Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ISSN : 0852-3681
E-ISSN : 2443-0765
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/
eka_fitasari83@yahoo.co.id
ABSTRACT: The research was conducted to find the protein level that gives the best
results on the production performances of native chickens (crossed of Bangkok and Kedu
chicken) on feed consumption, water consumption, body weight gain, and FCR and pro-
tein digestibility. This research constisted two steps. Firstly, the study found the best pro-
duction performances using 100 chicks (DOC) with average body weight of 36.98 ±5.50
g/chick without differentitating their sex. Secondly, using 60 months old cocks, the study
invetigated the best treatment wich has a good protein digestibility. The study used a
Completely Randomized Design (CRD) with five treatments namely P0=control feed (us-
ing factory feed), P1=20% of protein feed, P2=19% of protein feed, P3=18% of protein
feed, and P4=17 % of protein feed. Each treatment had 5 replications. If there was found
significant differences among the results, the statistical test was continued by test of Least
Significant Difference (LSD). The results showed that the use of different protein levels
in feed did not give significant differences (P>0.05) on feed consumption, water con-
sumption, body weight gain, and FCR. The treatment that used 19% of protein had the
best value on weight gain. On the contrary, the results showed that decreasing levels of
protein level on feed treatment had a highly significant effect (P<0.01) on protein digest-
ibility. The study suggests that 19% of protein can increase the weight of native chicken
and has a good protein digestibility.
73
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83
74
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83
75
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83
76
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83
Tabel 3. Rataan pada masing-masing konsumsi pakan, konsumsi air, pertambahan bobot
badan (g/ekor) dan konversi pakan
Perlakuan Konsumsi pakan Konsumsi air PBB Konversi
(g/ekor) (ml/ekor) pakan
P0 2210,51±209,54 37005,15±417,38 834,87±45,49 2,65±0,25
P1 2149,52±220,80 33845,99±1137,03 751,73±79,18 2,86±0,26
P2 2308,36±233,47 35897,26±602,36 854,53±69,37 2,69±0,11
P3 2296,78±363,75 37436,22±620,26 796,25±119,86 2,88±0,15
P4 2150,70±216,46 34157±576,66 776,82±81,70 2,77±0,11
77
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83
78
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83
memberikan pengaruh yang berbeda 20.197%. Hal ini disebabkan oleh be-
nyata (P>0.05) terhadap konsumsi air. berapa faktor yaitu: (a) penurunan kon-
Konsumsi air meningkat pada perlakuan sumsi pakan yang disebabkan oleh tidak
P3 dengan kandungan protein kasar seimbangnya antara kandungan protein
18,119% (Tabel 3). Meningkatnya kon- kasar dan kandungan energi metabo-
sumsi air yang tinggi pada P3 (18%) di lisme dalam ransum yang dapat
sebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (a) mempengaruhi pertumbuhan ayam, (b)
karena temperatur suhu yang tinggi pada terjadi defisiensi protein yang me-
siang hari (29-31ºC), (b) kandungan pro- nyebabkan segera berhentinya pertum-
tein kasar dan energi metabolisme yang buhan dan kehilangan pertumbuhan rata-
tidak seimbang (Tabel 2). Konsumsi air rata 6-7% dari berat badan per hari. Hasil
terendah pada perlakuan P1 (20%) penelitian ini lebih tinggi dibandingkan
dengan kandungan protein 20,197% dengan hasil penelitian Ariesta (2011)
(Tabel 2). Hal ini disebabkan tidak seim- yang melaporkan bahwa konsumsi pa-
bangnya kandungan protein kasar dan kan 1551,9 g/ekor menghasilkan BB
energi metabolism dalam ransum, dan akhir 620,75 g/ekor (menggunakan PK
jika dibandingkan dengan perlakuan pakan 22% dan EM pakan 3100
kontrol (P0), maka konsumsi air pada Kkal/kg). Namun hasil yang lebih tinggi
perlakuan P2 lebih baik karena dicapai pada penggunaan pakan PK 20%
diimbangi dengan konsumsi pakan yang dan EM 3100 kkal/kg yang
tinggi dan pertambahan bobot badan menghasilkan BB badan 520,7 g dengan
yang tinggi serta konversi ransum yang konsumsi 1333,84 g/ekor/8 minggu.
rendah. Selain berfungsi sebagai zat pel- Menurut Wahyu (1992), jika tingkat en-
arut dan zat penyusunan jaringan, air ergi diturunkan di bawah kebutuhan un-
juga mempunyai daya ionisasi yang tuk hidup pokok dari fungsi-fungsi tubuh
tinggi pada proses metabolisme didalam yang vital maka ternak akan kehilangan
tubuh dan mempunyai daya absorpsi berat badannya, sebab lemak karkas
panas yang tinggi ketika terjadi proses yang ditimbun dalam protein di jaringan
metabolism tersebut. Air berperan se- tubuh digunakan sebagai energi.
bagai faktor yang dapat memudahkan
penelanan pakan, melarutkan nutrien, Konversi pakan
pengedar nutrien ke seluruh tubuh, Hasil analisis statistik menunjuk-
pengatur suhu tubuh dan berperan dalam kan bahwa penggunaan kadar protein
proses pencernaan pakan. Pencernaan berbeda dalam ransum tidak menunjuk-
pakan tidak lepas dari proses hidrolisis kan pengaruh yang berbeda nyata
yaitu suatu proses kimia yang membu- (P>0,05) terhadap konversi pakan ayam
tuhkan air. kampung. Tabel 3 menunjukkan bahwa
konversi pakan yang paling rendah
Pertambahan bobot badan dihasilkan oleh perlakuan P2 (2,69)
Hasil analisa statistik menunjuk- dengan kandungan protein kasar
kan bahwa pengaruh penggunaan kadar 19,136%. Jika dibandingkan dengan per-
protein berbeda dalam pakan ayam kam- lakuan kontrol (P0), maka konversi ran-
pung tidak memberikan pengaruh yang sum pada P2 (19%) cenderung rendah.
berbeda nyata (P>0.05) terhadap per- Hal ini dipengaruhi oleh imbangan an-
tambahan bobot badan. Tabel 3 menun- tara konsumsi pakan yang tinggi dan per-
jukkan bahwa pertambahan bobot badan tambahan bobot badan yang meningkat.
yang rendah dihasilkan oleh perlakuan Sedangkan konversi pakan yang tinggi
P1 dengan kandungan protein kasar
79
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83
terdapat pada perlakuan P3 dengan kan- terdapat pada perlakuan P2 dengan pro-
dungan protein kasar 18,119%. Hal ini tein kasar 19,136%. Hal ini menggam-
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: barkan ayam kampung yang mendapat
(a) konsumsi pakan yang menurun, (b) perlakuan pakan P2 lebih efisien
imbangan antara protein dan energi da- menggunakan pakan dalam deposisi
lam ransum yang tidak seimbang. daging menjadi berat badan. Angka kon-
Konversi pakan merupakan pa- versi pakan yang rendah menunjukkan
rameter yang digunakan untuk menilai tingkat efisiensi yang baik dalam
efisiensi penggunaan pakan yaitu per- penggunaan pakan. Jika angka konversi
bandingan antara jumlah pakan yang pakan semakin besar maka penggunaan
dikonsumsi dengan pertambahan bobot pakan kurang baik.
badan ayam dalam waktu tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengaruh perlakuan tehadap
efisiensi pakan antara lain laju pertum- kecernaan protein
buhan, kandungan energi metabolis pa- Hasil dari penelitian tehadap
kan, bobot badan, kecukupan zat ma- pengaruh pemberian pakan dengan level
kanan dalam pakan, temperatur ling- yang berbeda dalam ransum pakan ter-
kungan, dan kesehatan ternak. Berdasar- hadap konsumsi protein pakan, protein
kan hasil statistik dapat disimpulkan ekskreta, dan kecernaan protein ayam
bahwa konversi pakan yang paling baik kampung pada masing–masing perla-
kuan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata konsumsi protein pakan, protein ekskreta, dan kecrnaan protein
(g/ekor/BK) selama periode penelitian
Perlakuan Konsumsi protein pa- Protein ekskreta Kecernaan protein
kan g/ekr/BK %*
g/ekr/BK**
P1 22,99 ± 0,016d 6,42 ± 0,305 72,13 ± 2,53b
c
P2 21,94 ± 0,020 6,62 ± 0,313 69,88 ± 2,91ab
P3 20,69 ± 0,013b 6,49 ± 0,257 68,75 ± 2,29ab
a
P4 19,63 ± 0,070 7,01 ± 0,269 64,31 ± 2,54a
Keterangan :
** Notasi (a-d) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
(P<0,05).
* Notasi (a-b) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat
nyata (P<0,01)
Konsumsi protein pakan selama sumsi protein ini berkorelasi dengan se-
periode penelitian makin meningkatnya PK pakan pada P1
Hasil analisis statistik menunjuk- dan P2.
kan bahwa penggunaan ransum pakan Besarnya konsumsi protein pada
dengan level yang berbeda memberikan penelitian ini sesuai dengan hasil
pengaruh nyata (P<0.05) terhadap kon- penelitian Ariesta (2011) yang
sumsi protein pakan. Konsumsi tertinggi menggunakan pakan PK 22% dan 3100
dihasilkan pada P1 selanjutnya menurun kkal/ME/Kg dimana hasilnya adalah
pada P2, P3, dan P4. Tingginya kon- 5,11 g/ekor/hari. Hasil konsumsi protein
ini semakin menurun dengan semakin
turunnya PK dan EM. Hasil penelitian
80
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83
P1 lebih tinggi dibandingkan dengan Ar- saja misalnya di akhir periode pengama-
iesta (2011) yang melaporkan konsumsi tan. Karakter ini diukur untuk melihat
proteinnya 5,11g/ekor/hari. Konsumsi ada atau tidaknya suatu dukungan ter-
protein yang tinggi berkorelasi dengan hadap respon pertumbuhan pada perco-
PBB. Meningkatnya kandungan protein baan sebelumnya. Protein ekskreta tidak
ransum menyebabkan meningkatnya murni merupakan protein yang tidak dic-
jumlah protein yang dikonsumsi ayam, erna. Sedangkan protein ekskreta tidak
kali ini disebabkan semakin banyaknya dipengaruhi oleh tingkat protein ransum
protein yang digunakan untuk menyusun terhadap komponen protein karena dida-
tubuh ayam. Namun meningkatnya re- lamnya juga terikut runtuhan sel dan en-
tensi protein juga harus didukung oleh zim-enzim pencernaan (Achmanu,
kandungan energi metabolis ransum, da- 1992). Namun hal ini cukup bisa meng-
lam penelitian ini EM diantara semua gambarkan berapa protein yang
perlakuan adalah hampir semua sama. digunakan oleh tubuh dari 4 perlakuan
Wahyu (1992) menyatakan bahwa re- protein pakan.
tensi protein dipengaruhi oleh retensi Protein ekskreta yang paling ren-
protein dan energi metabolis ransum. dah dihasilkan pada perlakuan dengan
Ayam berhenti mengkonsumsi pakan kadar protein 20% yaitu sebesar 6,42
apabila EM sudah terpenuhi (Wahyu, g/ekor/BK, selanjutnya 18% sebesar
1992). Energi digunakan untuk hidup 6,62 g/ekor/BK, 19% sebesar 6,49
dan produksi (pembentukan daging). g/ekor/BK, dan 17% sebesar 7.01
Menurut Wahyu (1992), kandungan le- g/ekor/hari. Tingginya protein ekskreta
mak yang terlalu tinggi pada pakan pada perlakuan P4 (7.01 g/ekor/BK)
mengakibatkan penurunan bobot badan berkorelasi dengan rendahnya konsumsi
pada ayam. Hal ini dikarenakan kan- pakan. Hasil konsumsi pakan selama
dungan energy yang terlalu tinggi terse- periode penelitian antara lain pada perla-
but tidak diimbangi oleh kandungan zat kuan P1 dengan kadar protein 20% yakni
makanan yang lain. sebesar 2149,52 g/ekor, selanjutnya P2
dengan kadar protein 19% sebesar
Protein ekskreta yang dihasilkan 2308,36 g/ekor, P3 dengan kadar protein
selama periode penelitian 18% sebesar 2296,78 g/ekor, dan P4
Hasil perhitungan analisa statis- dengan kadar protein sebesar 17% me-
tik menunjukkan perbedaan pengaruh merlukan 2150,70 g/ekor. Hal ini diduga
yang tidak nyata (P>0,05) terhadap kandungan energi metabolis pakan yang
jumlah protein ekskreta. Perbedaan pro- cukup tinggi sementara PK pakan rendah
tein ekskreta yang sangat tipis lebih (17,14 %) menyebabkan ayam kampung
disebabkan pada kandungan PK pakan kekurangan konsumsi protein.
yang berbeda pada proteinnya. Protein Jumlah ekskreta dari ayam kam-
ekskreta terendah menunjukkan bahwa pung diantaranya dipengaruhi oleh
protein pakan lebih banyak diretensi da- jumlah dan jenis ransum yang dikon-
lam tubuh. Retensi disini artinya sumsi. Banyaknya jumlah ekskreta yang
sejumlah protein ransum yang ditahan dikeluarkan berhubungan dengan daya
dalam tubuh dalam periode pengamatan cerna bahan makanan yang dikonsumsi.
tertentu. Idealnya periode pengamatan Sejalan dengan pendapat Wahyu (1992),
dilakukan selama pertumbuhan yang di- ransum yang tinggi serat kasarnya
amati. Namun periode pengukuran ini menghasilkan ekskreta yang lebih ban-
relatif memakan waktu sehingga pen- yak. Hal ini disebabkan karena serat
gukuran dilakukan pada periode tertentu kasar yang tidak dicerna dapat membawa
81
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83
zat-zat makanan yang dapat dicerna dari menunjukkan hasil yang tidak berbeda
bahan makanan lain keluar bersama- nyata baik pada kecernaan maupun pada
sama dalam ekskreta. penampilan produksi, maka pertim-
bangan ekonomi juga menjadi prioritas.
Kecernaan protein Perhitungan PBB dan konversi pakan
Hasil penelitian menunjukkan mendapatkan hasil terbaik pada perla-
bahwa perlakuan tidak meberikan kuan P2 dengan kandungan PK pakan
pengaruh yang nyata terhadap kecernaan 19%, namun jika dilihat dari gross en-
protein (P>0,05). Kecernaan protein ergy kecernaan yang terbaik terdapat
menggambarkan seberapa besar protein pada perlakuan P1 dengan kandungan
yang digunakan oleh tubuh dalam proses protein sebesar 20%.
pencernaan, baik untuk memenuhi kebu- Kecernaan protein adalah bagian
tuhan pokok maupun kebutuhan zat makanan dari pakan yang tidak dic-
produksi. Hasil penelitian menunjukkan erna dalam feses atau bagian zat ma-
bahwa kecernaan protein sangat bagus kanan dari pakan yang diserap atau dic-
yaitu >50%. Hasil penelitian ini erna oleh tubuh dari saluran pencernaan.
didukung oleh PBB untuk P1 adalah Hasil penelitian ini memperoleh nilai
751,73g/ekor, P2 854,53g/ekor, P3 kecernaan protein pada kisaran 59,45-
796,25g/ekor, dan P4 776,82g/ekor. 78,29%. Nilai kisaran tersebut menun-
Tingginya kecernaan protein jukkan bahwa ransum yang digunakan
pada perlakuan P1 dan P2 juga didukung dalam penelitian ini berkualitas tinggi
oleh hasil penelitian Ariesta (2011) yang sehingga kecernaan proteinnya juga san-
melaporkan bahwa semakin tinggi gat baik.
penggunaan protein menyebabkan Nilai kecernaan protein yang
jumlah energi tercerna semakin tinggi. tinggi menunjukkan tingginya kualitas
Menurut Yuwanta (2004), penurunan ka- ransum dan protein yang mudah dicerna
dar protein tidak selalu berakibat pada merupakan protein yang berkualitas baik
penurunan berat badan yang ekstrim (Parakkasi, 1990). Tinggi rendahnya
dibandingkan dengan pemberian pakan kecernaan protein tergantung pada kan-
PK tinggi. Namum Pesti (2009) menam- dungan protein bahan pakan dan banyak-
bahkan apabila ketidakseimbangan ba- nya protein yang masuk dalam saluran
han–bahan pakan yang digunakan dan pencernaan.
kualitasnya semakin tinggi, maka akan
semakin besar perbedaan yang diperoleh KESIMPULAN
akibat perbedaan level protein. Hal ini Hasil penelitian ini menyimpul-
disebabkan ketika rata-rata pertumbuhan kan bahwa :
unggas yang cepat, maka level protein 1. Penggunaan kadar protein yang ber-
dalam pakan merupakan pembatas da- beda dalam pakan level 17%, 18%,
lam pertumbuhan dan efisiensi 19% dan 20% tidak memberikan
penggunaan pakan merupakan pertim- pengaruh terhadap konsumsi pakan,
bangan utama. konsumsi air, pertambahan bobot ba-
Penelitian ini menggunakan PK dan, dan konversi pakan ayam kam-
pakan 20% dan 19% dengan energi me- pung.
tabolis yang sama (2800 kkal/kg) sudah 2. Konsumsi protein, protein ekskreta,
mampu menghasilkan konsumsi protein dan kecernaan protein menurun
dan kecernaan yang tinggi, dan hasil ini dengan adanya penurunan kadar pro-
juga berkorelasi terhadap PBB. Mes- tein pada ransum ayam kampung
kipun dari segi biologis semua parameter jantan.
82
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83
83