Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
“A”
PADA DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)
DENGAN MASALAH RESIKO PERDARAHAN
DI RUANG ANAK RS MUHAMMADIYAH
GRESIK
Disusun oleh :
OLEH :
OLEH :
Daftar Singkatan:
DHF : Dengue Haemorragic Fever
DSS : Dengue Syok Syndrom
WHO : World Health Organization
WOC : Web of Coution
kg : Kilogram
ml : Mili liter
BB : Berat Badan
BAK : Buang Air Kecil
BAB : Buang Air Besar
RS : Rumah Sakit
CVP : Central Vascular Pressure
TD : Tekanan Darah
TTV : Tanda-tanda Vital
CRT : Capilary Revil
Hb : Hemoglobin
Ht : Hematokrit
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang: 1) latar belakang, 2) batasan masalah,
oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan Demam Berdarah
gusi, epistaksis atau perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat
secara normal. Penyakit DHF sangat beresiko terjadi perdarahan dan syok, maka
setiap pasien yang menderita DHF perlu dirawat di rumah sakit karena
memerlukan pengawasan terhadap kemungkinan syok yang dapat mengancam
tropis seperti Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan (Soegijanto, 2002:45).
kasus DBD sebesar 46% bila dibandingkan bulan yang sama di tahun 2014, yaitu
Kejadian Luar Biasa (KLB) dikarenakan jumlah kasus DBD di wilayah tersebut
meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2014.
Awal tahun 2015 yang mengalami KLB DBD adalah Jawa Timur sebanyak 1.817
kasus DBD telah dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur kepada
Kementrian Kesehatan RI (Depkes RI, 2015). Sedangkan data dari Dinkes, pada
Januari 2016 Minggu pertama ada 4 orang yang terkena Demam Berdarah, dan 7
orang menginap di Rumah Sakit Umum Daerah Gresik (Dinkes Gresik, 2016).
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti. Menurut Ngastiyah, 2005:370, perdarahan yang terjadi pada pasien DHF
fungsi koagulasi (protrombin, factor III, VII, IX, X dan fibrinogen). Ada dua
melibatkan satu atau lebih dari trombositopeni, kerusakan pembuluh darah kecil,
Kerusakan trombosit dapat secara kualitatif maupun kuantitatif. Oleh karena itu,
perdarahan yang memanjang. DIC terjadi pada renjatan berkepanjangan dan berat
Perdarahan dapat terjadi sebelum syok atau tidak disertai syok, tetapi jika
perdarahan tersebut hebat dan sukar daiatasi. Pada dasarnya pengobatan pasien
DHF bersifat simptomatif dan suportif. Pengobatan terhadap virus ini sampai
sekarang bersifat menunjang agar pasien dapat bertahan hidup. Yang perlu
diperhatikan dalam perawatan pasien DHF ini selain gejala syok juga gejala
dengan memonitor ketat tanda-tanda vital pasien setiap 3 jam (terutama tekanan
minum sedikit demi sedikit bila perlu setiap 5 menit satu sendok makan atau
setiap jam gelas. Air minum boleh teh manis, sirup, susu dan lebih baik
oralit jika anak mau serta memberikan asupan makanan yang banyak mengandung
Dalam karya tulis ilmiah ini peneliti hanya membahas tentang pelaksanaan
Muhammadiyah Gresik?
Asuhan Keperawatan pada anak DHF dengan masalah resiko perdarahan di Ruang
Gresik.
dilakukan pada pasien anak DHF dengan masalah resiko perdarahan di Ruang
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk:
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditentukan pada pasien anak DHF
penambahan data dasar asuhan keperawatan anak DHF dengan masalah resiko
perdarahan di Ruang Anak RS Muhammadiyah Gresik, sehingga akan menambah
anak dari perspektif fenomena mendasar, yaitu masalah keperawatan pada anak
Gresik.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas tentang 1) konsep dasar medis, 2) konsep dasar
Nursing).
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (group B anthropode borne
virus) dan masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina
(Sofiatun, 2015).
oleh empat serotype virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama
2002:45).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyakit DHF adalah infeksi akut
yang disebabkan oleh Arbovirus (Arthro podborn virus) dan ditularkan melalui
dan basa, mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi (hantaran), membawa panas
tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh
sasaran.
Warna merah ini keadaannya tidak tetap, bergantung pada banyaknya oksigen dan
pompa jantung. Selama darah berada dalam pembuluh, darah akan tetap encer.
Tetapi bila berada di luar pembuluh darah akan membeku. Pembekuan ini dapat
dicegah dengan mencampurkan sedikit sitras natrikus atau anti pembeku darah.
Keadaan ini sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk tranfusi
teroksigenasi dengan baik. Sementara darah vena berwarna gelap karena kurang
teroksigenasi. Darah mengalir 4-5 kali lebih lamban dibanding air karena darah 4-
5 kali lebih tebal daripada air. Berat jenis darah bervariasi berkisar antara 1,045-
1,065, suhu darah adalah 38°C dan PHnya adalah 7,38. Volume darah dalam
Jika darah vena ditampung dalam tabung dan ditambahkan dengan bahan
kimia (mis, natrium sitrat) ke dalamnya lalu didiamkan beberapa menit sampai
endapannya berada di dasar tabung. Kemudian akan terpisah menjadi bagian padat
dan cair. Bagian atas adalah plasma yang merupakan komponen cair darah (55%),
bawah merupakan zat padat warnanya merah tua terbentuk dari komponen-
komponen darah (hematokrit) 45%, disebut bekuan darah, terdiri dari sel-sel
eritrosit, leukosit dan trombosit. Jadi, darah terdiri dari dua komponen, yakni
Pada orang dewasa dan anak-anak sel darah merah, sel darah putih dan sel
pembeku darah dibentuk dalam sumsum tulang. Sumsum selular yang aktif
dinamakan sumsum merah dan sumsum yang tidak aktif dinamakan sumsum
kuning. Sumsum tulang merupakan salah satu organ yang terbesar dalam tubuh,
Darah terdiri dari dua komponen yaitu komponen padat yang terdiri dari
sel darah (sel darah [eritrosit], sel darah putih [leukosit], sel pembeku darah
[trombosit]) dan komponen cair yaitu plasma darah. Fungsi darah secara umum :
Sebagai alat pengangkut, membawa darah sebagai substansi untuk fungsi
metabolisme:
sel darah merah dan plasma darah kemudian terjadi pertukaran gas di paru.
2) Nutrisi zat gizi yang diabsorbsi dari usus, dibawa plasma ke hati dan
dalam hemoestasis.
ke seluruh tubuh. Hasil metabolis juga menghasilkan energi dalam bentuk panas.
Sel darah merah bisa dilihat di bawah mikroskop, bentuk sel darah
merahan, sifatnya kenyal sehingga dapat berubah bentuk sesuai dengan pembuluh
dan karbondioksida (CO₂) dibawa dari jaringan ke paru untuk dikeluarkan melalui
darah mengandung rata-rata 15 gram dan tiap gram mampu mengikat 1,39 ml
100 ml darah.
Sel darah putih merupakan komponen darah yang bentuk dan sifatnya
berbeda dengan eritrosit. Bentuknya bening, tidak berwarna, lebih besar dari
9000/mm³. fungsi utama sel darah putih adalah sebagai perthanan tubuh dengan
limfe, dan kembali lagi ke dalam aliran darah. Leukosit bersama system makrofag
jaringan atau sel retikuloendotel dari hepar, limpa, susmsum tulang, alveoli paru,
microglia otak dan kelenjar getah bening melakukan fagositosis terhadap kuman
dan virus yang masuk. Setelah di dalam sel kuman/virus dicerna dan dihancurkan
merah, sel darah putih, dan sel pembeku darah. Disamping itu juga sebagai media
organ/jaringan lain.
Plasma adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksinya bersifat
alkali. Susunan plasma darah terdiri atas air 90% (natrium klorida, natrium
bikarbonat, garam kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, dst), sisanya tediri dari
bahan organik (glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam
Juga merupakan medium untuk mengangkut bahan buangan seperti urea, asam
terdapat 3-5 gram per cc darah, dan fungsinya betanggung jawab terhadap tekanan
2.1.3 Etiologi
sampai saat ini diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam
grup B dari arthropedi borne viruses (Arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-
3, dan DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotype yang menjadi
penyebab terbanyak.
lain. Virus dengue ini terutama ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti.
Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis, dan beberapa spesies lain kurang
2.1.4 Patofosiologi
gigitan nyamuk aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening,
aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya
demam dan mencapai puncaknya pada masa renajatan. Pada pasien dengan
renjatan berat volume plasma dapat menurun sampai 30% atau lebih. Jika keadaan
tersebut tidak teratasi anak menyebabkan anoreksia jaringan, asidosis metabolik
2.1.5 Klasifikasi
3) Derajat III : Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan
lemah, penyempitan tekanan nadi (<20 mmHg), atau hipotensi, dengan disertai
4) Derajat IV : Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan
Menurut Ngastiyah (2005:368), masa tunas 3-15 hari terapi rata-rata 5-8
hari. Gejala klinis timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot
seluruh tubuh, nyeri di belakang kepala hebat, suara serak, batuk, epistaksis serta
disuria. Penyakit biasanya akan sembuh sendiri dalam 5 hari dengan penurunan
suhu secara lisis. Maka penyakit ini juga disebut vyfdaagse koorts (demam 5 hari).
yang jelas disertai dengan gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang,
muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-
gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 atau ke-3 demam
muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan
Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda anak makin
menjaadi lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab.
Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan
1) Panas dengan onset yang akut, tinggi dan menetap 2-7 hari.
3) Hepatomegali.
4) Syok dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah dengan tekanan nadi
yang sempit (20 mmHg atau kurang), atau adanya hipotensi, akral dingin dan
gelisah.
perdarahan memanjang dan kadar protombin menurun sedang (jarang kurang dari
fibrin naik.
Kelainan lain adalah kenaikan sedang kadar transaminase serum, konsumsi
(Nelson, 2012:1135).
yang dapat dilihat dari meningginya nilai hematokrit sebanyak 20% atau lebih
dibandingkan dengan nilai hematokrit pada masa konvalesen. Pada pasien dengan
2.1.8 Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
bersifat simtomatis dan suportif. Pengobatan terhadap virus ini sampai sekarang
bersifat menunjang agar pasien dapat bertahan hidup. Obat yang tepat belum
menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi seperti paracetamol atau
novalgin selain harus istirahat mutlak dan banyak minum. Jika suhu tinggi di
kompres dingin secara intensif. Pasien yang diduga menderita demam berdarah
dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5-2 liter
dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirop, susu dan bila mau oralit. Cara
memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan
dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau minum sesuai yang dianjurkan tidak
diberikan dengan dosis: anak umur <1 tahun 50 mg IM; anak >1 tahun 75 mg.
Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg
BB. Anak diatas 1 tahun 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan
memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infuse diberikan pada pasien DBD
tanpa renjatan apabila pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
meningkat.
hematokrit. Oleh karena itu pada pasien yang diduga menderita DBD harus
diperiksa Ht, Hb dan trombosit setiap hari mulai hari ke-3 sakit sampai demam
telah turun 1-2 hari. Nilai Ht itulah yang menentukan apakah pasien perlu
sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang
diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon
diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kg BB. Pada pasien
dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur dengan cara membuka klem
infus; tetapi karena biasanya vena-vena telak kolaps sehingga kecepatan tetesan
secara paksa ialah dengan spuit dimasukkan cairan sebanyak 100-200 ml, baru
kemudian diguyur.
Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi
48 jam, maka pemberian infuse dipertahankan sampai 1-2 hari lagi walaupun
Pada pasien dengan renjatan berat atau renjatan berulang perlu dipasang
CVP (central venous pressure, pengaturan tekanan vena sentral) untuk mengukur
tekanan vena sentral melalui vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.
Dalam masa penyembuhan, cairan yang ada dalam ruang ekstravakular akan
diresorbsi kembali ke dalam ruang vascular, maka dalam hal pemberian cairan
hemoglobin pada masa ini tidak diartikan sebagai tanda terjadinya perdarahn
pernafasan, suhu dan pengekuaran urin dilakukan lebih sering. Tranfusi darah
kadang perdarah gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai hemoglobin dan
memperhatikan evaluasi klinis yang telah disebut, maka dalam keadaan inipun
2) Penatalaksanaan Keperawatan
ekstravaskular, yang pada puncaknya terjadi pada saat renjatan akan terlihat pada
tubuh pasien menjadi sembab (edema) dan darah menjadi kental. Keadaan ini
Perlu diingat bahwa renjatan biasanya terjadi pada hari ke 3-7 sakit dan
sering didahui oleh sakit perut yang hebat atau adanya anuria. Oleh karena itu jika
merawata pasien yang diduga menderuta DBD pada hari-hari tersebut harus
dilakukan secara kontinue, bila perlu setiap jam dan harus ada catatan yang diisi
setiap melakukan observasi pasien. Pemeriksaan Hematokrit, Hemoglobin dan
trombosit sesuai permintaan dokter biasanya setiap 4 jam dan harus dicatat
hasilnya secara rapi karena pasien DBD memerlukan pemantauan yang terus
menerus sampai akhir. Perhatikan apakah pasien ada kencing/tidak. Bila dijumpai
Pada pasien derajat 1 ini keadaan umumnya seperti pada pasien influenza
biasadengan gejala demam, lesu, sakit kepala dan sebagainya, tetapi terdapat juga
gejala perdarahan atas hasil uji torniket positif. Pasien perlu istirahat mutlak,
observasi tanda vital setiap 3 jam (terutama TD dan nadi), periksa Ht, Hb dan
trombosit secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24 jam.
Air minum boleh teh manis, sirop, susu dan lebih baikoralit jika anak mau. Cara
memberikan minum sedikit demi sedikit bila perlu setiap 5 menit 1 sendok makan
atau setiap seperempat jam sepertiga gelas. Jika ada keluarga yang menunggu
apa bahayanya jika kebutuhan cairan yang ditentukan tidak terpenuhi. Selain itu
pasien diberi makan cair/lunak menurut selera anak. Buah-buahan leih baik
jika pasien demam. Urin perlu ditampung dalam 24 jam dan diukur; tetapi tidak
usah menunggu 24 jam jika urin dianggap kurang beritahukan dokter. Catatlah
hasil pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit secara teratur dan adakah penilaian
apakah terjadi kenaikan yang melebihi normal/tidak. Jika tekanan darah pada
suatu waktu menurun, ulangi ukur lagi 5 menit kemudian dan jika ternayata
Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika dating dirawat sudah
dalam keadaan lemah, malas minum (gejala klinis derajat I ditambah adanya
perdarah spontan) dan tidak jarang selama dalam perawatan baru beberapa saat
pasien jatuh kedalam keadaan renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien
segera dipasang infus sebab jika sudah trjadi renjatan vena-vena sudah menjadi
renjatan seperti nadi menjadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria atau
anak mengeluh sakit perut sekali dan lain sebagainya. Jika hal-hala tersebut terjadi
segera hubungi dokter. Pada pasien ini disamping infus juga diberi minum serta
Pasien DSS adalah pasien gawat maka jika tidak mendapatkan oenanganan
yang cepat dan tepatakan menjadi fatal sehingga memerlukan perawatan yang
intensif. Masalah utama adalah akibat kebocoran plasma yang pada pasien DSS
ini pada puncaknya dengan ditemuinya tubuh pasien semabab, aliran darah sangat
meneyebabkan gangguan saraf pusat. Juga terjadi pada sistem pernapasan berupa
asidosis metabolic dan agak dispnea karena adanaya cairan di rongga pleura.
memberikan cairan dan elektrolit (biasanya diberikan Ringer Laktat) dan cara
pernapasan. Bila terlihat keadaan pasien semakin memburuk atau tetesan tetap
tidak dapat lancar supaya menghubungi dokter. Untuk memantau keadaan ginjal
pasien perlu dipasang kateter urin dan ditampung ke dalam kantong yang steril,
karena diperlukan evaluasi setiap jam atau lebih sering dengan melihat keadaan
2.2.1 Pengertian
(Soegijanto,2005).
normal.
2.2.2 Etiologi
dari yang paling ringan berupa uji tourniquet positif, sampai perdarahan spontan
anggota gerak terutama anggota gerak bawah, muka dan axial. Ekimosis,
adanya sakit perut yang hebat (Febie, 1966) atau daerah restrosternal (Lim dkk.,
1966). Kemudian diikuti nadi lembut kecil sampai tidak teraba, pucat dan tubuh
teraba dingin terutama pada ujung-ujung jari dan kaki. Jika tekanan nadi diukur
nadi).
hasil pemeriksaan Ht,Hb dan trombosit secara teratur dan adakan penilaian apakah
sedikit demi sedikit bila perlu setiap 5 menit satu sendok makan atau setiap
jam gelas. Air minum boleh teh manis, sirup, susu dan lebih baik oralit jika
anak mau.
5) Bila pasien mengeluh perutnya sakit sekali dan pucat, segera hubungi
dokter.
lain jika dijumpai adanya Ht dan Hb yang menurun secara mendadak, karena hal
8) Jika kesadaran pasien telah baik, sudah boleh mulai diberi makanan cair
kemudian lunak biasa. Bila keadaan tetap baik (stabil) pasien dipulangkan
(Ngastiyah, 2005:375).
diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan pada tahap saling
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
1) Identitas Pasien
2) Keluhan Utama
Gejala klinis timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot
seluruh tubuh dan perut, nyeri di belakang kepala hebat, suara serak, batuk,
epistaksis.
Pada hari ke-2 atau ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka
ragam dimulai dari yang paling ringan berupa perdarahan di bawah kulit
muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hemturia massif
(Ngastiyah, 2005:369).
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami
(2) Imunisasi/booster
(1) Minum
dehidrasi dan haus. Pasien ini perlu diberi banyak minum 1,5 – 2 liter dalam 24
(2) Makan
Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan
dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas istirahat dan tidur berkurang.
7) Pemeriksaaan Fisik
(1)) Kepala
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
(2)) Mata
konjungtiva anemis.
(3)) Hidung
(4)) Mulut
nyeri telan.
(5)) Leher
(5) Abdomen
(6) Genetalia
(7) Ekstremitas
(8) Integumen
2008:38).
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
dengan trombositopenia.
(2) Kriteria hasil: tidak terdapat tanda-tanda perdarahan, tekanan darah 90/56-
450.000.
Intervensi keperawatan :
Adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik
(lyer et al., 1996). Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
2001;63).
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa
keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali
(Asmadi, 2008).
Agregasi trombosit
Perdarahan hebat
MK : Resiko Perdarahan
Gambar 2.1 Nursing Pathway (WOC On Nursing)
BAB 3
METODE PENELITIAN
etika penelitian.
penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai
tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan
3.2.1 Lokasi
Gresik.
Studi kasus ini akan di laksanakan pada bulan April 2016 sesuai dengan
setelah mendapat izin maka peneliti mulai melakukan penelitian di ruang anak RS
Muhamadiyah Gresik.
mengumpulkan data yang baik, sehingga data yang dikumpulkan merupakan data
menjadi valid dan reliable. Instrumen yang valid dan reliable merupakan syarat
untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable. (Setiadi, 2013:154).
Dalam hal ini data yang diperoleh adalah dari menanyakan kembali
informasi-informasi dari sumber data utama yaitu pasien, perawat, dan keluarga
yang berkaitan. Serta melakukan observasi dan pemeriksaan fisik yang mencakup
IPPA.
analisa data yang terdiri dari data subyektif dan objektif, etiologi, dan masalah
intervensi, terdiri dari tujuan dan kriteria hasil dan rencana tindakan. Cara
menggambarkan secara spesifik hal - hal yang diharapkan oleh peneliti untuk
Pada analisa dalam evaluasi berisikan tentang apakah masalah teratasi atau
teratasi sebagian. Masalah teratasi jika hasil diperoleh sesuai dengan tujuan dan
peneliti.
BAB 4
Pada bab ini akan dibahas tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan
4.1 Hasil
Pada hasil penelitian akan dibahas mengenai asuhan keperawatan pada An.
“Z” dan An. “A” dengan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan masalah
“Z” dirawat selama 5 hari mulai tanggal 21 Juni 2016 - 26 Juni 2016. Dan An.
“A” dirawat selama 4 hari mulai tanggal 21 Juni 2016 – 25 Juni 2016.
di jalan KH. Kholil No 88 Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik, rumah sakit ini
RS Muhammadiyah Gresik ini memiliki beberapa instalasi yang satu sama lain
saling berhubungan. Diantaranya adalah Instalasi Rawat Inap (ruang medikal
bedah, ruang anak dan ruang bersalin), Unit Gawat Darurat, High Care Unit
(HCU), Radiology, Instalasi Rawat jalan (Poli), Instalasi Gizi, Kamar Operasi
Dalam study kasus ini penulis mengambil data yang diteliti di Ruang
sebanyak 22 tempat tidur yang dibagi menjadi 3 kelas yaitu kelas 1, 2 dan zaal,
1) Pengkajian Kasus 1
An. “Z” lahir tanggal 11 September 2006 umur 10 tahun, anak laki-laki
kelima dari Tn. A, pekerjaan swasta dan Ny. D, pekerjaan Ibu Rumah tangga,
alamat di Jl. Sindujoyo 14/47, Kab. Gresik, suku Jawa, agama Islam,
mendapatkan sumber informasi dari Orang tua pasien dan rekam medis.
Ibu pasien mengatakan anaknya panas sejak hari Minggu pagi tanggal 19 Juni
2016, mual dan muntah 1x. Kemudian pada Minggu malam pasien langsung
Selasa tanggal 21 Juni 2016 pukul 14.30, pasien dibawa ke Poli Anak RSMG dan
MRS di kamar Shofa 3 ruang anak RSMG pukul 15.30 dengan diagnosa medis
DHF.
Saat pengkajian hari Rabu tanggal 22 Juni 2016 pukul 09.00 didapatkan
pasien panas disekujur tubuh disertai nyeri di kepala bagian belakang. Nyeri
terasa berat dan semakin bertambah saat pasien beraktivitas. Nyeri hilang saat
dibuat tidur, skala nyeri 5 wajah tampak menyeringai, lesu dan tidak
bersemangat.
(1)) Prenatal
Ibu pasien mengatakan pada saat kehamilan, ibu hanya mengeluh mual-mual
kali, dan 2x pada bulan ke 9. Ibu saat hamil tidak melakukan imunisasi TT, hanya
(2)) Natal
bulan di RSMG dengan BB 4200 gr, PB 51 cm. Ibu pasien mengatakan lupa
berapa lingkar kepalanya, bayi lahir dengan sehat tanpa ada kelainan, ibu juga
sehat.
Ibu pasien mengatakan, pasien lahir langsung menangis, minum ASI sejak
lahir hingga pasien berumur 2 bulan. Kemudian minum susu formula sampai saat
ini.
(5) Riwayat Masa Lampau
Ibu pasien mengatakan, anaknya tidak pernah sakit DHF, tetapi pasien pernah
menderita Demam Tipoid, yaitu saat anak berusia 8 tahun, di rawat di RS selama
± 6 hari.
(3)) Obat-obatan
Ibu pasien mengatakan anaknya minum obat dari dokter yaitu obat penurun
(5)) Alergi
Ibu pasien mengatakan, anaknya tidak memiliki riwayat alergi, baik makanan
atau obat-obatan.
(6)) Kecelakaan
(7)) Imunisasi/Boster
Keterangan :
: Laki-laki : Perempuan
dengan anggota keluarga yang tinggal serumah. Hubungan dengan orang tua
(3)) Hubungan dengan teman sebaya : Pasien biasanya bermain dengan teman
(4)) Status Cairan : Terpasang infus di tangan kiri KA-EN 3A 1500 cc/24 jam,
14 tetes permenit.
(5)) Obat-Obatan
Sanmol 3 x 1 cth
24x/menit
penglihatan baik. Telinga: bersih, tidak ada luka. Hidung: tidak ada epistaksis,
tidak ada pernapasan cuping hidung dan sianosis. Mulut dan bibir: tidak ada
belakang. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
dada kanan dan kiri simetris, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
Auskultasi: Tidak terdapat suara nafas tambahan ronchi (-), whezing (-).
Inspeksi : Soepel.
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan lien, tidak ada ascites.
Inspeksi : Bersih
Inspeksi : Warna kulit kuning langsat, tidak ada sianosis, tidak pucat.
DO :
- Keadaan Umum : lemah
- Panas hari ke 3
- Akral hangat, kering,
merah
- Pasien tampak lemah
- Wajah menyeringai, lesu
dan tidak bersemangat
- Terdapat nyeri tekan pada
kepala bagian belakang.
- Skala nyeri 5
- Pasien hanya terbaring di
tempat tidur
- Tidak terdapat epistaksis
- Tidak ada perdarahan gusi
- Tidak ada hematemesis dan
melena
- TTV : TD: 90/60 mmHg,
S: 38°C, N: 118x/menit,
RR: 24x/menit
- Hasil pemeriksaan
laboratorium,
Hb: 12,4 gr/dl, Hematocrit:
32,9%, Leukosit: 4100,
Trombosit: 153.000/mm³
dengan pasien mengatakan nyeri di kepala bagian belakang, terasa berat dan
semakin bertambah saat pasien beraktivitas, hilang saat dibuat tidur. Keadaan
umum lemah, panas hari ke 3, akral hangat, kering dan merah, pasien tampak
lemah, wajah menyeringai, lesu dan tidak bersemangat, terdapat nyeri tekan pada
kepala bagian belakang, skala nyeri 5, pasien hanya terbaring ditempat tidur, tidak
terdapat epistaksis, tidak ada perdarahan gusi, tidak ada hematemesis dan melena,
trombosit: 153.000/mm³.
97
Diagnosa 22 Juni 2016 23 Juni 2016 24 Juni 2016 25 Juni 2016 26 Juni 2016
Keperawatan
99
Resiko DS : DS : DS : DS : DS :
perdarahan Pasien mengatakan nyeri Pasien mengatakan masih Pasien mengatakan nyeri Pasien mengatakan kadang- Pasein mengatakan
berhubungan di kepala bagian belakang nyeri di kepala bagian sudah berkurang kadang nyeri bila duduk kepalanya sudah tidak nyeri
dengan proses belakang terlalu lama
infeksi virus DO : DO : DO :
dengue. - Keadaan Umum : lemah DO : - Keadaan umum cukup DO : - Keadaan umum cukup
- Panas hari ke 3 - Keadaan umum lemah - Akral hangat, kering dan - Keadaan umum cukup - Akral hangat, kering dan
- Akral hangat, kering, - Akral hangat, kering dan merah - Akral hangat, kering dan merah
merah merah - Pasien tampak lemah merah - Pasien mampu duduk
- Wajah menyeringai, lesu - Wajah menyeringai, lesu - Wajah masih lesu dan - Pasien sudah mampu lama dan turun dari
dan tidak bersemangat dan tidak bersemangat tidak bersemangat duduk dan bermain diatas tempat tidur
- Terdapat nyeri tekan - Terdapat nyeri tekan - Skala nyeri 3 tempat tidur - Wajah pasien tampak
pada kepala bagian pada kepala bagian - Pasien menghabiskan 1 - Skala nyeri 1 segar dan rileks
belakang. belakang porsi makanan diit dari - Wajah pasien tampak - Pasien menghabiskan 1
- Skala nyeri 5 - Skala nyeri 4 RS segar dan rileks porsi makanan diit dari
- Pasien hanya terbaring - Pasien hanya terbaring - Pasien minum habis - Terkadang pasien terlihat RS
di tempat tidur ditempat tidur 4x600cc/24 jam duduk di tempat tidur - Pasien minum habis
- Terdapat ptekie di - pasien menghabiskan 1 - Terdapat ptekie di - Pasien menghabiskan 1 3x600cc/24 jam
pergelangan kaki kiri porsi makanan diit dari pergelangan kaki kiri porsi makanan diit dari RS - Terdapat ptekie di
- TTV : TD: 90/60 mmHg, RS dan kanan - Pasien minum habis pergelangan kaki kiri dan
S: 38°C, N: 118x/menit, - Pasien minum habis - Hasil Lab tanggal 23 3x600cc/24 jam kanan
RR: 24x/menit 3x600cc/24 jam Juni 2016, Hb: 12,1 - Terdapat ptekie di - Hasil Lab tanggal 25 Juni
- Hasil - Terdapat ptekie di gr/dl, Hematocrit: 34,1 pergelangan kaki kiri dan 2016, Hb: 12,8 gr/dl,
pemeriksaan laboratorium, pergelangan kaki kiri %, leukosit: 3000, - Hasil Lab, tanggal 24 Juni Hematocrit: 34,5 %,
Hb: 12,4 gr/dl, - Hasil trombo: 145.000/mm³. 2016, Hb: 11,6 gr/dl, leukosit: 2950, trombo:
Hematocrit: 32,9%, pemeriksaan laboratorium Hematocrit: 34,4 %, 139.000/mm³.
Leukosit: 4100, tgl 22 Juni 2016, Hb: 12,4 leukosit: 2300, trombo:
Trombosit: 153.000/mm³ gr/dl, Hematocrit: 32,9%, 136.000/mm³.
Leukosit: 4100, Trombosit:
153.000/mm³
09.45 Memberikan 08.00 Memberikan 07.30 Memonitor hasil 07.30 Memonitor hasil 07.30 Memonitor hasil
penjelasan pada terapi sesuai advis laboratorium laboratorium laboratorium
keluarga untuk dokter. Respon: Hb: 11,6 Respon: Hb: 12,8 Respon : Hb: 13,1
melaporkan jika Injeksi : Antrain gr/dl, Hematocrit: gr/dl, Hematocrit: gr/dl, Hematocrit:
ada tanda 300 mg 34,4 %, leukosit: 34,5 %, leukosit: 33 %, leukosit:
perdarahan seperti Oral : Sanbekid 1 2300, trombo: 2950, trombo: 2650, trombo:
epistaksis, cth dan Sanmol 1 136.000/mm³. 139.000/mm³. 142.000/mm³.
perdarahan gusi, cth.
telinga, 08.00 Memberikan 08.00 Memonitor TTV 08.00 Memberikan terapi
hematemesis atau 08.30 Memonitor hasil terapi sesuai advis pasien sesuai advis
melena. laboratorium dokter. TD: 100/60 dokter.
Respon : keluarga Respon: Hb: 12,1 Injeksi : Antrain mmHg, S: 36°C, Injeksi : Antrain
mengerti gr/dl, Hematocrit: 300 mg N: 112x/menit, 300 mg
penjelasan 34,1 %, leukosit: Oral : Sanbekid 1 RR: 24x/menit. Oral : Sanbekid 1
perawat. 3000, trombo: cth dan Sanmol 1 cth dan Sanmol 1
145.000/mm³. cth. 08.15 Memberikan terapi cth.
09.50 Mengobservasi sesuai advis
bagian perifer 08.35 Mengobservasi 09.00 Mengobservasi dokter. 09.00 Mengobservasi
ekstremitas atas bagian perifer bagian perifer Injeksi : Antrain intake makanan
dan bawah. ekstremitas atas ekstremitas atas 300 mg dan minuman
Respon : suhu dan bawah. dan bawah. Oral : Sanbekid 1 pasien.
ekstremitas Respon : suhu Respon : suhu cth dan Sanmol 1 Respon : pasien
hangat, kering ekstremitas ekstremitas cth. menghabiskan 1
dan merah. hangat, kering dan hangat, kering dan porsi makanan diit
merah. merah. 09.30 Mengobservasi dari RS. Pasien
09.55 Menganjurkan intake makanan minum habis
orang tua untuk 08.40 Memonitor 09.10 Mengingatkan dan minuman 3x600cc/24 jam
selalu adanya tanda- orang tua untuk pasien. dan 1x250cc jus
mengobservasi tanda perdarahan. selalu Respon : pasien jambu/24 jam
perifer Respon : terdapat mengobservasi menghabiskan 1
ekstremitas atas ptekie di perifer porsi makanan diit 09.15 Memonitor adanya
dan bawah. pergelangan kaki ekstremitas atas dari RS dan makan tanda-tanda
Respon : orang kiri dan bawah. ayam goreng. perdarahan.
tua mau Respon : orang Pasien minum Respon : tidak
melakukan 08.50 Mengobservasi tua mau habis 3x600cc/24 terdapat tanda-
101
pauk dari RS dari RS - Terdapat ptekie di dan 2x250cc jus - Terdapat ptekie
- pasien banyak - Pasien minum pergelangan kaki jambu/24 jam. di pergelangan
minum ± 1800 habis 500cc/7 kiri dan kanan - Terdapat ptekie kaki kiri dan
cc/24 jam. jam - Tidak terdapat di pergelangan kanan
- Terdapat ptekie - Terdapat ptekie epistaksis, tidak kaki kiri dan - Tidak terdapat
di pergelangan di pergelangan ada perdarahan kanan epistaksis, tidak
kaki kiri kaki kiri gusi ataupun - Tidak terdapat ada perdarahan
- TTV: TD: 90/60 - Tidak terdapat telinga, tidak ada epistaksis, tidak gusi ataupun
mmHg, S: epistaksis, tidak hematemesis dan ada perdarahan telinga, tidak
37,5°C, N: ada perdarahan melena gusi ataupun ada
112x/menit, gusi ataupun - TTV : TD: 90/60 telinga, tidak ada hematemesis
RR: 24x/menit. telinga, tidak mmHg, S: hematemesis dan dan melena
- Hasil ada 36,5°C, N: melena - TTV: TD:
pemeriksaan hematemesis 110x/menit, RR: - TTV: TD: 100/60 mmHg,
laboratorium, dan melena 23x/menit 100/60 mmHg, S: 36,1°C, N:
Hb: 12,4 gr/dl, - TTV : TD: - Hasil Lab, Hb: S: 36,5°C, N: 110x/menit,
Hematocrit: 100/60 mmHg, 11,6 gr/dl, 110x/menit, RR: RR: 24x/menit.
32,9 %, S: 37,6°C, N: Hematocrit: 34,4 22x/menit. - Hasil Lab, Hb:
leukosit: 4100, 116x/menit, %, leukosit: 2300, - Hasil Lab, Hb: 13,1 gr/dl,
trombo: RR: 24x/menit. trombo: 12,8 gr/dl, Hematocrit: 33
153.000/mm³. - Hasil Lab 136.000/mm³. Hematocrit: 34,1 %, leukosit:
tanggal 23 Juni %, leukosit: 2650, trombo:
A: 2016, Hb: 12,1 A: 2950, trombo: 142.000/mm³.
Masalah tidak gr/dl, Masalah tidak 139.000/mm³.
terjadi Hematocrit: terjadi A:
34,1 %, A: Masalah tidak
P: leukosit: 3000, P: Masalah tidak terjadi
Intervensi trombo: Intervensi terjadi
dipertahankan 145.000/mm³. dipertahankan P:
P: Intervensi
Intervensi dihentikan, pasien
A: dipertahankan pulang
Masalah tidak
terjadi
104
P:
Intervensi
dipertahankan
2) Pengkajian Kasus 2
An. “A” lahir tanggal 29 Agustus 2005 umur 11 tahun, anak perempuan
keempat dari Tn. A, pekerjaan swasta dan Ny. D, pekerjaan Ibu Rumah tangga,
alamat di Jl. Sindujoyo 14/47, Kab. Gresik, suku Jawa, agama Islam,
mendapatkan sumber informasi dari Orang tua pasien dan rekam medis.
Nyeri epigastrium
Ibu pasien mengatakan anaknya panas naik turun sudah hari ke-4, sejak hari
Sabtu tanggal 18 Juni 2016, mual dan muntah setiap kali pasien makan. Kemudian
hari Minggu malam tanggal 19 Juni 2016, pasien dibawa ke Dokter Umum, dan
panas dan antibiotik, tetapi tidak ada perubahan. Hari Selasa tanggal 21 Juni 2016
pukul 14.30, pasien dibawa ke Poli Anak RSMG dan MRS di kamar Shofa 5
Saat pengkajian hari Rabu tanggal 22 Juni 2016 pukul 10.15 didapatkan nyeri
tekan pada epigastrium. Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri timbul
secara tiba-tiba dan ditekan, hilang dengan sendirinya. Wajah pasien tampak
(1)) Prenatal
Ibu pasien mengatakan pada saat kehamilan, ibu hanya mengeluh mual-mual
kali, dan 2x pada bulan ke 9. Ibu saat hamil tidak melakukan imunisasi TT, hanya
(2)) Natal
bulan di RSMG dengan BB 3500 gr, PB 50 cm. ibu pasien mengatakan lupa
berapa lingkar kepalanya, bayi lahir dengan sehat tanpa ada kelainan, ibu juga
sehat.
Ibu pasien mengatakan, anaknya diberi ASI sejak lahir sampai usia 3 bulan
sebelumya, anaknya hanya sakit batuk, pilek, panas dan radang tenggorokan saja.
Ibu pasien mengatakan, anaknya sebelumnya tidak pernah dirawat di RS. Ini
(3)) Obat-obatan
Ibu pasien mengatakan anaknya minum obat dari dokter yaitu obat penurun
(5)) Alergi
Ibu pasien mengatakan, anaknya tidak memiliki alergi terhadap makanan dan
obat-obatan tertentu.
(6)) Kecelakaan
(7)) Imunisasi/Boster
Keterangan :
: Laki-laki : Perempuan
dengan anggota keluarga yang tinggal serumah. Hubungan dengan orang tua dan
(3)) Hubungan dengan teman sebaya : Pasien setiap sore biasanya bermain dengan
(2)) Tindakan Operasi : Tidak ada tindakan operasi yang akan dilakukan
(7)) Obat-Obatan
Sanmol 3 x 1 cth
24x/menit
Palpasi : Kepala: tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Leher: tidak ada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada kanan dan kiri simetris,
Inspeksi : Soepel.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada epigastrium, tidak ada pembesaran hepar
Inspeksi : Pergerakan bebas, terpasang infus pada tangan kiri pasien, tidak
terdapat ptekie.
Palpasi : CRT < 3 detik, tidak ada oedem, turgor kulit baik.
(11) Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
7) Analisa Data
DO :
- Keadaan Umum : lemah
- Panas hari ke 4
- Akral hangat, kering,
merah
- Pasien tampak lemah
- Wajah tampak
menyeringai, lesu dan
tidak bersemangat
- Terdapat nyeri tekan pada
epigastrium
- Skala nyeri 5
- Pasien hanya terbaring di
tempat tidur
- Uji tornikut negative
- Tidak terdapat ptekie.
- TTV : 100/60 mmHg, S:
37,1ºC, N: 108x/menit,
RR: 24x/menit
- Hasil pemeriksaan
laboratorium, Hb: 13,7
gr/dl, Hematocrit: 39%,
Leukosit: 5500, Trombosit:
111.000/mm³
pasie mengatakan nyeri pada perut bagian atas, nyeri yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, nyeri timbul secara tiba-tida dan ditekan, hilang saat dengan
sendirinya. Keadaan umum lemah, panas hari ke 5, akral hangat, kering dan
merah, pasien tampak lemah, wajah tampak menyeringai, lesu dan tidak
ditempat tidur uji tornikuet negatif, tidak terdapat ptekie, TTV: TD: 100/60
111.000/mm³.
9) Intervensi Keperawatan Kasus 2
57
62
10) Implementasi Keperawatan Kasus 2
57
63
Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi
10.45 Memberikan penjelasan 08.15 Memberikan terapi 07.30 Memonitor hasil 07.30 Memonitor hasil
pada keluarga untuk sesuai advis dokter. laboratorium laboratorium
melaporkan jika ada Injeksi : ODR 3 mg, Respon: Hb: 12,3 gr/dl, Respon: Hb: 12,5 gr/dl,
tanda perdarahan seperti Antrain 350mg Hematocrit: 36,7 %, Hematocrit: 35,9 %,
epistaksis, perdarahan Oral : Asedas 1 cth, leukosit: 7600, trombo: leukosit: 7000, trombo:
gusi, telinga, Sanmol 1 cth. 103.000/mm³. 131.000/mm³.
hematemesis atau
melena. 08.30 Memonitor hasil 08.15 Memberikan terapi 07.55 Memonitor TTV pasien
Respon : keluarga laboratorium sesuai advis dokter. TD: 100/60 mmHg, S:
mengerti penjelasan Respon: Hb: 12,7 gr/dl, Injeksi : ODR 3 mg, 36,2°C, N: 110x/menit,
perawat. Hematocrit: 36,8 %, Antrain 350mg RR: 22x/menit.
leukosit: 6100, trombo: Oral : Asedas 1 cth,
10.50 Mengobservasi bagian 96.000/mm³. Sanmol 1 cth. 08.30 Memberikan terapi
perifer ekstremitas atas sesuai advis dokter.
dan bawah. 10.15 Mengobservasi bagian 08.20 Mengobservasi bagian Injeksi : ODR 3 mg,
Respon : suhu perifer ekstremitas atas perifer ekstremitas atas Antrain 350mg
ekstremitas hangat, dan bawah. dan bawah. Oral : Asedas 1 cth,
kering dan merah. Respon : suhu Respon : suhu Sanmol 1 cth.
ekstremitas hangat, ekstremitas hangat,
10.55 Menganjurkan orang tua kering dan merah. kering dan merah. 08.45 Mengobservasi intake
untuk selalu makanan dan minuman
mengobservasi perifer 10.20 Memonitor adanya 08.30 Mngingatkan orang tua pasien.
ekstremitas atas dan tanda-tanda untuk selalu Respon : pasien
bawah. perdarahan. mengobservasi perifer menghabiskan 1 porsi
Respon : orang tua mau Respon : tidak terdapat ekstremitas atas dan makanan diit dari RS
melakukan anjuran tanda-tanda perdarahan bawah. dan makan roti tawar 2
perawat. baik epistaksis, Respon : orang tua mau lembar. Pasien minum
11.00 Menganjurkan pasien perdarahan gusi, melakukan anjuran habis 4x600cc/24 jam
untuk banyak istirahat telinga, hematemesis perawat. dan 2x250cc jus
dan sebisa mungkin tidak atau melena. jambu/24 jam.
turun dari tempat tidur 08.35 Memonitor TTV pasien
Respon : pasien tampak 10.30 Mengobservasi intake TD: 100/60 mmHg, S: 08.50 Menganjurkan pasien
berbaring ditempat tidur makanan dan minuman 36,9°C, N: 118x/menit, untuk banyak istirahat
dan mengerti penjelasan pasien. RR: 24x/menit. Respon : pasien sudah
perawat. Respon : pasien mampu berjalan
57
64
57
65
11) Evaluasi Keperawatan Kasus 2
57
66
Tabel 4.12 Evaluasi Keperawatan Kasus 2
Diagnosa Evaluasi Keperawatan
Keperawatan 22 Juni 2016 23 Juni 2016 24 Juni 2016 25 Juni 2016
Resiko S: S: S: S:
perdarahan 14.10 Pasien mengatakan 13.40 Pasien mengatakan masih 13.10 Pasien mengatakan nyeri 12.40 Pasien mengatakan
berhubungan nyeri pada perut bagian nyeri pada perut bagian sudah berkurang sudah tidak nyeri
dengan atas atas
trombositopenia O: O:
O: O: - Keadaan umum cukup - Keadaan umum cukup
- Keadaan umum - Keadaan umum lemah - Akral hangat, kering - Akral hangat, kering
lemah - Akral hangat, kering dan merah dan merah
- Akral hangat, kering dan merah - Pasien tampak cukup - Pasien sudah mampu
dan merah - Pasien tampak lemah - Wajah tampak segar berjalan disekitar
- Pasien tampak lemah - Wajah tampak masih dan rileks kamar Wajah pasien
- Wajah tampak menyeringai, lesu dan - Pasien tampak sering tampak segar dan rileks
menyeringai, lesu tidak bersemangat terlihat duduk di atas - Pasien menghabiskan 1
dan tidak - Terdapat nyeri tekan tempat tidur porsi makanan diit dari
bersemangat pada epigastrium - Pasien menghabiskan RS dan makan roti
- Terdapat nyeri tekan - Pasien hanya terbaring ¾ porsi makanan diit tawar 2 lembar
pada epigastrium ditempat tidur dari RS.. - Pasien minum habis
- Skala nyeri 3 - pasien menghabiskan - Pasien minum habis 4x600cc/24 jam dan
- Pasien hanya ¾ porsi makanan diit 3x600cc/24 jam dan 2x250cc jus jambu/24
terbaring ditempat dari RS 2x250cc jus jambu/24 jam
tidur - Pasien minum habis jam. - TTV: TD: 100/60
- Pasien banyak 2x600cc/24 jam dan - TTV : TD: 90/60 mmHg, S: 36°C, N:
minum ± 1800 cc/24 2x250cc jus jambu/24 mmHg, S: 36,1°C, N: 110x/menit, RR:
jam. jam. 107x/menit, RR: 24x/menit.
- Pasien - TTV : TD: 100/60 22x/menit. - Hasil Lab, Hb: 12,5
menghabiskan ½ mmHg, S: 36,6°C, N: - Hasil Lab, Hb: 12,3 gr/dl, Hematocrit: 35,9
porsi diit TKTP 114x/menit, RR: gr/dl, Hematocrit: %, leukosit: 7000,
bubur kasar, sayur 22x/menit. 36,7 %, leukosit: trombo: 131.000/mm³.
dan lauk pauk dari - Hasil Lab, Hb: 12,7 7600, trombo:
RS gr/dl, Hematocrit: 36,8 103.000/mm³. A:
- TTV: TD: 100/60 %, leukosit: 6100, Masalah tidak terjadi
mmHg, S: 36,3°C, trombo: 96.000/mm³. A:
57
67
N: 104x/menit, RR: Masalah tidak terjadi P:
22x/menit A: Intervensi dihentikan,
Hasil pemeriksaan Masalah tidak terjadi P: pasien pulang
laboratorium, Hb: Intervensi dipertahankan
13,7 gr/dl, P:
Hematocrit: 39%, Intervensi dipertahankan
Leukosit: 5500,
Trombosit:
111.000/mm³.
A:
Masalah tidak terjadi
P:
Intervensi
dipertahankan
57
68
4.2 Pembahasan
keluhan utama nyeri epigastrium. Pada pemeriksaan fisik kasus 1 dan 2 tidak
trombosit dalam batas normal dan pada kasus 2 ditemukan adanya penurunan
factor III, VII, IX, X dan fibrinogen). Adanya manifestasi perdarahan paling tidak
terdapat uji tornikuet positif , selain itu perdarahan kulit dapat berwujud memar
atau dapat juga berupa perdarahan spontan mulai dari ptekie (muncul pada hari-
hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh
kesenjangan antara kedua kasus dan teori yang ada. Karena pada pemeriksaan
manifestasi perdarahan spontan serta uji tonikuet yang negatif, sedangkan pada
teori ditemukan adanya manifestasi perdarahan adalah dengan uji torniket yang
lemah, dan uji tornikuet negatif, sedangkan pada pemeriksaan penunjang kasus 1
ditemukan kadar trombosit dalam keadaan normal dan pada kasus 2 didapatkan
perdarahan.
Infeksi virus dengue dapat menyebabkan terjadinya perubahan yang
kompleks dan unik pada berbagai mekanisme hemostasis dalam tubuh penderita.
Kompleks virus antibodi yang terbentuk akan dapat mengaktifkan sistem kaskade
koagulasi hingga terbentuknya suatu fibrin. Selain itu terhadap sistem koagulasi
juga mengaktifkan sistem fibrinolisis, sistem kinin dan sistem komplemen yang
dengue tersebut (Parwati, dkk, 2009). Menurut Soegijanto (2005) hemostasis yang
perdarahan pada DHF sangat komplek dan mungkin melibatkan satu atau lebih
kesenjangan pada kasus 1 dengan teori yang ada, karena pada kenyataan yang
dengue itu sendiri. Sedangkan pada teori menunjukkan perdarahan terjadi akibat
terjadi. Hal ini disebabkan oleh pengamatan peneliti pada pasien sehingga lebih
mudah untuk mengetahui tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dapat tercapai.
pasien serta fasilitas penunjang untuk mengatasi masalah. Selain itu untuk
hasil.
Jadi peneliti berpendapat pengobatan terhadap virus ini sampai sekarang bersifat
sesuai dengan intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah resiko
sesuai dengan diit RS dan memberikan minum 1,5-2 liter per 24 jam karena
sangat penting dalam upaya meningkatkan jumlah trombosit agar tidak terjadi
masalah tidak terjadi. Dengan kriteria hasil tidak ada tanda-tanda perdarahan,
kemungkinan terjadi perdarahan lebih lanjut dan syok yang dapat mengancam
keselamatan jiwa.
BAB 5
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari pelaksanaan proses
Gresik.
5.1 Kesimpulan
Fever (DHF) dengan masalah Resiko Perdarahan yang tidak seluruhnya sesuai
(DHF) yang telah disusun sesuai dengan masalah yang muncul yaitu Resiko
dengan masalah Resiko Perdarahan dengan hasil evaluasi maslah tidak terjadi
5.2 Saran
pasien.
serta diharapkan pula keluarga tanggap terhadap masalah yang dialami anaknya
dan bila perlu segera dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan
yang tepat.
oleh pasien DHF dengan maslah resiko perdaraha baik secara fisik maupun
resiko, tanda dan gejala, serta pencegahannya. Dan diharapkan juga masyarakat
untuk selalu menjaga lingkungan agar tetap bersih dan terhindar dari nyamuk
Aedes Aegipty.
dengan masalah resiko perdarahan sehingga dapat mencegah pula angka kematian
I. Identitas Klien
Nama :
Tanggal Lahir/Umur :
Nama Ayah :
Pekerjaan Ayah :
Nama Ibu :
Pekerjaan Ibu :
Alamat :
No. Telp. :
Kultur/Suku :
Agama :
Pendidikan :
c. Obat-obatan
e. Alergi
f. Kecelakaan
g. Imunisasi / Boster
b. Makan (Bentuk,
Komposisi, Jumlah
Pemberian)
e. Aktifitas Bermin
g. BAB (Konsistensi,
Warna, Frekwensi / 24
jam)
b. Tanda-Tanda Vital
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
e. Pemeriksaan Payudara
f. Pemeriksaan Abdomen
g. Pemeriksaan Genetalia
h. Pemeriksaan Ekstremitas
i. Pemeriksaan Integuman
b. Motorik Halus
c. Adaptasi Sosial
d. Bahasa
XII. Informasi Lain
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
ANALISA DATA
Nama Klien :
Umur :
No. Register :
Ruang :
NamaKlien :
Umur :
No.Register :
Ruang :
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. DIANGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien :
Umur :
No. Register :
Ruang :
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien :
Umur :
No. Reg :
Ruang :
EVALUASI
Nama Klien :
Umur :
No. Reg :
Ruang :