Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Combustion
LUKA BAKAR
Oleh:
Noviyanti
H1A 014 059
Pembimbing:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat -Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus yang berjudul “Combustio” ini disusun dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf RSUD
Provinsi NTB.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr Irawanto RBS Sp FM, MHKes selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan
pengetahuan khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan
praktek sehari-hari sebagai dokter. Terima kasih.
Mataram, 27 november 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar ................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 4
BAB II LAPORAN KASUS ............................................................................ 5
2.1 Identitas Korban................................................................................ 5
2.2 Uraian Singkat Kejadian ................................................................... 5
2.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................. 5
2.4 Deskripsi Luka dan Dokumentasi ..................................................... 6
2.5 Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 10
2.6 Diagnosis .......................................................................................... 10
2.7 Tatalaksana di IGD ........................................................................... 10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 11
3.1 Luka Bakar........................................................................................ 11
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 31
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar belakang
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau hilangnya lapisan kulit dan
lapisan di bawahnya yang disebabkan paparan sumber panas secara langsung
atau tidak langsung, frostbife (suhu dingin), aliran listrik, bahan kimia, dan radiasi.
Luka bakar tersebut merupakan jenis trauma yang mengakibatkan penderitaan yang
luar biasa bagi penderitanya. Trauma luka bakar berkaitan dengan terjadinya
kerusakan dan perubahan berbagai sistem tubuh,sehingga masalah yang harus
dihadapi menjadi sangat kompleks. Kelainan yang timbul tidak pada hal yang
tampak luar tetapi juga menyangkut kelainan yang melibatkan banyak organ yang
kadang kala sulit untuk dipantau dan diramalkan. Luka bakar berat dapat
menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.
Sekitar 2 juta orang menderita luka bakar di Amerika Serikat, tiap tahun,
dengan 100.000yang dirawat di rumah sakit dan 20.000 yang perlu dirawat dalam
pusat-pusat perawatan luka bakar. Insiden puncak luka bakar pada orang-orang
dewasa muda terdapat pada umur 20-29 tahun, diikuti oleh anak umur 9 tahun atau
lebih muda. Luka bakar jarang terjadi pada umur80 tahun ke atas. Penyebab luka
bakar di RSCM, api 56%, air mendidih 40%, listrik 3% dan bahan kimia
1%.Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang dapat
dipicu ataudiperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas
kompor rumahtangga, cairan dari tabung pemantik api. Selain api, dapat juga
disebabkan oleh air panas,listrik, frost bife (suhu dingin), bahan kimia (asam dan
basa), dan radiasi. Pusat-pusat perawatan di dekat perumahan penduduk atau
di dekat daerah industri minyak cenderung lebih sering menerima korban luka akibat
terbakar. Sementara pusat-pusat di tengah kotalebih banyak merawat cedera melepuh.
Cedera akibat listrik dapat timbul akibat kerja atautidak sengaja berkontak dengan
arus tegangan tinggi.Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga
menimbulkan efek sistemikyang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan
dengan derajat yang ditentukan olehkedalaman luka bakar. Beratnya luka tergantung
pada kedalaman, luas, dan letak luka. Selainitu, waktu atau lamanya terpapar, umur
dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya menjadifaktor yang sangat
mempengaruhi prognosis. Oleh karena itu diagnosis luka
bakar ditegakkan berdasarkan kedalaman, luas, penyebab dan lokasinya.
Penatalaksanaan luka bakar harus dievaluasi secara sistemik. Prioritas utama
adalahmempertahankan primary survey ( Airway, Breathing, Circulation,Disability,
Exposure). Kemudian pemberian resusitasi cairan dengan tujuan preservasi perfusi
yang adekuat danseimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga
iskemia jaringan tidakterjadi. Pemberian nutrisi secara enteral dilakukan sejak dini
dan pasien tidak perludipuasakan. Dapat juga dilakukan tindakan pembedahan pada
luka bakar, seperti eksisi dini (debridement ) dan skin grafting yang merupakan
metode penutupan luka sederhana. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita luka
bakar adalah syok, infarkmiokardium, atau emboli paru, disritmia jantung, gagal
ginjal, ulkus peptikum, dan kematian.Selain itu, komplikasi yang dapat juga terjadi
adalah kecacatan, kekakuan (kontraktur) dikemudian hari, dan trauma psikologis
yang dapat menyebabkan depresi serta keinginanuntuk bunuh diri.
1. Tujuan umum
Untuk dapat mengetahui aspek – aspek penting pada pengamatan forensic
klinis pada kasus luka bakar.
2. Tujuan khusus
a. Untuk bisa mendiskripsikan luka luka yang ada pada kasus luka bakar.
b. Untuk dapat menjelaskan dasar dasaar hokum jika adanya pelanggaran
hokum pada kondisi kasus luka bakar.
BAB II
LAPORAN KASUS
Karakteristik luka : bentuk luka tidak beraturan, tepi luka beraturan dan berbatas
tegas, sudut luka tumpul, luka dasar berwarna putih dan terdapat sisi luka yang
berwarna kehitaman, teraba kasar, tidak ada tebing luka, tidak ada jembatan jaringan,
tidak terlihat tulang yang menonjol.
2. Tangan kiri
a. Regio luka : Tangan kiri
b. Koordinat luka : batas atas luka berjarak sekitar satu senitimeter dari puncak
bahu kiri, dan berjarak sekitar lima centimeter dari ketiak kiri. Batas bawah luka
berjarak sekitar satu senitimeter dari ujung jari tangan, dan sekitar 5 sentimeter
dari pergelangan tangan.
c. Jenis luka : luka bakar
d. Ukuran luka : 28 x 5 cm
Karakteristik luka : bentuk luka tidak beraturan, tepi luka beraturan dan berbatas
tegas, sudut luka tumpul, luka dasar berwarna putih dan terdapat sisi luka yang
berwarna kehitaman, teraba kasar, tidak ada tebing luka, tidak ada jembatan jaringan,
tidak terlihat tulang yang menonjol.
3. Tangan kanan
e. Regio luka : Tangan kanan
f. Koordinat luka : batas atas luka berjarak sekitar lima senitimeter dari puncak
bahu dan sejajar dengan ketiak sebelah kanan . Batas bawah luka berjarak
sekitar satu senitimeter dari ujung jari tangan, dan sekitar 5 sentimeter dari
pergelangan tangan.
g. Jenis luka : luka bakar
h. Ukuran luka : 28 x 5 cm
Karakteristik luka : bentuk luka tidak beraturan, tepi luka beraturan dan berbatas
tegas, sudut luka tumpul, luka dasar berwarna putih dan terdapat sisi luka yang
berwarna kehitaman, teraba kasar, tidak ada tebing luka, tidak ada jembatan jaringan,
tidak terlihat tulang yang menonjol.
4. Dada bagian depan
a. Regio luka : dada bagian depan
b. Koordinat luka : batas atas tiga belas sentimeter dari leher dan sejajar garis
putting susu. Batas samping kiri lima sentimeter dari lipatan ketiak kiri. Batas
samping kanan sejajar dengan garis tnegah tubuh. Batas bawah berjarak sekitar
dua puluh sentimeter dari umbilikus.
c. Jenis luka : luka bakar
d. Ukuran luka : 10 x 15 cm
e. Karakteristik luka : bentuk luka tidak beraturan, tepi luka beraturan dan berbatas
tegas, sudut luka tumpul, luka dasar berwarna putih dan terdapat sisi luka yang
berwarna kehitaman, teraba kasar, tidak ada tebing luka, tidak ada jembatan
jaringan, tidak terlihat tulang yang menonjol.
5. Punggug bagian belakang
2.6. Diagnosis
Combusio grade II
2.7. Tata laksana
IGD RSUD Provinsi NTB yaitu:
IVFD RL 30 tpm
Injeksi ceftriaxone 2 x 1 gr
Ketorolac 3 x 1 ampul
Ranitidine 2 x 1 ampul
Albumin 100cc
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak langsung,
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat
yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). (2,3)
B. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar tiap
tahunnya, dari angkat tersebut 112.000 penderita luka bakar membutuhkan tindakan
emergensi dan sekitar 210 penderita meninggal dunia. Di Indonesia belum ada angka
yang pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk serta
industri, angka luka bakar makin meningkat. Pada anak, kurang lebih 60% luka bakar
disebabkan oleh air panas yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga. (2)
C. Etiologi
Luka bakar dapat dikarenakan paparan api, baik secara langsung maupun tidak
langsung, misalnya tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga. Secara umum, penyebab terjadinya luka bakar dibagi atas : (2,4,5)
• Scald Burns
Air mendidih menyebabkan luka bakar dalam. Semakin kental cairan dan
semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan.
• Flame Burns
Terbakar api langsung dapat menyebabkan luka bakar pada seluruh atau
sebagian tebal kulit. Serat alami memilki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan
serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera kontak.
• Contact Burns
Terjadi kontak langsung dengan benda panas, misalnya yang terbuat dari
logam, plastik, kaca, atau batu bara panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada
area tubuh yang mengalamai kontak, tapi bisa menghasilkan luka dalam.
• Aliran Listrik
Cedera yang timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh,
umumnya mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan
membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
• Zat Kimia
Bahan kimia bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan
nekrosis koagulasi, denaturasi protein, dan rasa nyeri hebat. Luka bakar oleh basa
kuat menyebabkan jaringan nekrosis yang mencair (liquefactive necrosis).
• Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan terpapar sumber radioaktif. Terbakar oleh sinar
matahari akibat paparan yang lama juga salah satu tipe luka bakar radiasi.
I. Formula Resusitasi
Formula Parkland/Baxter (2,6,8,9)
Parkland berpendapat, bahwa syok yang terjadi pada kasus luka bakar adalah
jenis hipovolemia, yang hanya membutuhkan penggantian cairan (yaitu kristaloid).
Berdasarkan hal tersebut, maka Parkland hanya memberikan larutan Ringer'sLactate
(RL) yang diperkaya dengan elektrolit. Sedangkan koloid/plasma, bila diperlukan,
diberikan setelah sirkulasi mengalami pemulihan (>24-36jam).
Formula Parkland/Baxter menggunakan perhitungan sebagai berikut:
Dewasa : Luas luka (%) x BB (Kg) x 4 ml RL
Anak-anak : Luas luka (%) x BB (Kg) x 2 ml RL + kebutuhan faali
Setengahnya diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya diberikan dalam 16
jam kemudian. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Selain cairan
diatas, pada anak diberikan cairan pemeliharaan/faali dengan hitungan:
< 1 tahun : berat badan x 100cc
1-3 tahun : berat badan x 75cc
3-5 tahun : berat badan x 50cc
Adapun target resusitasi (End points) pada formula ini adalah :
Urine output 0,5-1,0 ml / kg / jam pada orang dewasa
Urine output dari 1,0-1,5 ml / kg / jam pada anak-anak
Formula Evans (2,6)
Evans memberikan larutan fisiologik, koloid dan glukosa dalam resusitasi.
Ketiga jenis cairan ini diberikan dalam waktu dua puluh empat jam pertama. Dasar
pemikirannya ialah pada luka bakar dijumpai inefektifitas hemoglobin dalam
menyelenggarakan proses oksigenasi. Untuk itu diperlukan darah yang efektif dan
asupan energi dalam bentuk glukosa.
Cara Evans-Brooke adalah sebagai berikut :
1. Luas luka (%) x BB (kg)/ ml NaCl/24 jam
2. Luas luka (%) x BB (kg)/ml plasma/24 jam
3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2.000 cc
glukosa 5% per 24 jam.
1 dan 2 merupakan pengganti cairan yang hilang akibat edem. Plasma
diperlukan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan
tekanan osmosis sehingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali
cairan yang telah keluar. Separuh jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya dibeikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari
kedua. Jika diuresis pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat minum tanpa
kesulitan, infus dapat dikurangi bahkan dihentikan.
I. Penanganan Lokal
Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa
kelenjar keringat atau pangkal rambut dapat diharapkan sembuh sendiri asal dijaga
agar epitel tersebut tidak rusak akibat infeksi. Oleh karena itu perlu pencegahan
terhadap infeksi. Pada luka dalam perlu diusahakan membuang jaringan kulit yang
mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi sampai mencapai dasar
jaringan mati. Masih banyak kontroversi dalam pemakaian obat-obatan topikal, tetapi
yang penting obat topikal tersebut membuat luka bebas infeksi, mengurangi nyeri,
bisa menembus eskar dan mempercapat epitelisasi. Ada beberapa jenis obat yang
dianjurkan seperti golongan silver sulfadiazine dan yang terbaru MEBO (moist
exposure burn ointment). Obat topikal yang dipakai bisa berbentuk larutan, salep,
atau krim. Antibiotik bisa diberikan dalam sediaan kasa. Antiseptik yang dipakai
adalah povidon iodin atau nitras-argenti 0,5%.
J. Tindakan Bedah
Debridemen
Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati
dengan jalan eksisi tangensial. Biasanya eksisi dini ini dilakukan pada hari ke-3
sampai ke-7. Eksisi sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan tubuh
karena dapat terjadi perdarahan yang cukup banyak.
Eskarotomi
Ketika luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga mencakup ekstremitas
sirkulasi perifer yang menuju lengan atau tungkai dapat berbahaya. Perkembangan
edema umum dibawah eskar menghambat aliran vena dan akhirnya mempengaruhi
aliran arteri ke bagian distal.
(1,2)
K. Komplikasi
Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi,
atau menimbulkan cacat estetis yang jelek sekali, tertama bila parut tersebut berupa
keloid. Bila luka bakar merusak jalan napas akibat inhalasi, dapat terjadi atelektasis,
pneumonia, atau insufisiensi fungsi paru pasca trauma. Komplikasi lain dapat berupa
Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), Multi-system Organ Dysfunction
Syndrome (MODS) dan Sepsis.
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan data diatas, seorang laki-laki berusia 15 tahun mengalami luka bakar
yang diakibatkan oleh kelalaian pasien sehingga tersambar api. Ditemukan luka bakar
pada wajah, tangan kanan dan tangan kiri, dada dan leher hingga punggung bagian
belakang. Pada saat pasien datang ke instalasi gawat darurat RSUD Provinsi NTB
kondisi pasien dalam keadaan sadar dengan GCS lima belas disertai keluhan nyeri
dan sesak napas. Pada pemeriksaan luas luka bakar berdasarkan Rule of Nines
didapatkan luas luka bakar pada wajah. tangan kanan dan tangan kiri, dada dan leher
hingga punggung bagian belakang memiliki prosentase sebesar tujupuluh dua persen
Berdasarkan American college of surgeon masuk ke dalam kategori luka bakar
kritis tingkat II-III dikarenakan luas luka bakar lebih dari tiga puluh persen. Pasien
sudah ditatalaksanai sesuai dengan standar pelayanan medis dan perawatan luka di
RSUD Provinsi NTB. Pasien dirawat inap di RSUD Provinsi NTB selama 7 hari.
Dari hasil laboratorium didapatkan leukosit pasien meningkat yang menandakan
adanya infeksi.
Pasien mengalami luka bakar akibat kelalaian pasien sendiri sehingga tidak
masuk dalam kategori kecelakaan kerja. Kasus kecelakaan kerja sudah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam Paragraf 5
Keselamatan dan Kesehatan kerja pasal 86 ayat (1), (2), dan (3); dan pasal 87 ayat (1)
dan (2). Kemudian, untuk bantuan dan perawatan bagi pasien terkait kecelakaan kerja
yang dialaminya sudah diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 7
tahun 2017 tentang Program jaminan sosial tenaga kerja Indonesia dalam Bab I pasal
1. Untuk yang memberikan kerja harus bertanggung jawab dengan mendaftarkan para
pekerjanya dalam BPJS serta melaporkan apabila ada pekerjanya yang mengalami
kecelakaan kerja sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 26
tahun 2015 tentang Tata cara penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan kematian dan jaminan hari tua bagi peserta penerima upah dalam Bab II
pasal 2 ayat (3), pasal 6 ayat (4) dan Bab III pasal 7 ayat (3) dan (4) serta pasal 10.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan dari fakta-fakta yang didapatkan pada saat pemeriksaan pasien di
RSUD Provinsi NTB bahwa telah diperiksa seorang pasien laki-laki usia lima belas
tahun, berat badan empat puluh tujuh kilogram, tinggi badan seratus empat puluh
tujuh sentimeter, dengan status gizi baik. Dari pemeriksaan pasien, maka dapat saya
simpulkan bahwa :
1. Terdapat luka bakar pada wajah, tangan kanan dan tangan kiri, dada dan leher
hingga punggung bagian belakang dengan luas total luka bakar pasien sekitar
tujuh puluh dua persen (rules of nine) dan derajat luka bakar tingkat II-III.
2. Luka tersebut telah mendapatkan pelayanan medis dan perawatan luka bakar
sesuai dengan standar pelayanan di RSUD Provinsi NTB
3. Luka tersebut dapat menyebabkan kecatatan permanen hingga mengancam jiwa.
DAFTAR PUSTAKA