Sunteți pe pagina 1din 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DM DIABETIC FOOT

I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein (Askandar, 2000).

Diabetic Foot (Kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai bawah yang
merupakan komplikasi kronik diabetes mellitus; merupakan suatu penyakit
pada penderita diabetes bagian kaki. Salah satu komplikasi yang sangat
ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi karena
terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu panas dan
dingin, rasa sakit pun berkurang.

Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan
mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang
disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2000). Gangren Kaki Diabetik adalah
luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat
sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai.
(Askandar, 2000).

1.2 Etiologi
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang
DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh
darah. Neuropati, baik neuropati akan mengakibatkan berbagai perubahan
pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan
distribusi tekanan pada telapak kaki dan mempermudah terjadinya ulkus.

1
Adanya kerentanan terhadap infeksi inilah yang menyebabkan terjadinya
infeksi lebih mudah merebak dan menjadi infeksi yang luas. Berikut adalah
etiologi bakteri yang sering ditemukan pada diabetic foot-ulcer (Sarwono
Waspadji, 2006).

Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya mengalami


masalah kaki. Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati)
membuat pasien tidak menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang
terjadi karena tidak dirasakannya. Luka timbul spontan sering disebabkan
karena trauma misalnya kemasukan pasir, tertusuk duri, lecet akibat
pemakaian sepatu/sandal yang sempit dan bahan yang keras. Mulanya hanya
kecil, kemudian meluas dalam waktu yang tidak begitu lama. Luka akan
menjadi borok dan menimbulkan bau yang disebut gas gangren. Jika tidak
dilakukan perawatan akan sampai ke tulang yang mengakibatkan infeksi
tulang (osteomylitis). Upaya yang dilakukan untuk mencegah perluasan
infeksi terpaksa harus dilakukan amputasi (pemotongan tulang).

Kedua, sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel
pembuluh darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM
antara lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer
(yang utama). Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya,
perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul
ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang
sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi.

Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran darah dan


hantaran oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan degenarasi
dari serabut saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan neuropati. Di samping
itu, dari kasus ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan mengalami infeksi
akibat munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk berkembanguya
bakteri patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan
tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah

2
penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan
(viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya,
nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh
dan kuman anaerob berkembang biak.

Ketiga, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum


penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan
kemampuan sel darah putih ‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang
pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Kemampuan ini pulih
kembali bila KGD menjadi normal dan terkontrol baik. Infeksi ini harus
dianggap serius karena penyebaran kuman akan menambah persoalan baru
pada borok. Kuman pada borok akan berkembang cepat ke seluruh tubuh
melalui aliran darah yang bisa berakibat fatal, ini yang disebut sepsis (kondisi
gawat darurat).

Sejumlah peristiwa yang dapat mengawali kerusakan kaki pada penderita


diabetes sehingga meningkatkan risiko kerusakan jaringan antara lain :
 Luka kecelakaan
 Trauma sepatu
 Stress berulang
 Trauma panas
 Iatrogenik
 Oklusi vaskular
 Kondisi kulit atau kuku

1.3 Tanda dan gejala


a. Sering kesemutan/gringgingan (asimptomatis)
b. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil)
c. Nyeri saat istirahat
d. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus)
e. Adanya kalus di telapak kaki
f. Kulit kaki kering dan pecah-pecah

3
1.4 Patofisiologi
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang
DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh
darah. Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang
menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di
sekitar arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di
bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap
timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang
disuplai ke kulit maupun jaringan lain, akibatnya, perfusi jaringan bagian
distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian
dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak
jarang memerlukan tindakan amputasi.

Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik


dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia)
ternyata mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap
metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak
yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah
(aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar
dan kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian
makanan dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah
terutama derah kaki.

Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya


kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang
menderita neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka
karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila
cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan
menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.

Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita


diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel

4
darah putih ‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar
gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Karena kekurangan suplai oksigen,
bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini
karena plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai
kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat.
Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka
sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak.

1.5 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
1. Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis.
2. Pemeriksaan glukosa darah.
3. Kultur dan resistensi untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang
menginfeksi luka segingga dapat memilih obat antibiotik yang tepat.
4. Tes lain yang dapat dilakukan : sensasi pada getaran, merasakan sentuhan
ringan, kepekaan terhadap suhu.

1.6 Komplikasi
a. Gangren
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan
mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis
yang disebabkan oleh infeksi. Sedangkan gangren kaki diabetik adalah
luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat
sumbatan yang terjadi pada pembuluh darah.

b. Kapalan (Callus)
Kapalan merupakan penebalan atau pengerasan kulit yang juga terjadi
pada kaki diabetes, akibat dari adanya neuropati dan penurunan siklus
darah dan juga gesekan atau tekanan ang berulang- ulang pada daerah
tertentu kaki. Jika kejadian tersebut tidak diketahui dan diobati dengan
tepat, maka akan menimbulkan luka pada jaringan dibawahnya, yang
berlanjut dengan infeksi menjadi ulkus.

5
c. Kulit Melepuh
Kejadian kulit melepuh atau iritasi sering diakibatkan oleh pemakaian
sepatu yang sempit, jika hal ini terjadi jangan mengobati sendiri. Kulit
yang mengalami iritasi seringkali disertai dengan infeksi (ulkus) dan
terkadang tidak dirasa akibat adanya neuropati, dan diketahui setelah
keluarnya cairan atau nanah, yang merupakan tanda awal dari masalah.

d. Cantengan ( kuku masuk ke dalam jaringan)


Cantengan merupakan kejadian luka infeksi pada jaringan sekitar kuku
yang sering disebabkan adanya pertumbuhan kuku yang salah. Keadaan ini
disebabkan oeleh perawatan kuku yang tidak tepat misalnya pemotongan
kuku yang salah (seperti terlalu pendek atau miring), kebiasaan
mencungkil kuku yang kotor. Seperti kita ketahui kuki juga merupakan
sumber kuman, jadi bila ada luka mudah terinfeksi. Cantengan ditandai
dengan sakit pada jaringan sekitar kuku, merah dan bengkak dankeluar
cairan nanah, yang harus segera ditanggulangi.

e. Kulit Kaki Kering dan Pecah


Dapat terjadi karena saraf pada kaki tidak mendapatkan pesan dari otak
(karena neuropati diabetik) untuk berkeringat yang akan menjaga kulit
tetap lembut dan lembab. Kulit yang kering dapat pecah. Adanya pecahan
pada kulit dapat membuat kuman masuk dan menyebabkan infeksi.
Dengan gula darah anda yang tinggi, kuman akan mendapatkan makanan
untuk berkembang sehingga memperburuk infeksi.

f. Radang Ibu Jari Kaki (Jari Seperti Martil)


Pemakaian sepatu yang terlalu sempit dapat menimbulkan luka pada jari-
jari kaki, kemudian terjadi peradangan. Adanya neuropati dan peradangan
yang lain pada ibu jari kaki menyebabkan terjadinya perubahan bentuk ibu
jari kaki seperti martil (hammer toe). Kejadian ini dapat juga disebabkan
adanya kelainan anatomik yang dapat menimbulkan titik tekan abnormal

6
pada kaki. Kadang- kadang pembedahan diperlukan untuk mencegah
komplikasi ke tulang.

g. Kaki Charcot
Suatu kondisi yang menggambarkan efek dari pelunakan tulang yang
terjadi dalam kaki. Hal ini terjadi sebagai akibat dari neuropati atau
kerusakan saraf ekstrim. Tulang menjadi terlalu lemah dan akhirnya
menjadi mudah retak. Karena saraf telah menjadi terlalu rusak, rangsangan
tidak lagi sedang dikirim seperti perasaan sakit. Selain, gerakan otot juga
terhambat. Karena tidak ada yang dirasakan dalam wilayah karena
kerusakan saraf, struktur tulang seluruh kaki mengalami stress dan trauma
berulang kali.

1.7 Penatalaksanaan
Menurut Levin, penatalaksanaan ulkus kaki diabetik memerlukan pengobatan
yang agresif dalam jangka pendek, hal tersebut mencakup:
a. Debridement local radikal pada jaringan sehat.
b. Terapi antibiotik sistemik untuk memerangi infeksi, diikuti tes sensitivitas
antibiotic,
contohnya :
 Untuk infeksi M.chelonei dapat digunakan quinolon (ciprofloxacin,
ofloxacin), sulfonamides.
 Untuk infeksi M. fortuitum dapat digunakan quinolon dan B-lactams
cefloxitin.
 Untuk infeksi M. haemophilum, M.Non-Chronogenicum, M. ulcerans
yang paling umum digunakan adalah quinolon G.
Beberapa obat lain yang biasa digunakan pada kasus kaki diabetik adalah
insulin, neurotropik, kompres luka, obat anti trombosit, neuromin, dan
oksoferin solution.
c. Kontrol diabetes untuk meningkatkan efisiensi sistem imun.
d. Posisi tanpa bobot badan untuk ulkus plantaris

7
Adapun usaha pengelolaan kaki diabetik guna menyelamatkan dari amputasi
secara umum:
1. Memperbaiki kelainan vaskular yanga ada.
2. Memperbaiki sirkulasi.
3. Pengamatan kaki teratur.
4. Pengelolaan pada masalah yang timbul(pengobatan vaskularisasi, infeksi,
dan pengendalian gula darah).
5. Sepatu khusus.
6. Kerjasama tim yang baik
7. Penyuluhan pasien.

Berikut ini akan dipaparkan tentang cara penanggulangan dan pencegahan


kaki diabetik :
 Diagnosis klinis dan laboratorium yang lebih teliti.
 Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi, obat vaskular, obat
penurun gula darah maupun menghilangkan keluhan/gejala penyulit
Diabetes.
 Pemberian penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang
penatalaksanaan kaki diabetik di rumah.
 Periksa kaki dan celah kaki setiap hari, apakah terdapat kalus, bula, lecet
dan luka.
 Bersihkan kaki setiap hari terutama di celah jari kaki.
 Hindari penggunaan air panas atau bantal pemanas.
 Memotong kuku secara berhati-hati dan jangan terlalu dalam.
 Jangan berjalan tanpa alas kaki.
 Hindari trauma berulang.
 Memakai sepatu yang nyaman bagi kaki.
 Periksalah bagian dalam sepatu dari benda-benda asing sebelum dipakai.
 Olahraga teratur dan menjaga berat badan ideal
 Jangan merendam kaki dalam jangka waktu yang lama.

8
1.8 Pathway

9
II. Rencana asuhan klien dengan DM Diabetic Foot
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
Pengumpulan data
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.

2.1.2 Pengkajian fisik


Status kesehatan umum meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,
tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.

10
- Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
- Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
- Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
- Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
- Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
- Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
- Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
- Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

2.1.3 Pemeriksaan penunjang


a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.

b. Urine

11
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ),
merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa I : Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2.2.1 Definisi
Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu
kesehatan.
2.2.2 Batasan karakteristik
- Edeme
- Nyeri ekstremitas
- Parestesia
- Penurunan nadi perifer
- Perubahan fungsi motorik
- Perubahan karakteristik kulit
- Perubahan tekanan darah di ekstremitas
- Waktu pengisian kapiler >3 detik
- Warna kulit pucat saat elevasi
2.2.3 Faktor yang berhubungan
- Diabetes melitus
- Gaya hidup kurang gerak
- Hipertensi

Diagnose II : Kerusakan integritas kulit


2.2.4 Definisi
Kerusakan pada epidermis dan atau dermis
2.2.5 Batasan karakteristik
- Benda asing menusuk permukaan kulit
- Kerusakan integritas kulit
2.2.6 Faktor yang berhubungan
- Cedera kimiawi kulit
- Faktor mekanik

12
- Hipertermia
- Hipotermia
- Gangguan metabolisme
- Gangguan sensasi (akibat DM)
- Gangguan sirkulasi
- Tekanan pada tonjolan tulang

2.3 Perencanaan
Diagnosa I : ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil :
Tujuan :
Mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria hasil :
- Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
- Kulit sekitar luka teraba hangat.
- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
- Sensorik dan motorik membaik

2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional :

1) Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi


Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2) Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran
darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi
pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan
ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga
tidak terjadi oedema.
3) Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan
kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya
arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya
vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek
dari stres.

13
4) Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian
vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen
( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi
pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki,
sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui
perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki
oksigenasi daerah ulkus/gangren.

Diagnosa II : Kerusakan integritas kulit


2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil :
Tujuan :
Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
- Berkurangnya oedema sekitar luka.
- pus dan jaringan berkurang
- Adanya jaringan granulasi.
- Bau busuk luka berkurang.

2.3.4 Intervensi dan rasional


1) Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses
penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
2) Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara
abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa
balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang
mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga
kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan
granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat
menghambat proses granulasi.
3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan
kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan
kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat

14
III. Daftar Pustaka
Arisman. (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi
Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis keperawatan :
definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
Peterson, Donnie. (2015). Laporan Pendahuluan Diabetic Foot. (Online).
Termuat dalam : < https://www.scribd.com/doc/269655158/Laporan-
Pendahuluan-Diabetic-Foot>
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nanda NIC
NOC : Edisi 9. Jakarta : EGC

Banjarmasin, Agustus 2017

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(……………………………. ) (………………………….......)

15
16
17

S-ar putea să vă placă și