Sunteți pe pagina 1din 13

KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN GEOPARK NASIONAL CILETUH-

PALABUHAN RATU DALAM PERSPEKTIF INFRASTRUKTUR

SUSTAINABLE DEVELOPMENT OF GEOPARK NATIONAL


CILETUH-PALABUHANRATU IN THE INFRASTRUCTURE PERSPECTIVE
Yerry Yanuar1, Zuzy Anna2, Mega Fatimah Rosana1, Achmad Rizal2, Adjat Sudrajat1,
Zulfiadi Zakaria1
1Fakultas
Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran.
2

Jl. Raya Jatinangor Km 21, Jatinangor, Sumedang 40600, West Java, Indonesia.
suzyanna18@gmail.com

ABSTRACT

Geopark CiIetuh is one of the tourism potential of West Java which will be developed into international class (global
Geopark). Unfortunately until now one of the important variables that support the goal of becoming Global Geopark, the
infrastructure both road and other support is still far from expectations. The purpose of this study are to analyze existing
social perceptions of the community towards the development of Ciletuh as Geopark Area and to analyze the sustainability
of development of Ciletuh as Geopark Area based on available supporting infrastructure. The method used is perception
analysis and Rapid Appraisal (RAP) for the Geopark Ciletuh-Palabuhanratu Feasibility Model (RAP-Geopark). The results
of perceptual studies on the condition of infrastructure for local and foreign tourists show 61% to 100% dissatisfaction,
where they state that road infrastructure is so bad that it takes a longer time to reach the location, local transport facilities
are minimal (so most tourists must use private vehicles), lack of street lighting, and lack of supporting infrastructure such
as places of worship, public toilets and lodging at Geopark locations. The analysis results also indicate the low sustainability
value of Geopark infrastructure that is below 50%. The study recommends the development of sustainable and green
infrastructure both roads and other facilities for the sustainability of the development of global Geopark Ciletuh.

Keywords: Geopark, Ciletuh, Sustainability, Infrastructure.

ABSTRAK

Geopark CiIetuh adalah salah satu potensi wisata Jawa Barat yang akan dikembangkan menjadi berkelas internasional
(global Geopark). Sayangnya sampai sekarang salah satu variable penting yang menunjang tujuan menjadi Global
Geopark yaitu infrastruktur baik jalan maupun penunjang lainnya masih dirasakan jauh dari selayaknya. penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis persepsi sosial masyarakat yang ada terhadap pengembangan Ciletuh sebagai Kawasan
Geopark dan keberlanjutan pengembangan Ciletuh sebagai Kawasan Geopark berdasarkan infrastruktur penunjang yang
tersedia. Metoda yang digunakan adalah analisis persepsi dan Rapid Appraisal (RAP) untuk Model Kelayakan Geopark
Ciletuh-Palabuhanratu (RAP-Geopark). Hasil studi persepsi terhadap kondisi infrastruktur pada turis lokal dan turis asing
menunjukkan ketidak puasan sebesar 61% sampai 100%, dimana mereka menyatakan bahwa infrastruktur jalan masih
buruk, sehingga membutuhkan waktu cukup lama untuk mencapai lokasi, fasilitas transportasi lokal yang sangat minim
(kebanyakan harus menggunakan kendaraan pribadi), kurang penerangan jalan, dan kurangnya iinfrastruktur
penunjang lainnya seperti toilet umum, penginapan, internet, dan air bersih di lokasi Geopark. Hasil analisis juga
menunjukkan nilai keberlanjutan yang rendah dari infrastruktur Geopark yaitu di bawah 50%. Penelitian
merekomendasikan pengembangan infrastruktur baik jalan maupun fasilitas lainnya untuk keberlanjutan pengembangan
Geopark Ciletuh secara Global.

Kata kunci: Geopark, Ciletuh, Keberlanjutan, Infrastruktur.

64
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76

PENDAHULUAN masih belum banyak digali. Berbagai issue


menyangkut perhatian pemerintah daerah yang
Geopark adalah sebuah kawasan yang di kurang, sehingga prasyarat penting
dalamnya memiliki keunikan geologi (outstanding pengembangan Geopark sebagai kawasan wisata,
geology), yaitu nilai arkeologi, ekologi dan budaya, sebagai contoh pembangunan infrastruktur
dengan mengikut sertakan masyarakat setempat penunjang seperti jalan yang layak seringkali
untuk berperan dalam melindungi dan terabaikan.
meingkatkan fungsi warisan alam (UNESCO, Provinsi Jawa Barat memiliki beberapa
2004). Geopark adalah asset yang jika lokasi yang berpotensi untuk dapat
dikembangkan secara berkelanjutan nilainya akan dikembangkan sebagai kawasan Geopark,
meningkat, dari selain hanya nilai manfaat tidak diantaranya yaitu Gunung Tangkuban Perahu
langsung dan manfaat intrinsik atau intangible, (Kabupaten Bandung Barat – Kabupaten Subang),
menjadi tambahan nilai manfaat langsung. Gua Pawon (Kabupaten Bandung Barat),
Geopark memiliki tujuan menggali, Cukangtaneuh atau lebih dikenal dengan sebutan
mengembangkan, menghargai, dan mengambil Grand Canyon (Kabupaten Pangandaran), dan
manfaat dari hubungan erat antara warisan Ciletuh (Kabupaten Sukabumi). Diantara 4
geologi, ekologi, budaya dan nilai-nilai yang (empat) lokasi diatas, berdasarkan berbagai aspek
berkembang di daerah tersebut. Dalam (tata ruang wilayah dan dukungan institusi /
pengembangan kawasan Geopark, harus memiliki kelembagaan), Kawasan Ciletuh dinilai telah lebih
3 (tiga) unsur, yaitu keragaman geologi (geo- siap untuk dapat dikembangkan menjadi kawasan
diversity), keragaman hayati (bio-diversity) dan Geopark.
keragaman budaya (cultural-diversity), sehingga Kawasan Ciletuh merupakan wilayah
dalam kawasan ini sedikitnya harus berlangsung yang memiliki potensi keunikan geologi yang
3 (tiga) kegiatan, yaitu konservasi, pendidikan dan dapat dikembangkan sebagai tujuan wisata
geowisata. lengkap yang memiliki keunggulan komparatif
Pengembangan Geopark secara global dan kompetitif. Kawasan ini memiliki potensi
sudah mulai banyak mendapat perhatian, dan alam yang sangat berbeda dan variatif yang tidak
didukung oleh berbagai institusi di dunia yang banyak dimiliki oleh daerah lainnya di Indonesia.
tergabung dalam Global Geopark Network (GGN). Keunggulan tersebut terletak pada keindahan
Saat ini Global Geopark Network (GGN) sudah alamnya yang luar biasa, perpaduan antara
memiliki anggota 120 (seratus dua puluh) bentang alam pantai dan perbukitan, air terjun,
Geopark yang tersebar di 33 (tiga puluh tiga) dan keunikan batuan geologi serta
negara di dunia, dengan keanggotaan terbanyak keanekaragaman flora dan fauna yang sulit
dimiliki oleh China dengan jumlah 33 (tiga puluh ditemukan di wilayah lainnya. Tidak berlebihan
tiga) Geopark. Untuk sebaran Geopark global di jika kawasan ini dijuluki sebagai pinggiran surga
Asia, selain China adalah Jepang yang memiliki 8 di Jawa Barat.
(delapan) Geopark, Malaysia dan Vietnam dengan Dalam rangka upaya melestarikan
masing-masing 1 (satu) Geopark. Sedangkan warisan geologi dan sekaligus memperoleh
Indonesia sudah memiliki 5 (lima) Geopark manfaat yang berkelanjutan dari keberadaan
nasional, dengan 2 (dua) diantaranya sudah warisan geologi yang berada di kawasan Geopark
menjadi anggota Geopark global (GGN). Geopark Ciletuh dibutuhkan sebuah perencanaan yang
di Indonesia yang sudah menjadi anggota GGN, matang dalam pengembangannya. Kunci
yaitu Geopark Global Batur (Provinsi Bali) pada Keberhasilan pengembangan dan pengelolaan
tahun 2012 dan Geopark Global Gunungsewu Geopark Ciletuh dengan konsep keberlanjutan
(Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) – untuk kelayakan Geopark Ciletuh, mencakup
Provinsi Jawa Tengah – Provinsi Jawa Timur) pada aspek keberlanjutan sumber daya alam geologi,
Tahun 2015. Sedangkan 9 (sembilan) Geopark sosial ekonomi dan infastruktur. Ketersediaan
lainnya masih memiliki status Geopark nasional, Infrastruktur yang berkelanjutan menjadi sebuah
yaitu Geopark Nasional Merangin (Provinsi keniscayaan bagi pengembangan potensi Geopark
Jambi), Geopark Nasional Rinjani (Provinsi Nusa menjadi berkelas dunia. Kondisi infrastruktur
Tenggara Barat) dan Geopark Nasional Kaldera sekarang baik menyangkut jalan dan juga
Toba (Provinsi Sumatera Utara), Pulau Belitong infrastruktur penunjang lainnya saat ini menuju
Bangka Belitung, Raja Ampat di Papua, Maros dan di wilayah Geopark Ciletuh sangat jauh dari
Pangkep di Sulawesi Selatan, Bojonegoro di jawa harapan. Selain akan mempengaruhi
Timur, Tambora (NTB), dan Ciletuh perkembangan pariwisata berbasis kekayaan
Palabuhanratu. Sejauh ini potensi Geopark geologi (geotourism), Keterbatasan infrastruktur
sebagai kawasan pariwisata di Indonesia memang akan sangat berpengaruh pula bagi

65
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76

pengembangan ekonomi lokal. Untuk mewujudkan aspirasi Geopark, terdapat tiga


pengembangan infrastruktur Geopark yang pendekatan yang berbeda, yaitu, pelestarian /
berkelanjutan diperlukan pemahaman kondisi konservasi, pendidikan, dan pembangunan
dan kesiapan infrastruktur yang ada, sehingga berkelanjutan (Newsome et al., 2012; Farsani et
rekomendasi bagi pengambil kebijakan akan lebih al., 2011). Menurut Setyadi (2012) secara singkat
terarah. Geopark ini merupakan bentuk pemanfaatan
Selanjutnya, partisipasi masyarakat dan ruang kawasan lindung yang juga merupakan
para pemangku kepentingan serta pemerintah sebuah kesempatan untuk mencapai
mempunyai peranan yang penting untuk pembangunan berkelanjutan. Sedangkan menurut
pengelolaan kawasan Geopark Ciletuh dengan Darsiharjo dkk. (2016) Geopark adalah taman
sistem dan mekanisme kerja yang ideal sehingga bumi yang termasuk dalam kawasan konservasi,
Geopark Ciletuh tidak hanya melindungi dan yang memiliki unsur geodiversity (keragaman
memelihara warisan geologi juga berupaya untuk geologi), biodiversity (keragaman hayati, dan
mensejahterakan masyarakat dan menjadikan cultural diversity (keragaman budaya)) yang di
asset pariwisata di Jawa Barat. Berdasarkan dalamnya memiliki aspek dalam bidang
fenomena di atas, tulisan ini disusun berdasarkan pendidikan sebagai pengetahuan di bidang ilmu
dua tujuan, pertama, menganalisis persepsi sosial kebumian pada keunikan dan keragaman warisan
masyarakat yang ada terhadap pengembangan bumi dan aspek ekonomi dari peran masyarakat
Ciletuh sebagai Kawasan Geopark. Kedua, dalam pengelolaan kawasan sebagai geowisata.
menganalisis keberlanjutan pengembangan Geopark didesain dengan fokus pada
Ciletuh sebagai Kawasan Geopark berdasarkan kelayakan komponen utama, yaitu: (1)
infrastruktur penunjang yang ada tersedia. perlindungan dan konservasi; (2) pembangunan
Novelty dari penelitian ini adalah infrastruktur yang berkaitan dengan pariwisata;
pengembangan model persepsi dan analisis dan (3) pembangunan sosial-ekonomi
berkelanjutan secara Rapid Appraisal dalam hal menggunakan strategi pengembangan wilayah
dimensi infrastruktur dan dimensi sosial ekonomi berkelanjutan. Geopark diperkenalkan sebagai
lingkungan serta institusi, untuk pembangunan strategi baru untuk memperoleh pembangunan
global Geopark yang berkelanjutan. Model Rap- berkelanjutan dan lebih meningkatkan status
Geo yang dikembangkan adalah yang pertama sosial-ekonomi melalui partisipasi masyarakat
dilakukan yang diadaptasi dari model Rapfish, lokal dalam kegiatan Geopark secara terus
diaplikasikan pada pembangunan Geopark, menerus (Farsani et al., 2011). Definisi lainnya
khususnya pengembangan infrastruktur menurut Fauzi dan Misni (2016) bahwa konsep
penunjang Geopark. Geopark yang memperkenalkan untuk
membangun nilai sejarah negara sekaligus
KAJIAN PUSTAKA melindungi semua aset yang tak ternilai dan telah
menjadi tujuan ekowisata yang menarik. Geopark
1. Tinjauan Tentang Geopark menyuguhkan kekayaan keindahan alam, harmoni
Berdasarkan Global Geopark Network ekologi, arkeologi, geologi dan berbagai budaya
(GGN) dan European Geopark Network (EGN) (Fauzi dan Misni, 2016). Menurut Komoo (2010)
bahwa definisi Geopark adalah wilayah dengan menjelaskan bahwa konsep Geopark telah
batas yang didefinisikan dengan baik yang terdiri berkembang dan memperkenalkan gagasan dari
dari wilayah luas yang memungkinkan kawasan lindung menjadi alat pembangunan
pembangunan lokal berkelanjutan, baik pada untuk kawasan yang memiliki nilai jual. Konsep
aspek sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Geopark difokuskan dan dianggap keseimbangan
Selanjutnya, menurut UNESCO (2006), Geopark antara kegiatan konservasi warisan geologi, geo-
adalah wilayah yang dapat didefinisikan sebagai tourism dan kesejahteraan masyarakat setempat.
kawasan lindung berskala nasional yang Dengan demikian, di dalam program
mengandung sejumlah situs warisan geologi konservasi, konsep Geopark melindungi situs
penting yang memiliki daya tarik keindahan dan warisan geologi dan mendorong keanekaragaman
kelangkaan tertentu yang dapat dikembangkan hayati dan warisan budaya yang harus
sebagai bagian dari konsep integrasi konservasi, dilestarikan secara terpadu. Dengan kata lain,
pendidikan, dan pengembangan ekonomi lokal. konsep Geopark ini menggabungkan tiga aspek
Berdasarkan beberapa definisi Geopark tersebut, aspek biologis, geologi dan budaya. Konsep
secara singkat Geopark ini merupakan bentuk Geopark diperkenalkan oleh UNESCO sebagai
pemanfaatan ruang kawasan lindung yang juga daerah yang melibatkan situs warisan budaya
merupakan sebuah kesempatan untuk mencapai yang memiliki ilmu pengetahuan, makna sejarah
pembangunan berkelanjutan. Didalam yang tinggi, keunikan dan memiliki nilai estetika

66
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76

(Azman et al., 2010, Fauzi dan Misni, 2016). kelangkaan atau keindahan; termasuk sejarah
Menurut Dowling (2011) bahwa program geologis atau proses-prosesnya; 2) Adanya
Geopark memiliki sudut pandang yang manajemen dan Pelibatan Masyarakat Lokal,
bermanfaat untuk pelestarian keanekaragaman termasuk adanya institusi, ciri menyangkut
geologi (geo-diversity), wisata geologi (geo- branding atau labelling yang khas, publikasi dan
tourism) dan sarana pendidikan geologi (geo- aktivitas, dan kegiatan pariwisata yang
educational). berkelanjutan; 3) Adanya pengembangan
Konteks keberlanjutan dalam ekonomi yang berkelanjutan; 4) Manfaat
pengembangan Geopark mengacu pada konsep pendidikan, dalam bentuk komunikasi
keseimbangan pengembangan berbasiskan pada pengetahuan geosains/geologi, museum, dan lain-
dimensi sosial, ekonomi, lingkungan (ekologi), lain; 5) Fungsi Perlindungan dan konservasi
geologi, institusi dan infrastruktur atau teknologi. Berdasarkan UNESCO (2014) tentang
Pengembangan Geopark yang berkelanjutan Guidelines and Criteria for National Geopark
mengisyaratkan pemanfaatan jasa lingkungan bahwa keberadaan Geopark bertujuan untuk
Geopark yang senantiasa melindungi sumber daya membawa keberlanjutan dan manfaat ekonomi
geologi dan ekosistem biologi lainnya (ekologi) yang nyata bagi penduduk setempat, biasanya
serta lingkungan, namun memberikan manfaat melalui pengembangan pariwisata berkelanjutan
secara ekonomi dan sosial untuk masyarakat dan kegiatan ekonomi dan budaya lainnya.
lokal. Geopark merupakan bagian dari Geopark Global
Program Geopark merupakan program Network (UNESCO, 2014) yang tujuannya untuk
pelestarian untuk keragaman geologi (geo- pelestarian warisan geologi, pendidikan,
diversity) dan pendidikan geologi untuk pembangunan sosial ekonomi budaya,
masyarakat (geo-education) melalui wisata situs menstimulasi penelitian dan pengembangan
geologi (Koh et al., 2014). Selanjutnya, pendapat jaringan Geopark global.
Wang et al., (2015) bahwa fokus dari Geopark
adalah warisan geologi (geo-heritage), geologi dan 2. Konsep Keberlanjutan Geopark dan
bentang alam, yang merupakan bagian dari Kaitannya dengan Pengembangan
konsep terpadu untuk perlindungan, pendidikan Infrastruktur
dan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan Geopark untuk kepentingan
Selanjutnya, menurut UNESCO (2004) geo pariwisata yang berskala global tentunya
secara tegas dinyatakan yang telah disebutkan harus mengikuti pola keberlanjutan standar,
pada pada bab 1 (satu), aline 1 (satu) diatas, sebagaimana diarahkan pada kongres ke 30
bahwa kelayakan Geopark dinilai dari 3 (tiga) geologi internasional di Beijing tahun 1966 (Eder
unsur, yaitu keragaman geologi (geo-diversity), and Patzak, 2004; Wang, 2015), dimana
keragaman hayati (biodiversity) dan keragaman disebutkan bahwa Geopark selain bertujuan
budaya (cultural-diversity) yang memiliki tujuan untuk perlindungan dan pelestarian kekayaan
untuk pembangunan serta pengembangan geologi, juga ditujukan untuk keberlanjutan
ekonomi kerakyatan yang berbasis pada asas ekonomi dan sosial masyarakat sekitarnya.
perlindungan (konservasi) terhadap ketiga Sebuah area Geopark, seunik atau seindah
keragaman tersebut. Ketiga unsur ini harus apapun, jika ingin masuk dalam kategori Global
dimiliki di dalam Geopark sebagai syarat di dalam Geopark harus memiliki perencanaan
pengembangannya. Konsep asas Geopark pembangunan berkelanjutan. Demikian juga
menurut UNESCO adalah pembangunan ekonomi halnya dengan pengembangan pariwisata
secara mapan melalui warisan geologi . Geopark, haruslah dilakukan melalui konsep
GGN (Global Geopark Network) UNESCO pariwisata berkelanjutan Dengan demikian pola-
pada tahun 2007 didalamnya terdapat kriteria- pola keberlanjutan haruslah memenuhi multi
kriteria dan pedoman Geopark yang diterbitkan. dimensi sosial, ekonomi, lingkungan, geologi,
Terdapat 5 (lima) kriteria yang harus dipenuhi institusi, dan yang tidak kalah penting adalah
agar suatu Geopark dapat berlangsung mencapai infrastruktur penunjang.
tujuannya, yaitu: 1) menyangkut ukuran dan Pengembangan infrastruktur yang
kondisi, dimana Geopark harus mempunyai batas berkelalanjutan tentunya harus mengikuti pola-
yang jelas dengan wilayah yang cukup luas yang pola praktek terbaik (Best Practices) menyangkut
dapat melayani pengembangan budaya dan juga keberlanjutan lingkungan. Pengembangan
ekonomi lokal, serta yang penting mengandung green building dan green transportation misalnya
situs-situs warisan geologis yang penting secara menjadi keniscayaan pada era sekarang ini.
internasional, atau kumpulan kesatuan geologis Pembangunan transportasi umum dalam bentuk
yang mempunyai kepentingan saintifik, kereta api/Mass Rapid Transportation (MRT)

67
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76

yang memadai misalnya akan menghindari rapid appraisal terbaru untuk mengevaluasi
penggunaan kendaraan pribadi yang akan sangat comparative sustainability dari aspek sosial dan
tidak efisien dalam penggunaan energi dan ifrastruktur berdasarkan sejumlah atribut yang
cenderung tinggi karbon. Demikian juga mudah untuk diskoring. RAPFISH ini pada
pembangunan infrastruktur penunjang lainnya awalnya dikembangkan untuk menganalisis
menuju dan di lokasi Geopark seperti keberlanjutan sumberdaya alam. Dalam
pembangunan jalan yang baik, jalur sepeda, penelitian ini aplikasi RAP+MDS dikembangkan
pembangunan tempat penginapan, tempat untuk aspek sosial dan infrastruktur, sehingga
beribadah yang berwawasan lingkungan, disebut sebagai RAP-GEOPARK dalam
infrastruktur penyediaan air, koneksi teknologi mengevaluasi keberlanjutan pembangunan
informasi, dan lain-lain, akan mendorong Geopark di wilayah penelitian.
pengembangan Geopark yang berkelanjutan. Adapun tahapan-tahapan di dalam
Pembangunan berkelanjutan Geopark juga sangat penelitian ini untuk menganalisis Rap-Geopark
terkait dengan pemberdayan masyarakat lokal, dilakukan melalui beberapa tahapan yakni (Fauzi
dan menghargai budaya lokal dengan misalnya dan Anna, 2005) :
membangun infrastruktur budaya, dalam bentuk 1. Analisis terhadap data sumberdaya geologi
museum, balai budaya, dan lain-lain. melalui data statistik dan studi literatur
Dalam riset ini, pembangunan geo park dan pengamatan di lapangan.
yang berkelanjutan dalam perspektif 2. Melakukan skoring dengan mengacu pada
infrastruktur menjadi sangat bermakna, dimana literatur .
keberlanjutannya dalam kondisi bisnis as ussual 3. Melakukan analisis MDS dengan software
(BAU) dianalisis pada perspektif multi dimensi. SPSS untuk menentukan ordinasi dan nilai
Analisis ini sangat penting sebagai masukan stress melalui ALSCAL Algoritma.
pengambil kebijakan, untuk mengakomodasikan 4. Melakukan “rotasi” untuk menentukan
kepentingan penunjang pembangunan Geopark posisi sumberdaya geologi pada ordinasi
yang berskala global. bad dan good dengan Excell dan Visual
Basic.
5. Melakukan sensitivity analysis (leverage
METODE PENELITIAN analysis) dan Monte Carlo analysis untuk
memperhitungkan aspek ketidak-pastia.
Untuk menjawab tujuan satu penelitian ini,
pendekatan yang digunakan adalah metode b. Studi Literatur dan Pengamatan Di
survey melalui interview dengan bantuan Lapangan.
kuesioner terhadap masyarakat baik masyarakat
setempat, maupun turis lokal dan asing, untuk Data di dalam penelitian ini mencakup data 5
menanyakan persepsi mereka mengenai kondisi dimensi yang terdiri dari ekologi, ekonomi, sosial
infrastruktur di dan menuju kawasan Geopark. institusi, dan infrastruktur/teknologi. Penentuan
Sementara metode yang digunakan untuk atribut pada masing-masing dimensi ekologi,
menjawab tujuan dua adalah sebagai berikut: ekonomi, sosial budaya, teknologi dan serta
kelembagaan mengacu pada indikator dari
a. Metoda Rapid Appraisal (RAP) untuk Rapfish (Kavanagh, 2001), Tesfamichael dan
Model Kelayakan Geopark Ciletuh- Pitcher (2006), Fauzi dan Anna (2002) yang
Palabuhanratu (RAP-Geopark) dimodifikasi.
Data-data tersebut yang dikumpulkan
Analisis keberlanjutan sosial dan berupa data primer dan data sekunder baik yang
infrastruktur bertujuan untuk memahami kondisi berupa data kuantitatif maupun data kualitatif.
dan status keberlanjutan sumberdaya sosial dan Data primer dilakukan dengan menggunakan
infrastruktur yang dapat digunakan untuk metode observasi dan pengukuran langsung
landasan pengelolaan ke depan. dilapangan kepada masyarakat dan pengunjung di
Dalam penelitian ini untuk memahami sosial dan kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu dengan
infrastruktur di lokasi penelitian akan cara wawancara terstruktur dengan bantuan
menggunakan pendekatan sederhana yang dapat kuesioner.
digunakan untuk evaluasi status keberlanjutan Selanjutnya, pengumpulan data sekunder
yang merupakan pengembangan dari metode diperoleh dengan cara mengumpulkan seluruh
RAP+MDS. Anna (2003) menyatakan bahwa informasi yang berkaitan dari beberapa instansi.
RAP+MDS yang sebelumnya dikembangkan dari Analisis RAP-Geopark dilakukan pada 8
RAPFISH adalah suatu teknik multi-diciplinary kecamatan dimana lokasi Geopark ini berada

68
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76

untuk menganalisis keberlanjutan dari Simpenan, Waluran, dan Surade. Sedangkan


pembangunan Geopark ini berdasarkan 5 dimensi atribut yang dikembangkan dari dimensi tersebut
di atas. Kecamatan tersebut adalah: Ciemas, adalah sebagai berikut :
Ciracap, Cisolok, Cikakak, Palabuhan ratu,

Tabel 1. Atribut 5 dimensi untuk analisis keberlanjutan RAP-Geopark Ciletuh-Palabuhanratu

Dimensi Atribut
Geologi Sumberdaya Air (Air Hujan, Air Sungai, Air Tanah)
Kebencanaan Geologi (Gerakan Tanah, Gempa Bumi, Tsunami)

Ekologi Keragaman Hayati (Binatang, Tumbuhan)

Konservasi Lingkungan
Sosial Keragaman Budaya
Demografi Masyarakat (Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, Klasifikasi
Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Klasifikasi Penduduk Berdasarkan
Kelompok Umur)
Pendidikan Masyarakat
Jenis Pekerjaan Masyarakat
Persepsi Masyarakat
Institusi Peraturan Perundang-Undangan
Tata Ruang Wilayah (RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten, Kondisi Eksisting
Pemanfaatan Lahan, Kawasan Karst, Wilayah Usaha Pertambangan)

Peran Pemerintah (Instansi Pemerintah Pusat, Instansi Pemerintah


Provinsi, Instansi Pemerintah Kabupaten)
Peran Perguruan Tinggi
Peran Sektor Swasta
Peran Lembaga Swadaya masyarakat

Ekonomi Keragaman Geologi (Geowisata, Edukasi)

Sumberdaya Bahan Galian Tambang (Mineral Logam, Mineral Bukan Logam,


Batuan)

Pendapatan Penduduk
Infrastruktur/teknologi Infrastruktur Penunjang (Status, Fungsi dan Kondisi Jalan, dan infrastruktur
penunjang lainnya)

Sumber : hasil penelitian, 2018

c. Analisis Skoring untuk Metode RAP- pengembangan Geopark di lokasi penelitian.


Geopark Ciletuh- Palabuhanratu Tahapan selanjutnya yaitu melakukan skoring
terhadap 5 dimensi ekologi, ekonomi, sosia
Dalam penelitian ini aplikasi RAP Geopark institusi, dan infrastruktur/teknologi.
Dev dikembangkan untuk pengembangan Penggunaan Atribut setiap dimensi dan
Geopark, untuk menganalisis keberlanjutan dari kriteria baik atau buruk mengikuti konsep

69
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76

RAPFISH (Kavanagh, 2001) dan judgement kawasan Geopark Ciletuh-Palabuharatu. Dengan


knowladge pakar atau para pemangku demikian pemerintah, sektor swasta, para
kepentingan. Pada setiap atribut dari keseluruha 5 pemangku kepentingan dan masyarakat dapat
dimensi diperkirakan skornya, yaitu skor 3 untuk mengembangkan dan memperbaiki kondisi
kondisi baik (good), 0 berarti buruk (bad) dan di infrastruktur di kawasan tersebut sehingga dapat
antara 0-3 untuk keadaan di antara baik dan menarik wisatawan terutama mancanegara.
buruk. Skor definitifnya adalah nilai modus, yang
dianalisis untuk menentukan titik-titik yang Kondisi Infrastruktur Jalan di Lokasi Geopark
mencerminkan posisi keberlanjutan relative Ciletuh-Palabuhanratu
terhadap titik baik dan buruk dengan teknik
ordinasi statistik MDS. Analisis dimensi infrastruktur dilakukan
Hal pertama yang harus dilakukan adalah pada beberapa indikator, diantarnya adalah jalan,
pemberian nilai status keberlanjutan. Penentuan koneksi internet, hotel dan ketersediaan air
status keberlanjutan sumberdaya geologi bersih. Analisis persepsi dilakukan pada turis
kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu lokal dan asing. Berikut ini adalah pembahasan
berdasarkan pada indeks keberlanjutan hasil dari analisis untuk tujuan penelitian satu.
sumberdaya geologi. Indeks keberlanjutan Akses infrastruktur jalan merupakan
sumberdaya geologi kawasan Geopark Ciletuh- faktor pendukung berkembangnya pariwisata di
Palabuhanratu mempunyai rentang antara 0 – 100 daerah tersebut. Kemudahan akses jalan akan
% dimana 0 % kondisi terburuk “bad” dan 100 % meningkatkan daya tarik wisatawan dan
kondisi terbaik “good’’. Nilai indeks keberlanjutan meningkatnya perekonomian di daerah Geopark.
mengacu pada Fauzi dan Anna (2005), yang Berdasarkan hasil kuisioner untuk turis lokal
membagi status keberlanjutan dalam 4 kategori: maupun nasional yang berkunjung menyatakan
Tidak Berkelanjutan “Poor : not continuous” bahwa infrastruktur jalan menuju Geopark
memiliki rentang 0-25, Kurang Berkelanjutan Ciletuh-Palabuharatu masih minim dan
“Less Sustainable” selang nilai 25,01-50, Cukup menyatakan sekitar 77 % turis mancanegara dan
Berkelanjutan “Quite Sustainable” rentang nilai 62 % turis lokal menyatakan “Tidak puas”
50,01-75 dan Berkelanjutan “Very sustainable” terhadap infrastruktur jalan, kurangnya
dengan nilai 76-100. Pemberian nilai terhadap 5 penerangan serta kondisi jalan yang sempit dan
atribut memberikan gambaran terhadap kondisi banyak berlubang sehingga menuju lokasi wisata
keberlanjutan sumberdaya geologi apakah baik memakan waktu lama. Beberapa ruas jalan di
ataupun buruk yang berada di Kawasan Geopark kabupaten maupun kecamatan/desa di kabupaten
Nasional Ciletuh-Palabuhanratu Kabupaten sukabumi membutuhkan perbaikan terhadap
Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. infrastruktur jalan walaupun pemerintah daerah
telah membangun dan mencanangkan alokasi
anggaran dana untuk meningkatkan infrastruktur
HASIL DAN PEMBAHASAN jalan akan tetapi masih diperlukan alokasi
anggaran dana yang simultan untuk
Persepsi responden wisatawan lokal dan pengembangan kawasan tersebut. Demikian juga
mancanegara mengenai pengembangan dengan infrastruktur lainnya seperti hotel,
infrastruktur Geopark yang juga dilakukan yang koneksi internet dan air bersih yang dirasakan
merupakan metode deskritif untuk oleh turis masih jauh dari sempurna, terlihat dari
mengidentifikasi dan merepresentasikan persepsi persepsi turis baik lokal maupun manca negara
responden mengenai kondisi fasilitas dan yang rata-rata tingkat kepuasannya di bawah 50
kelengkapan infrastruktur kawasan Geopark- %, seperti tampak pada grafik di bawah ini.
palabuharatu. Pengembangan kelengkapan dan Jika dilihat dari kondisi eksisting memang
fasilitas kawasan wisata Geopark Ciletuh boleh dikatakan bahwa jalan yang sudah relative
Palabuharatu pada dasarnya bertujuan untuk bagus adalah jalan yang dibangun Provinsi,
menarik perhatian para wisatawan lokal dan sementara jalan Kabupaten masih sangat
wisatawan mancanegara. memprihatinkan. Dengan demikian perlu ada
Informasi tentang persepsi responden dorongan pemerintah daerah Kabupaten untuk
yang berkunjung ke Geopark ini diperlukan membangun jalan di wilayah ini, agar
karena selain terkait dengan keberhasilan dalam pengembangan Geopark sebagai kawasan
pengembangan kawasan Geopark Ciletuh- pariwisata dan juga menjadi Geopark berstandar
Palabuharatu dan pengelolaan Geopark tersebut global dapat terwujud. Seperti diuraikan
sehingga pada studi ini dapat mengevaluasi sebelumnya, pembangunan jalan di wilayah ini
kondisi fasilitas dan Kelengkapan Infrastruktur selain akan meningkatkan potensi Geopark secara

70
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76

khusus, juga akan meningkatkan ekonomi wilayah


secara keseluruhan.
Persepsi Turis Lokal Terhadap Infrastruktur Jalan Persepsi Turis Asing Terhadap Infrastruktur Jalan
Geopark Ciletuh Geopark Ciletuh

Sangat Tidak Puas Sangat Tidak Puas

Tidak Puas Tidak Puas

Puas Puas

Sangat Puas Sangat Puas

Tidak menjawab Tidak menjawab

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 0 5 10 15 20 25 30 35 40


Jumlah Responden Jumlah Responden

Persepsi Turis Lokal Terhadap Infrastruktur Hotel Persepsi Turis Asing Terhadap Infrastruktur Hotel
Geopark Ciletuh Geopark Ciletuh

Sangat Tidak Puas Sangat Tidak Puas

Tidak Puas Tidak Puas

Puas Puas

Sangat Puas Sangat Puas

Tidak menjawab Tidak menjawab

0 50 100 150 200 0 5 10 15 20 25 30 35 40


Jumlah Responden Jumlah Responden

Persepsi Turis Lokal Terhadap Infrastruktur Koneksi Internet Persepsi Turis Asing Terhadap Infrastruktur Koneksi Internet
Geopark Ciletuh Geopark Ciletuh

Sangat Tidak Puas Sangat Tidak Puas

Tidak Puas Tidak Puas

Puas Puas

Sangat Puas Sangat Puas

Tidak menjawab Tidak menjawab

0 50 100 150 200 0 5 10 15 20 25 30 35


Jumlah Responden Jumlah Responden

Persepsi Turis Lokal Terhadap Infrastruktur Air Bersih Persepsi Turis Asing Terhadap Infrastruktur Air Bersih
Geopark Ciletuh Geopark Ciletuh

Sangat Tidak Puas Sangat Tidak Puas

Tidak Puas Tidak Puas

Puas Puas

Sangat Puas Sangat Puas

Tidak menjawab Tidak menjawab

0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 5 10 15 20 25 30


Jumlah Responden Jumlah Responden

Gambar 1. Evaluasi Kondisi Infrastruktur di Geopark Ciletuh-Palabuhanratu


Sumber : hasil penelitian, 2018

Rapid Appraisal Geo park Keberlanjutan dari


Geopark Ciletuh-Palabuhanratu Berdasarkan
Masing-Masing Dimensi

Berdasarkan perhitungan hasil Monte


Carlo pada tabel 2, dibawah tampak bahwa nilai
status indeks keberlanjutan pengembangan
Geopark Ciletuh-Palabuhanratu dengan selang
kepercayaan 95 % diperoleh hasil yang tidak
banyak mengalami perbedaan (< 1) antara hasil
MDS dengan Analisis Monte Carlo.

71
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76

Tabel 2. Hasil Analisis MDS, Analisis Monte Carlo dan Status keberlanjutan untuk 8 kecamatan di kawasan
Pengembangan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu
Dimensi Nilai Rata- Nilai Rata-rata Perbedaan Stress R2 Kategori Indeks Keberlanjutan
rata MDS Monte Carlo
Geologi 60,26 60,25 0,53 0,182 0,930 “Cukup” cukup berkelanjutan
Ekologi 73,24 72,30 0,9 0,222 0,937 “Cukup”cukup berkelanjutan
Ekonomi 59,95 59,22 0,72 0,303 0,798 “Cukup”cukup berkelanjutan
Sosial 46,82 47,24 0,42 0,175 0,895 “Kurang”
tidak berkelanjutan
Institusi 41,61 42,41 0,80 0,187 0,932 “Kurang”
tidak berkelanjutan
Infrastruktur 43,65 44,14 0,49 0,210 0,905 “Kurang”
/Teknologi tidak berkelanjutan
Keterangan: Kategori Indeks Keberlanjutan: 0-25%=Buruk; 26-50 Kurang; 51-75=Cukup; 76-100=Baik
Sumber : hasil penelitian, 2018

Perbedaan dari analisis tersebut Ciletuh-Palabuhanratu dalam perspektif


mengindikasikan sistem yang diolah memiliki infrastruktur
tingkat kepercayaan yang tinggi. Dari hasil tabel
diatas, beberapa parameter hasil uji statistik Dari hasil ordinasi RAP-Geopark terhadap
seperti nilai stress dan nilai koefisien determinasi dimensi infrastruktur dalam pengembangan
menunjukan bahwa metode RAP-Geopark cukup kawasan Geopark Ciletuh-Palabuharatu,
baik dipergunakan sebagai salah satu alat evaluasi diperoleh nilai indeks keberlanjutan untuk
keberlanjutan pengembangan kawasan Ciletuh- delapan kecamatan berkisar anatara 39,07 %-
Palabuhanratu. Dari Tabel Nampak bahwa 51,48 % dengan rata-rata sebesar 43,65 %. Hal ini
keberlanjutan infrastruktur/ teknologi memiliki menunjukkan bahwa status keberlanjutan untuk
keberlanjutan kurang, atau tidak berkelanjutan, dimensi infrastruktur dan teknologi dikategorikan
bersama-sama dengan dimensi institusi dan sosial “Kurang” (tidak berkelanjutan). Kecamatan
yang juga kurang. Kondisi ini sesuai dengan Palabuhanratu yang memiliki nilai indeks
realitas di lapangan yang menunjukkan masih keberlanjutan yang tertinggi untuk dimensi
kurangnya pengembangan infrastruktur terutama infrastruktur dan teknologi akan tetapi masih
jalan kabupaten dan juga infrastruktur penunjang dikategorikan “Kurang” kurang berkelanjutan,
lainnya seperti teknologi informasi, air bersih, dan sedangkan 7 kecamatan mengalami kondisi nilai
fasilitas akomodasi. Sementara DImensi lainnya indeks keberlanjutan “Buruk” tidak berkelanjutan.
seperti geologi, ekonomi dan ekologi memiliki Pada Gambar di bawah dot merah
hasil keberlanjutan kategori cukup. menggambarkan anker baik dan buruk pada
posisi ordinasi, sementara dot biru
Analisis Ordinansi RAP-Geopark dan Analisis menggambarkan posisi skor kecamatan yang
Leverage Model Pengembangan Geopark dianalisis.

Gambar 2. Analisis Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi Institusi di Delapan Kecamatan
Sumber : hasil penelitian, 2018

72
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76

RAP-Geopark terdapat metode Analisis infrastruktur dan teknologi dan memberi


sensitivitas dalam metode bertujuan untuk kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan.
melihat atribut-atribut yang sensitif daari dimensi

Gambar 3. Analisis Leverage untuk Dimensi Infrastuktur pada Pengembangan Geopark Ciletuh-Palabuharatu
Sumber : hasil penelitian, 2018

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas Untuk melihat posisi kondisi keberlanjutan


terdapat tiga atribut (berdasarkan 50% dari dimensi infrastruktur relatif terhadap dimensi
jumlah indikator yang digunakan) yang sangat lainnya, dapat dilihat dari hasil analisis ordinasi
sensitif terhadap indeks keberlanjutan menggunakan RAP-Geopark. Hasil analisis
infrastruktur dan teknologi yaitu : (1) menunjukkan bahwa terdapat tiga dimensi
infrastruktur jalan desa/kecamatan, (2) koneksi (dimensi sosial, dimensi, institusi dan dimensi
internet, (3) infrastruktur jalan kabupaten. Ketiga infrastruktur/teknologi) yang memiliki nilai
antribut sensitif tersebut menjadi penentu dalam indeks keberlanjutan yang paling rendah bahkan
yang menentukan keberlanjutan pengembangan termasuk kategori “Buruk” tidak berkelanjutan
Geopark Ciletuh-Palabuhanratu ke depannya, dimana nilai indeks keberlanjutan memiliki rata-
mengingat pada kondisi eksisting di daerah rata di delapan kecamatan dibawah 50%. Berikut
tersebut terutama kondisi jalan kecamatan/desa perbandingan diantara keenam dimensi di dalam
dam infrastruktur kabupaten termasuk rusak dan pengembangan kawasan Geopark. Hal ini sangat
banyak berlumbang. Dari hasil kuisioner 376 terkait dengan interpretasi untuk perumusan arah
responden baik masyarakat setempat, dan intervensi kebijakan untuk menjadi prioritas
pengunjung lokal maupun mancanegara mengaku perhatian. Berikut adalah hasil-hasil analisis
lebih dari 60% “Tidak puas” terhadap Leverage yang dikaitkan dengan nilai RMS untuk
infrastruktur atau akses jalan menuju kawasan masing-masing atribut sensitif.
wisata Geopark Ciletuh.
Selanjutnya, atribut sensitif untuk koneksi
internet bahwa hanya beberapa wilayah di
kawasan tersebut yang mendapatkan akses
internet secara lancar (Sinyal). Ketiga atribut
sensitif adalah bahwa sedikit peningkatan atau
penurunan kondisi dari ketiga tersebut akan
berakibat signifikan pada dimensi keberlanjutan
untuk dimensi infrastruktur dan teknologi. Oleh
karena itu, ketiga atribut tersebut menjadi
prioritas untuk dibuat arahan kebijakan agar
Sektor jasa pariwisata akan banyak menarik para
turis untuk berkunjung mengingat jalan menjadi
keniscayaan untuk kemudahan akses, demikian
pula internet menjadi kebutuhan yang juga
penting di era global sekarang ini.

73
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76

Tabel 3. Atribut yang sensitif yang mempengarui indeks keberlanjutan Pengembangan Geopark
Nilai
No Dimensi Atribut yang sensitive
RMS
1 Geologi 1. Kebencanaan geologi : Gempa bumi 6,63
2. Kebencanaan geologi : Erosi 5,09
3. Kebencanaan geologi : Banjir 4,37
2 Ekologi 1. kualitas dan kuantitas air 7,71
2. Proximasi Geografis terhadap sumber air 6,36
3 Ekonomi 1. Pendapatan 7,43
2. WTP (Willingness to Pay) masyarakat terhadap 5,98
pengembangan kawasan Geopark
4 Sosial 1. Tingkat/ laju kejahatan dan 10,63
2. Peran CSR dalam pengelolaan sumber daya alam dan 9,46
capacity building masyarakat.
5 Institusi 1. Perencanaan Pengelolaan kawasan 5,97
2. Bantuan dari pemerintah untuk konservasi kawasan 5,79
3. Alokasi dana untuk konservasi kawasam 4,65
6 Infrastruktur 1. Infrastruktur jalan kecamatan/desa 4,78
/Teknologi 2. Koneksi internet 4,62
3. Infrastruktur jalan kabupaten 4,36
Keterangan: 0-2,56: Buruk; 2,57-5,12=kurang; 5.13-7,67=cukup; 7,68-10,63=Baik
Sumber : hasil penelitian, 2018

Terlihat pada tabel diatas merupakan KESIMPULAN DAN SARAN


rangkuman nilai atribut yang sensitif per dimensi
bahwa atribut sensitif tersebut yang perlu Kesimpulan
mendapatkan perhatian utama atau memerlukan Hasil analisis menunjukkan tipe
intervensi kebijakan serta perbaikan yang masyarakat yang relatif homogen di wilayah
signifikan. Oleh karena itu, Tabel 3 menunjukkan Geopark yang meliputi 8 kecamatan yang distudi,
skor dari atribut-atribut sensitif tersebut. pada dimana kelompok masyarakat kebanyakan adalah
atribut-atribut sensitif tersebut ini, dengan masyarakat petani. Pada umumnya (100%)
adanya intervensi kebijakan dapat diharapkan setuju dan mendukung pengembangan Geopark di
akan meningkatkan indeks keberlanjutan secara daerah mereka, walaupun ada sebagian kecil
signifikan untuk dimensi-dimensi terutama untuk (12%) menunjukkan kekhawatiran akan adanya
ketiga dimensi yaitu dimensi sosial, dimensi perubahan sosial masyarakat, sementara 9%
institusi dan dimensi infrastruktur/teknologi. mengkhawatirkan kehilangan mata pencaharian
Atribut sensitif yang memiliki nilai tertinggi mereka sebagai penambang mineral, dan sebagai
berada di dimensi sosial pada atribut Tingkat/ laju petani, dan sisanya tidak ada kekhawatiran
kejahatan prioritas yang paling utama untuk apapun. Institusi yang terlibat dalam
segera ditanggani. pengembangan Geopark adalah pemerintah,
Terkait Infrastruktur, keberlanjutan swasta, akademisi dan masyarakat. Tipe
rendah menunjukkan bahwa dengan kondisi keterlibatan ini sejalan dengan evolusi inovasi
infrastruktur seperti ini (nilainya rendah), maka mengalami proses dari yang bersifat inward
pengembangan Geopark sulit untuk looking dalam sistem tertutup menjadi lebih
berkelanjutan. Hal ini disebabkan karena biaya kolaboratif dan fokus pada eksternal, sampai
pengelolaan dan pembangunan yang seharusnya akhirnya menjadi lebih ekosistem sentris yang
bisa dikompensasi melalui pengembangan dilakukan bersama-sama lintas institusi.
pariwisata (nilai ekonomi), akan terhambat, Kondisi Infrastruktur seperti jalan, hotel,
karena pengunjung yang enggan mengunjungi koneksi internet dan air bersih menurut persepsi
Geopark. Geopark ke depan pembiayaannya harus turis baik lokal maupun manca negara masih jauh
bersifat mandiri, yang diperoleh dari dari sempurna, lebih dari 50% turis menyatakan
pengembangan pariwisata. Dengan demikian ketidak puasannya.
pengembangan infrastruktur menjadi hal yang Dari hasil ordinasi RAP-Geopark terhadap
penting untuk mendorong peningkatan jumlah dimensi infrastruktur dalam pengembangan
pengunjung ke kawasan ini. kawasan Geopark Ciletuh-Palabuharatu ,
diperoleh nilai indeks keberlanjutan untuk

74
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76

delapan kecamatan berkisar anatara 39,07 %- koneksi internet, (3) infrastruktur jalan
51,48 % dengan rata-rata sebesar 43,65 %. Hal ini kabupaten. Ketiga antribut sensitif tersebut
menunjukkan bahwa status keberlanjutan untuk menjadi penentu dalam yang menentukan
dimensi infrastruktur dan teknologi dikategorikan keberlanjutan pengembangan geo park Ciletuh-
“Buruk” tidak berkelanjutan. Palabuhanratu ke depannya.
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas
terdapat tiga atribut yang sangat sensitif terhadap Saran
indeks keberlanjutan infrastruktur dan teknologi Dalam hal pengembangan berkelanjutan
yaitu: (1) infrastruktur jalan desa/kecamatan, (2) Geopark Ciletuh– Palabuhanratu, Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah tidak dapat koneksi serta pembangunan infrastruktur air
berjalan sendiri, sebaiknya memberdayakan bersih adalah suatu keniscayaan.
peran dan fungsi seluruh stakeholders Dengan demikian, Pemerintah Pusat dan
pembangunan sesuai dengan potensi, kapasitas Pemerintah Daerah harus dapat memberikan
dan fungsinya masing-masing. Pembangunan kesempatan dan situasi yang kondusif termasuk
infrastruktur yang lemah menjadi dorongan bagi menyusun regulasi sehingga tingkat partisipasi
seluruh institusi yang berkepentingan, terutama stakeholders pembangunan dari waktu ke waktu
Pemerintah Daerah Kabupaten untuk semakin meningkat dalam Pengembangan
meningkatkan alokasi anggaran bagi kepentingan Geopark Ciletuh–Palabuhanratu Kabupaten
pembangunan infrastruktur. Sukabumi.
Pengembangan infrastruktur hijau dan Penelitian menyangkut jenis dan pola
berkelanjutan menjadi pilihan pembangunan di transportasi yang tepat untuk pengembangan
kawasan Geopark Ciletuh. Hal ini untuk kawasan Geopark Ciletuh perlu dilakukan,
mengimbangi sifat dari pariwisata geologi yang mengingat karakteristik wilayah yang unik, dan
lebih mengutamakan perlindungan dan relatif lahannya yang tidak rata, serta
pelestarian warisan geologi yang ada. kemungkinan potensi geohazard yang ada di
Transportasi umum yang rendah karbon menjadi wilayah ini. Penelitian mengenai kemampuan
pilihan yang tepat untuk dikembangkan, misalnya daya dukung lingkungan kawasan juga perlu
kereta api. Selain itu pengembangan hotel dan dilakukan, agar pengembangan Geopark tidak
bangunan yang ramah lingkungan dan rendah malah mendorong terjadinya degradasi
energy juga menjadi pilihan kebijakan yang tepat. lingkungan dan potensi geologi di wilayah ini.
Selain itu pengembangan sistem informasi dan

economic Development in Rural Areas,”


DAFTAR PUSTAKA International Journal of Tourism Research
(2011): 68-81.
Azman, N., Halim, S. A., Liu, O. P., Saidin, S., & http://dx.doi.org/10.1002/jtr.800
Komoo, I., “Public Education in Heritage Fauzi, Akhmad. Ekonomi Sumber Daya Alam dan
Conservation for Geopark Community,” Lingkungan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT
Jurnal Procedia - Social And Behavioral Gramedia PustakaUtama, 2004.
Sciences 7 (2010) : 504-511. Doi: Fauzi, A dan Z. Anna, “Evalausi Status Pembangunan
Http://Dx.Doi.Org/10.1016/j.sbspro.2010.1 Perikanan: Aplikasi Pendekatan Rapfish,”
0.068. Jurnal Pesisir dan Lautan 4(3) (2002): 43-55.
Darsihajo, Upi Supriatna dan Ilham Mochammad Fauzi, Noor Syafarinamohd and Misni, Akamah,
Saputra, “Pengembangan Geopark Ciletuh “Geoheritage Conservation: Indicators
Berbasis Partisipasi Masyarakat Sebagai Affecting The Condition And Sustainability
Kawasan Geowisata Di Kabupaten Of Geopark – A Conceptual Review,”
Sukabumi,” Jurnal Manajemen Resort dan Journal Elsevier. Vol. 222 (2006):676–684.
Leisure 13(1)(2016) : 55-60. Kavanagh P. Rapid Appraisal of Fisheries (RAPFISH)
Dowling, R.K., “Geotourism’s global growth,” Project. University of British Columbia:
Geoheritage 3 (2011): 1–13. Fisheries Centre, 2001.
Eder W, Patzak M, “Geoparks-geological attractions: Kavanagh, P. and Pitcher, T.J. Implementing
A Tool For Public Education, Recreation And Microsoft Excel Software for RAPFISH : A
Sustainable Economic Development,” J Technique for The Rapid Appraisal of
Episodes 27(3)(2004):162-164. Fisheries Status. The Fisheries Centre,
Farsani, N. T., Coelho, C., and Costa, C., “Geotourism University of British Columbia, 2259 Lower
and Geoparks as Novel Strategies for Socio- Mall Vancouver, Canada, V6T IZ4, 2004.

75
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 64 - 76

Koh, Yeong-Koo., Oh, Kang-Ho, Youn, Seok-Tai and Fisheries Using Rapfish. Fisheries Research
Kim, Hai-Gyoung., “Geodiversity and 78(2-3)(2006):227-235.
Geotourism Utilization of Islands: Wang Y. 2015. The milestone of the global geoparks
Gwanmae Island of South Korea,” Journal of development-an interview of long changxing,
Marine and Island Cultures (2014) 3, 106– the vice-chairman of the global geoparks
112. network association.
Newsome D, Dowling R, Leung YF., “The nature and UNESCO. 2004. “Guidelines and Criteria for National
Management of Geotourism: A Case Study Geoparks seeking UNESCO’s assistance to
of Two Established Iconic Geotourism join the Global Geoparks Network (GGN).”
Destinations,” Tourism Management UNESCO. 2006. “Guidelines and Criteria for National
Perspectives 2–3(2012): 19–27. Geoparks seeking UNESCO’s assistance
Setyadi, Dhika Anindhita, “Studi Komparasi tojoin the Global Geoparks Network
Pengelolaan Geopark di Dunia untuk (GGN).”
Pengembangan Pengelolaan Kawasan UNESCO. 2014. “Guidelines and Criteria for National
Cagar Alam Geologi Karangsambung,” Geoparks seeking UNESCO's assistance to
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota 8 join the Global Geoparks Network (GGN)”
(4)(2012): 392‐402. UNESCO. 2016. UNESCO Global Geoparks :
Tesfamichael, D., and T.J. Pitcher, “Multidisciplinary Celebrating Earth Heritage, Sustaining local
Evaluation of The Sustainability of Red Sea Communities. Printed in France : UNESCO.

76

S-ar putea să vă placă și