Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ABSTRACT
ABSTRAK
Perilaku prososial diketahui memiliki kontribusi terhadap prediksi prestasi akademik dan
kemampuan sosial di awal masa anak-anak. Perilaku prososial merupakan tindakan sukarela dengan
niat untuk membantu orang lain yang dapat diekspresikan dalam bentuk perilaku membantu,
mendukung, kasih sayang fisik, ataupun berbagi. Program “Temanku Sahabatku” merupakan adaptasi
sebuah tema besar dari buku The Anti Bullying and Teasing Program for Preschool karya Sprung,
dkk (2005), yaitu tema Persahabatan. Program “Temanku Sahabatku” merupakan program yang
dirancang sebagai upaya pencegahan terhadap perilaku bullying dengan meningkatkan perilaku
prososial anak. Guru dan siswa di dua Taman Kanak-kanak di Sleman, Yogyakarta akan dilibatkan
dalam penelitian ini. Penelitian ini akan menggunakan desain eksperimen kuasi untreated control
group design with pre-test and post-test. Guru diminta untuk mengimplementasikan program yang
telah dilatihkan sebelumnya ke dalam proses belajar mengajar di kelas sebagai perlakuan pada
siswa tahun pertama di TK kelompok eksperimen. Hasil penelitian ini adalah perilaku prososial
anak prasekolah pada kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan implementasi program
20
“Temanku Sahabatku” oleh guru meningkat secara signifikan daripada perilaku prososial anak
prasekolah di kelompok kontrol (F=26,506; MD= -2,200; p<0,05).
terjadi seperti menarik rambut teman ditemukan diperlukan suatu program yang diharapkan dapat
sebanyak 28,4%, memukul teman 74,17%, meningkatkan perilaku prososial siswa
menggigit teman 21,2% dan menendang teman prasekolah. Program tersebut adalah The Anti-
74,17%. Begitu pula agresi secara psikologis Bullying and Teasing for Preschool Classroom
misalnya, tidak mengizinkan teman untuk ikut (Sprung, 2005). Program ini merupakan suatu
bermain ditemukan sebanyak 65,23% dan tidak program yang menciptakan lingkungan yang
memperbolehkan teman untuk duduk didekatnya saling menyayangi dan bersahabat. Cara yang
48,34% (Hakim, Ismayasari, Pratistita, & ditempuh seperti dengan membuat aturan
Restuwati, 2012). Data tersebut didukung bersama, menjalankan aturan tersebut, serta
pernyataan Stratton dan Reid (2004), yang belajar untuk memahami perasaaan diri sendiri
menyatakan bahwa prevalensi masalah perilaku dan orang lain. Program ini memiliki 4 tema besar
agresif anak prasekolah adalah sekitar 10% yaitu komunitas, perasaan, persahabatan dan
hingga dapat mencapai 25% pada anak-anak teasing and bullying.
yang secara sosial-ekonomi kurang beruntung. Penelitian kali ini mengadaptasi tema
Anak yang agresif sering ditolak oleh persahabatan dan menuangkannya ke dalam
teman-teman mereka, meskipun agresifitas tidak program “Temanku Sahabatku”. Aktivitas dalam
selalu menghalangi penerimaan teman sebaya. tema persahabatan ini mendukung anak-anak
Resiko bagi anak-anak yang memiliki masalah menyesuaikan diri di sekolah dan akan
emosi dan perilaku sejak dini diperparah dengan mengajarkan kepada anak-anak mengenai
penolakan teman sebaya. Sebaliknya, konsep empati, berbagi, bekerjasama dan
persahabatan dan relasi yang positif sejak dini bersahabat (Sprung, Froschl, dan Hinitz, 2005).
dengan teman sebaya dapat melindungi anak dari Aktivitas ini memungkinkan anak-anak belajar
masalah-masalah psikologis ke depannya (Hay, tentang diri mereka sendiri dan menjalin
2005). Menurut Nelson dan Crick (dalam persahabatan dengan lingkungan sosialnya.
Damon, Lerner, & Eisenberg, 2006), anak-anak Dukungan persahabatan secara positif
yang menunjukkan perilaku agresif yang tinggi, berhubungan dengan perilaku prososial,
cenderung menunjukkan rendahnya tingkat sedangkan konflik persahabatan secara positif
kemunculan perilaku prososial. berhubungan dengan tindakan agresif dan
Pencegahan terhadap kekerasan dan penolakan teman sebaya (Sebanc, 2003).
agresivitas perlu untuk dilatihkan sejak dini, Teman sebaya dapat menyediakan
karena perilaku awal kekerasan dan agresivitas persahabatan dan dukungan sebaik belajar
merupakan indikator munculnya masalah perilaku berdasarkan pengalaman dalam bekerjasama
di masa yang akan datang (Hahn, dkk, 2007). dan bermain peran. Keluarga juga merupakan
Hasil penelitian Houbre, Tarquinio, Thuillier, dan lingkungan sosialisasi anak yang memberikan
Hergott (2006) menjelaskan bahwa masalah dampak yang signifikan terhadap perkembangan
emosi, sosial, dan perilaku pada anak-anak anak. Begitu pula dengan sekolah, merupakan
memiliki dampak negatif, misalnya memicu tempat dimana anak-anak secara formal belajar
timbulnya masalah akademis, masalah perilaku, mengenai lingkungan sosial mereka. Para guru
emosi, sosial, dan psikosomatis, serta dampak mendorong perkembangan berbagai macam
negatif jangka panjang yang berkaitan dengan keahlian dan perilaku dengan menjadi role model
interaksi personal dan profesional setelah dan dengan memberikan motivasi bagi anak-anak
dewasa, sehingga dibutuhkan penanganan dini untuk sukses dalam belajar (Berns, 2007).
atas permasalahan-permasalahan tersebut. Langkah nyata yang dapat membantu
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka orangtua dan guru dalam meningkatkan perilaku
22
prososial anak adalah dengan menciptakan situasi modeling (Bandura, 1986). Proses berpikir dan
yang saling menyayangi dan hangat baik di belajar yang terjadi dalam modelling (Bandura,
sekolah maupun di rumah. Guru di sekolah dapat 1986) meliputi atensi, retensi, produksi, dan
menjelaskan dan menjalankan aturan bagi anak- motivasi.
anak, mendorong anak-anak untuk saling Teori sosial kognitif menjelaskan bahwa
membantu, menghubungkan perilaku prososial seseorang dapat belajar melalui modelling, yaitu
ke dalam kualitas internal anak, serta meniru orang lain yang diamati, sehingga terdapat
memberikan contoh pemikiran positif dan suatu bentuk perilaku untuk ditiru oleh seseorang
perilaku dermawan (Ulutas & Aksoy, 2009). untuk memulai terjadinya suatu proses belajar.
Teman sebaya dan guru dapat menjadi model Guru merupakan pemegang posisi sentral di
dan menguatkan perilaku prososial (Eisenberg sekolah sebagai model bagi siswa-siswa dalam
& Fabes, dalam Papalia, Old, & Feldman, 2004). melaksanakan aktivitas di sekolah. Seorang
Pada penelitian ini, guru diminta untuk siswa dapat belajar mengubah perilakunya sendiri
mengimplementasikan program “Temanku dengan menyaksikan orang atau sekelompok
Sahabatku” yang sebelumnya telah dilatihkan oleh orang merespon sebuah stimulus tertentu. Siswa
Hakim (2013). Penelitian Hakim (2013) juga dapat mempelajari respon-respon baru
menunjukkan bahwa pelatihan program dengan cara pengamatan terhadap perilaku
“Temanku Sahabatku” untuk menciptakan kelas contoh dari orang lain, misalnya guru atau
bersahabat secara signifikan meningkatkan orangtua.
pengetahuan, pemahaman, dan performansi guru, Teori sosial kognitif juga menjelaskan
sehingga guru-guru layak untuk bahwa anak akan dapat menginternalisasi aturan
mengimplementasikan program “Temanku dengan cara meniru serta memahami penjelasan
Sahabatku” di kelas. Program tersebut berupa dari para socializer atau orang yang
aktivitas-aktivitas kelas yang terdiri dari 4 teladan mensosialisasikan. Socializer ini memiliki peran
guru, 6 strategi kelas, 7 aktivitas tema komunitas, penting bagi anak dalam mempelajari nilai-nilai
dan 8 aktivitas tema persahabatan. serta perilaku. Salah satu socializer bagi anak
Implementasi program yang dilakukan adalah guru (Eisenberg & Mussen, 1989). Pada
oleh guru memberikan pandangan bahwa siswa penelitian ini guru mengimplementasikan guru
dapat menunjukkan perilaku prososial dapat tidak hanya memberikan contoh perilaku, akan
digambarkan dengan menggunakan teori belajar tetapi juga mengajak anak untuk mendiskusikan
sosial-kognitif. Teori sosial kognitif hal-hal yang berhubungan dengan pertemanan,
menggambarkan manusia sebagai makhluk yang seperti bagaimana konsep pertemanan,
unik, dinamis, serta belajar dengan melibatkan berperilaku terhadap teman, aspek-aspek positif
semua proses yang saling mempengaruhi antara dan negatif dari suatu pertemanan, kosakata baru
kegiatan kognitif dalam memproses informasi, yang berhubungan dengan pertemanan, serta
adanya motivasi kegiatan dari dalam diri, serta pentingnya kebaikan di kelas, sekolah, dan
adanya stimulus dari luar. Manusia akan selalu masyarakat. Setelah anak-anak memahami
mengembangkan proses belajarnya yang konsep pertemanan dan bagaimana
melibatkan proses kognitif serta standar penilaian memperlakukan teman, diharapkan perilaku
perilaku oleh lingkungan. Salah satu bentuk proses prososial anak akan meningkat.
belajar adalah observational learning, dimana Hipotesis yang diajukan dalam penelitian
di dalamnya terdapat modelling. Sebagian besar ini adalah perilaku prososial anak prasekolah
yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan pada kelompok eksperimen yang diberikan
atau imitation dan penyajian contoh atau perlakuan implementasi program “Temanku
Pengaruh Implementasi Program “Temanku Sahabatku” dalam Meningkatkan Perilaku Prososial 23
Anak Pra Sekolah
Sahabatku” oleh guru akan meningkat daripada barang atau cerita), menolong (melakukan
perilaku prososial anak prasekolah di kelompok sesuatu untuk memudahkan pihak kedua),
kontrol. menunjukkan kasih sayang secara fisik agar
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pihak kedua merasa lebih nyaman dan tenang,
efektivitas implementasi Program “Temanku memberikan dukungan (memberikan semangat
Sahabatku” oleh guru dalam meningkatkan atau kesempatan kepada orang lain), serta
perilaku prososial anak-anak prasekolah. kerjasama (Eisenberg & Mussen, 1989).
Implikasi penelitian ini secara teoretis diharapkan Manipulasi yang diberikan kepada
dapat memberikan kontribusi pada keilmuan kelompok eksperimen berupa implementasi
psikologi pendidikan. Sedangkan implikasi program “Temanku Sahabatku” yang dilakukan
penelitian secara praktis diharapkan dapat oleh guru. Program tersebut diadaptasi dari tema
menjadi salah satu alternatif pencegahan Persahabatan dari bukuThe Anti-Bullying and
terjadinya bullying pada anak-anak. Teasing Program for Preschool karya Sprung,
dkk (2005). Hal yang dilakukan untuk menjaga
METODE PENELITIAN supaya guru patuh dalam melaksanakan langkah-
langkah implementasi adalah dengan melakukan
Subjek penelitian ini adalah siswa Taman monitoring dan melalui pengisian panduan
Kanak-Kanak yang diampu oleh guru yang telah observasi proses implementasi program
mendapatkan pelatihan program “Temanku Temanku Sahabatku.
Sahabatku”. Siswa Taman Kanak-Kanak ini Desain penelitian yang digunakan dalam
berasal dari dua Taman Kanak-Kanak di penelitian ini adalah desain eksperimen kuasi,
Kabupaten Sleman, dimana TK pertama sebagai untreated control group design with pre-test
kelompok eksperimen perlakuan program and post-test (Shadish, Cook, Campbell, 2002).
“Temanku Sahabatku”, dan TK yang kedua Desain ini memuat satu kelompok eksperimen
sebagai kelompok kontrol. Subjek pada dan satu kelompok kontrol, dimana kelompok
kelompok eksperimen berjumlah 25 anak, eksperimen nantinya akan diberikan perlakuan
sedangkan pada kelompok kontrol berjumlah 24 berupa implementasi program “Temanku
anak. Subjek penelitian ini merupakan siswa Sahabatku” oleh guru. Berikut adalah desain
prasekolah yang berusia 4-5 tahun.Pemilihan eksperimen kuasi dari penelitian ini:
subjek berdasarkan usia tersebut didasarkan
pernyataan dari Milestone of Child
KE : NR O1 X O2
Development (2008), dimana anak-anak pada
usia 4 tahun atau lebih mulai mempelajari untuk KK : NR O1 - O2
menunjukkan empati dan kepedulian terhadap
orang lain, bekerjasama dengan orang lain, Gambar 1. Desain Eksperimen
menunjukkan peningkatan kemampuan dalam
memecahkan masalah, serta dengan mudah Keterangan:
berinteraksi dengan satu atau lebih anak-anak NR : Non Randomized
dan orang dewasa. KE : Kelompok Eksperimen
Variabel tergantung pada penelitian ini KK : Kelompok Kontrol
adalah perilaku prososial. Perilaku X : Implementasi program “Temanku
prososial merupakan tindakan sukarela Sahabatku” oleh guru
untuk membantu dan memberikan manfaat O 1 : Pengukuran perilaku prososial siswa
kepada orang lain, meliputi berbagi (memberikan sebelum pemberian perlakuan
24
Analisis uji hipotesis Within- pada kelompok kontrol selisih rerata pre dan post
Subjects(Tabel 2) perilaku prososial siswa menunjukkan mengalami penurunan (MD=
menunjukkan interaksi perubahan skor perilaku 1,792; p<0,05). Nilai MD yang positif
prososial antara kelompok eksperimen dan menunjukkan bahwa rerata posttest pada
kelompok kontrol. Hasil time*group pada baris kelompok kontrol lebih rendah daripada rerata
Greenhouse-Geisser (Tabel 3) menunjukkan F= pretest, yang artinya siswa mengalami penurunan
26,506 (p<0,05), ini berarti terdapat perbedaan skor perilaku prososial. Hal tersebut
yang signifikan perubahan skor pre menuju post menunjukkan bahwa perlakuan implementasi
pada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol). program “Temanku Sahabatku” yang diberikan
Interaksi atau perubahan skor pre menuju post oleh guru kepada siswa dapat meningkatkan
tersebut menunjukkan bahwa peningkatan skor perilaku prososial siswa.
cukup tinggi terjadi pada kelompok eksperimen, Ringkasan sumbangan efektivitas
sedangkan pada kelompok kontrol mengalami implementasi program “Temanku Sahabatku”
penurunan. pada kolom Wilks’ Lambda menunjukkan
pertemanan, serta pentingnya kebaikan di kelas, guru akan mengajak siswa untuk
sekolah, dan masyarakat. Selama implementasi mempraktikkan perilaku yang diajarkan,
program, selain berperan sebagai socializer, juga misalnya berbagi, memeluk, dan membantu
berperan sebagai model bagi siswa dalam temannya.
melaksanakan aktivitas. Seorang siswa dapat 4. Motivasi, yaitu tahap dimana seseorang
belajar mengubah perilakunya sendiri dengan termotivasi untuk menunjukkan perilaku atau
menyaksikan orang atau sekelompok orang hasil belajar tertentu jika orang bersangkutan
merespon sebuah stimulus tertentu. Siswa juga merasa akan mendapatkan keuntungan dari
dapat mempelajari respon-respon baru dengan perilakunya tersebut. Implementasi pada
cara pengamatan terhadap perilaku contoh dari tahap ini dilakukan dengan memberikan
orang lain (Bandura, 1986). reward berupa pujian kepada anak yang
Teori sosial kognitif dapat menjelaskan dapat menerapkan atau meniru perilaku
mengenai proses siswa dalam mempelajari yang diajarkan, sehingga anak akan
perilaku prososial. Seseorang dapat belajar mengulang perilaku tersebut.
melalui modelling, yaitu meniru orang lain yang Siswa memperoleh berbagai macam
diamati, sehingga terdapat suatu bentuk perilaku bentuk perilaku dengan mengamati dan meniru
untuk ditiru oleh seseorang untuk memulai orangtua, guru, teman, dan oranglain
terjadinya suatu proses belajar. Proses berpikir (Sundel&Sundel, 2005). Perilaku prososial pada
dan belajar yang terjadi pada penelitian ini anak di sekolah sangat dipengaruhi oleh teman
berdasarkan teori modelling (Bandura, 1986) sebaya serta guru dan program sekolah
adalah : (Eisenberg & Mussen, 2003).
1. Atensi, yaitu tahap dimana seseorang Guru diharapkan dapat senantiasa
memperhatikan atau mengamati orang yang mendukung perkembangan perilaku prososial
dianggapnya lebih atau istimewa. Pada anak untuk memastikan bahwa anak-anak dapat
tahap ini siswa memperhatikan bagaimana menyesuaikan diri dan memiliki hubungan yang
guru menjelaskan dan memberikan contoh. lebih baik dengan teman sebaya mereka. Guru
Pada proses implementasi program, guru di sekolah dapat menjelaskan dan menjalankan
dapat menggunakan cerita, boneka tangan, aturan bagi anak-anak, mendorong anak-anak
ataupun roleplay dengan alat dan bahan untuk saling membantu, menghubungkan perilaku
yang menarik untuk menjelaskan materi, prososial ke dalam kualitas internal anak, serta
sehingga siswa tertarik untuk menyimak. memberikan contoh pemikiran positif dan
2. Retensi, yaitu tahap dimana informasi yang perilaku dermawan (Ulutas & Aksoy, 2009).
diperoleh kemudian disimpan di otak serta Penelitian ini selain melibatkan kelompok
dapat disimbolkan secara imajinatif ataupun eksperimen yang diberikan perlakuan
verbal untuk dapat digunakan sewaktu- implementasi program Temanku Sahabatku oleh
waktu. Pada tahap ini kognitif siswa bekerja guru, juga melibatkan kelompok kontrol sebagai
menyimpan dan mengingat aktivitas dan kelompok pembanding. Berdasarkan hasil
perilaku yang diajarkan dan dicontohkan penelitian diketahui bahwa skor perilaku
oleh guru di kelas. prososial pada kelompok kontrol mengalami
3. Produksi, yaitu tahap dimana seseorang penurunan secara signifikan. Hal ini disebabkan
menerjemahkan informasi yang diperoleh ke adanya pergantian guru yang mengajar di kelas.
dalam perilaku. Pada tahap ini siswa akan Berdasarkan hasil wawancara dengan observer
menunjukkan perilaku sebagaimana yang yang mengamati kelas tersebut, diketahui bahwa
dicontohkan oleh guru. Pada implementasi, guru yang sebelumnya mengajar di kelas tersebut
28
tidak bekerja lagi di sekolah tersebut dan prososial pada kelompok kontrol secara
digantikan oleh guru baru. Guru baru tersebut signifikan akibat munculnya ancaman terhadap
diketahui kurang mampu dalam mengkondisikan validitas internal berupa history.Perilaku
kelas, serta terkesan kaku dalam mengajar. prososial anak prasekolah pada kelompok
Kondisi pergantian guru di sekolah kelompok eksperimen tetap meningkat secara signifikan
kontrol dibenarkan oleh Kepala Sekolah. setelah guru mengimplementasikan program
Berdasarkan wawancara dengan Kepala “Temanku Sahabatku”. Harapan peneliti
Sekolah pada tanggal 29 Januari 2013 diketahui Implementasi program “Temanku Sahabatku”
bahwa guru baru yang mengajar di kelas A latar diharapkan dapat terus diterapkan dan
belakang pendidikannya bukan dari PGTK diintegrasikan dengan kegiatan pembelajaran di
ataupun PAUD serta belum memiliki pengalaman sekolah,. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
mengajar di Taman Kanak-kanak. Kondisi yang melakukan pengukuran follow up supaya dapat
terjadi pada kelompok kontrol ini tidak dapat melihat sejauh mana skor perilaku prososial siswa
dikontrol oleh peneliti, karena di awal penelitian yang telah meningkat dapat bertahan setelah
pihak sekolah tidak mengemukakan adanya diberikannya implementasi program “Temanku
kemungkinan pergantian guru sebagaimana yang Sahabatku” oleh guru. Peneliti selanjutnya
terjadi di pertengahan penelitian. diharapkan dapat menguji tema ke-empat, yaitu
Peristiwa yang terjadi pada kelompok teasing and bullying.
kontrol tersebut termasuk ke dalam ancaman
terhadap validitas internal, yaitu sejarah (history). DAFTAR PUSTAKA
Menurut Shadish, Cook, dan Campbell (2002),
sejarah (history)merupakan kejadian yang
Azwar, S. (2007). Dasar-Dasar Psikometri.
berlangsung pada saat bersamaan dengan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
perlakuan yang dapat menghasilkan efek yang
teramati. Bandura, A. (1986). Social Foundations of
Keunggulan dari penelitian ini adalah Thought and Action: A Social
penyajian aktivitas-aktivitas kelas yang kreatif Cognitive Theory. New Jersey:
dan menarik untuk siswa prasekolah, sehingga Prentice Hall, Inc.
siswa antusias dalam mengikuti setiap
implementasi aktivitas di kelas. Selain itu, Barboza, G.E., Schiamberg, L.B., Oehmke, J.,
aktivitas-aktivitas tersebut juga mudah untuk Korzeniewski, S.J., Post, L.Al,
diterapkan oleh guru. Heraux, C.G. (2009). Individual
Characteristics and the Multiple
SIMPULAN Contexts of Adolescent Bullying: An
Ecological Perspective. J Youth
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Adolescence, 38: 101 - 121. Volume
perilaku prososial anak prasekolah pada 38, Number 1 (2009), 101-121, DOI:
kelompok eksperimen meningkat secara 10.1007/s10964-008-9271-1.
signifikan setelah guru mengimplementasikan Berns, R.M. (2007). Child, Family, School,
program “Temanku Sahabatku”. Meskipun Community : Socialization and
demikian, perlu dicermati bahwa peningkatan Support 7th Edition. Canada :
skor perilaku prososial tersebut tidak hanya Thomson Learning, Inc.
dipengaruhi oleh implementasi program, akan
tetapi juga dipengaruhi oleh menurunnya skor Carlo, G. & Randall, B.A. (2002). The
Pengaruh Implementasi Program “Temanku Sahabatku” dalam Meningkatkan Perilaku Prososial 29
Anak Pra Sekolah