuk lain sepsis dan perdarahan. Tanda fisik
selain pucat dan perdarahan kulit, biasanya tidak jelas.
Pemeriksaan hitung darah menunjukkan adanya defisiensi
berbagai jenis sel darah (pansitopenia). Sel darah merah
normositik dan normokromik artinya ukuran dan warnanya
normal. Sering, pasien tidak mempunyai temuan fisik yang
khas : adenopati (pembesaran kelenjar)
danhepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa).
c. Penatalaksanaan pengobatan
Dua metode penanganan yang saat ini sering dilakukan yaitu :
1) Transplantasi sum – sum tulang
Transplantasi sumsum tulang ini dapat dilakukan
pada pasien anemia aplastik jika memiliki donor yang
cocok HLA-nya (misalnya saudara kembar ataupun
saudara kandung). Terapi ini sangat baik pada pasien yang
masih anak-anak.
Transplantasi sumsum tulang ini dapat mencapai
angka keberhasilan lebih dari 80% jika memiliki donor
yang HLA-nya cocok. Namun angka ini dapat menurun
bila pasien yang mendapat terapi semakin tua. Artinya,
semakin meningkat umur, makin meningkat pula reaksi
penolakan sumsum tulang donor. Kondisi ini biasa disebut
GVHD atau graft-versus-host disease. Kondisi pasien akan
semakin memburuk. Dilakukan untuk memberikan

16
persediaan jaringan hematopoesis yang masih dapat
berfungsi. Agar transplantasi dapat berhasil, diperlukan
kemampuan menyesuaikan sel donor dan resipien serta
mencegah komplikasi selama masa penyembuhan.
2) Terapi imuunosupresif
Terapi imunosupresif dapat dijadikan pilihan bagi
mereka yang menderita anemia aplastik. Terapi ini
dilakukan dengan konsumsi obat-obatan. Obat-obat yang
termasuk terapi imunosupresif ini antara lain
antithymocyte globulin (ATG) atau antilymphocyte
globulin (ALG), siklosporin A (CsA) dan Oxymethalone.
Oxymethalon juga memiliki efek samping diantaranya,
retensi garam dan kerusakan hati. Orang dewasa yang tidak
mungkin lagi melakukan terapi transplantasi sumsum
tulang, dapat melakukan terapi imunosupresif ini. Dengan
ATG diberikan untuk menghentikan fungsi imunologis
yang memperpanjang aplasia sehingga memungkinkan
sum – sum tulang mengalami penyembuhan. ATG
diberikan setiap hari melalui kateter vena sentral selama 7
sampai 10 hari. Pasien yang berespon terhadap terapi
biasanya akan sembuh dalam beberapa minggu sampai 3
bulan, tetapi respon dapat lambat sampai 6 bulan setelah
penanganan. Pasien yang mengalami anemia berat dan
ditangani secara awal selama perjalanan penyakitnya
mempunyai kesempatan terbaik berespon terhadap ATG.
3) Terapi suportif
Berperan sangat penting dalam penatalaksanaan
anemia aplastik. Setiap bahan penyebab harus dihentikan.
Pasien disokong dengan transfusi sel darah merah dan
trombosit secukupnya untuk mengatasi gejala. Selanjutnya
pasien tersebut akan mengembangkan antibodi terhadap
antigen sel darah merah minor dan antigen trombosit,

17
sehingga transfusi tidak lagi mampu menaikkan jumlah sel.
Kematian biasanya disebabkan oleh perdarahan atau
infeksi, meskipun antibiotik khusunya yang aktif terhadap
basil gram negatif, telah mengalami kemajuan besar pada
pasien ini.
Pasien dengan lekopenia yang jelas ( penurunan
abnormal sel darah putih) harus dilindungi terhadap kontak
dengan orang lain yang mengalami infeksi. Antibiotik
tidak boleh diberikan secara profilaksis pada pasien dengan
kadar netrofil rendah dan abnormal ( netropenia ) karena
antibiotik dapat mengakibatkan kegawatan akibat resistensi
bakteri dan jamur.
d. Penatalaksanaan pencegahan
Pencegahan pengobatan yang mengakibatkan anemia
aplastik sangat penting. Karena tidak mungkin meramalkan
pasien mana yang akan mengalami reaksi samping terhadap
bahan tertentu, obat yang potensial toksik hanya boleh
digunakan apabila terapi alternatif tidak tersedia. Pasien yang
minum obat toksik dalam jangka waktu lama harus memahami
pentingnya pemeriksaan darah secara periodik dan mengerti
gejala apa yang harus dilaporkan.
Tindakan pencegahan dapat mencakup linkungan yang
dilindungi dan higiene yang baik. Pada perdarahan dan / atau
infeksi perlu dilakukan terapi komponen darah yaitu sel darah
merah, granulosit, trombosit dan antibiotik. Agen – agen
perangsang sum-sum tulang seperti androgen diduga
menimbulkan eritropoesis. Penderita anemia aplastik kronik
dapat menyesuaikan diri dengan baik dan dapat dipertahankan
pada Hb antara 8 dan 9 g dengan transfusi darah yang periodik
4) Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang terjadi karena
meningkatnya penghancuran sel darah merah, yaitu penyakit

18
malaria. Dalam keadaan normal sel darah merah mempunyai
waktu hidup 120 hari. Jika menjadi tua, sel pemakan dalam sum-
sum tulang, limpa dan hati dapat mengetahui dan merusaknya.
Jika suatu penyakit menghancurkan sel darah merah
sebelum waktunya (hemolisis), sum-sum tulang berusaha
menggantinya dengan mempercepat pembentukan sel darah merah
yang baru, sampai 10 kali kecepatan normal. Jika penghancuran
sel darah merah melebihi pembentukannya, maka akan terjadi
anemia hemolitik.
a. Penyebab
Sejumlah factor dapat meningkatkan penghancuran sel darah
merah:
- Pembesaran limpa (splenomegali)
- Sumbatan dalam pembuluh darah
- Antibody bisa terikat pada sel darah merah dan
menyebabkan system kekebalan menghancurkannya dalam
suatu reaksi autoimun
- Kadang sel darah merah hancur karena adanya kelainan
dalam sel itu sendiri (misalnya kelainan bentuk dan
permukaan, kelainan fungsi atau kelainan kandungan
hemoglobin)
- Penyakit tertentu (misalnya lupus eritematosus sistemikdan
kanker tertentu, terutama limfoma)
- Obat-obatan (misalnya, metildopa, depson dan golongan
sulfa)
b. Gejala
Gejala dari anemia hemolitik mirip mirip dengan anemia
yang lainnya. Kadang-kadang hemolisis terjadi secara tiba-tiba
dan berat, menyebabkan krisis hemolitik, yang ditandai
dengan:
- Demam
- Menggigil

19
- Nyeri punggung dan nyeri lambung
- Perasaan melayang
- Penurunan tekanan darah yang berarti
Sakit kuning (jaundice) dan air kemih berwarna gelap
bisa terjadi karena bagian dari sel darah merah yang hancur
masuk ke dalam darah. Limpa membesae karena menyaring
sejumlah besar sel darah merah yang hancur, kadang
menyebabkan nyeri perut. Hemolisis yang berkelajutan bisa
menyebabkan batu empedu yang berpigmen, dimana batu
empedu berwarna gelap yang berasal dari pecahan sel darah
merah.
 Anemia Lain
Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut
Manuaba (2007), adalah :
1) Tidak anemia : Hb 11,00 gr%
2) Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 gr%
3) Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 gr%
4) Anemia berat : Hb < 7,00 gr%
5. Manifestasi klinis
a. Tanda-tanda umum anemia:
 Pucat
 Pusing
 Lesu
 Aktivas kurang
 Rasa mengantuk
 Susah konsentrasi
 Cepat lelah
 Mudah berkunang-kunang
 Takicardi
b. Manifestasi khusus pada anemia:
1) Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi
bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.

20
2) Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak
tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi,
murmur sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat
bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering
berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak
sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan
dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik
yang fungsional.
6. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 1 2 – 1 4 g/dl )
b. Kadar Ht menurun ( normal 37% – 41 %)
c. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi.
e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada
anemia aplastik).
7. Penatalaksanaan
a. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma
ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan
infus IV apa saja.
b. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg
BB/hari. Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.
c. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah,
pengobatan infeksi sekunder, makanan dan istirahat.
8. Pengobatan
Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:
 Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan
suplemen zat besi, yang mungkin Anda harus minum selama beberapa
bulan atau lebih. Jika penyebab kekurangan zat besi kehilangan darah
- selain dari haid - sumber perdarahan harus diketahui dan dihentikan.
Hal ini mungkin melibatkan operasi.

21
 Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan
suntikan - yang seringkali suntikan seumur hidup - vitamin B-12.
Anemia karena kekurangan asam folat diobati dengan suplemen asam
folat.
 Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia
jenis ini. Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu
jenis anemia ini . Namun, jika gejala menjadi parah, transfusi darah
atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang biasanya dihasilkan
oleh ginjal, dapat membantu merangsang produksi sel darah merah
dan mengurangi kelelahan.
 Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup
transfusi darah untuk meningkatkan kadar sel darah merah. Anda
mungkin memerlukan transplantasi sumsum tulang jika sumsum
tulang Anda berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah sehat.
Anda mungkin perlu obat penekan kekebalan tubuh untuk mengurangi
sistem kekebalan tubuh Anda dan memberikan kesempatan sumsum
tulang ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi lagi.
 Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai
penyakit dapat berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi
untuk transplantasi sumsum tulang.
 Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk
menghindari obat-obatan tertentu, mengobati infeksi terkait dan
menggunakan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan Anda,
yang dapat menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan singkat
dengan steroid, obat penekan kekebalan atau gamma globulin dapat
membantu menekan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel darah
merah.
9. Pencegahan
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat
membantu menghindari anemia kekurangan zat besi dan anemia
kekurangan vitamin dengan makan yang sehat, variasi makanan, termasuk:

22
a. Besi. Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya.
Makanan lain yang kaya zat besi, termasuk kacang-kacangan, lentil,
sereal kaya zat besi, sayuran berdaun hijau tua, buah kering, selai
kacang dan kacang-kacangan.
b. Folat. Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di
jus jeruk dan buah-buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua,
kacang polong dan dibentengi roti, sereal dan pasta.
c. Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.
d. Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk,
melon dan beri, membantu meningkatkan penyerapan zat besi.
Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting
bagi orang-orang yang memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-
anak - besi yang diperlukan selama ledakan pertumbuhan - dan perempuan
hamil dan menstruasi.
C. Asuhan Keperawatan Anemia
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan
produktivitas; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap
latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau
istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada
sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Tubuh tidak
tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-
tanda lain yang menunujukkan keletihan.
b. Sirkulasi
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan
nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG,
depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T;
takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas
(warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat

23
dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau
putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan
aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah
patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering,
mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas ego
Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : Depresi.
d. Eleminasi
Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom
malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah
liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat
dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit :
buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan
glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir
dengan sudut mulut pecah. (DB).
f. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan
bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ;
parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.

24
Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.
Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik :
hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-
lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa
getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
h. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat
terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.
Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan
panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam,
limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
2. Diagnosa Keperawatan
 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen/nutrisi ke sel.
Ditandai dengan :Palpitasi : kulit pucat, membrane mukosa kering,
kuku dan rambut rapuh, perubahan tekanan darah.
 Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
oksigen
Ditandai dengan : kelemahan dan kelelahan, Mengeluh penurunan
aktifitas/latihan,lebih banyak memerlukan istirahat/ tidur
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan kegagalan
untuk mencerna, absorbsi makanan.

25
Ditandai dengan : Penurunan berat badan normal, penurunan turgor
kulit, perubahan mukosa mulut, nafsu makan menurun, mual,
kehilangan tonus otot
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan kriteria hasil
1. Gangguan Setelah 1) Awasi tanda 1) memberikan
perfusi diberikan vital kaji, informasi
jaringan asuhan pengisian tentang
berhubungan keperawatan kapiler, derajat/keade
dengan diharapan warna kuatan
penurunan terjadinya kulit/membr perfusi
suplai peningkatan ane mukosa, jaringan dan
oksigen/nutris perfusi dasar kuku membantu
i ke sel. jaringan 2) Tinggikan menetukan
Kriteria hasil : kepala kebutuhan
o Menunjukk tempat tidur intervensi
an perfusi sesuai 2) meningkatka
adekuat, toleransi n ekspansi
misalnya 3) Awasi upaya paru dan
tanda vital pernapasan ; memaksimal
stabil. auskultasi kan
bunyi napas oksigenasi
perhatikan untuk
bunyi kebutuhan
adventisius seluler.
4) Selidiki Catatan :
keluhan kontraindika
nyeri si bila ada
dada/palpita hipotensi
si 3) dispnea,
5) Hindari gemericik

26
penggunaan menununjuk
botol kan
penghangat gangguan
atau botol jajntung
air panas. karena
Ukur suhu regangan
air mandi jantung
dengan lama/pening
thermometer katan
6) Kolaborasi kompensasi
pengawasan curah
hasil jantung
pemeriksaan 4) iskemia
laboraturium seluler
. Berikan sel mempengaru
darah merah hi jaringan
lengkap/pac miokardial/
ked produk potensial
darah sesuai risiko infark
indikasi 5) termoresepto
7) Berikan r jaringan
oksigen dermal
tambahan dangkal
sesuai karena
indikasi gangguan
oksigen
6) mengidentifi
kasi
defisiensi
dan
kebutuhan
pengobatan

27
/respons
terhadap
terapi
7) memaksimal
kan transport
oksigen ke
jaringan
2. Intoleran Setelah 1) Kaji 1) Menunjukka
aktifitas diberikan kehilangan n perubahan
berhubungan asuhan atau neurology
dengan keperawatan gangguan karena
ketidakseimba diharapkan keseimbang defisiensi
ngan suplai dapat an, gaya jal vitamin B12
oksigen mempertahank an dan mempengaru

an/meningkatk kelemahan hi keamanan

an otot. pasien/risiko

ambulasi/aktivi 2) Observasi cedera

tas. tanda-tanda 2) manifestasi

Kriteria hasil : vital kardiopulmo


sebelum nal dari
o melaporkan dan sesudah upaya
peningkata aktivitas jantung dan
n toleransi 3) Berikan paru untuk
aktivitas lingkungan membawa
(termasuk tenang, jumlah
aktivitas batasi oksigen
sehari-hari) pengunjung adekuat ke
, dan jaringan
o menunjukk
kurangi 3) meningkatka
an
suara n istirahat
penurunan
bising, untuk
tanda
pertahankan menurunkan

28
intolerasi tirah baring kebutuhan
fisiologis, bila di oksigen
misalnya indikasikan. tubuh dan
nadi, 4) Gunakan menurunkan
pernapasan, teknik regangan
dan tekanan menghemat jantung dan
darah masih energi, paru
dalam anjurkan 4) meningkatka
rentang pasien n aktivitas
normal. istirahat secara
bila terjadi bertahap
kelelahan sampai
dan normal dan
kelemahan, memperbaiki
anjurkan tonus
pasien otot/stamina
melakukan tanpa
aktivitas kelemahan.
semampuny Meingkatkan
a (tanpa harga diri
memaksaka dan rasa
n diri). terkontrol
3. Perubahan Setelah 1) Kaji 1) mengidentif
nutrisi kurang diberikan riwayat ikasi
dari asuhan nutrisi, defisiensi,
kebutuhan keperawatan termasuk mengawasi
tubuh diharapan makan yang masukkan
berhubungan kebutuhan disukai kalori atau
dengan nutrisi 2) Observasi kualitas
kegagalan terpenuhi dan catat kekurangan
untuk dengan kriteria masukkan konsumsi
mencerna atau hasil : makanan makanan.

29
ketidak o menunujuk pasien 2) memudahk
mampuan kan 3) Timbang an
mencerna peningkata berat badan intervensi
makanan n/memperta setiap hari 3) mengawasi
/absorpsi hankan 4) Berikan penurunan
nutrient yang berat badan makan berat badan
diperlukan dengan sedikit atau
untuk nilai dengan efektivitas
pembentukan laboratoriu frekuensi intervensi
sel darah m normal. sering dan nutrisi
merah o Tidak atau makan 4) menurunka
mengalami diantara n
mal nutrisi waktu kelemahan,
o Menununju makan meningkatk
kkan 5) Observasi an
perilaku, dan catat pemasukka
perubahan kejadian n dan
pola hidup mual/munta mencegah
untuk h, flatus distensi
meningkatk dan dan gaster.
an dan atau gejala lain 5) gejala GI
mempertah yang dapat
ankan berat berhubunga menunjukk
badan yang n an efek
sesuai 6) Berikan dan anemia
Bantu (hipoksia)
hygiene pada organ
mulut yang 6) meningkatk
baik ; an nafsu
sebelum makan dan
dan sesudah pemasukka
makan, n oral.

30
gunakan Menurunka
sikat gigi n
halus untuk pertumbuha
penyikatan n bakteri,
yang meminimal
lembut. kan
Berikan kemungkin
pencuci an infeksi.
mulut yang Teknik
di encerkan perawatan
bila mukosa mulut
oral luka. khusus
7) Kolaborasi mungkin
pada ahli diperlukan
gizi untuk bila
rencana diet jaringan
8) Kolaborasi rapuh/luka/
; pantau perdarahan
hasil dan nyeri
pemeriksaa berat.
n 7) membantu
laboraturiu dalam
m rencana diet
9) Kolaborasi untuk
; berikan memenuhi
obat sesuai kebutuhan
indikasi individual
8) meningkata
kan
efektivitas
program
pengobatan,

31
termasuk
sumber diet
nutrisi yang
dibutuhkan
9) kebutuhan
penggantia
n
tergantung
pada tipe
anemia dan
atau
adanyan
masukkan
oral yang
buruk dan
defisiensi
yang
diidentifika
si

32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalahgejaladarikondisi yang mendasari,
sepertikehilangankomponendarah, elementakadekuatataukurangnyanutrisi
yang dibutuhkanuntukpembentukanseldarahmerah, yang
mengakibatkanpenurunankapasitaspengangkutoksigendarah. Dimana penyakit
anemia ini dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya yaitu karena
perdarahan, kekurangan vitamin B12 dan asam folat, karena penyakit kronik,
kegagalan sum-sum memproduksi sel darah merah dan lain-lain.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.

33 33
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawardani endah. 2010. Waspada penyakit darah mengintai anda :


Yogyakarta. Hanggar kreator

www.academia.edu.

http://kepacitan.files.wordpress.com/2011/06/askep-anemia.htrml

Nurarif amin huda,kusuma hardhi. 2016. asuhan perawatan praktis jilid 1.


Jogjakarta. mediaction.

34

S-ar putea să vă placă și