Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
In the era of ASEAN Economic Community (AEC) and an open society in a globalized world of the
21st century, the Indonesian people live in a complex world, busy, constantly changing, and
challenging in an effort to achieve the development of optimal self, independence and happiness in
life. Counseling as a helping profession is the underlying concept of the role and function of
counselors in today's society in order to help people to live a better life. In an effort to strengthen the
existence of public confidence in the profession and the Teacher Guidance and counseling/counselor,
Teacher Guidance and counseling/counselor profession as a profession humanitarian aid must always
develop themselves and make innovations in an effort to help the lives of individuals who served the
better. Interprofessional competition in the MEA and globalization in the 21st century requires the
mastery and development of science and technology in carrying out the profession. Therefore, all
professions vying for make science and technology as the basis of his profession.Development in
order to strengthen and promote the identity, eligibility and accountability profession professional
Teacher Guidance and counseling/ counselors nationally and internationally is very important and
should be done by the counselors in running the counseling profession. School Guidance and
Counseling Association as professional organizations have an important role in helping to meet the
standards of the profession Teacher Guidance and counseling/ counselor so that counseling can win
the public trust (public trust) through increased performance counseling. School Guidance and
Counseling Association encourages its members to promote themselves doing activities to improve
performance of their professional skills, despite the fact that the main impetus for doing the activities
that should emerge from the members of the profession themselves with the basic intention: learning
to increase the ability and skills of counseling services. ABKIN directly concerned on the realization
of the sides of the object of a specific practice of the profession, intellectuality, competence and care
practices, communication, code of conduct, as well as the protection of its members. School Guidance
and Counseling Association fostering its members to have high quality in developing and maintaining
the dignity of the profession. School Guidance and Counseling Association served to increase
counselor in the counseling profession runs a creative, innovative and fun to make the counseling
profession to be strong and professional counselors exist so that accountability nationally in
Indonesia can be realized. Counselors are creative, innovative and fun will make the counseling
process alive, growing, dynamic, and fun for those who served, giving rise to public trust (public
trust).
Keywords: Guidance and counseling, , school guidance and counseling association, development
teacher guidance and counseling/ counselor
PENGANTAR
Di Indonesia, konseling menjadi suatu profesi yang dikenal setelah berdirinya organisasi
profesi konseling pada tahun 1975 yaitu Ikatan Petugas Bimbingan dan Konseling Indonesia
(IPBI) yang pada tahun 2001 berganti nama Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
(ABKIN). Sekelompok orang yang mempunyai perhatian pada profesi konseling memulai
untuk memberikan konseling pada masyarakat, khususnya di latar persekolahan. Sudah ada
banyak hal yang berkembang sejak tahun-tahun awal ini, konseling tidak lagi menjadi satu
kegiatan profesional yang dilakukan oleh orang-orang Barat, tetapi dengan sangat cepat
berkembang menjadi profesi yang didominasi oleh orang-orang Indonesia.
Konseling adalah sebuah pekerjaan, disiplin keilmuan, atau profesi bantuan terhadap
kehidupan manusia. Konseling sebagai profesi yaitu pekerjaan atau karier yang bersifat
pelayanan keahlian dengan tingkat ketepatan yang tinggi untuk kebahagiaan individu yang
dilayani. Konseling sebagai profesi yang bersifat membantu memiliki landasan ilmu dan
teknologi serta wilayah praktek yang jelas dan dapat dibedakan dengan profesi-profesi lain
yang bersifat membantu. Konseling merupakan profesi yang diperuntukan bagi setiap
individu yang sedang berkembang dalam upaya pencegahan, pengembangan, eksplorasi,
pemberdayaan, perubahan, kemandirian dan remediasi dalam kehidupan di dunia yang
semakin kompleks dan penuh tantangan.
Konseling sebagai helping profession adalah konsep yang melandasi peran dan fungsi
konselor di masyarakat dewasa ini dalam rangka untuk membantu individu dalam menjalani
kehidupan yang lebih baik. Secara menyeluruh, pelayanan konseling terfokus kepada
kehidupan manusia normal. Konseling didesain untuk menolong klien memahami dan
menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupan, dan untuk membantu mencapai tujuan
penentuan diri mereka melalui pilihan yang diinformasikan dengan baik serta bermakna bagi
mereka dan melalui pemecahan masalah emosional atau karakter interpersonal (Burks &
Steffre, 1979:14). Tujuan konseling adalah memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengeksplorasi,menemukan,dan menjelaskan cara hidup lebih memuaskan dalam
menghadapi sesuatu.
Di era masyarakat ekonomi Asean (MEA) dan masyarakat terbuka di era globalisasi abad
ke-21, bangsa Indonesia hidup dalam dunia yang kompleks, sibuk, terus berubah, dan penuh
tantangan dalam upaya untuk mencapai perkembangan diri yang optimal, kemandirian, dan
kebahagiaan dalam kehidupan. Di dunia ini, ada banyak pengalaman yang sulit dihadapi oleh
seseorang dalam kehidupannya, namun terus menjalani hidup ini, meskipun ada saatnya
terhenti oleh sebuah peristiwa atau situasi yang tidak dapat dipecahkan pada saat itu.
Biasanya, dalam menghadapi masalah seperti ini, seseorang akan membicarakannya dengan
keluarga, teman, tetangga, atau dokter keluarga. Sayangnya, seringkali saran mereka tidak
cukup memuaskan, atau kita terlalu malu dan segan untuk memberitahukan kepada mereka
apa yang mengganggu, atau bisa saja kita memang tidak memiliki orang yang tepat untuk
membicarakannya. Pada saat itulah, profesi konselor merupakan pilihan yang tepat dan
sangat berguna melalui kegiatan konseling untuk memenuhi kebutuhan individu dalam
mencapai perkembangan optimal, kemandirian, dan kebahagiaan dalam kehidupan, sehingga
dapat diwujudkan kehidupan efektif dan normatif dalam keseharian. Konseling tersedia di
banyak tempat baik dalam setting pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan
informal dalam upaya membantu individu-individu yang sedang berkembang untuk mencapai
kemandirian, perkembangan optimal dan kebahagiaan dalam kehidupan yang efektif dalam
keseharian berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Konselor adalah tenaga profesional dalam bidang konseling untuk membantu individu-
individu yang sedang berkembang untuk mencapai perkembangan optimal, kemandirian dan
kebahagiaan sehingga akan mencapai kehidupan efektif keseharain berdasarkan norma-norma
yang berlaku. Konselor adalah tenaga profesional yang memiliki kualifikasi profesional
spesialis dalam bidang bimbingan dan konseling yang diakui dan dengan akreditasi di bidang
itu. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor dinyatakan bahwa “Konselor adalah tenaga
pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata satu (S-1)
program studi Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan Profesi Konselor dari
perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.”
Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah
dinyatakan bahwa “Konselor adalah pendidik profesional yang berkualifikasi akademik
minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan telah lulus
Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling/ Konselor.” dan “Guru Bimbingan dan
Konseling adalah pendidik yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S-1)
dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan memiliki kompetensi di bidang Bimbingan dan
Konseling”.
Dalam upaya untuk memperkokoh eksistensi profesi konselor dan kepercayaan publik di
era MEA dan masyarakat terbuka di era globalisasi abad ke-21, profesi konselor sebagai
profesi bantuan kemanusiaan harus selalu mengembangkan diri dalam upaya untuk
membantu kehidupan individu yang dilayani menjadi lebih baik. Oleh karena itu, melalui
sajian dalam seminar internasional sangat tepat untuk membahas topik “Peran IBKS dalam
Pengembangan dan Inovasi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah ”
Profesi merupakan pekerjaan atau karir yang bersifat pelayanan bantuan keahlian dengan
ketepatan yang tinggi untuk kebahagiaan pengguna berdasarkan norma-norma yang
berlaku.Setiap orang yang menjalankan suatu profesi harus menjadi anggota profesi, karena
persyaratan suatu profesi salah satunya adalah organisasi profesi.Perekat utama dari
organisasi profesi adalah sebutan profesi itu sendiri, yang didalamnya bisa dikembangkan
sejenis himpunan/ikatan/kumpulan yang berorientasi pada spesifikasi profesi itu.
Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ABKIN (2014) dinyatakan bahwa
tujuan ABKIN ialah (1) aktif program dalam upaya menyukseskan pembangunan nasional,
khususnya di bidang pendidikan dengan jalan memberikan sumbangan pemikiran dan
menunjang pelaksanaan program yang menjadi garis kebijakan pemerintah; (2)
mengembangkan serta memajukan bimbingan dan konseling sebagai ilmu dan profesi yang
bermartabat dalam rangka mempersipakan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi; (3)
mempertinggi kesadaran, sikap dan kemampuan profesional konselor agar berhasilguna dan
berdaya guna dalam menjalankan tugasnya. ABKIN bersifat keilmuan, profesional, dan
mandiri. Fungsi ABKIN, yaitu : (1) sebagai wadah persatuan, pembinaan dan pengembangan
anggota dalam upaya mencapai tujuan organisasi; (2) sebagai wadah peran serta profesional
bimbingan dan konseling dalam usaha mensukseskan pembangunan nasional; (3) sebagai
sarana penyalur aspirasi anggota serta sanara komunikasi sosial timbal balik antar organisasi
kemasyarakatan dan pemerintah. Untuk melaksanakan fungsinya, organisasi profesi ABKIN
melakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi: (a) penelitian dan pengembangan ilmu dan
teknologi dalam bidang bimbingan dan konseling, (b) peningkatan mutu layanan bimbingan
dan konseling, (c) penegakkan kode etik bimbingan dan konseling Indonesia, (d) pendidikan
dan latihan profesional, (e) pengembangan dan pembinaan organisasi, (f) pertemuan
organisasi dan pertemuan-pertemuan ilmiah, (g) publikasi dan pengabdian kepada
masyarakat, dan (h) advokasi layanan profesi.
Organisasi profesi ABKIN melalui tridarma organisasi profesi, yaitu: (1) ikut serta
mengembangkan ilmu dan teknologi profesi, (2) meningkatkan mutu praktik pelayanan
profesi, dan (3) menjaga kode etik. Organisasi profesi ABKIN secara langsung peduli atas
realisasi sisi-sisi obyek praktik spesifik profesi, keintelektualan, kompetensi dan praktik
pelayanan, komunikasi, kode etik, serta perlindungan atas para anggotanya. Organisasi
profesi membina para anggotanya untuk memiliki kualitas yang tinggi dalam
mengembangkan dan mempertahankan kemartabatan profesi. Organisasi profesi ABKIN
disampaing membesarkan profesi itu sendiri, juga sangat berkepentingan untuk ikut
memenuhi kebutuhan dan membahagiakan masyarakat luas.
Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ABKIN (2014),organisasi ABKIN
memiliki divisi-divisi menurut cabang kualifikasi akademik,spesialisasi dan/atau bidang
profesi bimbingan dan konseling. Divisi-divisi ABKIN merupakan bagian integral dari
organisasi ABKIN di tingkat nasional,dan provinsi. Divisi dibentuk atas dasar kebutuhan
pengembangan keilmuan/profesi. Divisi-divisi yang telah dibentuk oleh ABKIN adalah:
Divisi-divisi dapat menetapkan tujuan,fungsi,tugas dan rencana kerja sendiri, yang tidak
bertentangan dengan AD/ART dan hasilKongres ABKIN serta peraturan/ketentuan
organisasi ABKIN lainnya.
IBKS sebagai wadah organisasi profesi guru bimbingan dan konseling (Guru BK)dalam
induk organisasi profesi bimbingan dan konseling yang dinamakan ABKIN .Oleh karena itu,
Guru BK yang bekerja di sekolah harus menjadi anggota profesi bimbingan dan konseling
yang diwadahi dalam organisasi profesi ABKIN dalam divisi IBKS. IBKS sebagai
organisasi profesi mempunyai peranan penting dalam upaya meningkatkan dan memantapkan
landasan keilmuan dan teknologi dalam wilayah pelayanan konseling di sekolah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 Tahun
2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan
bahwa “Konselor adalah pendidik profesional yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana
Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan telah lulus Pendidikan Profesi
Guru Bimbingan dan Konseling/ Konselor.” dan “Guru Bimbingan dan Konseling adalah
pendidik yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang
Bimbingan dan Konseling dan memiliki kompetensi di bidang Bimbingan dan Konseling.
Tugas,fungsi,peranan dan tanggung jawab Guru BK adalah melaksanakan pelayanan
bimbingan dan konseling pada siswa di sekolah sebanyak 150/160 orang siswa.
Layanan Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan
berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan
Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai
kemandirian, dalam wujud kemampuan memahami, menerima, mengarahkan, mengambil
keputusan, dan merealisasikan diri secara bertanggung jawab sehingga mencapai kebahagiaan
dan kesejahteraan dalam kehidupannya.
Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari sistem pendidikan di sekolah
memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Pendidikan dapat
memanfaatkan konseling sebagai mitra kerja dalam melaksanakan tugasnya sebagai
rangkaian upaya pemberian bantuan. Konseling menyediakan unsur-unsur di luar individu
yang dapat dipergunakan untuk memperkembangkan diri (Crow & Crow, 1960). Mengacu
kepada pernyataan tersebut, dalam arti luas konseling dapat dianggap sebagai bentuk upaya
pendidikan, dan dalam arti sempit konseling dapat dianggap sebagai teknik yang
memungkinkan individu menolong dirinya sendiri. Perkembangan dan kemandirian individu
dipentingkan dalam proses konseling yang sekaligus merupakan proses pendidikan. Untuk
dapat berkembang dengan baik dan mandiri, individu memerlukan pengetahuan dan
keterampilan, jasmani dan rohani yang sehat, serta kemampuan penerapan nilai dan norma-
norma hidup kemasyarakatan.
Guru bimbingan dan konseling (Guru BK) sebagai pendidik,sebagai jabatan fungsional
dan sebagai jabatan profesional dipandang sebagai bagian atau komponen dari suatu sistem
sosial. “Sistem sosial” di sini diartikan sebagai suatu kelompok individu yang hidup dan
berinteraksi satu sama lain dalam masyarakat sekolah, yaitu dengan guru mata pelajaran,
kepala sekolah, tenaga administrasi, dan juga siswa.. Jaringan hubungan di antara
komponen-komponen sistem sosial tersebut membentuk suatu struktur sosial yang teratur; di
dalamnya ada posisi-posisi. Tertentu. Posisi yang satu dapat dibedakan dari posisi lainnya,
yaitu posisi guru mata pelajaran, posisi kepala sekolah, posisi tenaga administrasi, dan posisi
siswa di sekolah menurut fungsi yang ditentukan kelompok, dan tiap posisi mempunyai hak
dan kewajiban masing-masing.
Setiap fungsi selalu diikuti oleh peranan. Tak ada posisi tanpa peranan, dan tak ada
peranan tanpa posisi.Pada umumnya peranan didefinisikan sebagai tingkah laku individu
untuk mewujudkan hak dan kewajibannya sesuai dengan posisi individu tersebut. Jadi
peranan menunjuk pada hak dan kewajiban, secara normatif diakui sebagai pola tingkah laku
yang diberi posisi. Di dalam praktek tiap individu menduduki banyak posisi, jadi dengan
sendirinya banyak peranan yang dipegangnya.
Bila Guru BK memikul kewajiban dan tanggung jawab posisinya di sekolah, maka Guru
BK tersebut dikatakan telah melaksanakan peranannya. Peranan Guru BK mengandung
harapan dan pengakuan dari anggota kelompok sosial di sekolah. Peranan Guru BK dapat
didefinisikan berbagai harapan dan arah untuk bertingkah laku sesuai dengan posisinya. Jadi
semacam “blue print” tingkah laku Guru BK.
Guru BK atau konselor sekolah sebagai pemegang harapan bukanlah pihak yang pasif,
Guru BK melakukan interaksi sosial dengan individu lainnya yang mengamati dan
menyambutnya. Bila suatu unit sosial berfungsi, maka individu lainnya menaruh harapan dan
tingkah laku tertentu dari Guru BK. Harapan-harapan itu muncul karena pengalaman sendiri
atau pengalaman orang lain yang berinteraksi langsung dari pemegang peran. Suatu peranan
selalu berbeda dengan peranan lainnya, tidak mungkin ada peranan yang sama persis.
Peranan Guru BK berbeda dengan peranan guru mata pelajaran, berbeda dengan peranan
kepala sekolah, berbeda dengan peranan tenaga administrasi, dan juga berbeda dengan
peranan siswa di sekolah. Peranan yang dipegang Guru BK memberikan stempel atas pola
tingkah laku pemegangnya yaitu Guru BK atau konselor. Persepsi pemegang peranan tentang
hak dan kewajiban yang memilikinya, menentukan sampai berapa jauh sesuatu peranan
menjadi terinternasisasi.
Peranan Guru BK/konselor menunjukkan harapan dan arah tingkah laku, serta
berhubungan dengan tujuan atau akhir sesuatu proses. Tingkah laku Guru BK/konselor yang
sesuai dengan peranannya ditentukan oleh faktor dari dalam dirinya dan ditentukan pula oleh
pihak-pihak di luar dirinya. Faktor-faktor luar yang menentukan peranan Guru BK/konselor
adalah antara lain (a) administrator, (b) guru mata pelajaran, (c) siswa, (d) orang tua, (e)
kelompok profesional, dan (f) teman sejawat Guru BK/konselor sendiri. Sedangkan faktor
internal yang menentukanGuru BK/ konselor adalah (a) disposisi kebutuhan,(b) sikap-sikap,
(c) nilai-nilai, (d) pengalaman hidup, dan (e) latihan profesional. Jadi tingkah laku guru
BK/konselor merupakan perpaduan antara harapan yang diterima dari luar, dan karakteristik
pribadinya.
Meskipun Guru BK/konselor adalah jabatan profesional, namun peranannya belum dapat
didefinisikan secara jelas. Dengan adanya persyaratan-persyaratan tertentu termasuk
pendidikan dan latihan, dan dengan tugas-tugas yang berbeda dari orang lain, Guru
BK/konselor baik secara perorangan maupun kelompok bertanggung jawab melaksanakan
fungsi membantu siswa dengan cara yang berbeda dari para guru, psikolog, dokter, dan
sejenisnya. Bila Guru BK/konselor sendiri tidak lebih dahulu bertanggung jawab atas peranan
dan fungsi konselor, maka orang lain akan lebih sulit menentukan peranan itu. Definisi
peranan dan fungsi Guru BK/konselor perlu dipegang teguh oleh para Guru BK/konselor
sebagai identitas profesional, tetapi juga harus fleksibel untuk mendorong pertumbuhan dan
perubahan profesi. Peranan menunjukkan harapan dan arah tingkah laku; fungsi
menunjukkan aktivitas untuk mewujudkan harapan tersebut. Peranan berhubungan dengan
tujuan atau akhir sesuatu proses, sedangkan fungsi menunjukan proses itu sendiri.
Ada beberapa peranan Guru BK/konselor sekolah dalam kaitannya dengan kewajiban
dan tanggung jawabnya, yaitu antara lain:
Tanpa teknologi yang memadai,yaitu teknologi yang menjamin keberhasilan nyata suatu
layanan, profesi Guru BK/konselor tidak mungkin berkembang dan diakui oleh para
penggunanya baik di sekolah maupun di masyarakat umumnya. Selain itu, karena
permasalahan yang digarap oleh Guru BK/konselor melalui konseling sering kali secara
khusus merupakan permasalahan pribadi yang amat merasuk ke pribadi pengguna, persoalan
kode etik menjadi sangat penting. Selain penerapan butir-butir kode etik lain, kode etik yang
menyangkut perlindungan pribadi klien dalam pelayanan konseling sangat di utamakan.
IBKS secara langsung peduli atas realisasi sisi-sisi objek praktik spesifik profesi,
keintelektualan, kompetensi dan praktik pelayanan, komunikasi, kode etik, serta perlindungan
atas para anggotanya. IBKS membina para anggotanya untuk memiliki kualitas tinggi dalam
mengembangkan dan mempertahankan kemartabatan profesi. IBKS disamping membesarkan
profesi itu sendiri, juga sangat berkepentingan untuk ikut serta memenuhi kebutuhan dan
membahagiakan masyarakat luas.Kemandirian organisasi profesi menandakan bahwa IBKS
akan dapat tumbuhkembang dengan baik sangat tergantung kepada partisipasi aktif dari para
anggotanya.
IBKS sebagai divisi ABKIN mempunyai peran penting dalam mewujudkan kemartabatan
profesi konseling dan kepercayaan publik terhadap pelayanan konseling yang dilakukan oleh
Guru BK/konselor. Kemartabatan suatu profesi yang ditampilkan sangat tergantung pada
tenaga profesional yang mempersiapkan diri untuk pemegang profesi Guru BK/konselor.
Kemartabatan yang dimaksud itu,dalam kemartabatan profesi konseling, yaitu (1) pelayanan
yang bermanfaat bagi kemaslahatan kehidupan manusia secara luas; (2) Guru BK/konselor
yang bermandat yaitu lulusan pendidikan profesi Guru BK/konselor yang dipercaya untuk
menghasilkan tindakan dan produk-produk pelayanan konseling dalam mutu yang tinggi ;(3)
pengakuan yang sehat dari pemerintah dan masyarakat..
Kreatif dan inovatif adalah karakteristik personal yang terpatri kuat dalam diri seorang
Guru BK/konselor profesional. Profesi konseling yang tidak dilandasi upaya kreatif dan
inovatif dari Guru BK/konselor tidak akan menjadikan profesi Guru BK/konselor menjadi
eksis dan bermartabat.Masyarakat yang begitu dinamis menuntut konselor untuk selalu
adaptif dan mencari terobosan terbaru untuk dapat memberikan pelayanan konseling secara
efektif dan bermartabat. Karakter cepat berpuas diri dan cenderung stagnan sama saja
membawa profesi konseling menjadi tidak eksis dan tidak berkembang yang pada akhirnya
menjadi kepercayaan publik menurun.
Guru BK/Konselor yang kreatif adalah konselor yang selalu ingin tahu, memiliki minat
yang luas, mempunyai kegemaran dan menyukai aktivitas yang kreatif. Konselor yang kreatif
biasanya mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Guru BK/Konselor berani mengambil risiko
dengan perhitungan yang matang, artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi Guru
BK/konselor sangat berarti, penting dan disukai, Guru BK/konselor tidak terlalu
menghiraukan kritik dan ejekan, tidak takut membuat kesalahan dan mengemukakan
pendapat meskipun tidak disetujui orang lain.
Guru BK/Konselor yang inovatif adalah Guru BK/ konselor yang berani untuk berbeda,
menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari kebiasaan. Rasa percaya diri,
keuletan,ketekunan membuat konselor tidak cepat putus asa untuk mencapai tujuan.
Treffinger (1986) menyatakan bahwa pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisir dalam
tindakan, dan rencana inovatif serta produk orisinilnya telah dipikirkan matang-matang
terlebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya.
Tingkat energi, spontanitas,dan kepetualangan yang luar biasa sering tampak pada konselor
yang kreatif. Keinginan Guru BK/konselor untuk mencoba aktivitas yang baru dan
mengasyikan. Guru BK/Konselor yang kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi,
dapat melihat suatu masalah dari berbagai sudut tinjauan, dan memiliki kemampuan untuk
bermain dengan ide, konsep atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan, yang
kemudian terwujud menjadi penemuan-penemuan baru.
PENUTUP
Berbagai upaya kearah profesionalisasi konseling telah banyak dilakukan baik oleh
pemerintah maupun IBKS sebagai organisasi profesi bimbingan dan konseling dan telah
membawa profesi konseling khususnya dalam setting pendidikan persekolahan lebih baik dari
sebelumnya. Perubahan dan perkembangan masyarakat yang semakin maju dan dalam
rentang diversifikasi kebutuhan yang amat luas menuntut profesi konseling untuk
menyesuaikan diri kepada tuntutan dan kebutuhan masyarakat tersebut. Profesi konseling
menjadi makin kokoh, eksis dan kepercayaan public (public rust) segera dapat diwujudkan
dengan didukung oleh konselor sebagai tenaga profesional dengan mengacu kepada Peraturan
Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Konselor dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan dasar dan
Pendidikan Menengah
DAFTAR PUSTAKA
Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
(ABKIN). (2014). Semarang: PB ABKIN
ASCA (a9840. Ethical Standard for School Counselor. Journal of The School
Counselor,32,84-87.
Corey, Gerald & Corey, M. Schneider. (1984) Issues & Ethics in the Helping Profession.
Menterey. California: Brooks/Cole Publishing Co.
Crow,L.D. & Crow,A. (1960). An Introduction to Guidance. New York: American Book
Company.
Guerra,P (1998). Revamping School Counselor Education : The Dewitt Wallace-Reader’s Digest
Fund. Counseling Today ,19,36.
Herr,E.L (2002). Guidance and Counseling in the Schools: The Past, Present, and Future. Falls
Church,VA; American Personnel and Guidance Association.
Hosnan M. (2016). Etika Profesi Pendidik. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nelson R. & Jones. (2010). Practical Counseling and Helping Skills.London: SAGE
Publications.Ltd.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 tahun 2014 tentang
Bimbingan dan Konseling pada Pendidian Dasar dan Menengah. Jakarta:
Kemndikbud.
Prayitno & Erman Amti (1999) .Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:Rineka
Cipta.
Rogers,C. (1982). “Towards a Theory of Creativity” dalam P.E. Vernon (ed), Creativity.
Middlesex :Penguin Books.
Treffinger,D. (1986). Thinking Skills and Problem Solving. New York: center for Creative
Learning.