Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Dosen :
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
Asuransi Jiwa merupakan salah satu industri dibidang jasa yang memberikan
perlindungan pada calon pemegang polis apabila terjadi risiko di masa mendatang.
Pihak asuransi akan memberikan ganti rugi sebesar nilai yang sudah disepakati kepada
tertanggung apabila risiko tersebut benar-benar terjadi. Mekanisme perlindungan ini
sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh dengan risiko. Secara rasional, para
pelaku bisnis akan mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada
tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk
mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada satu anggota
keluarga yang menghadapi cacat atau meninggal dunia.
Pada dasarnya risiko-risiko di atas, timbul dari peristiwa tak pasti, tak
terprediksi dan tak mungkin terhindarkan karena keterbatasan kemampuan yang
dimiliki manusia itu sendiri. Untuk menghadapi risiko tersebut, maka manusia dapat
melakukan manajemen risiko guna mengatasi risiko agar manusia tidak terhambat
dalam mencapai kesejahteraannya. Menurut Emmet J. Vaughan dan Therese M.
Vaughan dalam bukunya yang berjudul Essential of Insurance : A Risk Management
Perspective mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meminimkan
risiko kerugian yaitu dengan menghindari risiko (risk avoidance), menahan risiko (risk
retention), memindahkan risiko (risk transfer), membagi risiko (risk sharing), dan
mengurangi risiko (risk reduction).1
Asuransi telah mulai berkembang di Eropa pada abad ke-17, termasuk negara
Belanda, sejalan dengan perkembangan industri dan perdagangan yang terjadi di
Negara yang bersangkutan. Perkembangan asuransi, khususnya di Negara Belanda
dibawa ke negara jajahannya, termasuk Indonesia karena Belanda juga melakukan
aktivitas perdagangan, baik dengan negara lain atau dengan penduduk pribumi di
negara Indonesia. KUHD Indonesia pada dasarnya merupakan KUHD Belanda yang
ditetapkan secara konkordan di Indonesia. Ketentuan asuransi yang sudah diatur dalam
KUHD, menjadikan kegiatan asuransi tumbuh dan berkembang dengan pesat di
Indonesia. Apalagi dengan lahirnya Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian, maka secara perlahan dan bertahap masyarakat Indonesia sudah
mulai berminat untuk melakukan usaha asuransi baik asuransi terhadap harta kekayaan,
benda-benda berharga, maupun jiwanya untuk mengalihkan resiko mereka kepada
perusahaan asuransi. Sehingga dari latar belakang tersebut maka penulis berminat
untuk membahas asuransi jiwa berjudul “Ruang Lingkup dalam Asuransi
Kejiwaan”.
1.3 Tujuan
1
https://www.cermati.com/artikel/apa-itu-hukum-asuransi-dan-bagaimana-cara-kerjanya(4/17/2019
8:34 PM)
BAB II
PEMBAHASAN
Asuransi jiwa biasa (ordinary life) diperuntukan bagi perorangan adalah asuransi
jiwa yang umumnya dipasarkan oleh perusahaan-perusahaan asuransi jiwa. Pada
umumnya asuransi ini diperuntukan bagi golongan masyarakat menengah ke atas.
Pada dasarnya premi dibayarkan oleh pembeli polis setiap tahun atau setiap semester
atau setiap triwulan dan boleh juga setiap bulan, atau dibayar sekaligus sebagai premi
tunggal bagi mereka yang mempunyai cukup uang.
2. Asuransi rakyat
2
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/36855/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllo
wed=y(4/17/2019 8:30 PM)
dan besarnya premi disesuaikan dengan kesanggupan calon tertanggung membayar
setiap minggu. Besarnya uang pertanggungan dengan berpedoman kepada besarnya
premi setiap minggu dan lamanya pertanggungan apakah seumur hidup atau hingga
calon tertanggung mencapai usia tertentu.
3. Asuransi kumpulan
yaitu :
Pada umumnya ada 4 macam sasaran pokok dari asuransi jiwa dunia
usaha, yaitu :
polis asuransi jiwa atas dirinya dan menunjuk orangtuanya atau adik-adiknya
6. Asuransi keluarga
3
kematian, jaminan hari tua, dan jaminan atas kelangsungan pendidikan anak-anak.
“Suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akte yang
dinamakan polis”.
3
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:KLDtNZzSO70J:https://www.aca.co.id/cms
prd/uploads/1%2520Lindungi%2520Diri%2520Dengan%2520Asuransi%2520-
%2520Profesional%25201503419026.pdf+&cd=4&hl=id&ct=clnk&gl=id(4/17/2019 8:30 PM)
“Perjanjian pertanggungan diterbitkan seketika setelah ia ditutup, hak-hak dan
kewajiban-kewajiban bertimbal balik dari si penanggung dan si tertanggung
mulai berlaku semenjak saat itu, bahkan sebelum polisnya ditandatangani”.
Hal tersebut memberi arti bahwa walaupun tidak ada polis (polis sebelum terbit),
perjanjian asuransi jiwa tetap berlaku apabila telah ditutup (telah ada persesuaian
kehendak) dan dapat dibuktikan dengan bukti-bukti lain, misalnya dengan kwintansi
pembayaran premi. Meskipun untuk sahnya suatu perjanjian asuransi jiwa menurut
undang-undang tidak ada keharusan adanya formalitas tertentu (seperti akte tertulis
yang disebut polis), namun sangatlah penting adanya akte yang demikian itu.
Hal ini dengan mengingat bahwa perjanjian asuransi jiwa adalah berhubungan
dengan kepentingan finansial dan perjanjian tersebut bersifat perjanjian
kemungkinan. Oleh karena itu undang-undang sendiri hendaknya melindungi
penanggung (perusahaan asuransi jiwa), dengan cara bahwa adanya perjanjian
asuransi jiwa itu harus dibuktikan secara tertulis. Sehingga ditetapkan adanya akte
yang ditandatangani penanggung yang disebut polis, sebagai bukti adanya perjanjian
asuransi jiwa tersebut. Surat perjanjian ini dibuat dengan itikad baik dari kedua belah
pihak yang mengadakan perjanjian. Di dalam surat perjanjian itu disebutkan dengan
tegas dan jelas mengenai hal-hal yang diperjanjikan kedua belah pihak, hak-hak
masing-masing pihak, sanksi atas pelanggaran perjanjian dan sebagainya.
Kemudian polis dapat juga diartikan surat perjanjian asuransi jiwa yang
menguraikan hal-hal yang menjadi dasar dan syarat-syarat asuransi,ditandatangani
oleh penanggung dan pemegang polis. Dari pengertian di atas bahwa polis asuransi
merupakan salah satu dari alat bukti telah terjadi perjanjian asuransi. Pada dasarnya
pengertian polis asuransi jiwa sama dengan pengertian polis pada umumnya.
Perbedaan polis asuransi jiwa dengan polis asuransi pada umumnya hanya dari
isi polis, dimana isi polis asuransi jiwa diatur dalam Pasal 304 KUHDagang dan isi
polis pada umumnya diatur dalam Pasal 256 KUHDagang. Menurut Pasal 304
KUHDagang, polis asuransi jiwa harus memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Penebusan Polis
4
https://www.aia
financial.co.id/content/dam/id/in/docs/Memahami%20Asuransi%20Jiwa.pdf(4/17/2019 8:28 PM)
penebusan polis dan polis diserahkan kepada perusahaan maka perjanjian menjadi
hapus.
2. Penggadaian Polis
Pasal 8 syarat-syarat umum polis memuat ketentuan tentang hak pemegang polis
untuk menggadaikan polis (meminjam uang kepada perusahaan dengan polis sebagai
jaminan). Menurut ketentuan perusahaan dan dengan syarat polis harus sudah
mempunyai nilai tebus. Besarnya pinjaman yang diberikan maksimal adalah sama
dengan nilai tebus dan dikenakan bunga yang besarnya ditentukan perusahaan,
pengembalian pinjaman itu secara angsuran/ sekaligus dalam waktu yang ditentukan
atau akan diperhitungkan dengan pembayaran uang angsuran.
Pemegang polis atau pihak yang ditunjuk berhak menerima pembayaran faedah
asuransi dari penanggung di dalam masa kontrak apabila terjadi resiko. Bukti-bukti
yang diperlukan untuk menerima uang pembayaran faedah asuransi ialah :
a) Polis
b) Tanda bukti diri dari pemegang polis
c) Kwitansi pembayaran premi terakhir yang sah
Perjanjian asuransi jiwa adalah suatu persetujuan dua pihak dimana pihak
tertanggung membayar premi sebagai prestasi, yang sebagai gantinya menerima gaji
ganti rugi dari penanggung. Pembayaran premi kepada pihak penanggung selama
kontrak berjalan merupakan kewajiban dari pihak tertanggung/ pemegang polis.
Untuk menetapkan besarnya premi yang harus dibayar pemegang polis perlu
diperhatikan beberapa prinsip :
5
Tuti Rastuti, 2015, Seluk Beluk Perusahaan & Hukum Perusahaan, Bandung, Refika Aditama, hlm
161
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
“Suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akte yang
dinamakan polis”.