Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
prasekolah, masa sekolah dan dewasa muda. Sebagian besar trauma hanya
melibatkan satu gigi permanen dan gigi yang paling sering terkena trauma adalah
gigi insisivus sentralis maksila. J enis trauma gigi yang paling sering mengenai
gigi permanen adalah fraktur enamel, fraktur enamel dentin dan fraktur mahkota
yang kompleks. Trauma gigi dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung.
Trauma gigi secara langsung terjadi ketika suatu benturan langsung mengenai gigi
dan trauma gigi tidak langsung terjadi ketika lengkung gigi rahang bawah
memberikan hantaman kepada lengkung gigi rahang atas, seperti benturan yang
mengenai dagu ketika terjatuh yang mmengakibatkan gigi mengalami fraktur dan
luka pada mukosa.
Untuk itu, kontrol nyeri sangat penting dalam praktek operasi kedokteran
gigi. Popularitas anestesi lokal yang semakin meluas dan meningkat dalam
bidang kedokteran gigi merupakan cerminan dari efisiensi, kenyamanan dan
adanya kontraindikasi yang minimal dari anestesi lokal. Rasa sakit dapat
diredakan melalui terputusnya perjalanan neural pada berbagai tingkatan dan
melalui cara-cara yang dapat memberikan hasil permanen atau sementara.
Dalam kedokteran gigi sering digunakan anestesi lokal untuk melakukan suatu
prosedur operasi atau ekstraksi gigi.
Obat anestesi lokal yang lazim dipakai di Indonesia untuk golongan ester
adalah prokain, sedangkan golongan amida adalah lidokain, bupivakain,
artikain, mepivakain. Idealnya, suntikan harus diikuti segera dengan timbulnya
efek anestesi lokal. Bila anestesi lokal digunakan dalam dosis yang tepat,
1
maka akan menimbulkan efektivitas yang konsisten
BAB 2
TINJAUAN LITERATUR
6. Apa saja jenis – jenis anastesi lokal yang digunakan pada kedokteran gigi
2
5. Mahasiswa mampu mengetahui teknik penjahitan luka.
BAB 2
TINJAUAN LITERATUR
Sisa akar gigi atau gangren radiks yang hanya dibiarkan saja dapat muncul
keluar gusi setelah beberapa waktu, hilang sendiri karena teresorbsi oleh tubuh,
atau dapat berkembang menjadi abses, kista dan neoplasma. Setiap sisa akar gigi
juga berpotensi untuk mencetuskan infeksi pada akar gigi dan jaringan penyangga
gigi. Infeksi ini menimbulkan rasa sakit dari ringan sampai hebat, terjadi
pernanahan, pembengkakan pada gusi atau wajah hingga sukar membuka mulut
(trismus). Pasien terkadang menjadi lemas karena susah makan. Pembengkakan
yang terjadi di bawah rahang dapat menginfeksi kulit, menyebabkan selulitis atau
flegmon, dengan kulit memerah, teraba keras bagaikan kayu, lidah terangkat ke
atas dan rasa sakit yang menghebat. Perluasan infeksi ini sangat berbahaya,
bahkan penanganan yang terlambat dapat merenggut jiwa, seperti pada angina
Ludwig.
Infeksi pada akar gigi maupun jaringan penyangga gigi dapat
mengakibatkan migrasinya bakteri ke organ yang lain melalui pembuluh darah.
Teori ini dikenal dengan fokal infeksi. Keluhan seperti nyeri, bengkak dan
pembentukan pus (nanah) adalah reaksi tubuh terhadap infeksi gigi. Bakteri yang
berasal dari infeksi gigi dapat meluas ke jaringan sekitar rongga mulut, kulit,
mata, saraf, atau organ berjauhan seperti otot jantung, ginjal, lambung,
persendian, dan lain sebagainya. Gigi atau sisa akar seperti ini sebaiknya segera
dicabut (ekstraksi), namun antibiotik umumnya diberikan beberapa hari
sebelumnya untuk menekan infeksi yang telah terjadi. Pencabutan tidak dapat
dilakukan dalam keadaan gigi yang sedang sakit, karena pembiusan lokal (anestesi
lokal) seringkali tidak maksimal. Sisa akar gigi yang tertinggal ukurannya
bervariasi mulai dari kurang dari 1/3 akar gigi sampai sebatas permukaan gusi.
Gigi yang tinggal sisa akar tidak dapat digunakan untuk proses pengunyahan yang
sempurna.
1. Perdarahan
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat kerusakan
3
(robekan) pembuluh darah. Kehilangan darah bisa disebabkan perdarahan internal
dan eksternal. Perdarahan internal lebih sulit diidentifikasi. Jika pembuluh darah
terbuka maka akan segera terjadi kontriksi dinding pembuluh darah sehingga
hilangnya darah dapat berkurang. Platelet mulai menempel pada tepi sampai
bentuk sumbatan.
1. Perdarahan Dalam
Perdarahan dalam terjadi ketika pembuluh darah di dalam tubuh
mengalami pecah, tetapi kulit tetap utuh jadi, suatu luka tertutup. Lebam
adalah contoh kecil dari perdarahan dalam. Perdarahan dalam yang parah
bisa diakibatkan oleh cedera pada perut yang cukup kera suntuk merusak
pembuluh yang besar atau alat-alat tubuh di dalam rongga perut, misalnya
terpukul pemukul baseball. Bisa jugaa kibat cedera yang mematahkan
4
tulang dan menusuk jaringan di dalam tubuh, misalnya patahnya tulang iga
yang menusuk paru-paru. Perdarahan dalam juga dapat diakibatkan oleh
masalah medis, misalnya pecahnya usus buntu. Perdarahan dalam yang
parah juga bisa mengancam jiwa.
a. Jarum jahit sebaiknya dipegang dengan needle holder pada 1/3 bagian
dari tempat masuknya benang dan 2/3 bagian dari ujung jarum jahit.
5
c. Penjahitan luka sebaiknya dilakukan dengan jarak dan kedalaman yang
sama pada kedua sisi daerah insisi, biasanya tidak lebih dari 2-3mm dari
tepi luka. Sedangkan jarak antara jahitan yang satu dengan yang lainnya
berkisar 3-4mm.
Simple interrupted suture adalah teknik atau metode penjahitan luka yang
paling umum digunakan.Teknik ini menjahit tepi luka dengan satu jahitan,
disimpul lalu digunting. Teknik ini relatif aman karena apabila satu jahitan
terputus maka jahitan lainnya tidak terganggu. Teknik ini merupakan teknik yang
paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Simple interrupted suture
memiliki potensial yang rendah dalam menyebabkan edema dan kerusakan
sirkulasi kulit. Kerugian dari jahitan ini adalah waktu yang dibutuhkan cukup
panjang untuk insersidan memiliki resiko lebih besar dalam meninggalkan bekas
jahitan yangmembentuk seperti jalur kereta api (rail-road scar).
6
pada penjahitan luka pada daerah tension yang minimal.
Teknik jahitan ini hampir sama dengan teknik simple continuous suture,
namun terdapat keuntungan tambahan berupa adanya mekanisme pengunci.
Dengan adanya mekanisme ini, jaringan dapat disesuaikan dengan insisi secara
perpendikular. Selain itu, hal ini juga mencegah terjadinya pengetatan jahitan
secara terus menerus sebagai kemajuan proses penyembuhan luka.
7
Gambar 2.5.4 Vertical Mattress Suture
Pada teknik ini, eversi luka dan kontinuitas menghasilkan penutupan luka
yang sangat fluktuatif. Oleh karena itu, teknik ini biasa dilakukan pada
pencangkokan tulang intra oral. Penetrasi jarum jahit dilakukan dari tepi ke tepi
luka lalu melewati daerah insisi dan kembali lagi ke tepi jahitan yang pertama.
Teknik ini dipopulerkan oleh Halstead pada tahun 1893. Pada teknik ini,
jahitan dilakukan dengan membuat jahitan horizontal melewati kedua tepi luka
secara bergantian. Pada jahitan ini tidak terlihat tanda jahitan dan dapat dibiarkan
lebih dari satu minggu pada area luka.
8
Gambar2.2.6 Subcuticular Suture
B. Daerah palatal/lingual.
Masukkan jarum sampai menyentuh tulang. Masukkan obat
perlahan dan tidak boleh mendadak sebanyak ± 0,2 – 0,3 cc. Akan terlihat
mukosa daerah tersebut putih/pucat.
D. Anastesi Intraligamen
Suntikan intraligamen dilakukan ke dalam periodontal ligamen.
Suntikan ini menjadi populer belakangan ini setelah adanya syringe khusus
untuk tujuan tersebut. Suntikan intraligamen dapat dilakukan dengan
jarum dan syringe konvensional tetapi lebih baik dengan syringe khusus
karena lebih mudah memberikan tekanan yang diperlukan untuk
menyuntikan ke dalam periodontal ligamen. Teknik ini menggunakan 0,2
mL larutan anastesi untuk tiap akar gigi, ukuran jarum 30 gauge pendek.
Teknik :
d. Gerakkan jarum ke apikal sampai tersendat diantara gigi dan crest alveolar
biasanya 2mm, lalu injeksikan larutan anastesi Suntikan anastesi infiltrasi Sub
Mukosa / Submucus Infiltrasi Anastesi
11
C. Anastesi Blok
Penyuntikan bahan anastesi langsung ke saraf utama atau pleksus saraf
12
seperti rasa sakit dapat dihilangkan atau terjadi pati rasa.
13
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1. Skenario
Yani seorang wanita umur 20 tahun datang ke klinik dokter gigi. Ia datang
dengan keluhan gigi depannya sakit sekali. Dari anamnese diketahui gigi 11
fraktur, tampak masih ada sisa gigi didalam gusi. Dari patahan tersebut keluar
perdarahan akitif. Dari dinding mukosa bagian dalam juga terdapat pendarahan
yang diperkirahkan akibat lika koyak tergigit saat jatuh tadi panjangnya ± 5 cm.
3.2. Pembahasan
Setiap sisa akar gigi juga berpotensi untuk mencetuskan infeksi pada akar
gigi dan jaringan penyangga gigi. Infeksi ini menimbulkan rasa sakit dari ringan
14
sampai hebat, terjadi pernanahan, pembengkakan pada gusi atau wajah hingga
sukar membuka mulut (trismus). Gigi atau sisa akar seperti ini sebaiknya segera
dicabut (ekstraksi), namun antibiotik umumnya diberikan beberapa hari
sebelumnya untuk menekan infeksi yang telah terjadi. Pencabutan tidak dapat
dilakukan dalam keadaan gigi yang sedang sakit, karena pembiusan lokal (anestesi
lokal) seringkali tidak maksimal.
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat kerusakan
(robekan) pembuluh darah. Kehilangan darah bisa disebabkan perdarahan internal
dan eksternal. Perdarahan internal lebih sulit diidentifikasi. Jika pembuluh darah
terbuka maka akan segera terjadi kontriksi dinding pembuluh darah sehingga
hilangnya darah dapat berkurang. Platelet mulai menempel pada tepi sampai
bentuk sumbatan.
Perdarahan sendiri dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu perdarahan luar dan
perdarahan dalam.Perdarahan luar terjadi akibat rusaknya pembuluh darah disertai
dengan kerusakan kulit yang memungkinkan darah keluar dari tubuh.Berdasarkan
pembuluh darah yang mengalami kerusakan, perdarahan luar dibedakan menjadi 3
(tiga) macam yaitu perdarahan dari pembuluh nadi (arteri), perdarahan dari
pembuluh darah balik (vena), perdarahan dari pembuluh rambut (kapiler).
Perdarahan dalam terjadi ketika pembuluh darah di dalam tubuh mengalami
pecah, tetapi kulit tetap utuh jadi, suatu luka tertutup.Berdasarkan waktu
terjadinya, perdarahan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu perdarahan primer,
perdarahan intermediet, perdarahan sekunder
Pertama dilakukan anestesia lokal, tergantung berat dan letak luka, serta
keadaan penderita. Luka dan sekitarnya dibersihkan dengan antiseptik, kalau perlu
dicuci dengan air sebelumnya. Anastesi local yang dapat diberikan pada kasus ini
yaitu anastesi topikal. Kemudian daerah sekitar lapangan kerja ditutup dengan
kain steril dan secara steril dilakukan kembali pembesihan luka dari kontaminan
secara mekanis, misalnya pembuangan jaringan mati dengan gunting atau pisau
dan dibersihkan dengan bilasan, guyuran atau semprotan cairan NACl. Akhirnya
15
lakukan penjahitan denga rapi. Teknik penjahitan luka yang dapat dilakukan pada
kasus ini adalah Simple interrupted suture. Teknik ini menjahit tepi luka dengan
satu jahitan,disimpul lalu digunting. Teknik ini relatif aman karena apabila satu
jahitan terputusmaka jahitan lainnya tidak terganggu. Teknik ini merupakan
teknik yang palingsering digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Luka ditutup
dengan bahan yang dapat mencegah lengketnya kasa, misalnya mengandung
vaselin, ditambah dengan kasa penyerap, dan dilanjut dengan pembalut elasti
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
● Sisa akar gigi atau gangren radiks yang hanya dibiarkan saja dapat muncul
keluar gusi setelah beberapa waktu, hilang sendiri karena teresorbsi oleh
tubuh, atau dapat berkembang menjadi abses, kista dan neoplasma. Setiap
sisa akar gigi juga berpotensi untuk mencetuskan infeksi pada akar gigi
16
dan jaringan penyangga gigi.
menyebabkan syok.
(lokal), tergantung berat dan letak luka, serta keadaan penderita. Luka dan
steril.
rasa sakit yang terjadi di sebagian tubuh. Bahan anestetikum lokal bekerja
4.2 Saran
Dokter gigi harus lebih hati-hati dalam pencabutan gigi, agar tidak ada
sisa gigi yang tertinggal didalam gusi pasien. Dokter gigi harus mengerti jenis
17
perdarahan yang dialami oleh pasien. Dokter gigi harus mengetahui anestesi
apa yang harus dipakai dalam pembedahan. Dokter gigi harus cepat memberi
penanganan pada pasien, agar pasien cepat terobat dan dak merasa kesakitan
DAFTAR PUSTAKA
18
http://Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40839/4chapter%2011.pdf
http://fk.unsoed.ac.id/sites/default/fils/img/modul/%20labskill/genap%20I/Genap
%20I%20-20%Hecting.pdf
19