Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan
yang langsung di berikan kepada klien kepada berbagai tatanan pelayanan dengan
menggunakan metodologi proses keperawatan berpedoman kepada standar keperawatan
dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab
perawat. Dalam menyelesaikan masalah klien, perawat menggunakan proses keperawatan
sebagai metodologi pemecahan masalah secara ilmiah.
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien melalui proses keperawatan.
Teori dan konsep keperawatan diimplementasikan secara terpadu dalam tahapan terorganisir
yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian klien dengan ganguan muskuloskeletal meliputi pengumpulan data dan analisa
data. Dalam pengumpulan sumber data klien diperoleh dari klien sediri, keluarga, dokter
ataupun dari catatan medis.
a. Pengumpulan data
Biodata klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, agama, tanggal masuk RS, nomor medik dan diagnosa medik.
Merupakan keluhan klien pada saat dikaji, klien mengalami fraktur dan imobilisasi biasanya
mengeluh tidak dapat melakukan pergerakan, nyeri, lemah, dan tidak dapat melakukan
sebagian aktivitas sehari-hari.
Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, terhadap berbagai sistem tubuh maka
ditemukan hal sebagai berikut :
Pada klien yang immobilisasi perlu dilihat dalam hal keadaan umum meliputi penampilan,
postur tubuh, kesadaran, dan gaya bicara klien karena immobilisasi biasanya mengalami
kelemahan, kebersihan dirinya kurang, bentuk tubuh kurus akibat berat badan menurun.
b.) Aktivitas istirahat
Apakah ada keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena mungkin segera fraktur
ini sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan ; nyeri).
c.) Sirkulasi
Hipertensi yaitu kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas atau hipotensi akibat
kehilangan darah.
d.) Neurosensori
e.) Nyeri/kenyamanan
terlokalisasi pada jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi tak ada nyeri
akibat kerusakan saraf.
f.) Keamanan
Pola aktivitas sehari-hari pada klien fraktur meliputi frekuensi makan, jenis makanan, porsi
makan, jenis dan kualitas minum dan kuantitas minum, dan eliminasi yang meliputi BAB
(frekuensi, warna, konsistensi) serta BAK (frekuensi, banyaknya urine yang keluar setiap hari
dan warna urine). Personal hygiene (frekuensi mandi, gosok gigi, dan cuci rambut serta
memotong kuku), olahraga (frekuensi dan jenis), serta rekreasi (frekuensi dan tempat
rekreasi).
Pengkajian yang dilakukan pada klien immobilisasi pada dasarnya sama dengan pengkajian
psikososial pada sistem lain yaitu mengenai konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri,
peran diri, dan identitas diri) dan hubungan atau interaksi) klien dengan anggota keluarganya
maupun dengan lingkungan.
Pada klien yang fraktur dan diimobilisasi adanya perubahan konsep diri terhadi secara
perlahan-lahan yang mana dapat dikenal melalui observasi terhadap perubahan yang kurang
wajar dalam status emosional, perubahan tingkah laku, menurunnya kemampuan dalam
masalah dan perubahan status tidur.
Klien yang fraktur perlu dikaji tentang agama dan kepribadiannya, keyakinan, harapan, serta
semangat yang terkandung dalam diri klien merupakan aspek yang penting untuk
kesembuhan penyakitnya.
b) Scan tulang tomogram, skan CI/MRI, memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
f) Profil kagulasi, perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel atau
cedera hati.
b. Masalah
1.) Nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
c. Resiko terjadi gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan arterio vena.
g. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka terbuka yang masih basah.
3. Perencanaan
Rasional : Dapat memberikan secara visual bila telah terjadi pembentukan callus serta letak
kedudukan tulang.
4) Tindakan keperawatan
Rasional: Mengetahui asal, sifat, dan kapan datangnya nyeri sehingga dapat menentukan
yang akan diberikan dengan tepat.
Rasional : Mencegah terjadinya gerakan yang sering dari tulang yang patah sehingga
tidak merangsang saraf yang menimbulkan nyeri.
d) Ajarkan tehnik penanganan rasa nyeri kontrol stres dan cara relaksasi.
c. Resiko terjadi gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan arterio vena.
2) Data obyektif : adanya edema dan hematoma sekitar fraktur, kulit pucat dan dingin
c) Nadi teraba.
4) Tindakan keperawatan
a) Observasi warna dan suhu kulit serta pengisian kembali pembuluh darah kapiler.
Rasional : Kulit pucat dan dingin serta pengisian kembali kapiler lambat atau tidak
menunjukkan adanya kerusakan arteri sehingga tidak membahayakan sistem perfusi jaringan.
Rasional : Nadi berkurang atau hilang menunjukkan luka pada pembuluh darah sehingga
memerlukan evaluasi secara segera oleh tim medis untuk memperbaiki sirkulasi.
d) Bebaskan alat-alat yang menekan seperti gips sirkuler verband dan lain-lain
1) Data subyektif : -
3) Tujuan : Tidak terjadi gangguan pertukaran gas dengan kriteria sesak nafas,
pengembangan paru sempurna, tidak ada wheezing dan ronchi, suara nafas vesikuler,
frekuensi nafas normal.
4) Tindakan keperawatan
Rasional : Tachypnea, dyspnea, serta perubahan mental sebagai indikator emboli paru pada
tahap awal.
Rasional : Perubahan bunyi nafas serta adanya nafas yang berulang dapat menunjukkan
adanya komplikasi pernafasan misalnya pneumoni, atelektasis, emboli dan lain-lain.
c) Anjurkan dan bantu klien breathing exercise berupa nafas dalam dan batuk.
Rasional : Meningkatkan pengeluaran sekresi serta mengurangi kongesti pada daerah paru
yang bebas.
3) Tujuan : Klien dapat melakukan mobilitas fisik dengan kritieria : dapat menggerakkan
ekstremitas yang tidak diimobilisasi, dapat mempertahankan mobilitas pada tingkat
possibilitas yang tinggi.
4) Tindakan keperawatan
b) Bantu klien melakukan range of motion pasif/aktif pada ekstremitas yang sakit
maupun tidak.
Rasional : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang, mencegah kontraktur, mengurangi
atrofi dan mempertahankan mobilitas tulang/sendi.
c) Mendorong klien melakukan latihan isometrik untuk anggota badan yang tidak
terpengaruh dengan imobilisasi.
Rasional : Berguna dalam menggerakkan program latihan dan aktivitas secara individual
4) Tindakan keperawatan
Rasional : Dapat memberikan gambaran daerah yang sudah dekubitus, yang sudah terjadi
ischemik jaringan, serta tekanan pada kulit.
Rasional : Merupakan suatu tindakan yang paling penting untuk mencegah meluasnya infeksi
karena sumber utama terjadinya kontaminasi oleh mikroba.
Rasional : Mencegah masuk dan berkembangnya kuman dalam luka yang dapat memperberat
luka.
d) Pijat daerah tulang dan kulit yang mendapat tekanan dengan menggunankan lotion.
e) Rubah posisi tidur dengan ganjalan bantal/kain pada daerah yang tertekan.
g. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka terbuka yang masih basah.
2) Tindakan keperawatan
Rasional : Memutuskan mata rantai kuman penyebab infeksi sehingga infeksi tidak terjadi.
Rasional : Menjaga agar luka tetap bersih dan dapat menceah terjadinya kontaminasi.
3) Tujuan : pemahaman klien terpenuhi dengan kriteria : klien tidak bertanya tentang
penyakitnya, klien lebih kooperatif dalam prosedur keperawatan.
4) Tindakan keperawatan
Rasional : Untuk mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan dan akan
memperlambat penyembuhan.
c) Instruksikan pada klien agar mengatakan pada perawat bila ada hal-hal yang tidak
menyenangkan.
4. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan
jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah
komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses
penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan)
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan
respon pasien terhadap dan keefektifan
intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana perawatan
jika diperlukan. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan (Doenges Marilynn
E, 2000).
g. Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu,bebas drainage purulen atau eritema dan
demam.