Sunteți pe pagina 1din 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang terus meningkat di dunia dengan
penyandang lebih dari 20 juta jiwa. Menurut World Health Organization (WHO) tpada tahun 2016,
31% kematian dunia dari 58 angka kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Penderita
gagal jantung di Amerika Serikat mencapai 550.000 asus pertahun, dan di negara negara berkembang
seperti Indonesia didapatkan 400.000 sampai 700.000 kasus per tahun. Faktor resiko yang memicu
terjadinya gagal jantung diantaranya adalah merokok, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi,
hiperlipidemia, obesitas, diabetes mellitus, dan stress emosi (Aspiani,2015).
Indonesia menjadi negara dengan jumlah perokok terbesar didunia setelah China dan India
serta menduduki peringkat kelima sebagai konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat,
Rusia, dan Jepang (WHO, 2008). Kebiasaan merokok penduduk Indonesia yang berumur 15 tahun ke
atas pada tahun 2007 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan dari 34,2% menjadi 36,3%. Pada
tahun 2018 jumlah tersebut menurun menjadi 33,8 %, dimana 62,9% merupakan perokok laki laki dan
4,8 % adalah perokok perempuan. Prevalensi perokok umur 10 -18 tahun terus mengalami
peningkatan dari 7,2 % menjadi 9,1 %.
Perokok aktif sangat berisiko terkena kanker hati dan paru, bronkitis kronis, emphysema,
gangguan pernafasan dan penyakit kardiovaskular. Merokok dipertimbangkan menjadi faktor penting
dalam terjadinya aterosklerosis serta penyakit jantung yang menjadi penyebab kematian utama di
dunia. Selain perokok aktif, perokok pasif juga berisiko untuk terkena gangguan yang disebabkan oleh
merokok. Beberapa kemungkinan penjelasan telah diterangkan untuk hubungan dengan perubahan
pembekuan darah, perubahan konsentrasi lipid dan protein dalam darah, serta gangguan integritas
endotel pembuluh darah. (Devaranavadgi et al, 2012).
Pada penelitian Peni Kusumasari (2015) didapatkan hubungan yang bermakna antara
merokok dengan kadar kolestrol total pada pegawai pabrik gula Tasikmadu, Karanganyar.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
hubungan perilaku merokok terhadap kadar kolestrol pada penderita gagal jantung di RSUD Zainoel
Abidin, Banda Aceh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah terdapat hubungan antara perilaku merokok dengan kadar kolestrol pada penderita
gagal jantung di RSUDZA ?
2. Bagaimanakah gambaran perilaku merokok penderita gagal jantung di RSUDZA ?
3. Bagaimanakah gambaran kadar kolestrol penderita gagal jantung di RSUDZA ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui hubungan antara perilaku merokok dengan kadar kolestrol pada penderita gagal
jantung di RSUDZA
2. Mengetahui gambaran perilaku merokok penderita gagal jantung di RSUDZA
3. Mengetahui gambaran kadar kolestrol penderita gagal jantung di RSUDZA

1.4 Manfaat Penelitian


1. Menambah pengetahuan mengenai hubungan perilaku merokok dengan kadar kolestrol pada
penderita gagal jantung
2. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai dampak dan bahaya merokok bagi kesehatan
jantung
3. Menambah sumber informasi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Defenisi dan Diagnosis Gagal Jantung
Gagal jantung adalah sindroma kompleks akibat adanya kelainan jantung secara struktural
maupun fungsional yang mengganggu kemampuan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan. Gangguan fungsi jantung dapat berupa gangguan fungsi sistolik
maupun diastolik, gangguan irama jantung, atau ketidaksesuaian preload dan afterload. Keadaan ini
dapat menyebabkan kematian pada pasien. ( PERKI, 2015).
Diagnosis gagal jantung dapat ditegakkan berdasarkan Kriteria Framingham, apabila terdapat
2 kriteria mayaor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor sebagai berikut :
Kriteria Mayor : Kriteria minor :
- Paroxysmal nocturnal dyspnea - Edema ekstremitas
- Distensi vena leher - Batuk malam hari
- Ronki paru - Dispneu d’effort
- Kardiomegali - Hepatomegali
- Edema paru akut - Efusi pleura
- Refluks Hepatojugular - Penurunan kapasitas vital 1/3 dari
- S3 gallop
normal
- Tekana vena jugularis > 16 cmH2O
- Takikardi (>120 / menit )
- Waktu sirkulasi > 25 detik

2.1.2 Klasifikasi Gagal Jantung


Salah satu klasifikasi gagal jantung yang sering digunakan yaitu klasifikasi berdasarkan
abnormalitas struktural jantung menurut American Heart Association/ American College of
Cardiology (AHA/ACC) atau berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas fungsional menurut
New York Heart Association (NYHA).

Klasifikasi berdasarkan kelainan struktural Klasifikasi berdasarkan kapasitas fungsional


jantung (NYHA )

Stadium A Kelas I

Memiliki risiko tinggi untuk berkembang Tidak terdapat batasan dalam melakukan
menjadi gagal jantung. Tidak terdapat aktifitas fisik. Aktifitas fisik sehari-hari tidak
gangguan struktural atau fungsional jantung, menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak
tidak terdapat tanda atau gejala nafas

Stadium B Kelas II

Telah terbentuk penyakit struktur jantung Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak
yang berhubungan dengan perkembangan terdapat keluhan saat istrahat, namun aktifitas
gagal jantung, tidak terdapat tanda atau gejala fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan,
palpitasi atau sesak nafas

Stadium C Kelas III

Gagal jantung yang simtomatik berhubungan Terdapat batasan aktifitas bermakna. Tidak
dengan penyakit struktural jantung yang terdapat keluhan saat istrahat, tetapi aktfitas
mendasari fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi
atau sesak

Stadium D Kelas IV
Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala Tidak dapat melakukan aktifitasfisik tanpa
gagal jantung yang sangat bermakna saat keluhan. Terdapat gejala saat istrahat. Keluhan
istrahat walaupun sudah mendapat terapi medis meningkat saat melakukan aktifitas
maksimal (refrakter)
Sumber : ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute an chronic heart failure 2008

Selain itu, terdapat beberapa klasifikasi lain dari gagal jantung yang telah disepakati hingga
kini, yaitu (1) Berdasarkan onset : gagal jantung akut dan gagal jantung kronis; (2) Berdasarkan
lokasi: gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri; (3) Berdasarkan fungsi dan timing : gagal jantung
sistolik dan gagal jantung diastolik.

2.1.3 Etiologi Gagal Jantung


Gagal jantung dapat disebabkan oleh berbagai hal, namun Penyakit Jantung Koroner (PJK)
merupakan penyebab yang dominan pada 60 – 75 % kasus gagal jantung di negara negara
berkembang seperti Indonesia. Hipertensi memberi kontribusi terhadap perkembanagn gagal jantung
pada 75 % penderita, termasuk pasien dengan PJK. Kombinasi antara PJK dan Hipertensi
memperbesar risiko pada gagal jantung, seperti pada Diabetes mellitus.
Secara garis besar penyebab gagal jantung dapat dikalsifikasikan kedala enam kategori utama,
yaitu : (1) abnormalitas miokardium, misalnya pada kehilangan miosit (infark miokard), gangguan
kontraksi, lemahnya kontraksi (kardiomiopati, kardiotoksisitas), disorientasi sel; (2) kegagalan terkait
beban kerja jantung yang berlebihan (misalnya hipertensi atau stenosis aorta); (3) gangguan ritme
jantung ( takiaritmia); (4) abnormalitas perikardium / efusi perikardium ( tamponade jantung); (5)
kegagalan terkait abnormalitas katup; (6) kelainan kongenital jantung. Berbagai kondisi yang
menyebabkan perubahan struktur atau fungsi dari ventrikel kiri dapat menjadi faktor predisposisi
terjadimya gagal jantung pada seorang pasien.

2.1.4 Defenisi Rokok


Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan
Rokok Bagi Kesehatan Pasal 1 Ayat 1, yang dimaksud dengan rokok adalah hasil olahan tembakau
terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,
Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau
tanpa bahan tambahan.

2.1.5 Kandungan Rokok


Asap rokok (tembakau) mengandung kurang lebih 4000 komponen. Beberapa diantaranya
bersifat racun (toksik), beberapa lainnya dapat merubah sifat sel sel tubuh menjadi ganas. Setidaknya
ada 43 zat dalam rokok yang sudah diketahui dapat menyebabkan kanker. Zat zat dalam rook yang
paling besar dampaknya bagi kesehatan adalah nikotin, tar dan karbon monoksida (CO).
Dampak nikotin bagi tubuh dapat mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat
meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga
merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan
oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf,
otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya
adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.
Karbon monoksida (CO) menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung
persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat
oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis
(pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas
latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah.
Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam
pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Di samping itu, asap rokok
juga dapat mempengaruhi profil lemak dalam tubuh.

2.1.6 Defenisi Kolesterol


Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, berwarna kekuningan dan
berupa seperti lilin, yang diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Kolesterol termasuk
golongan lipid yang tidak terhidrolisis dan merupakan sterol utama dalam jaringan tubuh manusia.
Kolesterol mempunyai makna penting karena merupakan unsur utama dalam lipoprotein plasma dan
membran plasma serta menjadi prekursor sejumlah besar senyawa steroid (City & Noni, 2013).

2.1.7 Jenis Jenis Kolestrol


Susunan kadar lipoprotein dalam plasma bergantung pada keseimbangan antara asupan
makanan, proses dalam hepar, dan pemanfaatan dalam jaringan jaringan. Terdapat beberapa jenis
kolestrol, yaitu :
1. Low Density Lipoprotein (LDL)
Kolestrol LDL adalah kolestrol yang meruoakan alat transport kolesterol yang utama
mengangkut sekitar 70-80% dari kolesterol total dari hepar ke jaringan perifer. Ambilan LDL
terjadi karena adanya reseptor LDL. Pada penyakit dimana reseptor LDL ini kurang, seperti
pada hiperkolesterolemia maka akan terjadi peningkatan dan penumpukan LDL dalam
sirkulasi. Akibatnya akan dideposit di dalam sel makrofag dinding pembuluh darah yang
merupakan awal dari proses ateroklerosis (Munaf, 1994).
2. High Density Lipoprotein (HDL)
Kolesterol HDL berfungsi sebagai pembawa kolesterol dari jaringan perifer ke hati untuk
metabolisme atau katabolisme yang selanjutnya dikeluarkan dari tubuh. Peningkatan kadar
HDL menurunkan aterosklerosis (Munaf, 1994).
3. Kilomikron
Kilomikron (chylomicron) merupakan lipoprotein densitas rendah paling banyak berisi
trigliserid yang berasal dari makanan (lemak eksogen). Kilomikron yang dihasilkan dalam
usus, masuk ke sirkulasi sistemik melalui saluran limfatik, trigliseridnya dihidrolisis oleh
lipoprotein lipase yang berlokasi di pembuluh darah kapiler.
4. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)
VLDL merupakan trigliserid endogen dan golongan lipoprotein densitas terendah kedua.
VLDL terutama berasal dari hepar dan memiliki fungsi untuk mentranspor trigliserid yang
dibuat dalam jaringan. VLDL juga mentranspor kolesterol dalam jumlah yang nyata yang
diperoleh dari sintesis de novo (dalam tubuh), dan secara tidak langsung berasal dari diet.

2.1.8 Klasifikasi Kolestrol


Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai denngan peningkatan
maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah
kenaikan kadar kolestrol total (≥240 mg/dl), kolestrol LDL (≥160 mg/dl), kenaikan trigliserida
(≥200mg/dl) serta penurunan kadar HDL (,40mg/dl). Klasifikasi nilai kadar lipid dalam plasma dapat
dilihat pada tabel dibawah.

Klasifikasi nilai kadar lipid dalam plasma menurut NCEP ATP III
Kolestrol Total
<200 Optimal
200 – 239 Borderline
≥240 Tinggi
Kolestrol LDL
<100 Optimal
100 – 129 Mendekati optimal
130 – 159 Borderline
160 – 189 Tinggi
≥190 Sangat Tinggi
Kolestrol HDL
<40 Rendah
≥60 Tinggi
Trigliserida
<150 Optimal
150 – 199 Bordeline
200 – 499 Tingi
≥500 Sangat Tinggi

2.2 Kerangka Teori


Perilaku merokok

Merangsang SSP Pelepasan adrenalin Pengaktifan trombosit Profil lipid

↑kebutuhan O2 miokard ↑HR, TD Adhesi trombosit

Penyakit jantung Kerusakan endotel


Aterosklerosis pembuluh darah

Keterangan :

: Variabel diteliti

2.3 Kerangka Konsep

Perilaku merokok Kadar kolestrol

2.4 Hipotesis
Terdapat hubungan antara perilaku merokok dengan kadar kolestrol pada penderita gagal
jantung di RSUDZA.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian analityc observasional dengan pendekatan cross
sectional.

3.2 Tempat dan waktu


Penelitian ini dilakukan di RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh mulai tanggal 7 Mei 2019
sampai dengan 17 Mei 2019.

3.3 Populasi dan Sample


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita gagal jantung di RSUDZA. Teknik
sampling yang digunakan adalah sample jenuh yang selanjutnya sample dipilih berdasarkan kriteria
inklusi yang telah ditetapkan.

3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional


Penderita gagal jantung Suatu keadaan dimana jantung gagal memompa darah dalam
jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme, yang telah didiagnosis oleh dokter.
Perilaku merokok Aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan
menggunakan pipa atau rokok.
Kadar kolestrol Kadar kolestrol total dalam darah, yang diklasifikasikan
berdasarkan NCEP ATP III.

3.5 Instrumen dan Bahan Penelitian


1. Data identitas responden
2. Rekam medis
3. Alat pengukur kadar kolestrol / Hasil pemeriksaan laboratorium

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan diawali oleh pengumpulan data rekam medik,
kemudian dilanjutkan dengan pengelompokan data berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan.

3.7 Analisis Data Penelitian


Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis univariat dan
bivariat dengan menggunakan uji chi square.

S-ar putea să vă placă și