Sunteți pe pagina 1din 15

HUKUM ASURANSI

RUANG LINGKUP ASURANSI JIWA DI INDONESIA

Dosen :

DR I. A. SADNYINI S.H., M.H

Disusun Oleh :

A. A. NGURAH AGUNG WIRA KESUMA (3.16.1.1498)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL
2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuransi Jiwa merupakan salah satu industri dibidang jasa yang memberikan
perlindungan pada calon pemegang polis apabila terjadi risiko di masa mendatang.
Pihak asuransi akan memberikan ganti rugi sebesar nilai yang sudah disepakati kepada
tertanggung apabila risiko tersebut benar-benar terjadi. Mekanisme perlindungan ini
sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh dengan risiko. Secara rasional, para
pelaku bisnis akan mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada
tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk
mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada satu anggota
keluarga yang menghadapi cacat atau meninggal dunia.

Risiko merupakan suatu keadaan yang tidak pasti. Ketidak-pastian yang


dominan adalah ketidak-pastian yang akan dihadapi selalu dihadapi semua manusia
dalam seluruh aktivitas kehidupannya, baik kehidupan pribadi maupun kegiatan usaha.
Ketidak-pastian yang dominan adalah ketidak-pastian akan terjadinya peristiwa dan
ketidak-pastian akan dialaminya kerugian.

Dikehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat melepaskan diri dari


ketidakpastian. Baik secara individu ataupun kelompok kita selalu dikelilingi oleh
ketidakpastian tersebut. Pertama, Ketidak-pastian ekonomi (economic uncertainty),
yaitu kejadian yang timbul sebagai akibat dari perusahaan sikap konsumen. Misalnya
perubahan selera minta konsumen atau terjadinya perubahan harga, teknologi, dan lain
sebagainya. Kedua, Ketidak-pastian yang disebabkan oleh alam (uncertainty of
nuture). Misalnya kebakaran, badai topan, banjir, dan lain-lain. Ketiga, Ketidak-pastian
yang disebabkan oleh perilaku manusia (human uncertainty), misalnya peperangan,
pencurian, perampokan, dan pembunuhan.

Di sisi lain, manusia sebagai makhluk Tuhan dianugerahi berbagaikelebihan.


Oleh karena itu manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifatyang lebih dari
makhluk lain mencari daya upaya guna mengatasi rasa tidak amantadi sehingga ia
merasa menjadi aman. Dengan daya upayanya tersebut manusiaberusaha bergerak dari
ketidakpastian menjadi suatu kepastian, sehingga ia selaludapat menghindarkan atau
mengatasi resiko-resikonya, baik secara individual atau bersama-sama.

Usaha dan upaya manusia untuk menghindari dan melimpahkanmerupakan


resikonya kepada pihak lain beserta proses pelimpahan sebagai suatukegiatan itulah
yang merupakan embrio atau cikal bakal perasuransian yangdikelola sebagai suatu
kegiatan ekonomi yang rumit sampai saat ini.Di dalam melaksanakan kegiatan
perekonomian sehari-hari, kita selalumenghadapi risiko. Risiko yang dihadapi bisa
bersifat risiko murni maupunspekulatif. Sedangkan di dalam dunia usaha atau bisnis,
risiko yang dihadapi lebihbervariasi lagi, yaitu risiko biasa yang rutin sampai dengan
risiko yang dapatmenyebabkan kerugian yang sangat besar.

Pada dasarnya risiko-risiko di atas, timbul dari peristiwa tak pasti, tak
terprediksi dan tak mungkin terhindarkan karena keterbatasan kemampuan yang
dimiliki manusia itu sendiri. Untuk menghadapi risiko tersebut, maka manusia dapat
melakukan manajemen risiko guna mengatasi risiko agar manusia tidak terhambat
dalam mencapai kesejahteraannya. Menurut Emmet J. Vaughan dan Therese M.
Vaughan dalam bukunya yang berjudul Essential of Insurance : A Risk Management
Perspective mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meminimkan
risiko kerugian yaitu dengan menghindari risiko (risk avoidance), menahan risiko (risk
retention), memindahkan risiko (risk transfer), membagi risiko (risk sharing), dan
mengurangi risiko (risk reduction).1

Asuransi telah mulai berkembang di Eropa pada abad ke-17, termasuk negara
Belanda, sejalan dengan perkembangan industri dan perdagangan yang terjadi di
Negara yang bersangkutan. Perkembangan asuransi, khususnya di Negara Belanda
dibawa ke negara jajahannya, termasuk Indonesia karena Belanda juga melakukan
aktivitas perdagangan, baik dengan negara lain atau dengan penduduk pribumi di
negara Indonesia. KUHD Indonesia pada dasarnya merupakan KUHD Belanda yang
ditetapkan secara konkordan di Indonesia. Ketentuan asuransi yang sudah diatur dalam
KUHD, menjadikan kegiatan asuransi tumbuh dan berkembang dengan pesat di
Indonesia. Apalagi dengan lahirnya Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian, maka secara perlahan dan bertahap masyarakat Indonesia sudah
mulai berminat untuk melakukan usaha asuransi baik asuransi terhadap harta kekayaan,
benda-benda berharga, maupun jiwanya untuk mengalihkan resiko mereka kepada
perusahaan asuransi. Sehingga dari latar belakang tersebut maka penulis berminat
untuk membahas asuransi jiwa berjudul “Ruang Lingkup dalam Asuransi
Kejiwaan”.

1.2 Rumusan Masalah

a) Bagaimana ruang lingkup asuransi kejiwaan dalam menjalankan kegiatan


usahanya di Indonesia ?

1.3 Tujuan

a) Ingin mengetahui ruang lingkup asuransi kejiwaan dalam menjalankan kegiatan


usahanya di Indonesia.

1
https://www.cermati.com/artikel/apa-itu-hukum-asuransi-dan-bagaimana-cara-kerjanya(4/17/2019
8:34 PM)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ruang Lingkup Asuransi Kejiwaan dalam Menjalankan Kegiatan Usahanya


di Indonesia

A. Definisi Asuransi Jiwa


KUHDagang mengatur tentang asuransi jiwa, pengaturannya sangat
singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu Pasal 302 sampai
dengan Pasal 308. Pasal 302 KUHDagang sebagai dasar asuransi jiwa, yang
menyatakan
bahwa :
“Jika seseorang dapat guna keperluan seseorang yang berkepentingan,
dipertanggungkan, baik untuk selama hidupnya jiwa itu, baik untuk
suatu waktu yang ditetapkan dalam perjanjian.”
Pengertian asuransi jiwa yang terdapat pada ketentuan di atas lebih
menekankan kepada suatu waktu yang ditentukan dalam asuransi jiwa.
Sedangkan untuk waktu selama hidupnya tidak ditetapkan dalam perjanjian
ini berarti undang-undang tidak tegas memberi kemungkinan untuk
mengadakan asuransi jiwa itu selama hidupnya bagi yang berkepentingan.
Selain dari definisi/ pengertian formil yang terdapat dalam undang-
undang, ada juga pendapat ahli hukum juga memberikan definisi asuransi jiwa
dimaksud. Menurut Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika yang dikutip dari
pendapat Molenggraf berpendapat bahwa,
“Asuransi jiwa dalam pengertian luas memuat semua perjanjian mengenai
pembayaran sejumlah modal atau bunga, yang didasarkan atas kemungkinan
hidup atau mati, dan daripada itu pembayaran premi atau dua-duanya dengan
cara digantungkan pada masa hidupnya atau meninggalnya seseorang atau
lebih.”2

B. Jenis-Jenis Asuransi Jiwa


Sasaran asuransi jiwa menunjukan kelas dan jenis asuransi jiwa yang
ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan asuransi jiwa, yaitu :
a) Sasaran terhadap perorangan (asuransi biasa/perorangan)
b) Sasaran terhadap masyarakat (asuransi rakyat)
c) Sasaran terhadap kumpulan orang/ karyawan (asuransi kumpulan kolektif)
d) Sasaran terhadap dunia usaha (asuransi dunia usaha)
e) Sasaran terhadap orang-orang yang muda (asuransi orang muda)
f) Sasaran terhadap keluarga (asuransi keluarga)

1. Asuransi jiwa biasa

Asuransi jiwa biasa (ordinary life) diperuntukan bagi perorangan adalah asuransi
jiwa yang umumnya dipasarkan oleh perusahaan-perusahaan asuransi jiwa. Pada
umumnya asuransi ini diperuntukan bagi golongan masyarakat menengah ke atas.
Pada dasarnya premi dibayarkan oleh pembeli polis setiap tahun atau setiap semester
atau setiap triwulan dan boleh juga setiap bulan, atau dibayar sekaligus sebagai premi
tunggal bagi mereka yang mempunyai cukup uang.

2. Asuransi rakyat

Asuransi rakyat diperuntukan bagi anggota masyarakat yang berpenghasilan


kecil seperti buruh, karyawan rendah, pedagang kecil, pelayan, petani, nelayan, dan
sebagainya. Asuransi ini dibayar preminya dengan frekuensi tinggi (setiap minggu)

2
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/36855/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllo
wed=y(4/17/2019 8:30 PM)
dan besarnya premi disesuaikan dengan kesanggupan calon tertanggung membayar
setiap minggu. Besarnya uang pertanggungan dengan berpedoman kepada besarnya
premi setiap minggu dan lamanya pertanggungan apakah seumur hidup atau hingga
calon tertanggung mencapai usia tertentu.

3. Asuransi kumpulan

Asuransi kumpulan (Group Insurance) disebut juga asuransi kolektif

dengan ciri-ciri sebagai berikut :

A. Satu polis untuk sekelompok tertanggung, misalnya para karyawan suatu

perusahaan diasuransikan dengan menggunakan satu polis yang disebut

polis induk (master policy).

B. Pemegang polis adalah perusahaan kepada masing-masing karyawan yang

diberikan sertifikat tanda bukti peserta asuransi kumpulan.

C. Pada umumnya para peserta tidak perlu melalui pemeriksaan medis.


D. Pembayaran premi asuransi kumpulan biasanya terdiri dari tiga macam

yaitu :

a) Dibayar sendiri oleh masing-masing peserta berupa kontribusi yang

dipungut secara berkala dari setiap peserta.

b) Semua premi ditanggung oleh perusahaan.


c) Sebagian dibayar oleh perusahaan dan sebagian lagi dibayar oleh para
peserta misalnya 50%-50% atau 60%-40%.
4. Asuransi dunia usaha

Pada umumnya ada 4 macam sasaran pokok dari asuransi jiwa dunia

usaha, yaitu :

a) Asuransi orang penting, tenaga yang memegang peranan penting, seperti

direktur utama, para manajer. Apabila meninggal dunia dapat

menimbulkan kerugian ekonomis bagi perusahaan berupa pemberian

santunan besar kepada keluarga almarhum.

b) Rencana kesejahteraan karyawan. Dengan menutup asuransi kumpulan,

asuransi keselamatan kerja, asuransi kecelakaan, dan asuransi kesehatan bagi


karyawan maka semakin sempurnalah peranan dan bantuan

perusahaan dalan memberi kesejahteraan bagi karyawan.

c) Meningkatkan kepercayaan. Asuransi jiwa dapat berperan untuk

meningkatkan kepercayaan kepada relasi terhadap perusahaan karena

asuransi dapat memberikan jaminan stabilitas posisi finansial perusahaan,

yang sekaligus menjadi gambaran yang baik kreditur.

d) Kelangsungan usaha. Bagi perusahaan yang dimilikinya bersifat

partnership seperti kongsi, Firma, CV, apabila salah seorang pemiliknya

meninggal, maka akan timbul masalah yaitu membayar terus-menerus hak-

hak almarhum kepada jandanya, tanpa mengikutsertakannya dalam

pimpinan perusahaan. Polis asuransi jiwa dapat menghindarkan keadaan

tersebut yaitu dengan memberi santunan kepada janda almarhum sehingga


hak-hak dari almarhum tidak perlu terus-menerus dibayar oleh perusahaan.

5. Asuransi orang muda

Seseorang yang masih muda dan mempunyai penghasilan dapat membeli

polis asuransi jiwa atas dirinya dan menunjuk orangtuanya atau adik-adiknya

sebagai penerima manfaat.

6. Asuransi keluarga

Dengan memiliki polis asuransi jiwa dapat memberikan rasa tenteram

terhadap kehidupan ekonomi keluarga, juga menjamin kelangsungan pendidikan

anak-anak. Asuransi keluarga mempunyai tiga macam jaminan yaitu jaminan

3
kematian, jaminan hari tua, dan jaminan atas kelangsungan pendidikan anak-anak.

C. Polis Asuransi Jiwa

Dalam pasal 255 KUHD disebutkan bahwa :

“Suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akte yang
dinamakan polis”.

Ketentuan tersebut di atas memberikan kesan seolah-seolah perjanjian asuransi


jiwa harus dibuat secara tertulis sebagai syarat mutlak. Padahal polis bukanlah syarat
mutlak adanya perjanjian asuransi jiwa, tetapi hanyalah merupakan alat bukti adanya
perjanjian. Hal tersebut dijelaskan dalam Pasal 257 KUHDagang yang menyatakan
bahwa :

3
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:KLDtNZzSO70J:https://www.aca.co.id/cms
prd/uploads/1%2520Lindungi%2520Diri%2520Dengan%2520Asuransi%2520-
%2520Profesional%25201503419026.pdf+&cd=4&hl=id&ct=clnk&gl=id(4/17/2019 8:30 PM)
“Perjanjian pertanggungan diterbitkan seketika setelah ia ditutup, hak-hak dan
kewajiban-kewajiban bertimbal balik dari si penanggung dan si tertanggung
mulai berlaku semenjak saat itu, bahkan sebelum polisnya ditandatangani”.

Hal tersebut memberi arti bahwa walaupun tidak ada polis (polis sebelum terbit),
perjanjian asuransi jiwa tetap berlaku apabila telah ditutup (telah ada persesuaian
kehendak) dan dapat dibuktikan dengan bukti-bukti lain, misalnya dengan kwintansi
pembayaran premi. Meskipun untuk sahnya suatu perjanjian asuransi jiwa menurut
undang-undang tidak ada keharusan adanya formalitas tertentu (seperti akte tertulis
yang disebut polis), namun sangatlah penting adanya akte yang demikian itu.

Hal ini dengan mengingat bahwa perjanjian asuransi jiwa adalah berhubungan
dengan kepentingan finansial dan perjanjian tersebut bersifat perjanjian
kemungkinan. Oleh karena itu undang-undang sendiri hendaknya melindungi
penanggung (perusahaan asuransi jiwa), dengan cara bahwa adanya perjanjian
asuransi jiwa itu harus dibuktikan secara tertulis. Sehingga ditetapkan adanya akte
yang ditandatangani penanggung yang disebut polis, sebagai bukti adanya perjanjian
asuransi jiwa tersebut. Surat perjanjian ini dibuat dengan itikad baik dari kedua belah
pihak yang mengadakan perjanjian. Di dalam surat perjanjian itu disebutkan dengan
tegas dan jelas mengenai hal-hal yang diperjanjikan kedua belah pihak, hak-hak
masing-masing pihak, sanksi atas pelanggaran perjanjian dan sebagainya.

Kemudian polis dapat juga diartikan surat perjanjian asuransi jiwa yang
menguraikan hal-hal yang menjadi dasar dan syarat-syarat asuransi,ditandatangani
oleh penanggung dan pemegang polis. Dari pengertian di atas bahwa polis asuransi
merupakan salah satu dari alat bukti telah terjadi perjanjian asuransi. Pada dasarnya
pengertian polis asuransi jiwa sama dengan pengertian polis pada umumnya.

Perbedaan polis asuransi jiwa dengan polis asuransi pada umumnya hanya dari
isi polis, dimana isi polis asuransi jiwa diatur dalam Pasal 304 KUHDagang dan isi
polis pada umumnya diatur dalam Pasal 256 KUHDagang. Menurut Pasal 304
KUHDagang, polis asuransi jiwa harus memuat hal-hal sebagai berikut :

a) Hari ditutupnya pertanggungan


b) Nama si tertanggung
c) Nama orang yang jiwanya dipertanggungkan
d) Saat mulai dan berakhirnya bahaya bagi si penanggung
e) Jumlah uang untuk mana diadakan pertanggungan
f) Premi pertanggungan tersebut.4

D. Hak dan Kewajiban Polis

Pemegang polis ialah pihak yang kedudukannya sangat penting disamping


penanggung. Sebab ia dapat menentukan kehendak secara bebas, apakah akan
melanjutkan perjanjian pertanggungan atau akan menghentikannya. Hak-hak dari
pemegang polis meliputi :

a) Penebusan polis (Pasal 7 syarat-syarat polis)


b) Penggadaian polis (Pasal 8 syarat-syarat umum polis)
c) Menerima pembayaran faedah asuransi (Pasal 9)
d) Merubah pihak yang ditunjuk (Pasal 11)

1. Penebusan Polis

Menurut Pasal 7 syarat-syarat umum polis pemegang polis berhak untuk


meminta agar perusahaan bersedia menebus polisnya, dengan syarat asalkan
perjanjian masih berlaku dan mempunyai nilai tebus. Dengan berlakunya transaksi

4
https://www.aia
financial.co.id/content/dam/id/in/docs/Memahami%20Asuransi%20Jiwa.pdf(4/17/2019 8:28 PM)
penebusan polis dan polis diserahkan kepada perusahaan maka perjanjian menjadi
hapus.

2. Penggadaian Polis

Pasal 8 syarat-syarat umum polis memuat ketentuan tentang hak pemegang polis
untuk menggadaikan polis (meminjam uang kepada perusahaan dengan polis sebagai
jaminan). Menurut ketentuan perusahaan dan dengan syarat polis harus sudah
mempunyai nilai tebus. Besarnya pinjaman yang diberikan maksimal adalah sama
dengan nilai tebus dan dikenakan bunga yang besarnya ditentukan perusahaan,
pengembalian pinjaman itu secara angsuran/ sekaligus dalam waktu yang ditentukan
atau akan diperhitungkan dengan pembayaran uang angsuran.

3. Menerima Pembayaran Faedah Asuransi

Pemegang polis atau pihak yang ditunjuk berhak menerima pembayaran faedah
asuransi dari penanggung di dalam masa kontrak apabila terjadi resiko. Bukti-bukti
yang diperlukan untuk menerima uang pembayaran faedah asuransi ialah :

Jika tertanggung masih hidup :

a) Polis
b) Tanda bukti diri dari pemegang polis
c) Kwitansi pembayaran premi terakhir yang sah

Jika tertanggung meninggal dunia :

a) Polis yang bersangkutan


b) Surat keterangan meninggal dunia yang dikeluarkan instansi yang berwenang
c) Surat keterangan sebab meninggal dunia yang dikeluarkan oleh dokter yang
memeriksa jenazah atau yang merawat
d) Tanda bukti diri dari penerima faedah
e) Kwitansi pembayaran premi terakhir yang sah
5. Kewajiban Tertanggung/ Pemegang Polis

Perjanjian asuransi jiwa adalah suatu persetujuan dua pihak dimana pihak
tertanggung membayar premi sebagai prestasi, yang sebagai gantinya menerima gaji
ganti rugi dari penanggung. Pembayaran premi kepada pihak penanggung selama
kontrak berjalan merupakan kewajiban dari pihak tertanggung/ pemegang polis.
Untuk menetapkan besarnya premi yang harus dibayar pemegang polis perlu
diperhatikan beberapa prinsip :

a) Besarnya uang pertanggungan Premi atas uang pertanggungan yang besar


akan lebih besar dibandingkan dengan premi atas uang pertanggungan yang
lebih kecil.
b) Umur Tertanggung Premi atas tertanggung berusia tua akan lebih besar
dibandingkan dengan premi atas tertanggung berumur muda.
c) Cara pembayaran premi Premi yang dibayar secara bulanan lebih besar
dibandingkan dengan premi tahunan.
d) Masa asuransi Jumlah premi dengan masa asuransi yang lama akan lebih
kecil dibandingkan dengan masa asuransi yang singkat, kecuali untuk asuransi
Jangka Warsa.
e) Jenis asuransi Premi atas asuransi yang mempunyai manfaat yang banyak
akan lebih besar dibandingkan yang mempunyai manfaat sedikit.
f) Standart dan Substandart Premi atas asuransi standart akan lebih kecil
dibandingkan dengan substandart.5

5
Tuti Rastuti, 2015, Seluk Beluk Perusahaan & Hukum Perusahaan, Bandung, Refika Aditama, hlm
161
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

A. Definisi Asuransi Jiwa


KUHDagang mengatur tentang asuransi jiwa, pengaturannya sangat
singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu Pasal 302 sampai
dengan Pasal 308. Pasal 302 KUHDagang sebagai dasar asuransi jiwa, yang
menyatakan
bahwa :
“Jika seseorang dapat guna keperluan seseorang yang berkepentingan,
dipertanggungkan, baik untuk selama hidupnya jiwa itu, baik untuk
suatu waktu yang ditetapkan dalam perjanjian.”
B. Jenis-Jenis Asuransi Jiwa
Sasaran asuransi jiwa menunjukan kelas dan jenis asuransi jiwa yang
ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan asuransi jiwa, yaitu :
a) Sasaran terhadap perorangan (asuransi biasa/perorangan)
b) Sasaran terhadap masyarakat (asuransi rakyat)
c) Sasaran terhadap kumpulan orang/ karyawan (asuransi kumpulan kolektif)
d) Sasaran terhadap dunia usaha (asuransi dunia usaha)
e) Sasaran terhadap orang-orang yang muda (asuransi orang muda)
f) Sasaran terhadap keluarga (asuransi keluarga)
C. Polis Asuransi Jiwa

Dalam pasal 255 KUHD disebutkan bahwa :

“Suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akte yang
dinamakan polis”.

Ketentuan tersebut di atas memberikan kesan seolah-seolah perjanjian asuransi jiwa


harus dibuat secara tertulis sebagai syarat mutlak. Padahal polis bukanlah syarat
mutlak adanya perjanjian asuransi jiwa, tetapi hanyalah merupakan alat bukti adanya
perjanjian.

D. Hak dan Kewajiban Polis

Pemegang polis ialah pihak yang kedudukannya sangat penting disamping


penanggung. Sebab ia dapat menentukan kehendak secara bebas, apakah akan
melanjutkan perjanjian pertanggungan atau akan menghentikannya. Hak-hak dari
pemegang polis meliputi :

a) Penebusan polis (Pasal 7 syarat-syarat polis)


b) Penggadaian polis (Pasal 8 syarat-syarat umum polis)
c) Menerima pembayaran faedah asuransi (Pasal 9)
d) Merubah pihak yang ditunjuk (Pasal 11). Dan adapun kewajiban dari polis
adalah Pembayaran premi kepada pihak penanggung selama kontrak berjalan
merupakan kewajiban dari pihak tertanggung/ pemegang polis.

S-ar putea să vă placă și