Sunteți pe pagina 1din 16

Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm.

1-16

PEMBENTUKAN PENGETAHUAN LINGKARAN MELALUI


PEMBELAJARAN ASIMILASI DAN AKOMODASI TEORI
KONSTRUKTIVISME PIAGET

Tri Yuni Hendrowati


Pendidikan Matematika, STKIP Muhammadiyah Pringsewu
email: yunisyajono@yahoo.co.id

Abstract

Teachers are still considered the only centers of learning in mathematics, in the sense
that only teachers in the delivery of materials that play an active role in the
classroom, so that the learning process becomes ineffective. It can be to affect the low
students’ result. Efforts are being made to overcome this is to involve students actively
and creatively in the process of formation of knowledge. The Piaget’s theory of
constructivism assimilation and accommodation is a learning that allows students to
be active and critical in the process of learning and allow students to construct their
own knowledge based on experience and knowledge they have. The population was all
of the students in eight grade of SMP 25 Bandar Lampung in the academic year of
2013-2014. The samples of the research were taken by using the cluster random
sampling technique. To obtain data through the students’ result in the form of an
essay test consists of 5 items, then the data were analyzed using t-test. Based on
hypothesis test, it can be included that, there is influence the Piaget’s theory of
constructivism assimilation and accommodation to the improvement of knowledge
formation about circle.

Keywords: The Learning Assimilation and Accomodation, The Piaget’s Theory of


Constructivism, The Knowledge Formation About Circle

1. PENDAHULUAN Banyak hal yang berperan atas rendahnya


Cerminan peningkatan kualitas hasil belajar siswa ini. Fenomena
pendidikan nampak pada hasil belajar kegiatan belajar mengajar masih
siswa. Kualitas pendidikan khususnya didominasi oleh pandangan bahwa
pada mata pelajaran matematika saat ini pengetahuan sebagai perangkat fakta-
masih menjadi masalah di setiap lembaga fakta yang harus dihafal dan terfokusnya
pendidikan. Sebagian besar siswa masih pembelajaran hanya pada guru sebagai
beranggapan bahwa matematika sumber pengetahuan, serta ceramah
merupakan mata pelajaran yang sulit, menjadi pilihan utama strategi belajar
terlihat dari hasil belajar matematika ditengarai menjadi pencetus sulitnya
siswa yang pada umumnya masih rendah ketercapaian pembelajaran secara
baik ditingkat SD, SMP, maupun SMA. optimal.

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 1
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-16

Kurang tepat memilih dan “pengetahuan dibentuk oleh individu,


menggunakan strategi pembelajaran akan sebab individu melakukan interaksi terus-
berdampak pada sulitnya peserta didik menerus dengan lingkungan”. Tugas guru
menguasai konsep matematika. Jika tidak lagi sekedar mentransfer
penguasaan matematika terhambat akan pengetahuan pengetahuan yang
berpengaruh terhadap pembentukan dimilikinya kepada siswa tetapi guru
pengetahuan konsep matematika harus melibatkan siswa secara aktif dan
selanjutnya, karena matematika kritis untuk memperoleh pengetahuan.
merupakan ilmu terstruktur. Hal tersebut Pembelajaran pada hakekatnya
sesuai dengan yang dinyatakan oleh adalah kegiatan guru yang
Herman Hudoyo (2001:93) bahwa ”… di membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa
dalam matematika bila konsep A dan proses pembelajaran adalah membuat dan
Konsep B mendasri konsep C, maka menjadikan siswa dalam kondisi belajar.
konsep C tidak mungkin dapat dipelajari Pada kenyataannya fakta empiris
sebelum konsep A dan B dipelajari menunjukkan bahwa strategi yang
terlebih dahulu. Demikian pula konsep D dipakai guru di kelas masih bersifat
baru dapat dipelajari bila konsep C sudah pengajaran dan belum membelajarkan
dipahami demikian seterusnya ...”. Selain siswa. Sehingga berdampak pada masih
memilih dan menggunakan strategi rendahnya kualitas pendidikan yang
pembelajaran yang tepat, guru juga harus tercermin pada hasil belajar siswa.
mampu mengaktifkan siswa dan Kondisi ini pun terjadi di SMP Negeri 25
pembelajaran. Bandar Lampung, yang dalam proses
Hal ini sejalan dengan apa yang pembelajarannya guru masih
diungkapkan Baharuddin dan Esa Nur menggunakan model pembelajaran
Wahyuni (2007:16) yang konvensional yang belum mampu
mengungkapkan bahwa “apa pun yang mengaktifkan siswa, sehingga siswa
dipelajari siswa, dialah yang harus hanya berdiam diri yaitu mendengar,
belajar, bukan orang lain. Untuk itu, melihat, menyalin, menghafal, dan
siswalah yang harus bertindak aktif”. mengerjakan tugas sehingga siswa belum
Piaget juga mengungkapkan (dalam mendapat kesempatan untuk
Syaiful Sagala, 2003:26) bahwa

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 2
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-16

mengembangkan potensi mereka secara Pembelajaran yang didasarkan pada


optimal. teori konstruktivisme Piaget merupakan
Pada akhirnya menjadikan siswa pembelajaran yang menekankan
pasif, malas belajar, dan proses keaktifan siswa. Hal ini sejalan dengan
pembelajaran menjadi membosankan. apa yang diungkapkan Slavin (dalam
Keberhasilan proses kegiatan belajar Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni,
mengajar pada pembelajaran matematika 2007:116) bahwa “dalam proses belajar
dapat diukur dari keberhasilan siswa yang dan pembelajaran siswa harus terlibat
mengikuti kegiatan pembelajaran aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan
tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat belajar dan pembelajaran di kelas”.
dari tingkat pemahaman dan penguasaan Dalam pandangan konstruktivisme,
materi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan tumbuh dan berkembang
penguasaan siswa terhadap materi yang melalui pengalaman. Pemahaman
diajarkan, maka semakin tinggi pula berkembang semakin dalam dan kuat
tingkat keberhasilan yang dicapai. apabila diuji oleh berbagai macam
Namun dalam kenyataannya hasil belajar pengalaman baru.
matematika siswa masih rendah. Piaget (dalam Trianto, 2009:29)
Berdasarkan masalah tersebut, perlu yakin bahwa pengalaman-pengalaman
diselidiki pembelajaran yang dapat fisik dan memanipulasi lingkungan
mendorong siswa untuk aktif dan guru penting bagi terjadinya perubahan
yang dapat menciptakan susana belajar perkembangan. Hal ini sejalan dengan
yang mampu mengaktifkan siswa, pendapat Syaiful Sagala (2003:26) yang
sehingga hasil belajar siswa lebih baik. mengemukakan bahwa “intelegensi
Salah satu alternatif strategi pembelajaran individu tumbuh dan berkembang melalui
yang diduga dapat memperbaiki interaksi dengan lingkunganya”.
pembentukan pengetahuan yang pada Selanjutnya Piaget (dalam Hergenhahn
akhirnya dapat meningkatkan hasil dan Olson, 2008: 325) menyatakan
belajar matematika siswa adalah asimilasi bahwa “melalui interaksi dengan
dan akomodasi teori konstruktivisme lingkungan, struktur kognif akan berubah
Piaget. dan memperkembangkan pengalaman
terus-menerus”.

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 3
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-16

Suatu komponen terpenting dalam tiba, ada proses yang terjadi dalam proses
teori perkembangan intektual Piaget pembetukan pengetahuan dalam
adalah melibatkan partisipasi siswa. perkembangan dan pertumbuhan kognitif
Artinya bagaimana siswa mempelajari anak. Hal ini sesuai dengan apa yang
sesuatu sekaligus mengalami sesuatu diungkapkan Piaget (dalam Syaiful
yang dipelajari tersebut melalui Sagala, 2003:24) yang menyatakan
lingkungan. Pengetahuan bukan semata- bahwa “ada dua proses yang terjadi
mata berarti memindahkan secara verbal, dalam perkembangan dan pertumbuhan
melainkan harus dikonstruksi dan bahkan kognitif anak yaitu:
direkonstruksi oleh murid. Piaget (1) proses “assimilation”, dalam
menyatakan bahwa anak-anak yang ingin proses ini menyesuaikan atau
mengetahui dan mengkonstruksi mencocokkan informasi yang baru itu
pengetahuan tentang objek di dunia, dengan apa yang diketahui dan
mereka mengalami dan melakukan mengubahnya bila perlu. (2) proses
tindakan tentang objek yang diketahuinya “accomodation” yaitu anak menyusun
dan mengkonstruksi objek itu dan membangun kembali atau mengubah
berdasarkan pemahaman mereka. Karena apa yang diketahui sebelumnya sehingga
pengertian mereka terhadap objek itu informasi yang baru itu dapat disesuaikan
dapat mengatur realitas dan tindakan dengan lebih baik”.
mereka. Dalam arti kata, bahwa dalam
Teori Piaget yang dikemukakan
pengetahuan ini bukan sifat-sifat
Baharuddin dan Esa Nur Wayuni
objeknya yang diambil, malainkan sifat-
(2007:118¬-119) menyatakan bahwa
sifat objeknya terhadap tindakan terhadap
”pada saat manusia belajar telah terjadi
objek tersebut.
dua proses dalam dirinya, yaitu proses
Piaget menekankan bahwa dalam
organisasi informasi dan proses adaptasi.
proses belajar penekanan terbesar adalah
Proses organisasi adalah proses ketika
lebih kepada siswa. Siswa harus aktif,
manusia menghubungkan informasi yang
dalam pengertian bahwa murid bukanlah
diterimanya dengan struktur struktur
suatu bejana yang harus diisi penuh
pengetahuan yang sudah disimpan atau
dengan fakta. Dalam proses pembetukan
sudah ada sebelumnya dalam otak.
pengetahuan ini tidak muncul secara tiba-

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 4
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-16

Sedangkan proses adaptasi adalah proses demikian, skemata adalah struktur


yang berisi dua kegiatan yaitu kognitif yang selalu berkembang dan
menggabungkan atau mengintregasikan berubah. Proses yang menyebabkan
pengetahuan yang diterima manusia dan adanya perubahan tersebut adalah
mengubah struktur pengetahuan yang asimilasi dan akomodasi”.
dimiliki dengan struktur pengetahuan Teori Piaget seringkali disebut
baru, sehingga akan terjadi konstruktivisme personal karena lebih
keseimbangan. Dalam proses adaptasi, menekankan keaktifan pribadi seseorang
Piaget mengemukakan empat dasar yaitu dalam mengkonstruksikan
skemata, asimilasi, akomodasi, dan pengetahuannya. Teori konstruktivisme
keseimbangan. Skemata adalah struktur menjelaskan bahwa pengetahuan
mental seseorang dimana manusia selalu seseorang adalah bentukan (konstruksi)
berusaha menyesuaikan diri dengan orang itu sendiri. Pengetahuan seseorang
lingkunganya. Manusia cenderung tentang suatu benda, bukanlah tiruan
mengorganisasikan tingkah laku dan benda, melainkan konstruksi pemikiran
pikirannya. seseorang akan benda tersebut. Tanpa
Hal itu mengakibatkan struktur keaktifan seseorang keaktifan seseorang
psikologis yang berbeda bentuknya pada dalam mencerna dan membentuknya,
setiap fase atau tingkatan perkembangan seseorang tidak akan mempunyai
tingkah laku dan kegiatan berfikir pengetahuan. Oleh karena itu Piaget
manusia. Dengan demikian pikiran harus menyatakan secara ekstrim bahwa
memiliki suatu struktur skema yang pengetahuan tidak dapat ditransfer dari
berfungsi melakukan adaptasi dengan otak guru yang dianggap tahu bila murid
lingkungan itu secara intlektual. Piaget tidak mengolah dan membentukya
mengatakan bahwa skemata orang sendiri.
dewasa berkembang mulai dari skemata Menurut Piaget, pengetahuan
anak melalui proses adapatasi sampai dibentuk melalui dua proses yaitu
pada penataan dan organisasi. Makin asimilasi dan akomodasi terhadap skema
mampu sesorang membedakan satu pengetahuan seseorang. Asimilasi
stimulus dengan stimulus lainnya, makin kognitif terjadi melalui peristiwa yang
banyak skemata yang dimilkinya. Dengan sama. Dalam hal ini ada penyesuaian diri

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 5
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-16

dengan keadaan lingkungannya. salah satu proses individu dalam


Sedangkan akomodasi menekankan mengadaptasikan dan mengorganisasikan
bahwa jika terjadi perubahan pada diri dengan lingkungan baru pengertian
subjeknya agar ia dapat menyesuaikan orang itu berkembang. Seseorang tidak
terhadap objek yang ada diluar dirinya. hanya memperoses satu stimulus saja,
Supaya proses pembentukan pengetahuan melainkan memproses banyak stimulus.
itu berkembang, maka pengalaman sangat Secara teoritis, asimilasi tidak
menentukan. Menurut Trianto (2009: menghasilkan perubahan skemata, tetapi
114) ”asimilasi adalah struktur asimilasi mempengaruhi pertumbuhan
pengetahuan baru dibuat atau dibangun skemata. Pertumbuhan skemata yang
atas dasar pengetahuan yang sudah ada”. dimaksudkan adalah abtraksi mental
Syaiful Sagala (2003: 24) seseorang yang digunakan untuk
mengemukakan konsepnya tentang mengerti sesuatu atau memecahkan
asimilasi yaitu ”proses menyesuaikan masalah. Siswa harus mengisi atribut
atau mencocokkan informasi yang baru skematanya dengan informasi yang benar
itu dengan apa yang telah ia ketahui”. Hal agar membentuk kerangka berpikir yang
ini sejalan dengan apa yang dikemukakan benar. Kerangka pemikiran inilah yang
Riyanto (2008: 123) bahwa ”asimilasi akan membentuk pengetahuan struktural
adalah proses penyatuan seseorang. Dengan demikian asimilasi
(pengintegrasian) informasi, persepsi, adalah proses kognitif dimana seseorang
konsep dan pengalaman baru kedalam mengintegrasikan persepsi, konsep atau
yang sudah ada dalam benak anak”. pengalaman baru kedalam skema atau
Asimilasi adalah suatu proses pola yang sudah ada dalam pikirannya.
kognitif, dengan asimilasi seseorang Trianto (2009:114) dalam bukunya
mengintegrasikan bahan-bahan persepsi yang berjudul ”Model Pembelajaran
atau stimulus ke dalam skemata yang ada Inovatif Progresif” mengemukakan
atau tingkah laku yang ada. Proses ”akomodasi adalah struktur pengetahuan
asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi yang sudah ada dimodifikasi untuk
tidak akan menyebabkan menampung dengan hadirnya
perubahan/pergantian skemata melainkan pengalaman baru”. Pendapat tersebut
perkembangan skemata. Asimilasi adalah juga sejalan dengan pendapat Riyanto

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 6
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-16

(2008:123) yang mengemukakan bahwa menjadi penyebab terjadinya adaptasi


”akomodasi adalah penyesuaian atau intlektual dan perkembangan struktur
penyusunan kembali skema kedalam intlektual. Pada kesempatan lain Syaiful
situasi baru”. Dengan kata lain Sagala (2003:24) menyatakan akomodasi
akomodasi adalah proses pengintegrasian adalah anak menyusun dan membangun
stimulus baru ke dalam skema yang telah kembali atau mengubah apa yang telah
terbentuk secara tidak langsung/proses diketahui sebelumnya sehingga informasi
perubahan respon individu terhadap yang baru itu dapat disesuaikan dengan
stimulus lingkungan. lebih baik. Akomodasi menurut Piaget,
Menurut Baharuddin dan Esa Nur akomodasi adalah hasil dari yang
Wayuni (2007:120-121) mengemukakan ditambahkan dan diciptakan oleh
bahwa akomodasi adalah suatu proses lingkungan, pengamatan yang tidak
struktur kognitif yang berlangsung sesuai sesuai dengan apa yang diketahui dan
dengan pengalaman baru. Proses kognitif difikirkan. Asimilasi maupun akomodasi
tersebut menghasilkan terbentuknya kedua-duanya sama-sama dibutuhkan,
skemata baru dan berubahnya skemata dalam prakteknya keduanya tidak
lama. Pada hakikatnya akomodasi seimbang. Melalui kedua proses ini
menyababkan terjadinya perubahan atau manusia menjadi tidak tergantung pada
pengembangan skemata. Sebelum terjadi pengamatan dan lebih bergantung pada
akomodasi, ketika anak menerima berpikir.
simulus yang baru, struktur mentalnya Berdasarkan beberapa pendapat yang
menjadi tidak stabil. Bersamaan telah dikemukakan tersebut dapat
terjadinya proses akomodasi, maka disimpulkan bahwa teori konstruktivisme
struktur mental tersebut menjadi stabil Piaget adalah pengetahuan seseorang
lagi. Begitulah proses asimilasi dan adalah bentukan orang itu sendiri.
akomodasi terjadi terus menerus dan Pengetahuan tumbuh dan berkembang
menjadikan skemata manusia melalui pengalaman. Pemahaman
berkembang bersama dengan waktu dan berkembang semakin dalam dan kuat
betambahnya pengalaman. Dengan kata apabila selalu diuji oleh berbagai macam
lain asimilasi bersama dengan akomodasi pengalaman baru. Guru tidak begitu saja
secara terkordinasi dan terintegrasi memberikan pengetahuan kepada siswa,

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 7
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-16

tetapi siswalah yang harus aktif bagi terjadinya perubahan perkembangan


membangun pengetahuan dalam pikiran (Trianto, 2009:29). Pembelajaran dalam
mereka sendiri. Dalam membangun konteks asimilasi dan akomodasi teori
pengetahuan inilah nantinya akan melalui konstruktivisme Piaget merupakan hasil
proses asimilasi dan akomodasi teori dari usaha murid itu sendiri dan guru
konstruktivisme Piaget terhadap skema tidak boleh belajar untuk murid.
pengetahuan seseorang Proses asimilasi dan akomodasi teori
Keterkaitan Asimilasi dan konstruktivisme Piaget pada materi
Akomodasi Teori Konstruktivisme Piaget lingkaran kita bisa melihat ketika anak
dengan materi Lingkaran. Dasar dari diberikan kesempatan yang seluas-
belajar menurut Piaget (dalam Riyanto, luasnya untuk untuk mencari,
2008:122) adalah “aktivitas anak bila ia memanipulasi, melakukan percobaan,
berinteraksi dengan lingkungan sosial bertanya, dan mencari jawaban sendiri
dan lingkungan fisiknya”. Selanjutnya terhadap berbagai pertanyaan yang
Piaget (dalam Syaiful Sagala, 2003:26) muncul. Siswa secara aktif untuk
menyatakan bahwa “pengetahuan menemukan sendiri bagiamana
dibentuk oleh individu, sebab individu menentukan nilai phi, menghitung
melakukan interaksi terus-menerus keliling dan luas lingkaran melalui
dengan lingkungan”. percobaan dengan interaksi
Hal ini sejalan dengan apa yang lingkunganya. Sebagai contoh sederhana
diungkapkan Piaget (dalam Dimyati dan proses asimilasi dan akomodasi adalah
Mudjiono, 2006:13) bahwa “dalam perkalian dapat diasimilasikan sebagai
belajar pengetahuan dibentuk oleh penjumlahan berulang. Selanjutnya, akan
individu. Sebab individu melakukan terjadi perubahan pada kemampuan
interaksi terus-menerus dengan intelektual siswa. Kemampuan
lingkungan. Lingkungan tersebut intelektualnya tidak hanya terkait dengan
mengalami perubahan. Dengan adanya penjumlahan saja, akan tetapi sudah
interaksi dengan lingkungan maka fungsi berubah dengan penjumlahan berulang
intelek semakin berkembang”. Piaget yang dapat disebut juga dengan
yakin bahwa pengalaman-pengalamn perkalian, proses pembentukan
fisik dan manipulasi lingkungan penting

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 8
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-16

pengetahuan ini yang disebut dengan pengetahuan dan di dalam kelas tidak ada
akomodasi. penekanan melainkan anak didorong
Langkah-langkah Penerapan menemukan sendiri pengetahuan itu
Asimilasi dan Akomodasi Teori melalui interaksi spontan dengan
Konstruktivisme Piaget. Menurut Slavin lingkungannya. Oleh karena itu, guru
(dalam Riyanto, 2008:128) implikasi dituntut untuk mempersiapkan beraneka
teori Piaget dalam pengajaran sejalan ragam kegiatan yang memungkinkan
dengan pelaksnaan pembelajaran di anak melakukan kegiatan secara langsung
sekolah, yaitu: (a) memusatkan perhatian dengan dunia fisik; (c) memaklumi
kepada berpikir atau proses mental anak, adanya perbedaan individual dalam hal
dan tidak sekedar kepada hasilnya. Di kemajuaan perkembangan. Teori Piaget
samping itu kebenaran jawaban siswa, mengasumsikan bahwa seluruh siswa
guru harus memahami proses yang tumbuh melewati urutan perkembangan
digunakan anak sehingga pada jawaban yang sama, namun pertumbuhan itu
tersebut (sementara itu, teori belajar berlangsung pada kecepatan yang
perilaku hanya memusatkan perhatian berbeda. Oleh karena itu, guru harus
kepada hasil, kebenaran jawaban atau melakukan upaya khusus untuk mengatur
perilaku siswa yang dapat diamati). kegiatan kelas.
Pengalaman-pengalaman belajar siswa Keterkaitan Asimilasi dan
yang sesuai dikembangkan dengan Akomodasi Teori Konstruktivisme Piaget
memperhatikan tahap kognitif yang dengan hasil belajar. Suatu komponen
mutakhir, dan hanya apabila guru penuh terpenting dalam teori perkembangan
perhatian terhadap metode yang intektual Piaget adalah melibatkan
digunakan siswa untuk sampai partisipasi siswa. Artinya bagaimana
kesimpulan tertentu, barulah dapat siswa mempelajari sesuatu sekaligus
dikatakan guru berada dalam posisi mengalami sesuatu yang dipelajari
memberikan pengalaman yang tersebut melalui lingkungan. Pengetahuan
dimaksudkan; (b) mengutamakan peran bukan semata-mata berarti memindahkan
siswa dalam berinisiatif sendiri dan secara verbal, melainkan harus
keterlibatan aktif dalam kegiatan dikonstruksi dan bahkan direkonstruksi
pembelajaran, menurut Piaget, penyajian oleh murid. kelompok umur tertentu tidak

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 9
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-16

dapat diajarkan materi pelajaran yang Wahyuni (2007:17) mengungkapkan


lebih tinggi dari pada kemampuan umur bahwa “faktor internal dalam diri
anak itu sendiri. seseorang meliputi faktor fisiologis
Dikemukakannya pula, bahwa (kesehatan jasmani) dan psikologis
belajar akan lebih berhasil apabila (inteligensi siswa, motivasi, minat, sikap,
disesuaikan dengan tahap perkembangan bakat) sedangkan faktor eksternal diluar
kognitif peserta didik. Peserta didik diri seseorang meliputi faktor lingkungan
hendaknya diberi kesempatan untuk sosial dan non sosial”.
melakukan eksperimen dengan obyek Agar dalam proses belajar siswa
fisik, yang ditunjang oleh interaksi mendapatkan pencapaian hasil belajar
dengan teman sebaya dan dibantu oleh yang diharapkan, guru harus mampu
pertanyaan dari guru. Guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi
banyak memberikan rangsangan kepada pembelajaran yang tepat dalam arah
peserta didik agar mau berinteraksi memperkembangkan kemampuan
dengan lingkungan secara aktif, mencari kognitif atau intelgensi siswa. Asimilasi
dan menemukan berbagai hal dari dan akomodasi teori konstruktivisme
lingkungan. Piaget salah satu strategi yang dapat
Dalam kegiatan belajar Piaget diterapkan dalam pelaksanaan
(dalam Riyanto, 2008: 122) menjelaskan pembelajaran. Pembelajaran yang
“bahwa dasar dari belajar adalah aktivitas didasarkan pada teori konstruktivisme
anak bila ia berinteraksi dengan Piaget merupakan pembelajaran yang
lingkungan sosial dan lingkungan menekankan keaktifan siswa melalui
fisiknya. Akibatnya lingkungan sosialnya interaksi dengan lingkungannya. Suatu
berada di antara anak dengan lingkungan komponen terpenting dalam teori
fisiknya. Lingkungan fisik yang perkembangan intektual Piaget adalah
dimaksudkan adalah interaksi antara melibatkan partisipasi siswa. Artinya
individu dan dunia luar sebagai sumber bagaimana siswa mempelajari sesuatu
pengetahuan baru”. Piaget menjelaskan sekaligus mengalami sesuatu yang
bahwa dalam proses belajar harus terjadi dipelajari tersebut melalui lingkungan.
keseimbangan antara faktor internal dan Pengetahuan bukan semata-mata berarti
faktor eksternal. Baharudin dan Esa Nur memindahkan secara verbal, melainkan

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
10
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-16

harus dikonstruksi dan bahkan dan Olson, 2008: 325) menyatakan


direkonstruksi oleh murid. Hal ini senada bahwa “melalui interaksi dengan
dengan apa yang dikemukakan Slavin lingkungan, struktur kognitif akan
(dalam Baharuddin dan Esa Nur berubah dan memperkembangkan
Wahyuni, 2007:116) yang menyatakan pengalaman terus-menerus”.
“dalam proses belajar dan pembelajaran Piaget menjelaskan bahwa struktur
siswa harus terlibat aktif dan siswa kognitif yang dimiliki seseorang terjadi
menjad pusat kegiatan belajar dan karena proses adaptasi. Adaptasi adalah
pembelajaran di kelas”. Siswa harus proses penyesuaian skemata dalam
diberikan kesempatan yang seluas- merespon lingkungan melalui dua proses
luasnya untuk mencari, memanipulasi, yang tidak dipisahkan, yaitu asimilasi dan
melakukan percobaan, bertanya, dan akomodasi. Melalui asimilasi kita
mencari jawaban sendiri terhadap berusaha memahami hal yang baru
berbagai pertanyaan yang muncul untuk dengan mengaplikasikan skema yang ada,
memperoleh pengetahuan. sedangkan akomodasi terjadi ketika
Dalam pandangan konstruktivisme, seseorang harus merubah pola
pengetahuan tumbuh dan berkembang berpikirnya untuk merespon terhadap
melalui pengalaman. Pemahaman situasi yang baru. Seseorang melakukan
berkembang semakin dalam dan kuat adaptasi dalam situasi yang makin
apabila diuji oleh berbagai macam kompleks ini dengan menggunakan
pengalaman baru. Piaget (dalam Trianto, skema yang masih bisa dianggap layak
2009:29) yakin bahwa pengalaman- (asimilasi) atau dengan melakukan
pengalaman fisik dan memanipulasi perubahan dan menambahkan pada
lingkungan penting bagi terjadinya skemanya sesuatu yang baru karena
perubahan perkembangan. Hal ini sejalan memang diperlukan (akomodasi).
dengan apa yang diungkapkan Piaget Dalam proses adaptasi terhadap
(dalam Syaiful Sagala, 2003: 26) yang lingkungan, individu berusaha untuk
mengemukakan bahwa “intelegensi mencapai struktur mental atau skemata
individu tumbuh dan berkembang melalui yang stabil. Stabil dalam artian adanya
interaksi dengan lingkunganya”. keseimbangan antara proses asimilasi dan
Selanjutnya Piaget (dalam Hergenhahn proses akomodasi. Seandainya hanya

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
11
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-16

terjadi asimilasi secara kontinu, maka 2. METODE PENELITIAN


individu hanya akan memiliki beberapa Variabel dalam penelitian ini adalah
skemata umum dan ia tidak mampu hasil belajar siswa setelah diberikan
melihat perbedaan antara berbagai hal. pembelajaran. Hasil belajar yang
Sebaliknya, jika hanya akomodasi saja dimaksud dalam penelitian ini adalah
yang terjadi secara kontinu, maka tingkat pencapaian belajar siswa yang
individu akan hanya memiliki skemata diukur pada ranah kognitifnya yang
yang kecil-kecil saja dan individu tidak diperoleh dari skor melalui tes hasil
memiliki skemata yang umum. belajar setelah mengikuti proses
Individu tersebut tidak akan bisa pembelajaran pada materi lingkaran
melihat persamaan-persamaan di antara dalam menghitung keliling dan luas
berbagai hal. Itulah sebabnya, ada lingkaran.
keserasian di antara asimilasi dan Model pembelajaran yang digunakan
akomodasi yang oleh Jean Piaget disebut adalah asimilasi dan akomodasi teori
dengan keseimbangan (equilibrium). konstruktivisme Piaget, maksudnya
Dengan adanya keseimbangan ini, maka adalah pengetahuan dibentuk dalam
efisiensi interaksi anak yang sedang proses asimilasi dan akomodasi terhadap
berkembang dengan lingkungnya dapat skemata pengetahuan seseorang. Supaya
tercapai dan terjamin. Dalam artian, proses pembentukan pengetahuan itu
terjadi keseimbangan antara faktor-faktor berkembang, pengalaman sangat
internal dan faktor-faktor eksternal. menentukan. Semakin banyak orang
Dengan kata lain melalui pembelajaran mempunyai pengalaman mengenai
asimilasi dan akomodasi teori persoalan, lingkungan atau objek yang
konstruktivisme Piaget akan mampu dihadapi ia akan semakin
mengaktifkan siswa dalam pembelajaran mengembangkan pemikiran dan
sehingga dapat meningkatkan pengetahuannya.
pemahaman materi dan akan berpengaruh Sebelumnya siswa terlebih dahulu
terhadap hasil belajar siswa. diberi tes (pre test) untuk mendapatkan
hasil tes kemampuan awal yang nantinya
dibandingkan dengan tes hasil belajar
setelah proses pembelajaran. Jenis

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
12
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-16

instrumen yang digunakan dalam yang hendak diukur. Untuk mengetahui


penelitian ini berupa soal tes essay yang validitas soal digunakan validitas isi.
bertujuan untuk memperoleh data Untuk menjamin validitas isi dengan
kemampuan awal dan hasil belajar siswa. menysusun kisi-kisi sehingga masing-
Untuk keperluan tersebut dilakukan tes masing bahasan tersusun secara
awal dan tes akhir yang dilaksanakan proporsional. Selanjutnya soal tersebut
sebelum dan sesudah pembelajaran. Tes dikonsultasikan kepada ahli. Sedangkan
awal yang dilaksanakan sebelum untuk menilai validitas butir soal
pembelajaran berlangsung digunakan (empiris) dilakukan dengan
untuk mengetahui kemampuan awal mengkorelasikan skor butir soal tersebut
siswa sebelum diberikan pembelajaran. dengan skor total yang diperoleh.
Sedangkan tes akhir digunakan untuk Koefisien korelasi dihitung dengan rumus
mengetahui hasil belajar siswa yang Korelasi Product Moment dari Pearson.
dilaksanakan sesudah pembelajaran Uji reliabilitas dilakukan untuk
melalui asimilasi dan akomodasi teori mengetahui tingkat keajegan atau
konstruktivisme Piaget. ketepatan tes yang digunakan. Tes
Soal pada tes awal berbentuk essay dikatakan reliabel yaitu jika soal tes
dengan jumlah soal 5 soal dan tes akhir tersebut memberikan hasil yang relatif
berbentuk essay dengan jumlah soal 5. sama (konsisten) jika soal tes tersebut
Tes awal dan tes akhir memiliki kisi–kisi diberikan pada subjek yang sama
sama dengan skor untuk masing-masing meskipun soal tersebut diberikan kepada
butir tes tergantung pada banyaknya orang, waktu dan tempat yang berbeda.
langkah penyelesaian dari soal tersebut. Untuk mengetahui reliabilitas tes
Sebelum instrumen ini digunakan maka digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha
diteliti dulu kualitasnya melalui uji coba digunakan karena soal yang diberikan
yang dilakukan terhadap 10 responden berupa tes uraian. Populasi dalam
dalam satu populasi tetapi diluar sampel. penelitian ini adalah siswa kelas VIII
Kualitas instrumen ditunjukan oleh SMP Negeri 25 Bandar Lampung yang
kesahihan (validitas) dan keterandalan berjumlah 246 siswa yang terbagi
(reliabilitas) dalam mengungkapkan apa kedalam 9 kelas. Penentuan sampel
dilakukan dengan memilih satu kelas

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
13
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-16

secara random dari 9 kelas, ini dilaksanakan pembelajaran, siswa diberi


dikarenakan sembilan kelas yang ada tes akhir untuk mengetahui hasil belajar
siswanya memiliki kemampuan yang siswa diperoleh rata-rata sebesar 67,02.
relatif sama. Hal ini dapat dilihat dari Berdasarkan analisis data yang dilakukan
rata-rata nilai ujian semester 1 untuk yaitu dengan menggunakan uji-t (t-tes),
mata pelajaran matematika. Karena diperoleh t_hitung sebesar 5,9. Kemudian
sampel berbentuk kelas maka untuk dikonsultasikan dengan t_tabel dengan dk
keperluan penelitian diambil satu kelas = 39-1 = 38, dengan taraf signifikansi 1%
sebagai sampel penelitian dengan sehingga diperoleh t_tabel=2,4458
menggunakan teknik Cluster Random (interpolasi). Sedangkan untuk taraf
Sampling. signifikansi 5 % diperoleh
Pengujian hipotesis dalam penelitian t_tabel=1,6686 (interpolasi). Berdasarkan
ini, menggunakan statisitik parametris kreteria uji untuk taraf signifikansi 1 %
karena data yang akan diuji berbentuk ternyata t_hitung > t_tabel (5,9
ratio maka setiap data pada setiap >2,4458). Sedangkan untuk taraf
variabel harus terlebih dahulu diuji signifikasi 5 % diperoleh t_hitung >
normalitasnya. Uji normalitas yang t_tabel (5,9 >1,6686). Dapat disimpulkan
digunakan dengan uji Chi Kuadrat. bahwa target t yang diperoleh untuk taraf
Pengujian pebedaan nilai hanya signifikansi 1 % maupun 5 % terdapat
dilakukan terhadap rerata kedua nilai pengaruh yang signifikan. Karena
saja, dan untuk keperluan pengujian t_hitung > t_tabel, sehingga tolak H0
digunakan tehnik statistik Uji-t dengan atau tidak ada pengaruh yang signifikan
langkah-langkah analisis data eksperimen asimilasi dan akomodasi teori
dengan model pre-tes posttest design. konstruktivisme Piaget terhadap hasil
belajar dan terima Ha atau ada pengaruh
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang signifikan asimilasi dan akomodasi
Sebelum siswa mengikuti
teori konstruktivisme Piaget terhadap
pembelajaran siswa diberikan tes awal
hasil belajar.
(pretest) untuk mengetahui kemampuan
Dalam pembelajaran penerapan
awal. Dari tes awal tersebut diperoleh
asimilasi dan akomodasi teori
rata-rata sebesar 60,87. Setelah selesai
konstruktivisme Piaget menekankan

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
14
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-16

keaktifan siswa untuk melakukan proses hanya mengandalkan pengetahuan yang


adaptasi terhadap lingkungannya. Siswa diberikan oleh guru dan guru harus
diberikan kesempatan yang seluas- melibatkan siswa secara aktif dan kritis
luasnya untuk mencari, memanipulasi, untuk memperoleh pengetahuan. Menurut
melakukan percobaan, bertanya, dan Baharudin dan Esa (2007:116) guru tidak
mencari jawaban sendiri terhadap akan mampu memberikan semua
berbagai pertanyaan yang muncul pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
sehingga terjadi proses adaptasi tersebut. mengkontruksi pengetahuan dibenak
Dalam proses adaptasi terhadap mereka sendiri. Dengan pengetahuan
lingkungan siswa diharapkan mencapai yang dibentuk sendiri oleh siswa maka
skemata yang stabil. Stabil dalam artian pengetahuan tersebut akan lebih bertahan
adanya keseimbangan antara proses lama dalam benak siswa. Sebagaimana
asimilasi dan proses akomodasi untuk yang diungkapkan Pieget (dalam Wina
memperoleh pengetahuan. Melalui Sanjaya, 2006 : 122), ”... pengetahuan
asimilasi kita berusaha memahami hal yang dikonstruksi oleh anak sebagai
yang baru dengan mengaplikasikan subjek, maka akan menjadi pengetahuan
skema yang ada, sedangkan akomodasi yang bermakna, sedangkan pengetahuan
terjadi ketika seseorang harus merubah yang hanya diperoleh melalui proses
pola berpikirnya untuk merespon pemberitahuan tersebut hanya untuk
terhadap situasi yang baru. Seseorang diingat sementara setelah itu dilupakan”.
melakukan adaptasi dalam situasi yang Pengetahuan yang melekat kuat dalam
makin kompleks ini dengan benak siswa akan mampu membantu
menggunakan skema yang masih bisa pada saat dibutuhkan sehingga hasil
dianggap layak (asimilasi) atau dengan belajar siswa dapat meningkat.
melakukan perubahan dan menambahkan Dengan kata lain melalui asimilasi
pada skemanya sesuatu yang baru karena dan akomodasi teori konstruktivisme
memang diperlukan (akomodasi). Piaget akan mampu mengaktifkan siswa
Untuk memperoleh hasil belajar melakukan interaksi dengan lingkungan
yang lebih baik seorang siswa dituntut sehingga memudahkan siswa untuk
untuk mampu mengkonstruksi memecahkan masalah dan dapat
pengetahuan mereka sendiri, siswa tidak meningkatkan motivasi siswa terhadap

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
15
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-16

pembelajaran dan pemahaman siswa Riyanto. 2008. Paradigma Baru


Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
terhadap materi. Dengan meningkatnya
pemahaman siswa terhadap materi maka Syaiful Sagala. 2009. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
hasil belajar siswa akan menjadi lebih
baik. Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif Progresif.
Jakarta : Kencana.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan
uji-t (t-tes), diperoleh adanya upaya
perbaikan pembentukan pengetahuan
lingkaran dengan menggunakan
pembelajaran asimilasi dan akomodasi
teori konstruktivisme Piaget. Hal ini
ditunjukkan oleh adanya peningkatan
rata-rata hasil belajar siswa dari 60,87
menjadi 67,02.

5. DAFTAR PUSTAKA

Baharudin, Esa Nurwahyuni. 2007. Teori


Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta
: Ar-Ruzz Media Group.

Dimyati, Mujiono. 2006. Belajar dan


Pembelajaran. Jakarta : Asdi
Mahastya.

Herman Hudoyo. 2001. Pengembangan


Kurikulum Matematika dan
Pelaksanaanya di Depan Kelas.
Surabaya : Usaha Nasional.

Hergenhahn, Matthew H. Olson. 2008.


Theories Of Learning. Jakarta :
Kencana.

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
16

S-ar putea să vă placă și