Sunteți pe pagina 1din 8

ANALISA KANDUNGAN GIZI DAN DAYA TERIMA CRACKERS

DENGAN PEMANFAATAN TEPUNG DAUN KELOR


DAN TEPUNG IKAN LELE

Lily Meilani Sidabutar1, Evawany.Y.Aritonang2, Jumirah2


1
Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
USU, Medan
2
Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU, Medan
Jl. Universitas No. 21 Kampus USU Medan, 20155
Email : lilymeilani95@yahoo.com

ABSTRACT
The problem of Protein Energi Malnutrition in children under five is a very
difficult problem to overcome, the cause of malnutrition is basically a simple
deficiency in food consumption. Tackling Protein Energi Malnutrition can be done by
increasing protein intake. With giving of food, like crackers. But most crackers have
carbohydrates while the protein content is relatively low. So make crackers by
utilizing moringa leaves flour and catfish flour to improve the nutritional
composition.
Type of research was experiment. The study used a complete randomized
design with a organoleptic test to see the panelist's preference level on the test food.
Organoleptic test subjects amounted to 30 people students of FKM USU. The object
of this study were crackers with moringa leaves flour and catfish flour treatment A1
(15gr and 50gr), A2 (20gr and 45gr) and A3 (25gr and 40gr) from the weight of the
main ingredient. The nutrition content seen include fat, protein, iron, and calcium.
Crackers with moringa leaves flour and catfish flour have the highest protein
content of 16.0% found crackers with 25gr moringa leaves flour and 40gr catfish
flour. The highest fats were found in crackers with 15gr moringa leaves flour and
50gr catfish flour which was 22.3%. The highest iron are crackers with 25gr moringa
leaves flour and 40gr catfish flour which is big 10.4% while the highest calcium is
5.42% found in crackers with 25gr moringa leaves flour and 40gr catfish flour. The
results of the organoleptic test, the panelists most liked crackers with moringa leaves
flour 15gr and 50gr catfish flour in color, aroma and taste indicator which each have
a score of 88.8%, 79.9%, 85.5% with likes criteria, whereas for panelist textures
most liked crackers with 25gr moringa leaves flour and 40gr catfish flour which has
a score of 78.8% with the likes criteria.
Crackers produced can be used as additional food. Moringa leaves and
catfish can be recommended for ingredients in the manufacture of crackers that have
protein content.

Keywords: Crackers, Organoleptic Test, Moringa leaves, Catfish, Nutrient Content

1
PENDAHULUAN
Crackers merupakan jenis dan Asia daun kelor direkomendasikan
biskuit yang dibuat dari adonan keras, sebagai suplemen yang kaya zat gizi
melalui proses fermentasi atau untuk ibu menyusui dan anak pada
pemeraman, berbentuk pipih yang masa pertumbuhan. Berdasarkan
rasanya lebih mengarah ke rasa asin kandungan yang terdapat dalam daun
dan renyah. Crackers merupakan salah kelor, saat ini daun kelor banyak
satu makanan ringan atau snack yang dikonsumsi manusia hampir di seluruh
banyak dikonsumsi oleh masyarakat, dunia.
pada kalangan usia, baik bayi hingga Broin (2010) menyatakan
dewasa namun dengan jenis yang bahwa 100 gram daun kelor segar
berbeda-beda. mengandung kalsium 350-550 mg dan
Menurut SNI 01-2973-1992 tepung daun kelor mengandung 1600-
biskuit diklasifikasikan dalam 3 jenis 2200 mg kalsium/100 gram tepung.
yaitu biskuit keras, crackers, dan Penggunaan tepung daun kelor dapat
cookies. Perbedaan pada biskuit dan ditambahkan dalam makanan dan
crackers dari jenis adonannya, jika minuman untuk meningkatkan
produk biskuit adonannya tidak kandungan vitamin, mineral dan
mengembang (tidak ada fermentasi) protein. Salah satu contohnya adalah
akibat efek shortening dari lemak dan daun kelor yang dimakan sebagai
pelunakan dari gula. Dengan kadar sayuran, direbus, digoreng, dalam sup
gula 25-40%, lemak 15%. Sedangkan atau untuk 5 bumbu.
crackers, jenis adonan yang digunakan Daun kelor mengandung
adalah adonan fermentasi. Dilakukan vitamin A, vitamin C, vitamin B,
fermentasi karena glutennya atau kalsium, kalium, besi dan protein,
protein pada tepungnya mengembang kelor juga mengandung lebih dari 40
penuh tetapi akan menyusut setelah antioksidan. Penelitian lain
pencetakan dan pemanggangan. menyatakan bahwa hasil perbandingan
Dengan kadar gula sangat rendah dan daun kelor dengan bahan pangan lain
lemaknya 25-30%. dalam jumlah yang sama (gr)
Daun kelor dapat dimanfaatkan menunjukkan bahwa daun kelor
sebagai tanaman obat yang sangat mengandung vitamin C setara vitamin
berkhasiat. Tanaman kelor mampu C dalam 7 jeruk, vitamin A setara
hidup di berbagai jenis tanah, tidak vitamin A pada 4 wortel, kalsium
memerlukan perawatan yang intensif, setara dengan kalsium dalam 4 gelas
tahan terhadap musim kemarau, dan susu, potassium setara dengan yang
mudah dikembangbiakan. Di Afrika terkandung dalam 3 pisang, dan

2
protein setara dengan protein dalam 2 memelihara sel otak pada usia lanjut
yoghurt (Mahmood, 2011). (sampai usia 70 tahun).
Dalam pembuatan tepung daun Tepung ikan merupakan
kelor, daun yang baik digunakan salah satu hasil pengawetan ikan
adalah daun kelor yang muda. Menurut dalam bentuk kering untuk kemudian
Ajeng (2016) Daun muda memiliki digiling menjadi tepung. Urutan
kadar air, dan kadar protein tertinggi pengolahan tepung ikan adalah
dan berwarna hijau muda sedangkan pencincangan, pemasakan,
daun tua memiliki warna hijau gelap pengpresan, pengeringan, dan
dan terkadang ditemukan warna penggilingan, kemudian
kekuningan. Daun kelor yang akan mengeringkannya dengan sinar
dijadikan tepung harus dicuci untuk matahari atau dengan pengeringan
menghilangkan kotoran dan kuman. mekanis. Nilai gizi pada tepung ikan
Menurut Broin (2010), terdapat tiga lele yang tinggi terutama kandungan
cara yang dapat dilakukan untuk proteinnya yang kaya akan asam
mengeringkan daun kelor yaitu amino essensial, terutama lisin dan
pengeringan di dalam ruangan, metionin. Disamping itu tepung ikan
pengeringan dengan cahaya matahari, lele juga kaya akan vitamin B, mineral,
dan menggunakan mesin pengering. serta memiliki kandungan serat.
Ikan lele merupakan salah satu Tepung ikan lele merupakan sumber
bahan pangan bergizi yang mudah kalsium (Ca) dan posfor (P), serta
untuk dihidangkan sebagai lauk. mengandung trace element seperti
Kandungan gizi yang terdapat pada seng (Zn), yodium (I), besi (Fe),
ikan lele yaitu air, protein, lemak, mangan (Mn).
fosfor, kalsium, zat besi, vitamin A, Berdasarkan hal ini, peneliti
vitamin B1. Air merupakan bagian tertarik untuk memanfaatkan tepung
terpenting dalam struktur tubuh dan daun kelor dan tepung ikan lele untuk
jumlahnya sekitar 60% dari berat meningkatkan komposisi gizi crackers.
badan. Komponen gizi daging ikan lele
mudah dicerna dan diserap oleh tubuh METODE PENELITIAN
manusia bagi anak-anak maupun orang Jenis penelitian yang
dewasa dan usia lanjut. Daging ikan digunakan adalah ekperimen,
lele mengandung asam lemak omega-3 menggunakan rancangan penelitian
yang sangat dibutuhkan untuk acak lengkap (RAL) yang terdiri dari
membantu perkembangan sel otak dua faktor yaitu tepung daun kelor dan
anak dibawah usia 12 tahun, sekaligus ikan lele, dilakukan tiga perlakuan
menggunakan perbandingan tepung

3
daun kelor dan tepung ikan lele, yaitu crackers yang berbeda. Pada crackers
15 : 50, 20 : 45 dan 25 : 40 dengan A1 warna kuning kecoklatan , pada A2
simbol A1, A2 dan A3. terdapat sedikit warna hijau,
Penelitian ini dilaksanakan sedangkan pada A3 warna hijau sangat
pada bulan Desember sampai dengan terlihat dikarenakan komposisi daun
Oktober 2017. Pembuatan crackers kelor lebih banyak.
yang terbuat dari tepung daun kelor
dan tepung ikan lele dilakukan di Analisis Uji Daya Terima Warna
rumah peneliti. Peneliti uji kandungan Crackers
gizi dilakukan di laboratorium Balai Hasil analisis uji daya terima
Riset dan Standardisasi Industri warna crackers dapat dilihat pada Tabel
Medan. Sedangkan pelaksanaan uji 1. berikut ini :
daya terima crackers biskuit dilakukan
di Fakultas Kesehatan Masyarakat Tabel 1. Hasil Analisis Uji Daya Terima
Warna Crackers
Universitas Sumatera Utara kepada
Kriteria A1 A2 A3
mahasiswa Fakultas Kesehatan warna (%) (%) (%)
Masyarakat Universitas Sumatera Suka 66,6 63,3 33,3
Utara. Kurang suka 22,2 20 31,1
Maka data dapat dianalisis
Tidak Suka 0 2,22 6,66
dengan menggunakan Uji Krusskal Total 88,8 85,52 71,06
Wallis. Apabila data hasil analisis Uji
Krusskal Wallis terdapat perbedaan Pengujian organoleptik
atau nilai signifikansi data < α (0,05) terhadap warna crackers yang
maka akan dilanjutkan dengan uji memiliki skor tertinggi adalah A1
lanjutan Mann Whitney untuk melihat termasuk kategori disukai. Sehingga
perlakuan mana yang berbeda secara semakin tinggi komposisi tepung daun
signifikan diantara ketiga perlakuan kelor maka crackers termasuk kurang
yang berbeda. disukai panelis.
Hasil Uji Kruskal Wallis
HASIL DAN PEMBAHASAN
menyatakan bahwa ada perbedaan
Karakteristik Crackers dengan
diantara ketiga perlakuan, kemudian
tepung daun kelor dan tepung ikan
pengujian dilanjutkan dengan Uji
lele
Mann Whitney yang menyatakan
Berdasarkan ketiga perlakuan
bahwa crackers A1 dan A2 tidak ada
yang berbeda terhadap crackers
perbedaan dalam kategori disukai
dengan penambahan tepung daun kelor
panelis. Sedangkan crackers A1 dan
dan tepung ikan lele maka dihasilkan
A3 ada perbedaan, hasil penelitian A1

4
termasuk dalam kategori suka crackers sedikit berbeda secara nyata
sedangkan A3 termasuk kategori antar perlakuan.
kurang suka. Demikian juga crackers
A2 dan A3 ada perbedaan dalam Analisis Uji Daya Terima Tekstur
kategori disukai panelis A2 termasuk Crackers
dalam kategori suka sedangkan A3 Hasil analisis uji daya terima
termasuk kategori kurang suka. tekstur crackers dapat dilihat pada
Tabel 3. berikut ini :
Analisis Uji Daya Terima Aroma
Crackers Tabel 3. Hasil Analisis Uji Daya Terima
Hasil analisis uji daya terima Tekstur Crackers
Kriteria A1 A2 A3
aroma crackers dapat dilihat pada tekstur (%) (%) (%)
Tabel 2. berikut ini : Suka 40 30 36,6
Kurang suka 28,8 44,4 42,2
Tabel 2. Hasil Analisis Uji Daya Terima Tidak suka 5,55 1,11 0
Aroma Crackers Total 74,3 75,51 78,8
5
Kriteria A1 A2 A3
aroma (%) (%) (%)
Suka 46,6 46,6 26,6 Pengujian organoleptik
Kurang suka 31,1 20 35,5 terhadap tekstur dengan skor tertinggi
Tidak suka 2,22 7,77 6,66
Total 79,9 74,37 68,76 adalah A3 termasuk kategori suka.
Penambahan tepung daun kelor lebih
Pengujian organoleptik banyak menghasilkan crackers yang
terhadap aroma crackers yang disukai panelis
memiliki skor tertinggi adalah A1 Hasil Uji Kruskal Wallis
termasuk kategori suka. Tetapi pada menyatakan bahwa ada perbedaan
perlakuan crackers A2 dan A3 kurang diantara ketiga perlakuan, kemudian
disukai dikarenakan penambahan pengujian dilanjutkan dengan Uji
tepung daun kelornya lebih banyak. Mann Whitney yang menyatakan
Hasil Uji Kruskal wallis bahwa crackers A1 dan A2 tidak ada
menyatakan ketiga perlakuan tidak perbedaan dalam kategori disukai
berbeda nyata. Secara keseluruhan panelis. Sedangkan crackers A1 dan
ketiga perlakuan termasuk dalam A3 ada perbedaan, hasil penilaian A1
kategori kurang disukai. Hal tersebut termasuk dalam kategori kurang suka
menandakan tidak adanya perbedaan sedangkan A3 termasuk kategori suka.
daya terima aroma crackers pada Demikian juga crackers A2 dan A3
ketiga perlakuan dinilai akibat aroma berbeda dalam kategori disukai panelis
A2 termasuk dalam kategori kurang

5
suka sedangkan A3 termasuk kategori A2 termasuk dalam kategori kurang
suka. suka sedangkan A3 termasuk kategori
suka.
Analisis Uji Daya Terima Rasa
Crackers Analisis Kandungan Protein,
Hasil analisis uji daya terima Lemak, Zat Besi dan Kalsium Pada
rasa crackers dapat dilihat pada Tabel Crackers
4. berikut ini : Hasil Analisis Kandungan
protein, lemak, zat besi dan kalsium
Tabel 4. Hasil Analisis Uji Daya Terima Rasa pada crackers dapat dilihat pada Tabel
Crackers 5.
Kriteria A1 A2 A3
rasa (%) (%) (%)
Tabel 5 Kandungan Zat Gizi dalam 100 gram
Suka 63,3 73,3 33,3
Kurang suka 20 17,7 31.1 Crackers
Tidak suka 2,2 0 6,66 Zat Gizi A1 A2 A3
Total 85,5 91 71,06 Lemak (g) 22,3 19,7 19,4
Protein (g) 13,8 15,4 16,0
Pengujian organoleptik Besi (mg) 6,23 7,42 10,4
Kalsium (mg) 273 466 542
terhadap rasa crackers yang memiliki
skor tertinggi adalah A2 dengan
Berdasarkan Tabel 5 dapat
tepung daun kelor 20gr dan tepung
dilihat hasil dari kandungan gizi
ikan lele 45gr yaitu sebesar 82 (91%)
crackers dengan tepung daun kelor
termasuk kategori suka. Sedangkan A1
dan tepung ikan lele menunjukkan
yaitu sebesar 77 (85,5%) termasuk
kandungan protein paling tinggi
kategori suka. Pada A3 yaitu sebesar
terdapat pada crackers A3, lemak
64 (71,0%) termasuk kategori kurang
tertinggi terdapat pada crackers A1,
suka.
besi tertinggi pada crackers A3
Hasil Uji Kruskal Wallis
sedangkan kalsium tertinggi terdapat
menyatakan bahwa ada perbedaan
pada crackers A3.
pada setiap perlakuan, kemudian
Berdasarkan Tabel 5 dapat
pengujian dilanjutkan dengan Uji
dilihat hasil dari kandungan gizi
Mann Whitney yang menyatakan
crackers dengan tepung daun kelor
bahwa crackers A1 dan A2 tidak ada
dan tepung ikan lele menunjukkan
perbedaan dalam kategori disukai
kandungan protein paling tinggi
termasuk dalam kategori kurang suka
terdapat pada crackers A3, lemak
sedangkan A3 termasuk kategori suka.
tertinggi terdapat pada crackers A1,
Demikian juga crackers A2 dan A3
besi tertinggi pada crackers A3
berbeda dalam kategori disukai panelis

6
sedangkan kalsium tertinggi terdapat KESIMPULAN
pada crackers A3. 1. Warna crackers A1 secara
Crackers dengan penambahan signifikan paling disukai, tetapi
tepung daun kelor dan tepung ikan lele dalam hal aroma ketiga
merupakan salah satu makanan perlakuan crackers tergolong
tambahan yang mengandung protein, kurang disukai.
lemak, kalsium dan besi, yang baik 2. Hasil analisis tekstur crackers
untuk dikonsumsi balita dan ibu hamil. pada ketiga perlakuan secara
Menurut Angka Kecukupan Gizi signifikan membuktikan bahwa
Crackers dapat dikonsumsi untuk crackers pada perlakuan A3
balita karena crackers lebih disukai oleh panelis,
menyumbangkan kalori sebesar 520 sedangkan dalam hal rasa
kkal per 100 gram crackers. Pada crackers A2 paling disukai
crackers A1 menyumbangkan protein secara bermakna dibandingkan
5,75%, lemak 7,96%, besi 6,92%, dan dengan A1 dan A3.
kalsium 27,3%. Sedangkan pada 3. Secara keseluruhan hasil
crackers A2 menyumbangkan protein analisis uji daya terima
6,41%, lemak 7,03%, besi 82,4%, dan terhadap indikator warna,
kalsium 46,6%. Demikian juga dengan aroma, tekstur, dan rasa ketiga
crackers A3 menyumbangkan protein perlakuan menunjukkan bahwa
6,66%, lemak 6,92, besi 15,5%, dan A1 dan A2 tergolong disukai.
kalsium 54%, sedangkan menurut 4. Berdasarkan uji laboratorium
Angka Kecukupan Gizi pada ibu hamil kandungan gizi crackers
protein 20gr, lemak 6gr, kalsium tertinggi pada perlakuan A3
200mg, dan besi 13mg. Crackers (tepung daun kelor 15gr dan
menyumbangkan untuk ibu hamil tepung ikan lele 50gr) yaitu
kalori sebesar 689 kkal per 100 gram mengandung protein sebesar
crackers. Pada crackers A1 16,0 gram, lemak sebesar 19,4
menyumbangkan protein 4,33%, gram, zat besi sebesar 10,4 mg,
lemak 6,01%, besi 47,9%, dan kalsium dan kalsium sebesar 542 mg.
24,8%. Sedangkan pada A2 5. Dari ketiga perlakuan crackers
menyumbangkan protein 4,84%, A2 merupakan pilihan
lemak 5,30%, besi 57,0%, dan kalsium alternatif dibandingkan dengan
42,3%. Demikian juga crackers A3 crackers A1 dan A3
menyumbang protein 5,03%, lemak dikarenakan kandungan gizinya
5,22%, besi 80%, dan kalsium 49,2%. tinggi dan termasuk disukai
panelis.

7
SARAN Khomsan A. 2004. Peran Pangan dan
Gizi untuk Kuaitas Hidup.
Crackers dengan pemanfaatan
Jakarta: PT Grasindo.
tepung daun kelor dan tepung ikan lele
dapat dijadikan sebagai salah satu Kurniasih. 2016. Khasiat dan
pangan yang inovasi dan dijadikan manfaat daun kelor.
alternatif untuk makanan tambahan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.

DAFTAR PUSTAKA Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor
Almatsier S. 2011. Prinsip Dasar Imu
75 Tahun 2013
Gizi.Gramedia Pustaka
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Utama,Jakarta. 2013, Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan,
Anonim.2004. Cegah Gizi Buruk Kementerian Kesehatan RI,
dengan Konsumsi Daun Kelor.http// Jakarta.

:www.portal.com. [17 Juli Standar Nasional Indonesia. 1992.


2017] Syarat Mutu Biskuit.
Depratemen Perindustrian
Broin. 2010. Growing and processing RI.
moringa leaves. France:
Imprimerie Horizon Standar Nasional Indonesia. 2011.
Syarat Mutu Biskuit.
Kinanti, Ajeng. 2016. Kandungan Depratemen Perindustrian
Gizi Daun Kelor RI.
Berdasarkan Posisi Daun
dan Suhu Penyeduhan. Unicef. 1998. The State of The World’s
Skripsi. Departemen Gizi Children. Oxford
Masyarakat. Fakultas University press.
Ekologi Manusia. Institut
Pertanian Bogor.

S-ar putea să vă placă și