Sunteți pe pagina 1din 26

LAPORAN KASUS

Combustion
LUKA BAKAR

Oleh:
Noviyanti
H1A 014 059

Pembimbing:

dr. Irawanto RBS Sp FM, MHKes

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF ILMU FORENSIK MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RSUD PROVINSI NTB
MATARAM
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat -Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus yang berjudul “Combustio” ini disusun dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf RSUD
Provinsi NTB.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr Irawanto RBS Sp FM, MHKes selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan
pengetahuan khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan
praktek sehari-hari sebagai dokter. Terima kasih.
Mataram, 27 november 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar ................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 4
BAB II LAPORAN KASUS ............................................................................ 5
2.1 Identitas Korban................................................................................ 5
2.2 Uraian Singkat Kejadian ................................................................... 5
2.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................. 5
2.4 Deskripsi Luka dan Dokumentasi ..................................................... 6
2.5 Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 10
2.6 Diagnosis .......................................................................................... 10
2.7 Tatalaksana di IGD ........................................................................... 10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 11
3.1 Luka Bakar........................................................................................ 11
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 31
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar belakang
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau hilangnya lapisan kulit dan
lapisan di bawahnya yang disebabkan paparan sumber panas secara langsung
atau tidak langsung, frostbife (suhu dingin), aliran listrik, bahan kimia, dan radiasi.
Luka bakar tersebut merupakan jenis trauma yang mengakibatkan penderitaan yang
luar biasa bagi penderitanya. Trauma luka bakar berkaitan dengan terjadinya
kerusakan dan perubahan berbagai sistem tubuh,sehingga masalah yang harus
dihadapi menjadi sangat kompleks. Kelainan yang timbul tidak pada hal yang
tampak luar tetapi juga menyangkut kelainan yang melibatkan banyak organ yang
kadang kala sulit untuk dipantau dan diramalkan. Luka bakar berat dapat
menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.

Sekitar 2 juta orang menderita luka bakar di Amerika Serikat, tiap tahun,
dengan 100.000yang dirawat di rumah sakit dan 20.000 yang perlu dirawat dalam
pusat-pusat perawatan luka bakar. Insiden puncak luka bakar pada orang-orang
dewasa muda terdapat pada umur 20-29 tahun, diikuti oleh anak umur 9 tahun atau
lebih muda. Luka bakar jarang terjadi pada umur80 tahun ke atas. Penyebab luka
bakar di RSCM, api 56%, air mendidih 40%, listrik 3% dan bahan kimia
1%.Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang dapat
dipicu ataudiperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas
kompor rumahtangga, cairan dari tabung pemantik api. Selain api, dapat juga
disebabkan oleh air panas,listrik, frost bife (suhu dingin), bahan kimia (asam dan
basa), dan radiasi. Pusat-pusat perawatan di dekat perumahan penduduk atau
di dekat daerah industri minyak cenderung lebih sering menerima korban luka akibat
terbakar. Sementara pusat-pusat di tengah kotalebih banyak merawat cedera melepuh.
Cedera akibat listrik dapat timbul akibat kerja atautidak sengaja berkontak dengan
arus tegangan tinggi.Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga
menimbulkan efek sistemikyang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan
dengan derajat yang ditentukan olehkedalaman luka bakar. Beratnya luka tergantung
pada kedalaman, luas, dan letak luka. Selainitu, waktu atau lamanya terpapar, umur
dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya menjadifaktor yang sangat
mempengaruhi prognosis. Oleh karena itu diagnosis luka
bakar ditegakkan berdasarkan kedalaman, luas, penyebab dan lokasinya.
Penatalaksanaan luka bakar harus dievaluasi secara sistemik. Prioritas utama
adalahmempertahankan primary survey ( Airway, Breathing, Circulation,Disability,
Exposure). Kemudian pemberian resusitasi cairan dengan tujuan preservasi perfusi
yang adekuat danseimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga
iskemia jaringan tidakterjadi. Pemberian nutrisi secara enteral dilakukan sejak dini
dan pasien tidak perludipuasakan. Dapat juga dilakukan tindakan pembedahan pada
luka bakar, seperti eksisi dini (debridement ) dan skin grafting yang merupakan
metode penutupan luka sederhana. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita luka
bakar adalah syok, infarkmiokardium, atau emboli paru, disritmia jantung, gagal
ginjal, ulkus peptikum, dan kematian.Selain itu, komplikasi yang dapat juga terjadi
adalah kecacatan, kekakuan (kontraktur) dikemudian hari, dan trauma psikologis
yang dapat menyebabkan depresi serta keinginanuntuk bunuh diri.

1. Tujuan umum
Untuk dapat mengetahui aspek – aspek penting pada pengamatan forensic
klinis pada kasus luka bakar.

2. Tujuan khusus
a. Untuk bisa mendiskripsikan luka luka yang ada pada kasus luka bakar.
b. Untuk dapat menjelaskan dasar dasaar hokum jika adanya pelanggaran
hokum pada kondisi kasus luka bakar.
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1. IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn I
Usia : 15 tahun
Jenis kelamin : laki laki
Alamat : Jereweh, Sumbawa barat
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Status : Lajang
Pekerjaan : Pelajar
No. RM : 610097
MRS : 20 november 2018
Tanggal pemeriksaan : 20 november 2018

2.2. Uraian Singkat Kejadian


Pasien datang dengan rujukan dari RSUD Arsy-Syva. Keluhan berupa luka
bakar. Awal terjadi kejadian tersebut pada saat pasien selesai membersihkan kebun
saat hujan pasien hendak menghangatkan diri di kebun, dengan mencoba membakar
dedauanan, namun bahan bakar yang di gunakan berupa bensin alhasil api
menyambar membakar sebagian baju dan kulit pasien, kemudian pasien disiram air
oleh temannya. Pasien selanjutnya berguling di lumpur kemudian di bersihkan
dengan air sungai oleh temannya, keudian pasien di larikan ke puskesas terdekat dan
dirawat selamma 4 hari. Pasien diberikan terapi cairan dan 3 macam obat pasien tidak
mengingat jenis nama ataupun deskripsi gambaran obat yang di berikan. Kemudian
pasien pulang dan dirawat di rumah, luka sering dibersihkan oleh keluarganya dan
diberikan salep bioplacenton sejak pulang dari puskesman dan setelah seminggu
pasien kembali kontrol ke puskesmas dan di rujuk ke RS ASy – Syfa pada hari senin
pasien di rujuk ke RSUP NTB untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah
plastik. Pasien saat ini merasa nyeri pada daerah yang terbakar, pasien BAB
terganggu mengalami konstipasi sejak kejadian, BAK lancar.

2.3 Pemeriksaan Fisik


Kesadaran pasien berdasarkan skala koma glasgow (GCS) adalah lima belas
(E4V5M6), ukuran pupil tiga mm, refleks cahaya positif-positif (+/+), tekanan darah
pasien seratus satu per enam puluh millimeter per Sembilan puluh milieter air raksa,
denyut nadi sembilan puluh delapan kali per menit, suhu badan pasien tiga puluh
tujuh koma sembilan derajat celcius, pernafasan dua puluh delapan kali per menit.
Pada pemeriksaan luka bakar didapatkan tingkat keparahan luka bakar tujuh puluh
dua persen.
2.4. Deskripsi luka dan Dokumentasi
Ditemukan adanya luka pada:
1. Wajah
a. Regio luka : wajah
b. Koordinat luka : batas atas kurang lebih lima cm di atas alis sebelah kanan dan
berjarak empat sentimeter dari garis mendatar yang melewati kedua mata. Batas
samping kanan berjarak sekitar satu sentimeter dari telinga kanan. Batas
samping kiri berjarak sekitar tiga sentimeter dari telinga kiri. Batas bawah luka
sejajar dengan garis tubuh.
c. Jenis luka : luka bakar
d. Ukuran luka : 15 x 13 cm

Karakteristik luka : bentuk luka tidak beraturan, tepi luka beraturan dan berbatas
tegas, sudut luka tumpul, luka dasar berwarna putih dan terdapat sisi luka yang
berwarna kehitaman, teraba kasar, tidak ada tebing luka, tidak ada jembatan jaringan,
tidak terlihat tulang yang menonjol.
2. Tangan kiri
a. Regio luka : Tangan kiri
b. Koordinat luka : batas atas luka berjarak sekitar satu senitimeter dari puncak
bahu kiri, dan berjarak sekitar lima centimeter dari ketiak kiri. Batas bawah luka
berjarak sekitar satu senitimeter dari ujung jari tangan, dan sekitar 5 sentimeter
dari pergelangan tangan.
c. Jenis luka : luka bakar
d. Ukuran luka : 28 x 5 cm

Karakteristik luka : bentuk luka tidak beraturan, tepi luka beraturan dan berbatas
tegas, sudut luka tumpul, luka dasar berwarna putih dan terdapat sisi luka yang
berwarna kehitaman, teraba kasar, tidak ada tebing luka, tidak ada jembatan jaringan,
tidak terlihat tulang yang menonjol.
3. Tangan kanan
e. Regio luka : Tangan kanan
f. Koordinat luka : batas atas luka berjarak sekitar lima senitimeter dari puncak
bahu dan sejajar dengan ketiak sebelah kanan . Batas bawah luka berjarak
sekitar satu senitimeter dari ujung jari tangan, dan sekitar 5 sentimeter dari
pergelangan tangan.
g. Jenis luka : luka bakar
h. Ukuran luka : 28 x 5 cm

Karakteristik luka : bentuk luka tidak beraturan, tepi luka beraturan dan berbatas
tegas, sudut luka tumpul, luka dasar berwarna putih dan terdapat sisi luka yang
berwarna kehitaman, teraba kasar, tidak ada tebing luka, tidak ada jembatan jaringan,
tidak terlihat tulang yang menonjol.
4. Dada bagian depan
a. Regio luka : dada bagian depan
b. Koordinat luka : batas atas tiga belas sentimeter dari leher dan sejajar garis
putting susu. Batas samping kiri lima sentimeter dari lipatan ketiak kiri. Batas
samping kanan sejajar dengan garis tnegah tubuh. Batas bawah berjarak sekitar
dua puluh sentimeter dari umbilikus.
c. Jenis luka : luka bakar
d. Ukuran luka : 10 x 15 cm
e. Karakteristik luka : bentuk luka tidak beraturan, tepi luka beraturan dan berbatas
tegas, sudut luka tumpul, luka dasar berwarna putih dan terdapat sisi luka yang
berwarna kehitaman, teraba kasar, tidak ada tebing luka, tidak ada jembatan
jaringan, tidak terlihat tulang yang menonjol.
5. Punggug bagian belakang

a. Regio luka : leher dan punggung bagian belakang


b. Koordinat luka : batas atas dua sentimeter tepi rambut leher. Batas samping kiri
sejajar dengan ketiak kiri. Batas samping kanan sejajar dengan ketiak kanan .
Batas bawah berjarak sekitar lima belas sentimeter dari anus.
c. Jenis luka : luka bakar
d. Ukuran luka : 50 x 35 cm
e. Karakteristik luka : bentuk luka tidak beraturan, tepi luka beraturan dan berbatas
tegas, sudut luka tumpul, luka dasar berwarna putih dan terdapat sisi luka yang
berwarna kehitaman, teraba kasar, tidak ada tebing luka, tidak ada jembatan
jaringan, tidak terlihat tulang yang menonjol.
2.5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 9,4 14,0-18,0 g/dL
Lekosit 31380 4000-10000/uL
Eritrosit 5,57 3,50-5,50 juta/uL
Trombosit 263000 150000-400000 [/uL]
Hematokrit 51 25-42 [%]
MCV 91,1 80,0-100,0 [fL]
MCH 29,1 26,0-34,0 [pg]
MCHC 31,6 32.0-36.0 [g/dL]
Hemostasis
PT 14,5 11,5-15,5 [detik]
Kontrol PT 14,3
APTT 30,2 28,0-38,0 [detik]
Kontrol APTT 34,2
Fungsi Ginjal
Ureum 42 10-50 [mg/dL]
Kreatinin 1,5 0,9-1,3 [mg/dL]
Fungsi Hati
SGOT 433 0-40 [U/l]
SGPT 160 0-41 [U/l]
Albumin 3,0 3,5-5,2 [mg/dl]
Diabetes
Glukosa darah sewaktu 148 <160.00 [mg/dL]
Elektrolit
Natrium (serum) 133 135-146 [mmol/L]
Kalium (serum) 4 3.4-5.4 [mmol/L]
Klorida (serum) 94 95-108 [mmol/L]

Jenis Pemeriksaan Hasil (31/10/2018) Nilai Normal


Hemostasis
PT 14 11,5-15,5 [detik]
Kontrol PT 13,4
APTT 35,4 28,0-38,0 [detik]
Kontrol APTT 30,7

2.6. Diagnosis
Combusio grade II
2.7. Tata laksana
IGD RSUD Provinsi NTB yaitu:
 IVFD RL 30 tpm
 Injeksi ceftriaxone 2 x 1 gr
 Ketorolac 3 x 1 ampul
 Ranitidine 2 x 1 ampul
 Albumin 100cc
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak langsung,
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat
yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). (2,3)

B. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar tiap
tahunnya, dari angkat tersebut 112.000 penderita luka bakar membutuhkan tindakan
emergensi dan sekitar 210 penderita meninggal dunia. Di Indonesia belum ada angka
yang pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk serta
industri, angka luka bakar makin meningkat. Pada anak, kurang lebih 60% luka bakar
disebabkan oleh air panas yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga. (2)

C. Etiologi
Luka bakar dapat dikarenakan paparan api, baik secara langsung maupun tidak
langsung, misalnya tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga. Secara umum, penyebab terjadinya luka bakar dibagi atas : (2,4,5)
• Scald Burns
Air mendidih menyebabkan luka bakar dalam. Semakin kental cairan dan
semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan.
• Flame Burns
Terbakar api langsung dapat menyebabkan luka bakar pada seluruh atau
sebagian tebal kulit. Serat alami memilki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan
serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera kontak.
• Contact Burns
Terjadi kontak langsung dengan benda panas, misalnya yang terbuat dari
logam, plastik, kaca, atau batu bara panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada
area tubuh yang mengalamai kontak, tapi bisa menghasilkan luka dalam.
• Aliran Listrik
Cedera yang timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh,
umumnya mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan
membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
• Zat Kimia
Bahan kimia bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan
nekrosis koagulasi, denaturasi protein, dan rasa nyeri hebat. Luka bakar oleh basa
kuat menyebabkan jaringan nekrosis yang mencair (liquefactive necrosis).
• Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan terpapar sumber radioaktif. Terbakar oleh sinar
matahari akibat paparan yang lama juga salah satu tipe luka bakar radiasi.

D. Klasifikasi Luka Bakar


Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat I, II, atau III: (1,2,5,6,8)
 Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak jaringan untuk
dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 5-7 hari
dan dapat sembuh secara sempurna. Luka tampak sebagai eritema dan timbul dengan
keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal.
 Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih terdapat
epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan tersebut
misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut.
Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari
pembuluh darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri.
Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul
edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi
full-thickness burn atau luka bakar derajat III.
• Superficial partial thickness:
- Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis
- Kulit kemerahan, oedem dan nyeri lebih berat daripada luka bakar grade I
- Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka
- Bila bula disingkirkan akan terlihat luka berwarna merah muda yang basah
- Luka sangat sensitif dan akan menjadi lebih pucat bila terkena tekanan
- Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu (bila tidak terkena infeksi),
tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.
• Deep partial thickness:
- Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis disertai bula
- luka dapat sembuh dalam 3-9 minggu.
- permukaan luka berbercak merah muda dan putih karena variasi dari
vaskularisasi pembuluh darah (bagian yang putih punya hanya sedikit
pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai beberapa aliran darah
 Derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga organ atau jaringan yang lebih
dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel sebagai dasar regenerasi sel
spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali jaringan kulit harus dilakukan
cangkok kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula, karena pada
dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak intak.

E. Luas Luka Bakar


Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada
orang dewasa digunakan “rumus 9” yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,
perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan dan kiri, paha kanan dan kiri
masing-masing 9% sisanya 1% adalah daerah genitalia. Pada anak dan bayi
digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak lebih besar, dikenal
rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk anak, kepala dan leher
15%, badan depan dan belakang masig-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri
masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.(2,6)
F. Indikasi Rawat Inap Pasien Luka Bakar
Menurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk
dirawat inap bila: (2,6,8,9)
 Luka bakar derajat III> 5%
 Luka bakar derajat II> 10%
 Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan, kaki,
genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama) risiko signifikan untuk masalah
kosmetik dan kecacatan fungsi
 Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas
 Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma mayor
lainnya, atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada sebelumnya
 Adanya trauma inhalasi
G. Pemeriksaan Penunjang Pasien Luka Bakar
Pemeriksaan penunjang pada pasien luka bakar (combustio) meliputi: (6,7)
 Hitung darah lengkap
 Urinalisis
 Pemeriksaan keseimbangan elektrolit dan Analisis gas darah
 Radiologi – jika ada indikasi ARDS
 Pemeriksaan lain dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan MODS
H. Penanganan (1,2,4,5,8,9)
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh. Kontak dengan
bahan yang panas juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan mencelupkan bagian
yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin, atau melepaskan baju yang
tersiram air panas. Seperti pada pasien trauma lainnya, langkah awal pada pasien luka
bakar dibagi menjadi primary survey dan secondary survey. Pada primary survey,
segera perbaiki tanda vital. Secondary survey, lakukan evaluasi secara menyeluruh
setelah pasien stabil.
Evaluasi awal pada pasien luka bakar mencangkup 4 hal: tatalaksana jalan
napas, evaluasi cedera yang lain, perkirakan luas luka bakar, dan pastikan ada atau
tidak keracunan karbon monoksida atau sianida. Cedera panas langsung ke saluran
napas bagian atas atau terhirupnya asap, bisa menyebabkan edema saluran napas
dengan sangat cepat dan berbahaya. Antisipasi dengan melakukan intubasi dan
mengamankan jalan napas. Tanda bahwa akan terjadi sumbatan napas adalah suara
serak, mengi atau stridor. Bagian dada harus terlihat untuk menilai pernapasan.
Kateter harus dipasang dan resusitasi cairan harus dilakukan pada luka bakar lebih
dari 40% luas permukaan tubuh (total body surface area; TBSA).

I. Formula Resusitasi
Formula Parkland/Baxter (2,6,8,9)
Parkland berpendapat, bahwa syok yang terjadi pada kasus luka bakar adalah
jenis hipovolemia, yang hanya membutuhkan penggantian cairan (yaitu kristaloid).
Berdasarkan hal tersebut, maka Parkland hanya memberikan larutan Ringer'sLactate
(RL) yang diperkaya dengan elektrolit. Sedangkan koloid/plasma, bila diperlukan,
diberikan setelah sirkulasi mengalami pemulihan (>24-36jam).
Formula Parkland/Baxter menggunakan perhitungan sebagai berikut:
Dewasa : Luas luka (%) x BB (Kg) x 4 ml RL
Anak-anak : Luas luka (%) x BB (Kg) x 2 ml RL + kebutuhan faali
Setengahnya diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya diberikan dalam 16
jam kemudian. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Selain cairan
diatas, pada anak diberikan cairan pemeliharaan/faali dengan hitungan:
 < 1 tahun : berat badan x 100cc
 1-3 tahun : berat badan x 75cc
 3-5 tahun : berat badan x 50cc
Adapun target resusitasi (End points) pada formula ini adalah :
 Urine output 0,5-1,0 ml / kg / jam pada orang dewasa
 Urine output dari 1,0-1,5 ml / kg / jam pada anak-anak
Formula Evans (2,6)
Evans memberikan larutan fisiologik, koloid dan glukosa dalam resusitasi.
Ketiga jenis cairan ini diberikan dalam waktu dua puluh empat jam pertama. Dasar
pemikirannya ialah pada luka bakar dijumpai inefektifitas hemoglobin dalam
menyelenggarakan proses oksigenasi. Untuk itu diperlukan darah yang efektif dan
asupan energi dalam bentuk glukosa.
Cara Evans-Brooke adalah sebagai berikut :
1. Luas luka (%) x BB (kg)/ ml NaCl/24 jam
2. Luas luka (%) x BB (kg)/ml plasma/24 jam
3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2.000 cc
glukosa 5% per 24 jam.
1 dan 2 merupakan pengganti cairan yang hilang akibat edem. Plasma
diperlukan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan
tekanan osmosis sehingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali
cairan yang telah keluar. Separuh jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya dibeikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari
kedua. Jika diuresis pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat minum tanpa
kesulitan, infus dapat dikurangi bahkan dihentikan.

I. Penanganan Lokal
Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa
kelenjar keringat atau pangkal rambut dapat diharapkan sembuh sendiri asal dijaga
agar epitel tersebut tidak rusak akibat infeksi. Oleh karena itu perlu pencegahan
terhadap infeksi. Pada luka dalam perlu diusahakan membuang jaringan kulit yang
mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi sampai mencapai dasar
jaringan mati. Masih banyak kontroversi dalam pemakaian obat-obatan topikal, tetapi
yang penting obat topikal tersebut membuat luka bebas infeksi, mengurangi nyeri,
bisa menembus eskar dan mempercapat epitelisasi. Ada beberapa jenis obat yang
dianjurkan seperti golongan silver sulfadiazine dan yang terbaru MEBO (moist
exposure burn ointment). Obat topikal yang dipakai bisa berbentuk larutan, salep,
atau krim. Antibiotik bisa diberikan dalam sediaan kasa. Antiseptik yang dipakai
adalah povidon iodin atau nitras-argenti 0,5%.
J. Tindakan Bedah
Debridemen
Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati
dengan jalan eksisi tangensial. Biasanya eksisi dini ini dilakukan pada hari ke-3
sampai ke-7. Eksisi sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan tubuh
karena dapat terjadi perdarahan yang cukup banyak.
Eskarotomi
Ketika luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga mencakup ekstremitas
sirkulasi perifer yang menuju lengan atau tungkai dapat berbahaya. Perkembangan
edema umum dibawah eskar menghambat aliran vena dan akhirnya mempengaruhi
aliran arteri ke bagian distal.
(1,2)
K. Komplikasi
Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi,
atau menimbulkan cacat estetis yang jelek sekali, tertama bila parut tersebut berupa
keloid. Bila luka bakar merusak jalan napas akibat inhalasi, dapat terjadi atelektasis,
pneumonia, atau insufisiensi fungsi paru pasca trauma. Komplikasi lain dapat berupa
Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), Multi-system Organ Dysfunction
Syndrome (MODS) dan Sepsis.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan data diatas, seorang laki-laki berusia 15 tahun mengalami luka bakar
yang diakibatkan oleh kelalaian pasien sehingga tersambar api. Ditemukan luka bakar
pada wajah, tangan kanan dan tangan kiri, dada dan leher hingga punggung bagian
belakang. Pada saat pasien datang ke instalasi gawat darurat RSUD Provinsi NTB
kondisi pasien dalam keadaan sadar dengan GCS lima belas disertai keluhan nyeri
dan sesak napas. Pada pemeriksaan luas luka bakar berdasarkan Rule of Nines
didapatkan luas luka bakar pada wajah. tangan kanan dan tangan kiri, dada dan leher
hingga punggung bagian belakang memiliki prosentase sebesar tujupuluh dua persen
Berdasarkan American college of surgeon masuk ke dalam kategori luka bakar
kritis tingkat II-III dikarenakan luas luka bakar lebih dari tiga puluh persen. Pasien
sudah ditatalaksanai sesuai dengan standar pelayanan medis dan perawatan luka di
RSUD Provinsi NTB. Pasien dirawat inap di RSUD Provinsi NTB selama 7 hari.
Dari hasil laboratorium didapatkan leukosit pasien meningkat yang menandakan
adanya infeksi.
Pasien mengalami luka bakar akibat kelalaian pasien sendiri sehingga tidak
masuk dalam kategori kecelakaan kerja. Kasus kecelakaan kerja sudah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam Paragraf 5
Keselamatan dan Kesehatan kerja pasal 86 ayat (1), (2), dan (3); dan pasal 87 ayat (1)
dan (2). Kemudian, untuk bantuan dan perawatan bagi pasien terkait kecelakaan kerja
yang dialaminya sudah diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 7
tahun 2017 tentang Program jaminan sosial tenaga kerja Indonesia dalam Bab I pasal
1. Untuk yang memberikan kerja harus bertanggung jawab dengan mendaftarkan para
pekerjanya dalam BPJS serta melaporkan apabila ada pekerjanya yang mengalami
kecelakaan kerja sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 26
tahun 2015 tentang Tata cara penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan kematian dan jaminan hari tua bagi peserta penerima upah dalam Bab II
pasal 2 ayat (3), pasal 6 ayat (4) dan Bab III pasal 7 ayat (3) dan (4) serta pasal 10.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan dari fakta-fakta yang didapatkan pada saat pemeriksaan pasien di
RSUD Provinsi NTB bahwa telah diperiksa seorang pasien laki-laki usia lima belas
tahun, berat badan empat puluh tujuh kilogram, tinggi badan seratus empat puluh
tujuh sentimeter, dengan status gizi baik. Dari pemeriksaan pasien, maka dapat saya
simpulkan bahwa :
1. Terdapat luka bakar pada wajah, tangan kanan dan tangan kiri, dada dan leher
hingga punggung bagian belakang dengan luas total luka bakar pasien sekitar
tujuh puluh dua persen (rules of nine) dan derajat luka bakar tingkat II-III.

2. Luka tersebut telah mendapatkan pelayanan medis dan perawatan luka bakar
sesuai dengan standar pelayanan di RSUD Provinsi NTB
3. Luka tersebut dapat menyebabkan kecatatan permanen hingga mengancam jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah (Essentials of Surgery): Luka Bakar.


EGC; Jakarta. 1995.
2. Sjamsuhidajat R, De Jong, W. Buku Ajar Ilmu Bedah: Luka Bakar. Edisi 3.
Jakarta: EGC, 2010.
3. Dorland, N.A. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 19. Jakarta; EGC, 2002.
4. Schwartz, S. Principle of Surgery:Burns. California McGraw-Hill. 2010.
5. Oswari. E. Bedah dan Perawatannya: Luka Bakar. Balai Penerbit FKUI;
Jakarta 2005.
6. Reksoprodjo.S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara; Jakarta.
2010.
7. Daniel, H.S. Crash Course: Burns and Scalds. Third Edition. Mosby Elsevier.
2012.
8. Sjaifuddin Noer. Penanganan Luka Bakar. Airlangga University Press;
Surabaya. 2006.
9. Moenadjat Yefta. Luka Bakar Pengetahuan Klinik Praktis. Balai Penerbit
FKUI; Jakarta. 2003.

S-ar putea să vă placă și