Sunteți pe pagina 1din 10

JURNAL INTERAKSI, Vol. 4 No.

1, Januari 2015 : 52 – 61

STRATEGI TELEVISI LOKAL, MEMBENTUK OPINI PEMILIH PEMULA


DENGAN CERDAS

Hery Pamungkas
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP Angkatan V
Email : herypamungkas@tvku.tv

Abstract:
The problem of this research starting from lack of beginner voter participation in using
their voting rights, as well as the still lack of government support in the socialization of democratic
education for voters. The purpose of this study to determine how effective the approach of local TV
(TVKU Semarang) in cooperation with the Commission (KPU of Semarang) through the general
elections program OSIS (Pemilos) in improving the level of awareness and understanding of
political actualization of the students as voters. This research uses descriptive quantitative research
methods. The population of this study were 100 high school students in the city of Semarang were
aged 17-21 years and has attended educational programs democracy "Pemilos" student council
president election race SMA/ SMK / MA State/ Private in 2012. While the number of respondents
who researched many as 30 those students who had attended pemilos taken by accidental sampling
technique (sampling incidentally). Results of this study states that most of the respondents agreed
that the synergy between local television as a medium in this case by the KPU as election
organizers and quite a significant correlate positively affect participation in the event turn out
elections are held. And the most important thing is expected to increase voter turn out in the city of
Semarang well in the election of DPR, DPD and DPRD as well as the election of President and
Vice-President or elections simultaneously th 2015.

Keywords: young voters, pemilos, participation in general election.

Pendahuluan Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri


Menjadi kebutuhan yang pertama dan menyebutkan bahwa angka tingkat partisipasi
utama bagaimana keterlibatan para pemilih di Pemilu 1999 sebesar 92%, Pemilu 2004
Indonesia, terlebih golongan pemilih pemula sebesar 84% dan Pemilu 2009 sebesar 72%
didalam ikut memberikan perubahan untuk (Tempo.co, 26 Agustus 2013). Ada sejumlah
bangsa yaitu dengan berpartisipasi aktif alasan yang muncul kenapa banyak pemilih
menggunakan hak pilihnya. Budaya politik pemula yang lebih memilih golput daripada
yang partisipatif adalah budaya politik yang menggunakan hak pilihnya. Berdasarkan
demokratik. Dalam hal ini akan mendukung tulisan opini yang dimuat di kolom
terbentuknya sebuah sistem politik yang Kompasiana (08 October 2013), ada sejumlah
demokratik dan stabil. Menurut Almond dan alasan yang dimunculkan diantaranya: golput
Verba, dalam bukunya The Civic Culture karena calonnya tidak populer, golput karena
(budaya politik kewarganegaraan) “bahwa calonnya tidak kredibel, menganggap partai
budaya politik merupakan sikap individu politik gagal dalam regenerasi calon
terhadap sistem politik dan komponen- pemimpin, golput karena merasa tidak
komponennya juga sikap individu terhadap mendapatkan manfaat sama sekali, golput
peranan yang dapat dimainkan dalam sebuah karena kecewa dan trauma memilih, golput
sistem politik (Almond dan Verba,1984). karena tidak bisa bangun pagi.
Menjadi sebuah pragmatisme ketika secara Menyoal pragmatisme penurunan
umum justru terjadi penurunan partisipasi kuantitas dan jumlah pemilih pemula tersebut
dalam memberikan hak suara didalam setiap perlu segera diambil langkah bijak untuk
pemilu yang digelar. Hal ini, cukup terlihat segera meningkatkan partisipasi pemilih
pada setiap pemilu sejak tahun 1999. pemula. Kali ini penulis mencoba melihatnya

52
Hery Pamungkas, Strategi Televisi Lokal, Membentuk Opini Pemilih Pemula Dengan Cerdas

melalui cara pandang sebuah media Televisi masyarakat. Pengelola TV lokal harus cerdas
Lokal didalam ikut mendongkrak jumlah membaca ruang yang tidak tersentuh oleh TV
pemilih didalam setiap pemilu yang digelar. jaringan. Sampai saat ini TV jaringan belum
Menurut teori Klaus Bergmann, pakar hukum mampu menyediakan varian konten yang
penyiaran Jerman, bahwa the mass media have mengangkat tentang kearifan lokal, sampai
become one of the most significant pada segala bentuk informasi yang dimiliki
instruments of powers in state. Dimana saat masyarakat. Poin tersebut sebenarnya dalam
regulasi, khususnya di bidang media kepentingan bisnis menjadi market share.
penyiaran, harus memperhitungkan dampak
positif dan negatifnya. Pengaruh media Kerangka Pemikiran
penyiaran, khususnya televisi sangat signifikan Pengaruh Komunikasi Media Televisi Lokal
dalam dinamika suatu komunitas. Terhadap Pemilih
Pertanyaannya adalah mengapa televisi lokal? Televisi menduduki urutan pertama
Lahirnya Undang-undang nomor 32 tahun dalam “The big five of mass media” televisi,
2002 tentang Penyiaran menjadi pemicu film, radio, majalah dan koran. Ada dua fungsi
bermunculannya TV lokal. Kehadiran TV komunikasi yang melengkapi didalamnya
lokal digadang-gadang akan menjadi yaitu Social Function dan Individual Function.
penyeimbang siaran TV jaringan (Indosiar, Social Function atau fungsi terhadap
SCTV, RCTI, MNCTV, Global TV, Metro masyarakat lebih bersifat sosiologis sedangkan
TV, Trans TV, Trans 7, ANTV, TV ONE) fungsi terhadap individu (Individual Function)
yang cenderung Jakarta sentris. Namun dalam bersifat psikologis (Djuarsa 1993). Televisi
perjalanannya mayoritas TV lokal tidak bisa mampu memberi pengaruh dan dampak
berbuat apa-apa. Ada yang “mati”, sebagian kepada khalayak. Menurut Ahmadi
kecil mampu bertahan, dan mayoritas (1991:78) dampak tersebut dapat terjadi dalam
dipindahtangankan. Ketatnya persaingan tiga aspek, yaitu :
bisnis broadcast televisi telah membuka mata (a) Aspek Kognitif, yaitu berhubungan
bahwa “raksasa” TV jaringan masih sulit dengan gejala pikiran, berwujud
untuk ditandingi. Faktanya mayoritas TV lokal pengetahuan dan keyakinan serta harapan-
di Jawa Tengah beralih manajemen dan harapan tentang objek atau kelompok
kepemilikan. Di Kota Semarang ada TVB objek tertentu
(Kompas TV), Pro TV (MNC Group), TVKU (b) Aspek Afektif, berwujud proses
(Suara Merdeka Group), dan Cakra TV (Bali berhubungan dengan perasaan tertentu
TV). seperti ketakutan, kebencian, simpati,
Industri televisi merupakan bisnis antipati, dan sebagainya, yang ditunjukan
padat modal. Maka dari itu, pengusaha TV kepada objek-objek tertentu
lokal seharusnya memahami betul apa dan (c) Aspek Konatif, berwujud proses tendensi
bagaimana yang harus dilakukan untuk dapat atau kecendrungan, berhubungan dengan
memenangkan persaingan bisnis. Selain modal perilaku mendekati atau menjauhi suatu
dasar yang harus kuat, pengusaha TV lokal objek tertentu.
juga harus menguasai strategi jitu untuk Televisi memberikan pengaruh sosial
merebut hati pemirsa yang sudah terlanjur yang sangat besar terhadap masyarakat, baik
dikuasai TV jaringan. Salah satunya adalah bagi anak-anak maupun terhadap remaja dan
dengan menjual “Kelokalan” dari lokalitas orang dewasa. Pengaruh ini dapat dilihat
sebuah daerah atau komunitas. Dan prestasi dalam percakapan-percakapan dan perbuatan
inilah yang berhasil dilakukan oleh salah satu mereka. Akan terdapat kemajuan mereka
televisi lokal di Jawa Tengah yaitu TVKU dalam hal pembicaraan tentang kebudayaan,
Semarang yang berhasil melakukan menambah pemberdayaan bahasa dan
pendekatan dengan merangkul komunitas menyebabkan berkurangnya minat mereka
pemilih pemula yang jumlahnya ribuan di dalam membaca surat kabar atau majalah.
Kota Semarang. Harus bisa kita pahami secara Berdasarkan laporan Emerson (1969) yang
bersama, bahwa senjata utama bisnis televisi berjudul (Education In Indonesia: Diagonosis
adalah menjual program yang menarik of the present situation with identification of

53
JURNAL INTERAKSI, Vol. 4 No. 1, Januari 2015 : 52 – 61

prioritas development” menyebutkan bahwa Kota Semarang menggandeng TVKU


program radio dan televisi pendidikan Semarang cukup efektif, mendasari bahwa
merupakan bagian integral dari pengembangan media televisi sangat diminati karena memiliki
materi dan kurikulum pendidikan. Dengan karakteristik yang berbeda dengan media lain,
demikian, keduanya harus dapat prioritas yaitu audiovisual, sehingga dapat didengar
dalam pengembangan siaran radio pendidikan. sekaligus dapat dilihat. Khalayak televisi dapat
Dengan demikian, bahwa sebagai media melihat gambar yang bergerak disertai dengan
pendidikan televisi berperan aktif dan dapat suara (Ardianto dan Erdinaya, 2004:128).
mempengaruhi pendidikan seorang anak. Dengan menonton televisi, audience seakan-
Seperti berpengaruh pada sikap seseorang, akan ikut dalam tayangan yang ditayangkan di
kreativitas, motivasi, pandangan hidup, gaya televisi, memberikan pengalaman seolah-olah
hidup, dan juga orientasi masyarakat. Dengan audience mengalaminya sendiri. Dengan
demikian, salah satu bentuk pendayagunaan kelebihan yang dimilikinya ini, televisi dapat
teknologi komunikasi adalah media televisi. menarik perhatian audience sehingga
informasi ataupun hiburan melalui televisi
Pengaruh Program Televisi terhadap Sikap menjadi lebih efektif. Keterlibatan warga atau
Politik masyarakat dalam sebuah program ternyata
KPU Kota Semarang bersama dengan dinilai berhasil meningkatkan intensitas
TVKU Semarang memiliki keprihatinan khalayak menonton televisi. Menurut Onong
terhadap rendahnya pengetahuan dan sikap Uchjana Effendy, intensitas menonton televisi
demokrasi pada masyarakat perihal tingkat adalah tingkat kedalaman seseorang
partisipasi masyarakat pada pemilu dan menyaksikan acara-acara di televisi, baik
pemilukada dari tahun ke tahun. Diawali dari secara kuantitas maupun secara kualitas
laporan tingkat partisipasi Pemilukada (Effendy, 1993:31). Dalam menjalankan
Walikota dan Wakil Walikota Semarang fungsi komunikasi massa, institusi media
Tahun 2010 yang hanya mencapai 60,01%, massa dalam hal ini TVKU menjalankan peran
serta laporan hasil survey KPU Kota Semarang mediasi (penengah/penghubung). McQuail
tentang tingkat partisisipasi pemilih yang tidak menyebutkan peran media massa sebagai
menggunakan hak pilih mayoritas adalah Jendela pengalaman yang meluaskan
kaum muda. Kedua stake holder (KPU Kota pandangan kita dan memungkinkan kita
Semarang dan TVKU) berpendapat bahwa mampu memahami apa yang terjadi di sekitar
masyarakat Kota Semarang khususnya diri kita.
generasi muda yaitu pelajar dan mahasiswa
perlu mendapat tambahan wawasan Peran Televisi Lokal Membangun
pengetahuan demokrasi melalui pendidikan Komunikasi Politik
Demokrasi. Komunikasi Politik merupakan
Di abad Teknologi Informasi ini, tak “gabungan” dua disiplin ilmu yang berbeda
ada yang lebih berpengaruh daripada TV. namun terkait sangat erat, yakni Ilmu
Begitu besarnya pengaruh TV, bahkan banyak Komunikasi dan Ilmu Politik. Gabriel Almond
pihak yang menyatakan TV lebih penting (1960): komunikasi politik adalah salah satu
dalam pendidikan politik ketimbang partai fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem
politik. Dalam pelaksanaan praktik demokrasi politik. “All of the functions performed in the
di sekolah dalam bentuk Pemilos, Sang political system, political socialization and
Kandidat, dan Musyawarah Pelajar, yang recruitment, interest articulation, interest
disiarkan secara kontinue oleh TVKU aggregation, rule making, rule application, and
Semarang ternyata berhasil mendapat tempat rule adjudication, are performed by means of
dihati masyarakat Kota Semarang khususnya communication.” Dalam strategi sinergi
para pelajar dimana mereka adalah para komunikasi efektif dalam komunikasi politik
pemilih pemula yang siap menggunakan hak pendidikan demokrasi, ada beberapa hal yang
pilihnya namun masih bimbang untuk bisa dilakukan. Orientasi Pendidikan
mengoptimalkan keikutsertaan dan Demokrasi yang difokuskan kepada para siswa
partisipasinya untuk ikut memilih. Cara KPU SMA, SMK & MA, didasarkan pada logika

54
Hery Pamungkas, Strategi Televisi Lokal, Membentuk Opini Pemilih Pemula Dengan Cerdas

bahwa mereka adalah calon generasi dan pemilu di Jawa Tengah (Pilgub, Pileg, dan
penerus bangsa yang masih memiliki Pilpres). Adapun program yang
idealisme tinggi tanpa terkontaminasi dengan direkomendasikan tersebut adalah Lomba
kepentingan politik apapun. Melalui Praktek Demokrasi di Sekolah/Pemilu
pendidikan demokrasi ini, diharapkan para Ketua OSIS “Pemilos” SMA/SMK/MA se-
siswa SMA, SMK & MA Negeri-Swasta se Kota Semarang. Program pemilihan ketua
Kota Semarang menjadi kepanjangan tangan OSIS secara langsung sebagaimana Pemilihan
KPU Kota Semarang dalam memberikan Umum (Legislatif, Presiden Wakil Presiden
pencerahan dan penjelasan kepada masyarakat dan Kepala Daerah-Wakil Kepala Daerah),
akan arti pentingnya demokrasi. Para siswa program ini sebagai bentuk evaluasi praktis
juga diharapkan sebagai ”agen perubahan” atas pendidikan demokrasi dimana prosesnya
yang mampu memberikan pengetahuan dan mengikuti tahapan pemilu seperti
pemahaman demokrasi yang utuh kepada pembentukan badan penyelenggara,
keluarga dan masyarakat di lingkungannya. pendaftaran pemilih, pencalonan, kampanye,
pemungutan dan penghitungan suara. Tujuan
Inovasi Sosialisasi Dan Kreativitas dari program ini, mempraktikan perilaku
Sosialisasi demokrasi para siswa, memperkenalkan
Sinergi yang bisa dibangun antara sistem, mekanisme dan tahapan
penyelenggara pemilu dalam hal ini Komisi penyelenggaraan pemilu kepada siswa, melatih
Pemilihan Umum atau KPU dengan media para siswa menjadi penyelenggaran dan
massa yaitu dengan membangun kerangka peserta Pemilu, meningkatkan partisipasi
kerjasama bersama media penyiaran televisi pemilih pemula serta menjadikan pelajar
lokal yang mempunyai potensi untuk sebagai pemilih pemula yang cerdas dan
memberdayakan dan mengembangkan potensi bermartabat. Pendidikan demokrasi untuk
daerahnya. Kenapa dengan media televisi pemilih pemula di Kota Semarang ini
lokal? Hal ini penting, karena berbeda dengan dilaksanakan oleh KPU Kota Semarang
stasiun televisi jaringan swasta nasional bekerjasama dengan TVKU Semarang melalui
yang cenderung berpusat di Jakarta dan sangat Pemilihan Umum Ketua OSIS SMA, SMK,
minim perhatian didalam mengembangkan MA se Kota Semarang yang telah
home base pendidikan ditingkat lokal dan hal dilaksanakan sejak tahun anggaran 2011.
inilah yang selama ini tidak dimiliki oleh Dalam pelaksanaannya para siswa yang
media penyiaran televisi swasta nasional. bertugas sebagai penyelenggara Pemilos
Keberadaan media penyiaran televisi lokal diberikan bimbingan berupa: menyusun
bisa digunakan sebagai barometer untuk regulasi, pencalonan, kampanye, pelaksanaan
mengukur dan menilai pengaruh bimbingan teknis pemungutan dan
program siaran media televisi lokal, termasuk penghitungan suara, menetapkan calon
bagaimana peran sebuah media penyiaran terpilih.
televisi lokal merebut hati pemirsanya dan ikut 1.1 Perumusan Masalah
mensukseskan pilkada tidak hanya dalam 1. Seberapa efektif dampak Program
konteks komersial semata. Melainkan ikut Pendidikan Demokrasi “Pemilos” TVKU
tampil dengan program-program edukatif yang didalam meningkatkan tingkat aktualisasi
mencerdaskan didalam ikut mensukseskan kesadaran dan pemahaman politik dari
perhelatan pilkada khususnya didalam pelajar sebagai pemilih pemula?
merangsang para pemilih pemula untuk ikut 2. Bagaimana intensitas keterlibatan pemilih
memilih. KPU Kota Semarang bekerjasama pemula dapat meningkatkan tingkat
dengan Media penyiaran tv lokal untuk aktualisasi kesadaran dan pemahaman
mengembangkan program pendidikan bagi politik untuk menggunakan hak pilihnya?
pemilih pemula, salah satunya melalui
Program Pendidikan Demokrasi “Pemilos” di 1.2 Tujuan Penelitian
TVKU. Kenapa TVKU? Karena media Berdasarkan rumusan masalah di atas,
penyiaran televisi lokal yang satu ini menjadi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
salah satu icon saluran demokrasi dalam

55
JURNAL INTERAKSI, Vol. 4 No. 1, Januari 2015 : 52 – 61

1. Kualitas dan efektivitas terpaan program yang berusia 17-21 th dan pernah mengikuti
pendidikan demokrasi “Pemilos” TVKU program pendidikan demokrasi “Pemilos“
terhadap partisipasi pemilih pemula di lomba pemilihan umum ketua OSIS
Kota Semarang dalam pemilu legislatif SMA/SMK/MA Negeri/ Swasta tahun 2012.
2014. Sedangkan jumlah responden yang diteliti
2. Bagaimana intensitas keterlibatan pemilih berdasar dari Rumus Yamane diperoleh sampel
pemula di Kota Semarang dalam sebanyak 30 orang siswa yang pernah
Pemilihan Umum Legislatif 2014. mengikuti pemilos yang pada th 2014 duduk di
kelas 3 SMA/SMK/MA yang diambil dengan
1.3 Manfaat Penelitian tehnik accidental sampling (sampling
Hasil penelitian diharapkan dapat mempunyai kebetulan). Tehnik ini memilih sampel yang
dua manfaat yaitu manfaat akademis dan kebetulan dijumpai di sekolah. Alasannya
manfaat praktis: karena peneliti merasa kesulitan mengingat
1. Manfaat Akademis sebagian siswa ternyata sudah lulus dari
Penelitian ini diharapkan dapat sekolahnya. Selanjutnya dengan tujuan melihat
memperdalam kajian teori ilmu komunikasi gambaran dari siswa yang pernah mengikuti
dan politik tentang pendidikan demokrasi di kegiatan pemilos dan pengaruhnya untuk
kalangan pemilih pemula, untuk diterapkan berpartisipasi dalam pemilu legislatif 2014
didalam pengajaran dan pembelajaran lalu. Peneliti kemudian melakukan proses
pendidikan kewarganegaraan di sekolah wawancara, serta melakukan observasi atau
maupun dipergiruan tinggi serta memberikan pengamatan dengan menggunakan instrument
sumbangsih didalam kerangka perbaikan angket kuisioner untuk mengetahui
pembelajaran berbasis pendidikan demokrasi. karakteristik Pemilih Pemula di Kota
2. Manfaat Praktis Semarang dan partisipasi mereka dalam
Masyarakat bisa memperoleh pemilu legislatif 2014.
pemahaman mendasar terhadap konsep-konsep
dasar demokrasi melalui pengalaman nyata Tehnik pengumpulan data
dan praktek langsung, dan memberikan saran Dalam penelitian data primer peneliti
atau rekomendasi langsung tentang program menggali langsung dari responden dengan
pendidikan demokrasi yang cocok dan ideal. menggunakan alat bantu kuisioner, yang berisi
Hal ini bisa menjadi bahan didalam tentang pertanyaan; efektivitas program
mengaktualisasikan budaya berpolitik, pendidikan demokrasi pemilos, intensitas
sekaligus mengoptimalkan pembelajaran keterlibatan pemilih, sosialisasi KPU Kota
demokrasi sesuai dengan tujuan kompetensi Semarang, serta partisipasi pemilih pemula.
dan dapat memecahkan berbagai masalah Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi
materi pelajaran demokrasi yang selama ini kepustakaan dengan mempelajari sejumlah
sulit dikembangkan. literatur, teori, dan penelitian terdahulu
termasuk wawancara dengan pihak sekolah
Metodologi Penelitian untuk menunjang penelitian.
Rancangan desain penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Pengembangan instrumen
penelitian kuantitatif Deskriptif yaitu metode Dalam pengembangan instrumen
yang lebih menekankan pada aspek kuisinoner sebagai alat bantu pengumpulan
pengukuran secara obyektif terhadap data, selanjutnya pengukuran dilakukan
fenomena social. Untuk dapat melakukan dengan menggunakan skala Likert yang terdiri
pengukuran, setiap fenomena social dijabarkan dari empat pilihan jawaban. Sangat tidak
kedalam beberapa komponen masalah, setuju diberi skor 1, tidak setuju diberi skor 2,
variable dan indicator. setuju diberi skor 3, sangat tidak setuju diberi
skor 4.
Populasi dan Sampel
Adapun populasi dari penelitian ini Identifikasi dan Pengukuran Variabel
adalah 100 pelajar SLTA di kota Semarang Penelitian

56
Hery Pamungkas, Strategi Televisi Lokal, Membentuk Opini Pemilih Pemula Dengan Cerdas

Variabel didalam penelitian ini ada Hasil Penelitian Dan Pembahasan


empat, yaitu: terpaan program pendidikan Analisis Data Deskriptif
demokrasi pemilos TVKU (X1), intensitas 1. Variabel Terpaan Program Pendidikan
keterlibatan pemilih (X2), sosialisasi KPU Demokrasi Pemilos TVKU (X1)
Kota Semarang, (X3) partisipasi pemilih Dari sepuluh pertanyaan tentang terpaan
pemula (Y). Untuk uji validitas data peneliti program pemilos terhadap pengaruh partisipasi
melakukan tahapan mulai dari: jumlah pemilih pemula, maka distribusi
 Mendefinisikan secara operasional konsep responden untuk X1 adalah sebagai berikut;
yang akan diukur.
 Menguji coba skala pengukuran tersebut Tabel Uji Validitas. 1
pada sejumlah responden. Variabel Terpaan Program Pendidikan
 Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. Demokrasi Pemilos TVKU
 Menghitung korelasi antara masing-masing Pertanyaan Keputusan
pernyataan dengan skor total dengan B1 Menolak H0, karena sig.2-
menggunakan rumus teknik korelasi tailed=0.000 kurang dari α=0.05
„product moment‟ B2 Menolak H0, karena sig.2-
 Membandingkan angka korelasi yang tailed=0.001 kurang dari α=0.05
diperoleh dengan angka kritik Tabel B3 Menolak H0, karena sig.2-
korelasi -r yaitu nilai rn-2. tailed=0.001 kurang dari α=0.05
 Jika angka korelasi yang diperoleh lebih B4 Menolak H0, karena sig.2-
besar dari angka kritik rn-2 maka item tailed=0.013 kurang dari α=0.05
pernyataan signifikan. Hal ini berarti B5 Menolak H0, karena sig.2-tailed
=0.000 kurang dari α=0.05
bahwa pernyataan-pernyataan tersebut
B6 Menolak H0, karena sig.2-
valid. tailed=0.000 kurang dari α=0.05
Sedangkan dalam uji realibilitas, B7 Menolak H0, karena sig.2-
reliabilitas kuesioner diperlihatkan oleh nilai tailed=0.001 kurang dari α=0.05
alpha yang lebih besar dari 0.6 , maka B8 Menerima H0, karena sig.2-
kuesioner yang disusun dianggap cukup tailed=0.129 lebih dari α=0.05
reliabel. Hipotesis B9 Menerima H0, karena sig.2-
Ho: item pernyataan tidak signifikan tailed=0.110 lebih dari α=0.05
(pernyataan tidak reliabel) B10 Menerima H0, karena sig.2-
H1: item pernyataan signifikan (pernyataan tailed=0.084 lebih dari α=0.05
reliabel)
Dengan taraf signifikansi 5%, dapat
Tehnik analisis data disimpulkan bahwa butir pertanyaan yang
Pengujian hipotesis dilakukan dengan valid adalah butir pertanyaan B1, B1, B2, B3,
menggunakan tehnik analisa Koeefisien B4, B5, B6, dan B. Sedangkan butir
Korelasi Pearson Corelation. Dimana Analisis pertanyaan B8, B9, dan B10 tidak valid karena
korelasi menunjukkan keeratan hubungan menerima H0 dengan nilai sig.2-tailed > 0,05.
antara dua variabel atau lebih dengan tujuan
mencari bukti terdapat tidaknya hubungan Tabel Realibilitas. 2
(korelasi) antar variabel, bila sudah ada Variabel Terpaan Program Pendidikan
hubungan, untuk melihat besar kecilnya Demokrasi Pemilos TVKU
hubungan antar variable, dan memperoleh Reliability Statistics
Cronbach' N of Items
kejelasan dan kepastian apakah hubungan s Alpha
tersebut berarti (meyakinkan/ signifikan) atau ,726 10
tidak berarti (tidak meyakinkan). Adapun
semua semua penghitungan dan analisa data Dengan taraf signifikansi 5%, disimpulkan Ho
dilakukan dengan menggunakan perangkat ditolak karena nilai nilai Cronbach's Alpha (r)
lunak komputer program SPSS versi 15 for = 0.726 > r tabel = 0.632. Sehingga dapat
Windows. dikatakan variabel menghasilkan pengkuran
yang konsisten atau reliabel.

57
JURNAL INTERAKSI, Vol. 4 No. 1, Januari 2015 : 52 – 61

2. Variabel Intensitas Keterlibatan Pemilih dikatakan variabel menghasilkan pengkuran


(X2), yang konsisten atau reliabel.
Dari dua belas pertanyaan tentang
terpaan program pemilos terhadap pengaruh 3. Variabel Sosialisasi KPU Kota Semarang
partisipasi jumlah pemilih pemula, maka (X3)
distribusi responden untuk X2 adalah sebagai Dari enam belas pertanyaan tentang
berikut; terpaan program pemilos terhadap pengaruh
Tabel Uji Validitas. 3 partisipasi jumlah pemilih pemula, maka
Variabel keterlibatan pemilih distribusi responden untuk X3 adalah sebagai
Pertanyaan Keputusan berikut;
C10 Menerima H0, karena sig.2- Tabel Uji Validitas. 5
tailed=0.718 lebih dari α=0.05 Variabel Sosialisasi KPU Kota Semarang
C11 Menerima H0, karena sig.2- Pertanyaan Sig. 2-Tailed
tailed=0.415 lebih dari α=0.05 D17 0.000
C12 Menolak H0, karena sig.2- D18 0.000
tailed=0.015 kurang dari α=0.05 D19 0.000
C13 Menolak H0, karena sig.2- D20 0.000
tailed=0.000 kurang dari α=0.05 D21 0.000
C14 Menolak H0, karena sig.2- D22 0.000
tailed=0.000 kurang dari α=0.05 D23 0.000
C15 Menerima H0, karena sig.2- D24 0.000
tailed=0.766 lebih dari α=0.05 D25 0.000
C16 Menolak H0, karena sig.2- D26 0.000
tailed=0.018 kurang dari α=0.05 D27 0.000
C17 Menolak H0, karena sig.2- D28 0.000
tailed=0.000 kurang dari α=0.05 D29 0.000
C18 Menolak H0, karena sig.2- D30 0.000
tailed=0.000 kurang dari α=0.05 D31 0.000
C19 Menolak H0, karena sig.2- D32 0.000
tailed=0.000 kurang dari α=0.05
C20 Menolak H0, karena sig.2-
Dengan taraf signifikansi 5%, dapat
tailed=0.000 kurang dari α=0.05
disimpulkan Ho ditolak karena nilai sig.(2-
C21 Menolak H0, karena sig.2-
tailed=0.000 kurang dari α=0.05 tailed)=0 >α=5%. Sehingga dapat dikatakan
semua butir pertanyaan Sosialisasi KPU Kota
Dengan taraf signifikansi 5%, dapat Semarang valid.
disimpulkan bahwa butir pertanyaan yang Tabel Realibilitas. 6
valid karena menolak H0 dengan nilai sig.2- Variabel sosialisasi KPU Semarang
Reliability Statistics
tailed< α adalah butir pertanyaan C12, C13, Cronbach's N of Items
C14, C16, C17, C18, C19, C20, dan C21. Alpha
Sedangkan butir pertanyaan C10, C11, dan ,941 16
C15 tidak valid karena menerima H0 dengan
nilai sig.2-tailed > 0,05. Dengan taraf signifikansi 5%, disimpulkan Ho
Tabel Realibilitas. 4 ditolak karena nilai nilai Cronbach's Alpha (r)
Variabel keterlibatan pemilih = 0.941 > r tabel = 0.497. Sehingga dapat
Reliability Statistics dikatakan variabel menghasilkan pengkuran
Cronbach' N of Items
s Alpha
yang konsisten atau reliabel.
,755 12
4. Variabel Partisipasi Pemilih Pemula (Y).
Dengan taraf signifikansi 5%, disimpulkan Ho Dari dua puluh tiga pertanyaan tentang
ditolak karena nilai nilai Cronbach's Alpha (r) terpaan program pemilos terhadap pengaruh
= 0.755 > r tabel = 0.576. Sehingga dapat partisipasi jumlah pemilih pemula, maka

58
Hery Pamungkas, Strategi Televisi Lokal, Membentuk Opini Pemilih Pemula Dengan Cerdas

distribusi responden untuk X4 adalah sebagai E33, E34, E35, E36, E37, E39, E40, E41, E44,
berikut; E47, E48, E49, E50, dan E53. Sedangkan butir
Tabel Uji Validitas. 7 pertanyaan yang tidak valid adalah E38, E42,
Variabel Partisipasi Pemilih Pemula (Y). E43, E45, E46, E51, dan E52.
Pertanyaan Keputusan
E31 Menolak H0, karena sig.2- Tabel Realibilitas. 8
tailed=0.010 kurang dari α=0.05 Variabel Partisipasi Pemilih Pemula (Y).
E32 Menolak H0, karena sig.2- Reliability Statistics
tailed=0.001 kurang dari α=0.05 Cronbach's Alpha N of Items
E33 Menolak H0, karena sig.2- ,846 23
tailed=0.000 kurang dari α=0.05
E34 Menolak H0, karena sig.2- Dengan taraf signifikansi 5%, disimpulkan Ho
tailed=0.023 kurang dari α=0.05 ditolak karena nilai nilai Cronbach's Alpha (r)
E35 Menolak H0, karena sig.2- = 0.846 > r tabel = 0.413. Sehingga dapat
tailed=0.001 kurang dari α=0.05 dikatakan variabel menghasilkan pengukuran
E36 Menolak H0, karena sig.2-
yang konsisten atau reliabel.
tailed=0.000 kurang dari α=0.05
E37 Menolak H0, karena sig.2-
tailed=0.000 kurang dari α=0.05 Hasil Penelitian
E38 Menerima H0, karena sig.2- Setelah menganalisis output SPSS uji
tailed=0.070 lebih dari α=0.05 validitas dan reliabilitas kuesioner dari 30
E39 Menolak H0, karena sig.2- responden yang terdiri atas variabel Terpaan
tailed=0.049 kurang dari α=0.05 Program Pendidikan Demokrasi “Pemilos”
E40 Menolak H0, karena sig.2- TKVU, Intensitas Keterlibatan Pemilih,
tailed=0.000 kurang dari α=0.05 Sosialisasi KPU Kota Semarang, dan
E41 Menolak H0, karena sig.2- Partisipasi Pemilih Pemula dapat disimpulkan
tailed=0.024 kurang dari α=0.05 bahwa:
E42 Menerima H0, karena sig.2- 1. Variabel Terpaan Program Pendidikan
tailed=0.080 lebih dari α=0.05 Demokrasi “Pemilos” TVKU pada uji
E43 Menerima H0, karena sig.2- reliabilitasnya menyatakan bahwa variabel
tailed=0.056 lebih dari α=0.05
tersebut menghasilkan pengukuran yang
E44 Menolak H0, karena sig.2-
konsisten (atau dikatakan sudah reliable)
tailed=0.045 kurang dari α=0.05
E45 Menerima H0, karena sig.2-
dan pada uji validitasnya menyatakan
tailed=0.399 lebih dari α=0.05 bahwa 70 persen dari 10 butir pertanyaan
E46 Menerima H0, karena sig.2- sudah tepat untuk mengukur variabel
tailed=0.377 lebih dari α=0.05 tersebut (atau dikatakan valid). Jadi, dapat
E47 Menolak H0, karena sig.2- disimpulkan variabel Terpaan Program
tailed=0.003 kurang dari α=0.05 Pendidikan Deokrasi “Pemilos” TKVU
E48 Menolak H0, karena sig.2- dapat dilanjutkan untuk kuesioner
tailed=0.000 kurang dari α=0.05 penelitian tanpa mengikutsertakaan 30
E49 Menolak H0, karena sig.2- persen pertanyaan yang tidak valid (butir
tailed=0.000 kurang dari α=0.05 pertanyaan B8, B9 dan B10).
E50 Menolak H0, karena sig.2- 2. Variabel Intensitas Keterlibatan Pemilih
tailed=0.002 kurang dari α=0.05 pada uji reliabilitasnya menyatakan bahwa
E51 Menerima H0, karena sig.2- variabel tersebut menghasilkan
tailed=0.061 lebih dari α=0.05
pengukuran yang konsisten (atau
E52 Menerima H0, karena sig.2-
tailed=0.164 lebih dari α=0.05
dikatakan sudah reliable) dan pada uji
E53 Menolak H0, karena sig.2- validitasnya menyatkaan bahwa 75 persen
tailed=0.000 kurang dari α=0.05 dari 12 butir pertanyaan sudah tepat untuk
mengukur variabel tersebut (atau
Dengan taraf signifikansi 5%, dapat dikatakan valid). Jadi, dapat disimpulkan
disimpulkan butir pertanyaan Partisipasi variabel Intensitas Keterlibatan dapat
Pemilih Pemula yang valid adalah E31, E32, dilanjutkan untuk kuesioner penelitian
tanpa mengikutsertakan 25 persen butir

59
JURNAL INTERAKSI, Vol. 4 No. 1, Januari 2015 : 52 – 61

pertanyaan yang tidak valid (butir Semarang merupakan media sosialisasi yang
pertanyaan C10, C11, dan C15). murah dan efektif, dibandingkan melalui
3. Variabel Sosialisasi KPU Kota Semarang kegiatan sosialisasi yang bersifat
pada uji reliabilitasnya menyatakan bahwa umum/ceramah didukung oleh 100 persen
variabel tersebut menghasilkan responden. Program ini memberikan
pengukuran yang konsisten (atau pembelajaran bermusyawarah untuk menyusun
dikatakan sudah reliable) dan pada uji program kerja, mengevaluasi atas pelaksanaan
validitasnya menyatakan bahwa 100 program kerja, dan mekanisme dalam
persen dari 16 butir pertanyaannya sudah pemilihan pengurus serta mampu memberikan
tepat untuk mengukur variabel tersebut sosialisasi kepada warga kota Semarang
(atau dikatakan valid). Jadi, dapat sebagai upaya meningkatan partisipasi pemilih
disimpulkan variabel Sosialisasi KPU dalam Pemilu. Pelaksanaan tugas KPU Kota
Kota Semarang dapat dilanjutkan untuk Semarang dalam Pemilu berjalan sesuai
kuesioner penelitan. dengan baik atas kerjasama ini. Dan yang
4. Variabel Partisipasi Pemilih Pemula pada paling penting adalah diharapkan dapat
uji reliabilitasnya menyatakan bahwa meningkatkan tingkat partisipasi pemilih di
variabel tersebut menghasilkan Kota Semarang baik dalam pemilu Anggota
pengukuran yang konsisten (atau DPR, DPD dan DPRD serta pada Pemilu
dikatakan sudah reliable) dan pada uji Presiden dan Wakil Presiden ataupun Pilkada
validitasnya menyatakan bahwa 69,57 serentak th 2015 dimana sebanyak 69,57
persen dari 23 butir pertanyaan sudah persen responden mendukung komitmen ini.
tepat untuk mengukur variabel tersebut
(atau dikatakan valid). Jadi, dapat Saran
disimpulkan variabel Partisipasi Pemulih Harapan yang bisa dicapai adalah
Pemula dapat dilanjutkan untuk kuesioner adanya penelitian lanjutan melalui penelitian
penelitian tanpa mengikutsertakan 30,43 terhadap penurunan tingkat partisipasi pemilih
persen butir pertanyaan yang tidak valid didalam pemilu ini menjadi rekomendasi
(butir pertanyaan E38, E42, E43, E45, sekaligus perhatian banyak pihak (KPU, Partai
E46, E51, dan E52). Politik, Pers dan kampus). Selain itu
dipikirkan cara untuk menambah kontribusi
Kesimpulan kajian teori ilmu komunikasi dan politik
Bentuk kreasi sosialisasi yang tentang pendidikan demokrasi di kalangan
dilaksanakan oleh KPU Kota Semarang pemilih pemula, untuk diterapkan didalam
bersama dengan TVKU Semarang dalam pengajaran dan pembelajaran pendidikan
bentuk Lomba Demokrasi Pemilihan Ketua kewarganegaraan di sekolah maupun
OSIS (Pemilos) berkontribusi aktif sebagai diperguruan tinggi serta memberikan
suplemen pembelajaran Pendidikan sumbangsih didalam kerangka perbaikan
Kewarganegaraan bagi siswa SLTA dimana pembelajaran berbasis pendidikan demokrasi.
pendapat ini didukung oleh 70 persen
responden. Sedangkan 75 persen responden Daftar Pustaka
setuju pendekatan antara dua stake holder Gabrile A. Almond ; Sidney Verba, 1984,
(KPU Kota Semarang dan TVKU Semarang) Budaya Politik, Terj. Sahat Simamora,
mampu memperluas wawasan keilmuan Jakarta : Bina
pendidikan kewarganegaraan bagi siswa SLTA Aksara, hlm. 14.
di bidang pemberantasan korupsi dan Arfani, Riza Noer (1996). Demokrasi
penegakan hak asasi manusia, wawasan Indonesia Kontemporer, Jakarta: PT
demokrasi dan pemilu serta penegakkan Raja Grafindo
hukum sengketa pemilu. Persada Bambang (2004)."Menggagas
Adapun Sosialisasi Pemilu kepada Partisipasi Aktif Guru dalam Peta
pemilih pemula yang duduk di bangku SLTA Politik Indonesia" di Bandung dalam
di Kota Semarang melalui lomba Pemilu seminar).
Ketua OSIS SMA, SMK, MA se Kota

60
Hery Pamungkas, Strategi Televisi Lokal, Membentuk Opini Pemilih Pemula Dengan Cerdas

Violina, Sylvia (2008) Perilaku Memilih


Pemilih Pemula pada Pemilihan
Presiden 2009 di Kota
Padang. Other thesis, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.
Umberto Sihombing. (2002). Menuju
Pendidikan Bermakna melalui
Pendidikan Berbasis Masyarakat.
Jakarta: CV Multiguna.
Saripudin U. (2001). Jatidiri Pendidikan
Kewarganegaraan Sebagai Wahana
Sistemik Pendidikan Demokrasi
(Disertasi). UPI: Program Pascasarjana.
Peraturan KPU No. 62 Tahun 2009 – Tentang
Pedoman Penyusunan Tahapan,
Program, dan Jadwal Penyelenggaraan
Pemilukada.
Larry Diamond, 2003, Developing Democracy
Toward Consolidation, Terj. Tim IRE,
Yogyakarta : IRE Press, hlm. 207.
Ramlan Surbakti, 1984, Perbandingan Sistem
Politik, Surabaya : MECPHISO
GRAFIKA, hlm. 129-130.
Budiyanto. (2002). Kewarganegaraan SMA
Kurikulum 2004, Jakarta : Penerbit
Erlangga
Panggabean (1994). Pendidikan Politik dan
Kaderisasi Bangsa. Sinar Harapan,
Jakarta.
Prijono Onny (1987). Kebudayaan Remaja dan
Sub-Kebudayaan Delinkuen. CSIS,
Jakarta.

61

S-ar putea să vă placă și