Sunteți pe pagina 1din 11

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83

ISSN : 0852-3681
E-ISSN : 2443-0765
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/

Penggunaan kadar protein berbeda pada ayam kampung terhadap


penampilan produksi dan kecernaan protein
Eka Fitasari, Kristoforus Reo, dan Nadia Niswi

Program Studi peternakan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang


Jl Tlogomas Blok C, Tlogomas, 65145, Indonesia

eka_fitasari83@yahoo.co.id

ABSTRACT: The research was conducted to find the protein level that gives the best
results on the production performances of native chickens (crossed of Bangkok and Kedu
chicken) on feed consumption, water consumption, body weight gain, and FCR and pro-
tein digestibility. This research constisted two steps. Firstly, the study found the best pro-
duction performances using 100 chicks (DOC) with average body weight of 36.98 ±5.50
g/chick without differentitating their sex. Secondly, using 60 months old cocks, the study
invetigated the best treatment wich has a good protein digestibility. The study used a
Completely Randomized Design (CRD) with five treatments namely P0=control feed (us-
ing factory feed), P1=20% of protein feed, P2=19% of protein feed, P3=18% of protein
feed, and P4=17 % of protein feed. Each treatment had 5 replications. If there was found
significant differences among the results, the statistical test was continued by test of Least
Significant Difference (LSD). The results showed that the use of different protein levels
in feed did not give significant differences (P>0.05) on feed consumption, water con-
sumption, body weight gain, and FCR. The treatment that used 19% of protein had the
best value on weight gain. On the contrary, the results showed that decreasing levels of
protein level on feed treatment had a highly significant effect (P<0.01) on protein digest-
ibility. The study suggests that 19% of protein can increase the weight of native chicken
and has a good protein digestibility.

Keywords: native chicken, feed, protein, digestibility, production

PENDAHULUAN adalah protein, karena bila ternak keku-


Pakan merupakan salah satu rangan portein maka pertumbuhannya
komponen terbesar dari seluruh biaya terganggu. Kebutuhan protein ayam
yang dalam usaha ternak unggas yang pada setiap periode pemeliharaan ber-
bisa mencapai 70% (Nawawi dan Nur- beda-beda. Ayam kampung memiliki
rohmah, 2011). Selain itu, pakan adalah kebutuhan protein yang sedikit jika
salah satu faktor penting yang dibandingkan dengan ayam pedaging.
mempengaruhi pertumbuhan, disamping Pada ayam pedaging periode starter
bibit dan tata laksana pemeliharaan. umur 0–3 minggu memerlukan energi
Kelengkapan zat makanan meru- metabolis sebesar 3080 Kkal dengan
pakan hal yang penting dalam penyusu- protein antara 23–24%. Sedangkan pada
nan ransum. Salah satu zat makanan ayam fase finisher umur 3–6 minggu
yang penting bagi pertumbuhan ternak memerlukan energi energi metabolis

73
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83

sebesar 3080–3190 kkal dan protein yang membudidayakan ayam kampung


antara 19–21% (Wahyu, 1992). menggunakan pakan ayam broiler pa-
Sedangkan ayam kampung fase starter dahal kebutuhan nutrisi ayam kampung
(0-4 minggu) membutuhkan protein lebih rendah dibandingkan dengan kebu-
sekitar 19-20% dengan energi metabolis tuhan nutrisi ayam broiler. Kebutuhan
sebesar 2850 kkal/kg, fase grower I protein dan energi pada ayam kampung
memerlukan protein sekitar 18-19%, en- telah banyak diteliti, misalnya
ergi 2.900 kkal/kg, dan pada fase grower peningkatan dan perbaikan pakan ayam
II energi metabolis sekitar 3000 kkal/kg kampung dapat memperbaiki pertum-
dengan protein sebesar 16-18% (Na- buhan dan produksinya (Sinurat, 1991)
wawi dan Nurrohmah, 2011 ). meeskipun hampir semua penelitian
Kecernaan suatu bahan pakan menggunakan pakan ayam broiler dan
merupakan cermin dari tinggi rendahnya petelur (Sidadolog, 2006). Penelitian ini
nilai manfaat dari bahan pakan tersebut. bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Apabila kecernaannya rendah maka nilai level protein untuk mendapatkan hasil
manfaatnya juga rendah, sebaliknya apa- kecernaan yang baik dan seimbang pada
bila kecernaannya tinggi maka nilai pakan ayam kampung tipe pedaging
manfaatnya juga tinggi. Pengukuran serta pengaruhnya terhadap penampilan
nilai kecernaan suatu bahan pakan atau produksi.
ransum dapat dilakukan secara langsung
pada ternak unggas Pengukuran MATERI DAN METODE
kecernaan adalah suatu usaha untuk
menentukan jumlah zat yang dapat dis- Tempat dan waktu penelitian
erap oleh saluran pencernaan, dengan Penelitian ini dilaksanakan di La-
cara mengukur jumlah pakan yang boratorium lapang Fakultas Pertanian
dikonsumsi dan jumlah makanan yang Universitas Tribhuwana Tunggadewi
dikeluarkan melalui feses. Malang. Analisis proksimat pakan dan
Ransum yang dibutuhkan oleh feses dilakukan di Laboratorium Nutrisi
unggas adalah ransum yang nutrisinya dan Makanan Ternak Fakultas Peter-
terpenuhi, baik protein, serat, energi me- nakan Universitas Brawijaya dan Labor-
tabolis, lemak, kalsium, posphor, dan atorium Biokimia Universitas Muham-
yang lainnya agar pertumbuhannya madiyah Malang.
maksimal dan seimbang. Kandungan se-
rat kasar dalam ransum yang tinggi Ayam kampung
mengakibatkan kecernaan protein dalam Penelitian dilakukan 2 tahap
usus tidak efektif, sehingga protein ma- yaitu penelitian pertama menggunakan
kanan tidak dapat diserap usus dengan kandang postal dengan tujuan untuk
baik. Menurut Anggorodi (1994), se- mengetahui pengaruh perlakuan ter-
makin tinggi kandungan serat kasar da- hadap penampilan produksi (konsumsi,
lam suatu bahan makanan maka semakin pertambahan bobot badan, dan konversi
rendah daya cerna bahan makanan terse- pakan). Pada penelitian ini digunakan
but, sehingga protein yang terdapat da- DOC ayam kampung persilangan ayam
lam makanan tidak dapat dicerna se- Bangkok dan ayam Kedu yang diperoleh
luruhnya oleh unggas (Widodo, 2002). dari kelompok peternak Pancamurti
Budidaya ayam kampung di In- sebanyak 100 ekor dengan BB rata-rata
donesia belum populer salah satunya ka- 36,98 ± 5,50 g dan dipelihara selama 60
rena menggunakan pakan yang non- hari. Selanjutnya dilakukan penelitian
komersil, sehingga banyak peternak

74
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83

tahap 2 menggunakan kandang metabo- penelitian tahap ke-1, penimbangan bo-


lis yang hanya diisi ayam jantan bot badan dan sisa pakan dilakukan se-
sebanyak 20 ekor dengan berat badan tiap akhir minggu. Peralatan prosesing
rata-rata 638,5 ± 64,84 g. ayam meliputi pisau, gunting, plastic,
ember, dan cerek pengukur air minum
Kandang dan peralatan (ml). Pada penelitian tahap ke-2 dil-
Kandang postal menggunakan akukan fase adaptasi selama 2 minggu
bambu yang disekat sebanyak 25 petak dan fase inti penelitian selama 3 hari.
berukuran 80x70 cm dimana setiap petak
diisi 4 ekor ayam dan masing-masing pe- Pakan
tak dilengkapi dengan tempat pakan, Pakan perlakuan adalah pakan
tempat minum, dan pemanas dengan tingkat protein yang berbeda
menggunakan lampu pijar 25 watt. Pada yaitu 17%, 18%, 19%, dan 20%. Pakan
penelitian tahap ke-2 menggunakan kan- yang digunakan dalam penelitian pada
dang batere. ayam berumur 1-3 minggu adalah pakan
Peralatan yang digunakan dalam komersial (BR1). Pada minggu 4-8
penelitian ini adalah timbangan digital diberikan pakan perlakuan dengan level
merk Camry (electronic kitchen scales) protein 17%, 18%, 19%, dan 20%. Kan-
yang digunakan untuk menimbang DOC dungan bahan-bahan pakan yang
dan BB ayam hingga panen, serta pen- digunakan untuk penelitian kecernaan
imbangan bobot badan awal ayam jantan terdapat pada Tabel 1, sedangkan untuk
untuk penelitian kecernaan protein. Pada ransum perlakuan dan analisis kimia ter-
dapat pada Tabel 2.

Tabel 1. Kandungan zat makanan yang digunakan


No Bahan pakan EM PK LK SK Ca P
(kkal/kg) (%) (%) (%) (%) (%)
1 Jagung kuning 2935.771 9.391 4.58 1 2.9 1 0.822 0.172
3
2 Bekatul 1451.85 10.64 14.42 6.42 0.0618 0.163
3 Konsentrat Comfeed 2367.061 39.711 3.911 3.741 6.872 0.592
4 Minyak kelapa sawit 8200 0 100 0 0 0
5 Usfa mineral 0 0 0 0 55 0
1 1 1 1 2
6 Bungkil kedelai 2955.05 55.98 1.22 7.78 0.87 0.52
Keterangan :
*Usfa mineral produksi Ufa Usfa
*Minyak kelapa sawit produksi PT. Smart tbk
1
Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya.
2
Hasil analisis Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
3
Hasil analisis Laboratorium Biokimia Universitas Muhammadiyah Malang.

75
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83

Tabel 2. Ransum perlakuan


Komposisi bahan
Protein 20% Protein 19% Protein 18% Protein 17%
Jagung kuning 60% 60 % 61.3 % 64 %
Bekatul 7% 8.6 % 9.4 % 9.4 %
Konsentrat Comfeed 22 % 22 % 22 % 20 %
Minyak kelapa sawit 2% 2.6 % 2.7 % 2.8 %
Usfa mineral 0.5 % 0.5 % 0.5 % 0.5 %
Bungkil kedelai 8.5 % 6.3 % 4.1 % 3.3 %
Total 100 % 100 % 100 % 100 %
Kandungan nutrisi ransum
Gross energi (Kkal/kg) 3907.8 3898.7 3889.4 3841.8
Protein kasar (%) 20.081 19.083 19.083 17.18
Lemak kasar (%) 7.4453 7.4247 7.3767 7.604
Serat kasar (%) 4.4934 4.4766 4.5064 4.668
Kalsium (%) 1.0297 1.0222 0.9473 0.941
Pospor (%) 0.4613 0.4461 0.412 0.4
Keterangan: Hasil perhitungan excel berdasarkan kandungan bahan pakan pada Tabel 1.

Metode penelitian yang dibawahnya dilapisi lembaran plas-


Penelitian ini menggunakan tik. Beberapa tahapan prosedur perco-
metode percobaan Rancangan Acak baan antara lain :
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan (P1, a) Penimbangan bobot awal ayam dan
P2, P3, dan P4), dimana masing–masing dimasukkan kedalam kandang
perlakuan diulang 5 kali sehingga b) Ayam diberi pakan sesuai dengan
terdapat 20 unit percobaan. Pada perlakuan secara ad libitum selama
penelitian tahap ke-1, per kotak kandang kurang lebih 4 hari dan dicatat kon-
diisi 4 ekor ayam tanpa membedakan sumsi perhari perekor dengan
jenis kelamin sehingga total ayam yang menghitung pakan yang diberikan
digunakan 100 ekor. Sedangkan pada pada pagi hari dikurangi dengan pa-
kandang metabolis diisi 1 ekor ayam kan sisa pada sore hari.
jantan per kandang batere, sehingga c) Dihitung rata-rata konsumsi harian
membutuhkan 20 ekor. Perlakuan yang per individu.
digunakan dalam penelitian antara lain : d) Pada hari ke 5-7 setiap ayam diberi-
P1 = Pakan dengan kadar protein 20% kan pakan sebanyak 80% dari rata-
P2 = Pakan dengan kadar protein 19% rata konsumsi harian.
P3 = Pakan dengan kadar protein 18% e) Pada hari ke 6-8 lembaran plastik
P4 = Pakan dengan kadar protein 17% perhari diganti dengan yang baru
dan dimulai pengamatan.
Prosedur percobaan kandang f) Ekskreta ditampung dan dikumpul-
metabolis kan perhari selama 3 hari, ditimbang
Menyiapkan kandang individu dan dikeringkan di bawah sinar ma-
dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi tahari dan ditimbang lagi setelah
masing-masing 60, 18, dan 40 cm yang kering.
dilengkapi tempat makan dan minum g) Diambil sampel ekskreta masing-
serta bak tempat penampung ekskreta masing individu sebanyak yang di-
perlukan untuk analisis kimia,

76
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83

demikian juga sampel dari pakan 2. Dihitung jumlah protein ekskreta


perlakuan. per BK pakan perlakuan perhari
h) Analisis kimia meliputi sampel selama penelitian.
pakan perlakuan dan ekskreta 3. Dianalis protein pakan dan ekskreta,
dianalisa bahan kering, kadar N (Ni- sampel pakan perlakuan dan ek-
trogen) dan kecernaan protein. skreta per individu, serta kecernaan
i) Menghitung nilai protein dari bahan protein yang dihitung dengan rumus
pakan perlakuan
Jumlah protein yang dikonsumsi-jumlah protein ekskreta
x100%
jumlah protein yang dikonsumsi
Variabel pengamatan
Variabel yang diamati antara Analisis statistik
lain: Data penelitian dianalisis
 Konsumsi pakan menggunakan metode Rancangan Acak
Konsumsi pakan (g/ekor) = pem- Lengkap (RAL). Adapun model
berian – (pakan sisa + pakan tercecer) matematika Rancangan Acak Lengkap
 Pertambahan bobot badan ayam adalah :
Pengukuran PBB dilakukan per Yij = μ + Ti + εij
minggu dengan cara bobot badan Yij = nilai pengamatan pada perlakuan
akhir minggu tertentu dikurangi bobot ke-i ulangan ke-j
badan minggu sebelumnya. Dil- μ = nilai tengah umum
akukan penimbangan bobot badan Ti = pengaruh perlakuan ke-i
hingga panen εij = kesalahan (galat) percobaan pada
 Feed convertion ratio (FCR) perlakuan ke-i
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛
FCR =
𝑃𝐵𝐵 HASIL DAN PEMBAHASAN
Variabel yang diukur dalam
penelitian energi metabolis pada ayam Pengaruh penggunaan ransum pakan
kampung: dengan kadar protein berbeda ter-
1. Dihitung jumlah komsumsi protein hadap penampilan produksi
pakan perlakuan perhari selama Hasil penelitian tentang masing -
penelitian per bahan kering (BK). masing perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 3.

Tabel 3. Rataan pada masing-masing konsumsi pakan, konsumsi air, pertambahan bobot
badan (g/ekor) dan konversi pakan
Perlakuan Konsumsi pakan Konsumsi air PBB Konversi
(g/ekor) (ml/ekor) pakan
P0 2210,51±209,54 37005,15±417,38 834,87±45,49 2,65±0,25
P1 2149,52±220,80 33845,99±1137,03 751,73±79,18 2,86±0,26
P2 2308,36±233,47 35897,26±602,36 854,53±69,37 2,69±0,11
P3 2296,78±363,75 37436,22±620,26 796,25±119,86 2,88±0,15
P4 2150,70±216,46 34157±576,66 776,82±81,70 2,77±0,11

77
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83

Konsumsi pakan kuantitas. Peningkatan konsumsi yang


Hasil perhitungan analisis statis- berkolerasi dengan PBB yang lebih
tik menunjukkan bahwa perlakuan tidak tinggi dibandingkan dengan perlakuan
memberikan pengaruh yang berbeda lain menunjukkan bahwa pakan efisien
nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pa- untuk diubah menjadi daging dan organ-
kan. Tabel 3 menunjukkan bahwa pada organ tubuh. Hasil penelitian ini lebih
perlakuan P2 dengan protein kasar rendah dibandingkan dengan hasil
19,136% menghasilkan konsumsi yang penelitian Alex (2011) yang melaporkan
paling tinggi yaitu bahwa konsumsi ayam kampung umur 8
2308,36±233,47g/ekor dan konsumsi minggu 390 g/ekor/minggu atau 3120
yang terendah terdapat pada perlakuan g/ekor/8 minggu dengan menghasilkan
P1 dengan protein kasar 20,197% yaitu BB panen 590 g/ekor/umur 8 minggu
2149,52±220,80 g/ekor. Tingginya kon- dan 440 g/ekor/minggu atau 3520
sumsi pakan pada P2 berkorelasi dengan g/ekor/9 minggu dengan BB panen 640
pertambahan bobot badan yang tinggi g/ekor/minggu. Wahyu (1992) menya-
dan konversi pakan yang rendah. Ter- takan faktor-faktor yang mempengaruhi
jadinya perbedaan konsumsi pakan pada tingkat retensi protein adalah konsumsi
penelitian ini disebabkan oleh perbedaan protein dan energi termetabolis ransum.
kadar protein ransum antara P1, P2, P3, Konsumsi protein yang tinggi
P4. Sedangkan kadar energi metabo- akan diikuti dengan retensi protein yang
lisme (EM) hampir sama yakni sekitar tinggi serta akan terjadi penambahan bo-
2800 kkal/kg. Susunan ransum pada bot badan bila energi dalam ransum
ayam kampung sebelumnya tidak cukup, tetapi bila energi ransum rendah
didasarkan pada standar pakan ayam tidak selalu diikuti dengan peningkatan
kampung karena memang standar nutrisi bobot badan. Perlakuan P2 mampu
ayam kampung masih belum ada. For- menghasilkan konsumsi yang tidak ber-
mulasi nutrisi ayam kampung sengaja beda nyata dengan P0, artinya bahwa
disusun di bawah level kebutuhan nutrisi protein kasar 19% sudah optimal dalam
ayam ras dikarenakan pada ayam kam- membentuk BB. Hal ini didukung oleh
pung pakan tidak digunakan untuk mem- saluran pencernaan yang baik dalam
bentuk perlemakan tubuh seperti pada mencerna pakan. Ariesta (2011)
ayam broiler. Faktanya masih banyak melaporkan bahwa konsumsi pakan
peternak yang menggunakan pakan 1551,9 g/ekor/10 minggu menghasilkan
ayam broiler sebagai pakan ayam kam- BB akhir 620,75 g/ekor (menggunakan
pong. Pada penelitian ini pakan tersebut PK pakan 22% dan EM pakan 3100
digambarkan pada perlakuan P0, padahal Kkal/kg) Namun hasil yang lebih tinggi
ini merupakan pemborosan baik dari segi dicapai pada penggunaan pakan PK 20%
ekonomi maupun kondisi biologis. dan EM 3100 kkal/kg yang
Konsumsi yang tinggi pada per- menghasilkan BB badan 520,7 g dengan
lakuan P2 (19%) menunjukkan bahwa konsumsi 1333,84 g/ekor/8 minggu. Hal
kandungan PK sudah sesuai untuk kebu- ini diduga karena dipengaruhi oleh jenis
tuhan ayam kampung. Namun secara ayam kampung yang digunakan dan
keseluruhan konsumsi pakan pada kualitas kecernaan bahan bahan pakan
penelitian ini tidak berbeda nyata terma- (Pesti,2009).
suk dibandingkan dengan pakan kontrol
(P0). Konsumsi pakan yang tinggi ber- Konsumsi air
indikasi pada pemenuhan kebutuhan pa- Hasil perhitungan analisis statis-
kan unggas baik secara kualitas maupun tik menunjukkan bahwa perlakuan tidak

78
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83

memberikan pengaruh yang berbeda 20.197%. Hal ini disebabkan oleh be-
nyata (P>0.05) terhadap konsumsi air. berapa faktor yaitu: (a) penurunan kon-
Konsumsi air meningkat pada perlakuan sumsi pakan yang disebabkan oleh tidak
P3 dengan kandungan protein kasar seimbangnya antara kandungan protein
18,119% (Tabel 3). Meningkatnya kon- kasar dan kandungan energi metabo-
sumsi air yang tinggi pada P3 (18%) di lisme dalam ransum yang dapat
sebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (a) mempengaruhi pertumbuhan ayam, (b)
karena temperatur suhu yang tinggi pada terjadi defisiensi protein yang me-
siang hari (29-31ºC), (b) kandungan pro- nyebabkan segera berhentinya pertum-
tein kasar dan energi metabolisme yang buhan dan kehilangan pertumbuhan rata-
tidak seimbang (Tabel 2). Konsumsi air rata 6-7% dari berat badan per hari. Hasil
terendah pada perlakuan P1 (20%) penelitian ini lebih tinggi dibandingkan
dengan kandungan protein 20,197% dengan hasil penelitian Ariesta (2011)
(Tabel 2). Hal ini disebabkan tidak seim- yang melaporkan bahwa konsumsi pa-
bangnya kandungan protein kasar dan kan 1551,9 g/ekor menghasilkan BB
energi metabolism dalam ransum, dan akhir 620,75 g/ekor (menggunakan PK
jika dibandingkan dengan perlakuan pakan 22% dan EM pakan 3100
kontrol (P0), maka konsumsi air pada Kkal/kg). Namun hasil yang lebih tinggi
perlakuan P2 lebih baik karena dicapai pada penggunaan pakan PK 20%
diimbangi dengan konsumsi pakan yang dan EM 3100 kkal/kg yang
tinggi dan pertambahan bobot badan menghasilkan BB badan 520,7 g dengan
yang tinggi serta konversi ransum yang konsumsi 1333,84 g/ekor/8 minggu.
rendah. Selain berfungsi sebagai zat pel- Menurut Wahyu (1992), jika tingkat en-
arut dan zat penyusunan jaringan, air ergi diturunkan di bawah kebutuhan un-
juga mempunyai daya ionisasi yang tuk hidup pokok dari fungsi-fungsi tubuh
tinggi pada proses metabolisme didalam yang vital maka ternak akan kehilangan
tubuh dan mempunyai daya absorpsi berat badannya, sebab lemak karkas
panas yang tinggi ketika terjadi proses yang ditimbun dalam protein di jaringan
metabolism tersebut. Air berperan se- tubuh digunakan sebagai energi.
bagai faktor yang dapat memudahkan
penelanan pakan, melarutkan nutrien, Konversi pakan
pengedar nutrien ke seluruh tubuh, Hasil analisis statistik menunjuk-
pengatur suhu tubuh dan berperan dalam kan bahwa penggunaan kadar protein
proses pencernaan pakan. Pencernaan berbeda dalam ransum tidak menunjuk-
pakan tidak lepas dari proses hidrolisis kan pengaruh yang berbeda nyata
yaitu suatu proses kimia yang membu- (P>0,05) terhadap konversi pakan ayam
tuhkan air. kampung. Tabel 3 menunjukkan bahwa
konversi pakan yang paling rendah
Pertambahan bobot badan dihasilkan oleh perlakuan P2 (2,69)
Hasil analisa statistik menunjuk- dengan kandungan protein kasar
kan bahwa pengaruh penggunaan kadar 19,136%. Jika dibandingkan dengan per-
protein berbeda dalam pakan ayam kam- lakuan kontrol (P0), maka konversi ran-
pung tidak memberikan pengaruh yang sum pada P2 (19%) cenderung rendah.
berbeda nyata (P>0.05) terhadap per- Hal ini dipengaruhi oleh imbangan an-
tambahan bobot badan. Tabel 3 menun- tara konsumsi pakan yang tinggi dan per-
jukkan bahwa pertambahan bobot badan tambahan bobot badan yang meningkat.
yang rendah dihasilkan oleh perlakuan Sedangkan konversi pakan yang tinggi
P1 dengan kandungan protein kasar

79
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83

terdapat pada perlakuan P3 dengan kan- terdapat pada perlakuan P2 dengan pro-
dungan protein kasar 18,119%. Hal ini tein kasar 19,136%. Hal ini menggam-
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: barkan ayam kampung yang mendapat
(a) konsumsi pakan yang menurun, (b) perlakuan pakan P2 lebih efisien
imbangan antara protein dan energi da- menggunakan pakan dalam deposisi
lam ransum yang tidak seimbang. daging menjadi berat badan. Angka kon-
Konversi pakan merupakan pa- versi pakan yang rendah menunjukkan
rameter yang digunakan untuk menilai tingkat efisiensi yang baik dalam
efisiensi penggunaan pakan yaitu per- penggunaan pakan. Jika angka konversi
bandingan antara jumlah pakan yang pakan semakin besar maka penggunaan
dikonsumsi dengan pertambahan bobot pakan kurang baik.
badan ayam dalam waktu tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengaruh perlakuan tehadap
efisiensi pakan antara lain laju pertum- kecernaan protein
buhan, kandungan energi metabolis pa- Hasil dari penelitian tehadap
kan, bobot badan, kecukupan zat ma- pengaruh pemberian pakan dengan level
kanan dalam pakan, temperatur ling- yang berbeda dalam ransum pakan ter-
kungan, dan kesehatan ternak. Berdasar- hadap konsumsi protein pakan, protein
kan hasil statistik dapat disimpulkan ekskreta, dan kecernaan protein ayam
bahwa konversi pakan yang paling baik kampung pada masing–masing perla-
kuan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata konsumsi protein pakan, protein ekskreta, dan kecrnaan protein
(g/ekor/BK) selama periode penelitian
Perlakuan Konsumsi protein pa- Protein ekskreta Kecernaan protein
kan g/ekr/BK %*
g/ekr/BK**
P1 22,99 ± 0,016d 6,42 ± 0,305 72,13 ± 2,53b
c
P2 21,94 ± 0,020 6,62 ± 0,313 69,88 ± 2,91ab
P3 20,69 ± 0,013b 6,49 ± 0,257 68,75 ± 2,29ab
a
P4 19,63 ± 0,070 7,01 ± 0,269 64,31 ± 2,54a
Keterangan :
** Notasi (a-d) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
(P<0,05).
* Notasi (a-b) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat
nyata (P<0,01)

Konsumsi protein pakan selama sumsi protein ini berkorelasi dengan se-
periode penelitian makin meningkatnya PK pakan pada P1
Hasil analisis statistik menunjuk- dan P2.
kan bahwa penggunaan ransum pakan Besarnya konsumsi protein pada
dengan level yang berbeda memberikan penelitian ini sesuai dengan hasil
pengaruh nyata (P<0.05) terhadap kon- penelitian Ariesta (2011) yang
sumsi protein pakan. Konsumsi tertinggi menggunakan pakan PK 22% dan 3100
dihasilkan pada P1 selanjutnya menurun kkal/ME/Kg dimana hasilnya adalah
pada P2, P3, dan P4. Tingginya kon- 5,11 g/ekor/hari. Hasil konsumsi protein
ini semakin menurun dengan semakin
turunnya PK dan EM. Hasil penelitian

80
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83

P1 lebih tinggi dibandingkan dengan Ar- saja misalnya di akhir periode pengama-
iesta (2011) yang melaporkan konsumsi tan. Karakter ini diukur untuk melihat
proteinnya 5,11g/ekor/hari. Konsumsi ada atau tidaknya suatu dukungan ter-
protein yang tinggi berkorelasi dengan hadap respon pertumbuhan pada perco-
PBB. Meningkatnya kandungan protein baan sebelumnya. Protein ekskreta tidak
ransum menyebabkan meningkatnya murni merupakan protein yang tidak dic-
jumlah protein yang dikonsumsi ayam, erna. Sedangkan protein ekskreta tidak
kali ini disebabkan semakin banyaknya dipengaruhi oleh tingkat protein ransum
protein yang digunakan untuk menyusun terhadap komponen protein karena dida-
tubuh ayam. Namun meningkatnya re- lamnya juga terikut runtuhan sel dan en-
tensi protein juga harus didukung oleh zim-enzim pencernaan (Achmanu,
kandungan energi metabolis ransum, da- 1992). Namun hal ini cukup bisa meng-
lam penelitian ini EM diantara semua gambarkan berapa protein yang
perlakuan adalah hampir semua sama. digunakan oleh tubuh dari 4 perlakuan
Wahyu (1992) menyatakan bahwa re- protein pakan.
tensi protein dipengaruhi oleh retensi Protein ekskreta yang paling ren-
protein dan energi metabolis ransum. dah dihasilkan pada perlakuan dengan
Ayam berhenti mengkonsumsi pakan kadar protein 20% yaitu sebesar 6,42
apabila EM sudah terpenuhi (Wahyu, g/ekor/BK, selanjutnya 18% sebesar
1992). Energi digunakan untuk hidup 6,62 g/ekor/BK, 19% sebesar 6,49
dan produksi (pembentukan daging). g/ekor/BK, dan 17% sebesar 7.01
Menurut Wahyu (1992), kandungan le- g/ekor/hari. Tingginya protein ekskreta
mak yang terlalu tinggi pada pakan pada perlakuan P4 (7.01 g/ekor/BK)
mengakibatkan penurunan bobot badan berkorelasi dengan rendahnya konsumsi
pada ayam. Hal ini dikarenakan kan- pakan. Hasil konsumsi pakan selama
dungan energy yang terlalu tinggi terse- periode penelitian antara lain pada perla-
but tidak diimbangi oleh kandungan zat kuan P1 dengan kadar protein 20% yakni
makanan yang lain. sebesar 2149,52 g/ekor, selanjutnya P2
dengan kadar protein 19% sebesar
Protein ekskreta yang dihasilkan 2308,36 g/ekor, P3 dengan kadar protein
selama periode penelitian 18% sebesar 2296,78 g/ekor, dan P4
Hasil perhitungan analisa statis- dengan kadar protein sebesar 17% me-
tik menunjukkan perbedaan pengaruh merlukan 2150,70 g/ekor. Hal ini diduga
yang tidak nyata (P>0,05) terhadap kandungan energi metabolis pakan yang
jumlah protein ekskreta. Perbedaan pro- cukup tinggi sementara PK pakan rendah
tein ekskreta yang sangat tipis lebih (17,14 %) menyebabkan ayam kampung
disebabkan pada kandungan PK pakan kekurangan konsumsi protein.
yang berbeda pada proteinnya. Protein Jumlah ekskreta dari ayam kam-
ekskreta terendah menunjukkan bahwa pung diantaranya dipengaruhi oleh
protein pakan lebih banyak diretensi da- jumlah dan jenis ransum yang dikon-
lam tubuh. Retensi disini artinya sumsi. Banyaknya jumlah ekskreta yang
sejumlah protein ransum yang ditahan dikeluarkan berhubungan dengan daya
dalam tubuh dalam periode pengamatan cerna bahan makanan yang dikonsumsi.
tertentu. Idealnya periode pengamatan Sejalan dengan pendapat Wahyu (1992),
dilakukan selama pertumbuhan yang di- ransum yang tinggi serat kasarnya
amati. Namun periode pengukuran ini menghasilkan ekskreta yang lebih ban-
relatif memakan waktu sehingga pen- yak. Hal ini disebabkan karena serat
gukuran dilakukan pada periode tertentu kasar yang tidak dicerna dapat membawa

81
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83

zat-zat makanan yang dapat dicerna dari menunjukkan hasil yang tidak berbeda
bahan makanan lain keluar bersama- nyata baik pada kecernaan maupun pada
sama dalam ekskreta. penampilan produksi, maka pertim-
bangan ekonomi juga menjadi prioritas.
Kecernaan protein Perhitungan PBB dan konversi pakan
Hasil penelitian menunjukkan mendapatkan hasil terbaik pada perla-
bahwa perlakuan tidak meberikan kuan P2 dengan kandungan PK pakan
pengaruh yang nyata terhadap kecernaan 19%, namun jika dilihat dari gross en-
protein (P>0,05). Kecernaan protein ergy kecernaan yang terbaik terdapat
menggambarkan seberapa besar protein pada perlakuan P1 dengan kandungan
yang digunakan oleh tubuh dalam proses protein sebesar 20%.
pencernaan, baik untuk memenuhi kebu- Kecernaan protein adalah bagian
tuhan pokok maupun kebutuhan zat makanan dari pakan yang tidak dic-
produksi. Hasil penelitian menunjukkan erna dalam feses atau bagian zat ma-
bahwa kecernaan protein sangat bagus kanan dari pakan yang diserap atau dic-
yaitu >50%. Hasil penelitian ini erna oleh tubuh dari saluran pencernaan.
didukung oleh PBB untuk P1 adalah Hasil penelitian ini memperoleh nilai
751,73g/ekor, P2 854,53g/ekor, P3 kecernaan protein pada kisaran 59,45-
796,25g/ekor, dan P4 776,82g/ekor. 78,29%. Nilai kisaran tersebut menun-
Tingginya kecernaan protein jukkan bahwa ransum yang digunakan
pada perlakuan P1 dan P2 juga didukung dalam penelitian ini berkualitas tinggi
oleh hasil penelitian Ariesta (2011) yang sehingga kecernaan proteinnya juga san-
melaporkan bahwa semakin tinggi gat baik.
penggunaan protein menyebabkan Nilai kecernaan protein yang
jumlah energi tercerna semakin tinggi. tinggi menunjukkan tingginya kualitas
Menurut Yuwanta (2004), penurunan ka- ransum dan protein yang mudah dicerna
dar protein tidak selalu berakibat pada merupakan protein yang berkualitas baik
penurunan berat badan yang ekstrim (Parakkasi, 1990). Tinggi rendahnya
dibandingkan dengan pemberian pakan kecernaan protein tergantung pada kan-
PK tinggi. Namum Pesti (2009) menam- dungan protein bahan pakan dan banyak-
bahkan apabila ketidakseimbangan ba- nya protein yang masuk dalam saluran
han–bahan pakan yang digunakan dan pencernaan.
kualitasnya semakin tinggi, maka akan
semakin besar perbedaan yang diperoleh KESIMPULAN
akibat perbedaan level protein. Hal ini Hasil penelitian ini menyimpul-
disebabkan ketika rata-rata pertumbuhan kan bahwa :
unggas yang cepat, maka level protein 1. Penggunaan kadar protein yang ber-
dalam pakan merupakan pembatas da- beda dalam pakan level 17%, 18%,
lam pertumbuhan dan efisiensi 19% dan 20% tidak memberikan
penggunaan pakan merupakan pertim- pengaruh terhadap konsumsi pakan,
bangan utama. konsumsi air, pertambahan bobot ba-
Penelitian ini menggunakan PK dan, dan konversi pakan ayam kam-
pakan 20% dan 19% dengan energi me- pung.
tabolis yang sama (2800 kkal/kg) sudah 2. Konsumsi protein, protein ekskreta,
mampu menghasilkan konsumsi protein dan kecernaan protein menurun
dan kecernaan yang tinggi, dan hasil ini dengan adanya penurunan kadar pro-
juga berkorelasi terhadap PBB. Mes- tein pada ransum ayam kampung
kipun dari segi biologis semua parameter jantan.

82
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83

3. Kandungan protein 19 % memberikan Parakkasi, A. 1990. Ilmu gizi dan ma-


hasil terbaik pada konsumsi pakan, kanan ternak monogastrik. Ce-
pertambahan bobot badan, FCR dan takan Pertama. Angkasa. Jakarta.
kecernaan protein. Pesti, G. M. 2009. Impact of dietary
amino acid and crude protein lev-
DAFTAR PUSTAKA els in broiler feeds on biological
Achmanu. 1992. Pengaruh faktor performance. Journal Appl. Poul-
intrinsik dan ekstrinsik terhadap try. Res. 18 : 477-486.
nilai energi metabolis bahan Sidadolog, J. H. P. 2006. Penyesuaian
pakan dan aplikasinya dalam waktu pemberian pakan dan kan-
ransum itik. Disertasi, UNPAD, dungan protein–energi yang ber-
Bandung. beda terhadap efisiensi pakan dan
Alex, M. S. 2011. Pasti untung bisnis pertumbuhan ayam broiler. Bul.
ayam kampung panen hanya da- Peternakan 30 (3) 23-37.
lam waktu 6 minggu. Pustaka Sinurat, A. P. 1991. Penyusunan ransum
baru Press.Yogyakarta. ayam buras. P3T. Badan
Anggorodi, R. 1994. Ilmu makanan penelitian dan pengembangan
ternak umum. Penerbit pertanian. Deptan. Majalah
Gramedia. Jakarta. Ilmiah Peternakan 2. (1.2): 1-4.
Ariesta, A. H. 2011 Pengaruh kandungan Wahyu, J. 1992. lmu nutrisi unggas.
energi dan protein ransum ter- Gadjah Mada University Press.
hadap penampilan ayam kam- Yogyakarta.
pung umur 0-10 minggu. Pro- Widodo. W. 2002. Nutrisi dan pakan
gram Studi Ilmu Peternakan. Pro- unggas konteksual. UMM. Ma-
gram Pascasarjana. Universitas lang
Udayana. Denpasar. Thesis. Yuwanta, T. 2004. Dasar ternak unggas.
Nawawi, N. T., dan Nurrohmah. 2011. Kanisius. Yogyakarta.
Pakan ayam kampung. Penebar
Swadaya. Jakarta.

83

S-ar putea să vă placă și