Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata filsafat dapat diambil dari bahasa Arab, falsafah atau falsafat, orang Arab sendiri
mengambilnya dari bahasa Yunani philosophia, yang merupakan kata majemuk dari philos dan
sophia. Philos artinya cinta sedangkan sophia berarti kebijaksanaan. Dengan demikian dapat
diambil pengertian bahwa filsafat berarti ingin mengerti dengan mendalam atau cinta dengan
kebijaksanaan.
Dalam bahasa Arab dikenal kata hikmah. Hikmah adalah perkara tertinggi yang bisa dicapai
manusia dengan alat-alat tertentu, yaitu akal dan metode-metode berpikirnya.1
Setiap orang yang hendak membicarakan filsafat, maka filsafat Yunani-lah yang menjadi titik
tolak pembicaraannya. Karena dimulai dari pemikiran Yunani inilah munculnya kesadaran
manusia secara akliah yang mampu berpikir secara radikal untuk memecahkan rahasia alam atau
yang maujud ini dan melihat hakikat ketuhanan dengan pendekatan akal. Dikenal beberapa tokoh
filsafat, seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Pemikiran mereka menjadi landasan terhadap
perkembangan filsafat.2
1 Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta : PT Bulan Bintang, 1990), hlm.3.
2 Tadjab, dkk, Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya : Karya Abditama, 1994), hlm. 208.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah latar belakang lahirnya filsafat Islam ?
2. Bagaimanakah perbedaan filsafat Islam dengan filsafat Barat?
3. Siapa saja tokoh filsafat islam dan pemikirannya ?
4. Apa saja pokok pokok masalah yang dibahas dalam filsafat Islam ?
5. Apa saja pendapat filosof Islam serta manfaatnya bagi kehidupan ?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang satu menaruh perhatian besar pada problema matematika sedangkan yang kedua
menaruh perhatian besar kepada masalah alam dan kedokteran. Kedua-duanya juga
mempunyai perguruan filsafat masing –masing.Pada abad ke-3 SM Hipocrate juga telah
mendirikan sebuah perguruan ilmu kedokteran. Kemudian setelah kota iskandariyah
dibangun kota itu menjadi tempat peradaban Yunani yang lebih banyak bersifat Ilmiah
daripada yang bersifat Filosofis. Dari perguruan tersebut lahir sejumlah ahli pikir besar
seperti Euclide, Galenus, Archimedes, Ptolemaeus dan lain-lainnya lagi, yang telah
berhasil meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan seperti ilmu geometri, ilmu falak
(astronomi) dan ilmu kedokteran. Hingga abad ke-6 kota Iskandariyah tetap menjadi
mercusuar ilmu pengetahuan. Kemudian muncul pula di kota itu para ahli pikir generasi
kedua yang mengatur, menyusun dan mempelajari buku-buku peninggalan para ahli pikir
generasi pertama untuk bahan pengajaran. Dari para ahli pikir generasi kedua itulah
orang-orang Arab menterjemahkan berbagai cabang ilmu pengetahuan.
Perguruan Iskandariyah tidak hanya memperhatikan soal-soal ilmu pengetahuan
saja, tetapi juga semua bentuk kebudayaan, baik yang bersifat keagamaan, pemikiran,
filsafat maupun kesusastraan.Mulai abad pertama hingga abad ke-3 M pembaharuan
terhadap pembaharuan terhadap ajaran phytagoras cenderung ke arah masalah
matematika dan moral. Demikian pula ajaran pluto, direvisi oleh plotinus yang
menciptakan Neo Platonisme. Ia lahir dan dibesarkan di Mesir, memperoleh pendidikan
di Iskandariyah dan berbahasa Yunani. Dialah yang menciptakan ajaran Enneads, yaitu
ajaran filsafat yang menjelaskan terjadinya pelimpahan dari Yang Satu (supreme in
material force). Sebagian dari bukunya diterjemahkan kedalam Bahasa Arab dengan
nama Theologia. Teori “Pelimpahan”nya banyak mempengaruhi para filosof
Islam.Muridnya yang bernama Porhyrius tidak kalah pengaruhnya dalam kehidupan
filsafat Islam hal itu tidak mengherankan karena dialah yang menulis buku isagoge, kata
dalam Bahasa Yunani yang terkenal di kalangan orang-orang Arab sampai Zaman kita
ini.Isagoge bermakna “Pintu masuk” (madkhal), yakni pintu untuk memasuki
pembicaraan tentang teori filsafat Aristoteles.
Demikianlah cuplikan sejarah awal mula para filosof islam mengadakan kontak
dengan para filosof Yunani, yang merupakan latar belakang lahirnya Filsafat Islam.
4
Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat Al-Qur’an yang menyuruh manusia agar
menggunakan akal pikiran untuk memikirkan tentang segala sesuatu yang diciptakan-
Nya.Allah SWT berfirman.3
a. Filsafat Barat
1. Socrates (470-399 SM)
Socrates menyumbangkan teknik kebidanan (maieutika tekhne) dalam
berfilsafat. Bertolak dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang diajak Socrates
(sebagai sang bidan) untuk “melahirkan” pengetahuan akan kebenaran yang dikandung
dalam batin orang itu. Dengan demikian Socrates meletakkan dasar bagi pendekatan
deduktif. Pemikiran Socrates dibukukan oleh Plato, muridnya.
Hidup pada masa yang sama dengan mereka yang menamakan diri sebagai
“sophis” (“yang bijaksana dan berpengetahuan”), Socrates lebih berminat pada masalah
manusia dan tempatnya dalam masyarakat, dan bukan pada kekuatan-kekuatan yang ada
dibalik alam raya ini (para dewa-dewi mitologi Yunani). Seperti diungkapkan oleh Cicero
kemudian, Socrates “menurunkan filsafat dari langit, mengantarkannya ke kota-kota,
memperkenalkannya ke rumah-rumah”. Karena itu dia didakwa “memperkenalkan dewa-
dewi baru, dan merusak kaum muda” dan dibawa ke pengadilan kota Athena. Dengan
mayoritas tipis, juri 500 orang menyatakan ia bersalah. Ia sesungguhnya dapat
menyelamatkan nyawanya dengan meninggalkan kota Athena, namun setia pada hati
nuraninya ia memilih meminum racun cemara di hadapan banyak orang untuk
mengakhiri hidupnya.
3 Ahmad Fuad Al-Bawain, 2008. Filsafat Islam, 2008. Jakarta: Pustaka Firdaus.
4 Alqur’anul Karim Terjemag Kementerian Agama, 2011 (Q.S Al-Baqarah ayat 219)
5
Dalam filsafat paripatetik, dikenal suatu teori yang dinamakan dengan
“hylomorpise” yang mana teori tersebut merujuk kepada Aristoteles, yaitu ajaran yang
mengatakan bahwa apapun yang ada di dunia ini terdiri atas dua unsur utama, yakni
materi (hyle) dan bentuk (morfis). Pembicaraan metafisika Aristoteles mengenai soal
materi dan wujud ini lebih tepat dimulai dengan doktrin Aristoteles tentang
Universalia.Sedangkan jalan untuk memahami universalia kita harus terlebih dahulu
memehami doktrin akal biasa (common sense).5
b. ISLAM
1. Ilmu Menurut Islam (Ontologis)
Secara istilah ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat yang ada
(ultimate reality) baik jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.Didalam pemahaman
ontology ditemukan pandangan-pandangan seperti monoisme yang menyatakan bahwa
hakikat yang asal itu hanya satu.Cabang dari monoisme ini adalah materialisme yang
berpandangan bahwa hakikat yang asal adahal satu yaitu dari materi, sementara cabang
lainnya yaitu idealism yang berpandangan bahwa segala yang asal itu berasal dari
ruh.Pandangan lainnya adalah dualisme yang menyatakan bahwa segala sesuatu berasal dari
dua unsur yaitu materi dan ruh, jasmani, dan rohani.6
2. Ilmu Menurut Islam (Epistemologis)
Epistemologis atau tentang pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan
dengan hakikat dan ilmu pengetahuan, pengandai-pengandaian, dasar-dasarnya serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan
yang diperoleh manusia melalui akal indera dan lain-lain mempunyai metode tersendiri
dalam teori ilmu pengetahuan diantaranya metode induktif, metode deduktif, metode
pisitivisme, metode kontemplatif, dan metode dialektis.Dengan kemajuan IPTEK saat ini,
Gregory Bateson menilai kemajuan ini cenderung memperbudak manusia akibat dari
kesalahan epistemology barat dan ini harus diluruskan
1. AL-KINDI
5 Siswanto, Joko. 1998. Sistem-Sistem Metafisika Barat : dari Aristoteles sampai Derid. Surakarta:
CV.Pustaka Pelajar (hlm.10-14)
6 Hakim, Atang Abdul.Desember 2008.FIlsafat Umum Dari Mitologi Sampai Teofilosofi.
Jakarta:CV.PUSTAKA SETIA (hlm.435)
6
Al-Kindi menpunyai nama lengkap Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq al- Kindi. Ia berasal dari
keluarga bangsawan Arab dari Kindah di Arabia Selatan, dialah satu satunya filsuf islam
yang berasal dari keturunan Arab, dan karenanya ia disebut Failasauf al-A’rab (Filsuf Orang
Arab). Ia bukan hanya seorang filsuf, tetapi ia juga seorang ilmuwan yang menguasai ilmu-
ilmu pengetahuan lain yang ada pada zamannya. Hal ini di buktikan dengan buku buku yang
ditinggalkannya seperti matematika, geometri, astronomi, farmakologi, ilmu jiwa, dan lain
sebagainya.
1. Kitab tadbir al- mutawwahid, ini adalah kitab yang paling popular dan panting dari
seluruh karya tulisnya. Kitab ini berisikan akhlak dan politik serta usaha-usaha
individu menjauhan diri dari segala macam keburukan-keburukan dalam masyarakat
negara yang disebutnya sebagai insan muwahhid (manusia penyiendiri).
2. Risalat al-Wada’, risalah ini membahas penggerak pertama (Tuhan), manusia, alam,
dan kedokteran.
3. Risalat al-ittishal, risalah ini menguraikan tentang hubungan manusia dengan akal
Fa’al.
4. Kitab al-Nafs, kitab ini menjelaskan tentang jiwa.8
a) Jiwa
Menurut pendapat Ibnu Bajjah, setiap manusia mempunyai satu jiwa.Jiwa ini tidak
mengalami perubahan sebagaimana jasmani. Jiwa adalah penggerak bagi manusia, jiwa
digerakkan dengan dua jenis alat: alat-alat jasmaniah dan alat-alat rohaniah. Alat-alat
jasmaniah diantaranya ada berupa buatan dan ada pula yang berupa alamiah, seperti kaki
dan tangan.Alat-alat alamiah ini lebih dahulu dari alat buatan, yang disebut juga oleh
Ibnu Bajjah dengan pendorong naluri atau roh insting.Ia terdapat pada setiap makhluk
yang berdarah.9
b) Akhlak
Ibnu Bajjah membagi perbuatan manusia menjadi perbuatan hewani dan
manusiawi.Perbuatan hewani didasarkan atas dorongan naluri untuk memenuhi kebutuha-
kebutuhan dan keinginan hawa nafsu, sementara itu perbuatan manusiawi adalah
perbuatan yang didasarkan atas pertimbangan rasio dan kemauan yang bersih lagi luhur.10
3. AL-FARABI
Al-Farabi bernama lengkap Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn
Uzlagh al- Farabi.Di masa kecilnya al-farabi belajar tentang agama, Bahasa Arab, Turki, dan
Persia. Sewaktu muda ia tinggal di Baghdad yang merupakan pusat ilmu pengetahuan dan
a) Jiwa
jiwa adalah jauhar rohani sebagai form dari jasad. Kesatuan keduanya merupakan
kesatuan secara accident, artinya masing-masing keduanya mempunyai substansi
yang berbeda dan binasanya jasad tidak membawa binasa bagi jiwa.Jiwa manusia
berasal dari ilahi, sedangkan jasad berasal dari alam khalq, berbentuk, berupa,
berkadar, dan bergerak. Jiwa diciptakan tatkala jasad siap menerimanya12
b) Rekonsiliasi Al-Farabi
Al-Farabi telah berhasil merekonsiliasi beberapa ajaran filsafat sebelumnya, seprti
Plato dan Aristoteles dan juga antara agama dan filsafat. Oleh karena itu, ia dikenal
sebagai filosof sinkretisme yang mempercayai kesatuan filsafat. Al-Farabi
=berkeyakinan bahwa aliran filsafat yang bermacam-macam itu hakikatnya hanya
satu, karena tujuan filsafat ialah memikirkan kebenaran, sedangkan kebenaran itu
hanya satu macam dan serupa pada hakikatnya. Jutru itu semua aliran filsafat pada
prinsipnya tidak ada perbedaan kalau pun beda hanya pada lahirnya.
Di antara persoalan yang dibahas oleh para filsuf Islam adalah soal akal, wahyu, politik,
penciptaan alam, akhlak, teologi, hukum islam, dan tasawuf. Berbagai masalah tersebut
termasuk hal-hal yang penting dalam kajian akademik dan kehidupan manusia. Dalam hal ini
akan dibahas masalah tentang akal dan wahyu, timbulnya yang banyak dari yang Mahasatu
(Tuhan) atau kejadian alam, soal roh, dan kelanjutan hidup sesudah roh terlepas dari badan.
13 Amsal Bakhtiar, Tema-Tema Filsafat Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, cet I, hlm. 120-121
Manfaat
1. Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi dimensi
Ilmu ini akan membantu kita untuk menilai dan memahami segala sesuatu tidak hanya
dari permukaannya saja, dan tidak hanya dari sesuatu yang terlihat oleh mata saja, tapi
jauh lebih dalam dan lebih luas.
2. Filsafat mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dandunia
Manfaat belajar filsafat akan membantu memahami diri dan sekeliling dengan
pertanyaan-pertanyaan mendasar.
3. Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena yang
berkembang
Hal ini akan membuat kita tidak begitu saja menerima segala sesuatu tanpa terlebih
dahulu mengetahui maksud dari pemberian yang kita terima.
4. Filsafat dapat mengasah kemampuan kita dalam melakukan penalaran
Penalaran ini akan membedakan argumen, menyampaikan pendapat baik lisan maupun
tertulis, melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas dan berbeda.
5. Belajar dari para filsuf lewat karya-karya besar mereka
Kita akan semakin tahu betapa besarnya filsafat dalam mempengaruhi perkembangan
ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, karya seni, pemerintahan, serta bidang-bidang
yang lain.
11
Ide-ide yang lebih kreatif dalam memecahkan setiap persoalan, lewat penalaran secara
logis, tindakan dan pemikiran yang koheren, juga penilaian argumen dan asumsi secara
kritis.
7. Filsafat membantu kita untuk dapat berpikir dengan lebih rasional
Membangun cara berpikir yang luas dan mendalam, dengan integral dan koheren, serta
dengan sistematis, metodis, kritis, analitis, dan logis
8. Filsafat membantu menjadi diri sendiri
Lewat cara berpikir yang sistematis, holistik dan radikal yang diajarkan tanpa
terpengaruh oleh pendapat dan pandangan umum.
BAB III
PENUTUP
12
Kesimpulan
Filsafat Islam artinya berpikir dengan bebas dan radikal namun tetap berada pada makna,
yang mempunyai sifat, corak, serta karakter yang menyelamatkaan dan memberi kedamaian
hati yang tetap berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-Sunah.Perbedaan filsafat Islam dengan
filsafat Barat adalah filsafat Barat memiliki paham sekularisme yang memisahkan antara
agama dengan filsafat sedangankan filsafat Islam bersifat universal namun berlandaskan
agama.
Latar belakang lahirnya filsafat islam adalah karena pada abad ke 16 umat islam
menjalankan ibadah hanya sebatas menggugurkan kewajiban. Tokoh-tokoh dalam filsafat
Islam diantaranya, al-Kindi, al-Farabi, dan Ibn Bajjah.Pokok-pkok masalah yang dibahas
dalam filsafat Islam adalah hubungan filsafat (akal) dan agama, tentang kejadian alam, dan
tentang roh serta kelangsungan hidup.
Cara menyikapi perbedaan pendapat para filosof mengenai filsafat islam adalah dengan
cara sikap terbuka dan toleransi. Dengan mempelajari filsafat islam kita dapat melihat segala
sesuatu tidak hanya di permukaannya saja tetapi lebih jauh dalam dan luas. Selain itu
manfaat mempelajai filsafat membuat kita memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-
pertanyaan mendasar.Filsafat mengasah pikiran untuk lebih kritis.Hal ini membuat kita tidak
begitu saja menerima sesuatu tanpa mengetahui maksudnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Ahmad. 1996. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang
Siswanto, Joko. 1998. Sistem-Sistem Metafisika Barat : dari Aristoteles sampai Derid. Surakarta:
CV.PUSTAKA PELAJAR
Amsal Bakhtiar, Tema-Tema Filsafat Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, cet.I
Alqur’anul Karim Terjemag Kementerian Agama, 2011 (Q.S Al-Baqarah ayat 219)
14