Sunteți pe pagina 1din 10

PERKEMBANGAN MORAL ANAK USIA DINI

Oleh :

KELOMPOK 3

NURHAYATI

ANDI SITI HARTIKA

NURUL MUJHIDAH

NURHIDAYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2019
A. Pengertian Perkembangan Moral Pada Anak
Anak adalah penerus generasi keluarga dan bangsa, perlu mendapat pendidikan yang baik
sehingga potensi-potensi dirinya dapat berkembang dengan pesat, sehingga akan tumbuh
menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang tangguh dan memiliki berbagai macam
kemampuan dan keterampilan berperan dan bertanggung jawab dalam memberikan berbagai
macam kemampuan dan keterampilan yang bermanfaat. Oleh karena itu perlu bagi keluarga,
lembaga-lembaga pendidikan berperan dan bertanggung jawab dalam memberikan berbagai
macam stimulasi dan bimbingan yang tepat sehingga akan tercipta generasi penerus yang
tangguh.

Kata moral berasal dari kata latin mos, yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan atau
nilai-nilai, atau tata cara kehidupan. Istilah moral dalam tulisan ini diartikan sebagai peraturan,
nilai-nilai dan prinsip moral, kesadaran orang untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-
nilai, dan prinsip yang telah baku dan dianggap benar. Nilai-nilai moral ini seperti seruan untuk
berbuat baik kepada orang tua, kepaada orang lain, memelihara kebersihan, memelihara hak
orang lain, larangan berjudi, mencuri, membunuh, minum-minuman keras. Seseorang dapat
dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang
dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.

Sejalan dengan perkembangan sosial, perkembangan moral keagamaan mulai disadari


bahwa terdapat aturan-aturan perilaku yang boleh, harus, atau terlarang untuk melakukannya.
Aturan-aturan perilaku yang boleh atau tidk boleh disebut moral.

Proses penyadaran moral tersebut berangsur tumbuh melalui interaksi daya lingkungannya
dimana ia mungkin mendapat larangan, suruhan, pembenaran atau persetujuan, kecaman atau
kecelaan, atau merasakan akibat-akibat tertentu yang mungkin menyenangkan atau memuaskan
mungkin pula mengecewakan dari perbuatan yang dialakukannya (Masganti, 2017:65-66).

Moral adalah salah satu aspek perkembangan yang harus distimulasi kepada anak sejak usia dini.
Moral adalah perbuatan atau tingkah laku atau ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan
manusia. Apabila yang dialkukan seseorang itu sesuai dengan rasa yang berlaku di masyarakat
tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu
dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya ( Leonita Siwiyanti, 2016:26). Moral
adalah produk dari budaya dan agama. Bertens dalam (Leonita Siwiyanti, 2016:38).

B. Teori-Teori Perkembangan Moral Anak Usia Dini


1) Perkembangan Moral anak menurut teori psikoanalisis
Freud mengembangkannya gagasan tentang teori psikoanalisis dari pekerjaan dengan para
pasien mental. Sebagai dokter medis dengan spesisalisasi ilmu penyakit saraf (neurology), ia
menghabiskan sebagian waktunya untuk perkembangan kepribadian manusia. Menurutnya,
kepribadian manusia memiliki tiga struktur: id, ego, dan superego. Id merupakan struktur
kepribadian yang terdiri dari naluri, yang merupakan guang energi psikis individu. Id tidak sadar
secara total. Ego disebut badan pelaksana, karena ego membuat keputusan –keputusan rasional.
Id dan ego tidak memiliki moralitas. Id dan ego tidak mempertimbangkan benar dan salah.
Superego merupakan badan moral dalam kepribadian dan benar-benar mempertimbangkan
apakah sesuatu benar atau salah.
Menurut Sigmud Frued, moralitas muncul antara usia 3-6 tahun. Periode ini dikenal
dengan periode munculnya konflik oedipus dan Electra. Anak-anak usia dini berkeinginan
memiliki orang tua yang berbeda jenis, namun menekan keinginan tersebut karena takut
hukuman dan kehilangan cinta oarng tua. Untuk memelihara cinta oarangtauanya, anak-anak
membentuk superego, atau kata hati, dnegan kmengidentifikasi diri dengan orang tua yang
berjenis kelamin sama, pada saat itu mereka mengambil standar-standar moral yang menjadi
kepribadian mereka.
2) Perkembangan moral anak menurut teori perkembangan kognitif
Jean Piaget adalah pakar psikologi dari Swiss yang hidup dari tahun 1896-1980. Pada
awalnya Piaget lebih tertarik meneliti tentang perkembangan kognitif pada manusia. Piaget
berpendapat bahwa anak-anak membangun sendiri secara aktif dunia kognitif mereka. Informasi
tidak sekedar dituangkan ke dalam pikiran anak lewat lingkungan. Anak-anak menyesuaikan
pemikiran mereak meliputi gagasan-gagasan baru. Proses ini dikenal dengan istilah asimilasi dan
akomodasi.
Pada tahun 1932, melalui observasi dan wawancaranya terhadap anak-anak usia 4-12 tahun
Piaget terangsang untuk memikirkan isu-isu moral. Ia mengamati anak-anak tersebut bermain
kelereng sambil berusaha mempelajari bagaimana mereka menggunakan dan memikirkan aturan-
aturan permainan. Dia juga menanyakan kepada anak-anak pertanyaan tentang aturan-aturan
etis, misalnya mencuri, berbohong, hukuman, dan keadlilan. Piaget menyimpulkan bahwa anak-
anak berpikir dnegan dua cara yang jelas-jelas berbeda tentang moralitas. Perbedaan tersebut
tergantung pada kedewasaan perkembangan mereka.
3) Menurut Hurlock, mengemukakan bahwa kata moral berasal dari mores bahasa latin yang
berarti tata cara kebiasaan atau adat istiadat. Dalam kehidupan perilaku moral berarti perilaku
yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, perilaku moral dikendalikan konsep-konsep
moral peraturan perilaku yang menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
Prent dalam Rakihmawati dan Yusmiatiningsih (2012:20) mengemukakan perkataan moral
berasal dari suku kata mos yang berarti tunggal sedangkan mores ‘ jamak’ diartikan sebagai adat
istiadat, kelakuan, tabiat, watak, dan akhlak. Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
moral adalah sikap perilaku atau perbuatan seseorang yang bertindak sesuai dengan adat istiadat
atau kebiasaan anggota suatu budaya.
C. Tahap-Tahap Perkembangan Moral Anak
Bayi tidak memiliki hierarki nilai dan suara hati. Bayi tergolong non moral, tidak bermoral
maupun tidak amoral, dalam artian bahwa perilakunya tidak dibimbng oleh-oleh nilai moral.
Lambat laun ia akan mempelajarinya kode moral dari orang tua dan kemudian dari guru –guru
dan teman-teman bermain dan juga ia belajar pentngnya mengikuti kode-kode moral.
Belajar berperilaku moral yang diterima oleh sekitarnya merupakan proses yang lama dan
lambat. Tetapi dasar-dasarnya diletakkan dalam masa bayi, berlandaskan dasar-dasar inilah bayi
membangun kode moral yang membimbing perilakunya bila telah menjadi besar nantinya.
Karena keterbatasan kecerdasannya, bayi menilai besar atau salahnya suatu tindakan
menurut kesenangan atau kesakitan yang ditimbulkannya dan bukan menurut baik dan buruknya
efek suatu tindakan terhadap orang lain. Oleh karena itu, bayi menganggap suatu tindakan salah
hanya bila ia merasakan sendiri akibat buruknya. Bayi tidak memiliki rasa bersalah karena
kurang memiliki norma yang pasti tentang benar atau salah. Bayi tidak mersa bersalah kalau
mengambil benda-benda milik orang lain karena tidaka memiliki konsep tentang hak milik
pribadi.
Bayi berada dalam tahap perkembangan moral yang yang oleh Piage dalam Ahmad
Susanto (2012:66) disebut moralitas dengan paksaan yang merupakan tahap pertama dari tiga
tahapan perkembangan moral. Tahap ini terakhir sampai usia 7-8 tahun dan ditandai oleh
kepatuhan otomatis kepada kepatuhan otomatis kepada aturan-aturan tanpa penalaran atau
penilaian.
Menurut Piaget, antara usia 5-12 tahun konsep anak mengenai keadilan sudah berubah.
Pengertian yang kaku dan keras tentang benar atau salah, yang dipelajari dari orang tua , berubah
dan anak mulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di sekitar pelanggaran. Jadi
relativisme moral menggantikan moral yang kaku. Misalnya untuk anak yang lebih besar bahwa
dalam beberapa situasi, berbohong dibenarkan, dan oleh karena itu berbohong tidak selalu buruk.
Kolhberg memperluas teori Piaget dan menanamkan tingkat kedua dari perkembangan
moral akhir masa kanak-kanak sebagai tingkat moralitas konvensional atau moralitas dari aturan-
aturan dan penyesuain konvensioanal atau moralitas dari aturan-aturan dan penyesuain
konvensional. Alam tahap pertama dari tingkat ini yang disebutkan Kohlberg moralitas anak
baik, anak mengikuti peraturan untuk mengambil hati orang lain dan untuk mempertahankan
hubungan-hubungan yang baik. Dalam tahap kedua, Kolhberg mengatakan bahawa kelompok
sosial menerima perturan-peraturan yang sesuai untuk semua anggota kelompok, ia harus
menyesuaikan diri dengan peraturan untuk menghindari penolakan kelompok dan celaan.
Tahap perkembangan ketiga moralitas pacsakonvensioanal. Dalam tahap ini, moralitas
didasarka pada rasa hormat kepada orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi.
Hurlock menjelaskan bahwa anak yang mempunyai IQ yang tinggi cenderung lebuh
matang dalam penilaian moral daripada anak yang tingkat kecerdasannya lebih rendah, dan anak
perempuan cenderung membentuk penilaian moral yang lebih matang daripada anak laki-laki
Tahap perkembangan moral pada anak Ahmad Susanto (2012:69-70)
1. Masa kanak-kanak (sampai usia 7 tahun), tanda-tandanya sebagai berikut:
a) Sikap keagamaan represif meskipun banyak bertanya.
b) Pandangan ketuhanan yang anthromorph (dipersonifikasikan).
c) Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum dalam ) meskipun mereka
salah melakukan partisipasi dalam berbagai kegiatan ritual.
d) Hal keTuhanannya secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya) sesuai dengan
taraf kemampuan kognitifnya yang masih bersifat egosentris (memandang segala
sesuatu dari sudut dirinya).
2. Masa anak sekolah:
a) Sikap keagamaan bersifat reseptif tetapi disertai dengan pengertian
b) Pnadangan dan paham keTuhanannya diterangkan secara rasional berdasarkan kaidah-
kaidah logika yang bersumberpada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari
eksistensi dan keagungannya.
c) Penghayatan secara rohaniah makin mendalam, melaksanakan kegiatan ritual diteria
sebagai keharusan moral.
3. Masa remaja (12-18 tahun)
Masa remaja dapat dbagi ke dalam dua sub-tahapan, masa remaja awal, dan masa remaja
akhir. Pertama, masa remaja awal ditandai dengan, antara lain:
a) Sikap negatif disebakan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang
beragama secara hypocrite yang pengakuan dan ucapannya tidak selalu sama dengan
perbuatannya.
b) Pandangan dalam hal ketuhannya menjadi kacau karena ia banyak membaca atau
mendengar berbagai konsep dan pemikiran atau aliran paham banyak yang tidak
cocok atau bertentangan satu sama lain.
c) Penghayatan rohaniahnya cenderung sketic (diliputi perasaan was-was), sehingga
banyak yang enggan melakukan berbagai ritual yang selama ini dilakukannya dengan
penukembali tentang kepatuhan

Kedua, masa remaja akhir yang ditandai oleh, antara lain:


a. Sikap kembali, pada umumnya, kearah positif dengan tercapainya kedewasaan
intelektual, bahkan agama dapat menjadi pegangan hidupnya menjelang dewasa.
b. Pendangan dalam hal keTuhannya dipahamkannya dalam konteks agama yang
dianut dan dipilihnya.
c. Penghayatan rohaniahnya kembali tenang setelah melalui proses indetifkasi dan
merindu puja ia dapat membedakan antara agama sebagai doktrin atau ajaran dan
manusia penganutnyayang baik dari yang tidak baik.
 Tahapan perkembangan moral piaget
Menurut piaget perkembangan moral terjadi dalam dua tahapan,yaitu tahap pertama
adalah tahap realisme moral atau moralitas oleh pembatasan dan tahap kedua moralitas
otonomi atau moralitas kerja sama atau hubungan timbal balik dalam tahapan pertama
perilaku anak di tentukam oleh ketaatan otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran atau
penilaian.mereka mengangap orang tua dan semua orang dewasa yang berwenang
sebagai mahakuasa dan megikuti peraturan yang di berikan pada mereka tanpa
mempertanyakan kebenaraanya.dalam tahap ini anak menilai tindakanya benar atau salah
berdaskan konskuensinya dan bukan berdasarkan motivasi di belakanngnya mereka sama
sekali megabaikan tujuan tindakkannya tersebut.
Dalam tahapan kedua , anak menilai perilaku atas dasar tujuan yang mendasarinya. Tahap
ini biasanya dimulai anatara usia 7 atau 8 tahun dan berlanjut usia 12 tahun atau lebih.
Gagasan yang kaku dan tidak luwes tentang benar salah perilaku mulai dimodifikasi.
Anak
 Tahap perkembangan perkembangan moral Kohlberg
1. Tingkat moralitas prakonvensional
Pada tahap ini perilaku anak tunduk pada kendali eksternal. Dalam tahap pertama tingkat
ini anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman dan moralitas suatu tindakan pada
akibat fisiknya. Pada tahap kedua tingkat ini, anak menyesuaikan terhadap harapan sosial
untuk memperoleh penghargaan.
2. Tingkat moralitas konvensional
bDalam tahap pertama tingkat ini anak menyesuaikan dnegan peraturan untuk mendapat
persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan mereka. Dalam tahap kedua
tingkat ini anak yakin bahwa bila kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi
seluruh anggota kelompok, mereka harus bebbuat sesuai dengan peraturan itu agar
terhindar dari kecaman dan ketidaksetujuan sosial.
3. Tingkat moralitas pasca konvensional
Dalam tahap pertama tingkat ini anak yakni bahwa harus ada keluwesan dalam
keyakinan-keyakinan moral yang memungkinkan modifikasi dan perubahan standar
moral. Dalam tahap kedua tingkat ini, orang yang menyesuaikan dengan standar sosial
dan cita-cita internal terutama untuk menghindari rasa tidak puas dengan diri sendiri dan
bukan untuk menghindari kecaman sosial.
Secara universal dan dalam urutan tertentu tahap tahap perkembangan moral di bagi
menjadi tiga bagian yang terdiri dari prakonvesional,konvesional dan pasca konvesional
Tingkat pakonvesional
Tahap pertama di mana pada tingkat yang pertama ini seorang individu akan sangat
responshif terhadap norma norma budaya ataupun simbol simbol kebudayaan laiinya,seperti
halnya yang berkaitan dengan baik,buruk,benar salah dan lain sebagainnya.walaupun demikian
biasanya individu akan mempersentasik -menurut kohlberg ada 3 tahap perkembangan moral yaitu

Dari hasil penilitian kohlberg megemukakan ada 6 tahap perkembangan moral yang
berlangsung an norma norm tersebut

Tingkat konvensional

Individi pada tingkat konvensional menemukakan pemikiran sesuai konsekuensi dan hasil akhir

Tahap kedua adalah orientasi relativis instrumental,dalam tahapan ini tindakan yang
benar di batasi sebagai tindakan yang mampu memberikan berbagai macam kepuasaan kepada
diri sendiri sehingga tidaklah mengherankan jika tahapan ini juga biasa di sebut hedonistic
orientasion

pemikiran moral pada masyarakat.pada tingkat ini seseorang meyadari dirinya sebagai seorang
individu di tengah tengah keluarga masuyarakat bangsa di nilai memiliki kebenaraanya sendiri
karena jika peyimpang dari kelompok ini akan teresolasi tahap ini terbagi menjadi dua tahapan

Tahapan yang pertama dalam tingkatan ialah orientasi kesepakatan antara pribaddi dimana
perilaku yang baik adalah yang meyenangkan dan membnatu orang lain dan di setujui oleh anak.

Tahapan kedua ialah orientasi hukum dan ketertiban di mana pada tahap ini,individu dapat
melihat sistem informasi secara keseluruhan,aturan dalam masyarakat merupakan dasar baik atau
buruknya.

Tinkat pasca konvensional

Tinkat ini di sebut moralitas yang berprinsip pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas
untuk merumuskan nilai nilai dan prinsip prinsip moral yang memiliki kebebasan dan dapat di
terapkan terlepas dari otoritas kelompok

Tahap pertama yaitu orienntasi kontrak sosial legalistk pada umumnya tahap ini sangat
berbeda dengan yang laiinya.perbuatan yang baik cenderung di rumuskan dalam kerangka hak
dan ukuran individul umum yang telah di uji secara kritis.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Anak
Menurut Hurlock dalam ( Laila Maharani, 2014:108) ada sejumlah faktor penting yang
mempengaruhi perkembangan moral anak:
a. Peran hati nurani atau atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan
salah apabila anak dihadapkan pada situasi yang memerlukan pengambilan
keputusan atas tindakan yang harus dilakukan.
b. Peran rasa bersalah dan rasa malu apabila bersikap dan berperilaku tidak seperti
.././yang diharapkan dan melanggar aturan.
c. Peran interaksi sosial dalam kesepakatan pada anak untuk sekolah, maupun
masayarakat sekitar.
d. Identifikasi dengan orang yang dikaguminya. Cara ini biasanya dilakukan secara
tidak sadar dan tanpa tekanan dari orang lain. Yang penting ada teladan dari
orang yang diidentifikasi untuk ditiru pelakunya.

Demikian juga dalam mengembangkan aspek moral peserta didik bererti bagaimana cara
membantu peserta didik untuk menjadi anak yang baik, yang mengetahui dan berperilaku atau
bersikap berbuat baik dan benar. Sikap dan perilaku moral dapat dikembangkan melalui
pendidikan dan penanaman nilai atau norma yang dilakukan secara terintegrasi dalam pelajaran
maupun kegiatan yang dilakukan anak di keluarga dan sekolah. Pendidkan bukan hanya
mempersiapkan anak menjadi manusia cerdas, tetapi juga menjadi manusia yang baik, berbudi
luhur, dan berguna bagi orang lain.
E. Implikasi Perkembangan Moral Anak dalam Kurikulum
Implikasi praktis dalam pengembangan model pembelajaran melalui pendekatan keteladanan
ini, dapat dilakukan sangat mudah dilakukan tanpa memiliki syarat, namun yang dituntut adalah
kemauan keras dari para pendidik untuk membentuk pserta didik yang memunyai pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Susanto, Ahmad. Perkembangan anak usia dini.KENCANA:Jakarta. 2012.

Khaironi, Mulyana. (2017). Pendidikan moral pada anak usia dini. E-journal.hamzanwadi.ac.id.
jurnal Golden Age Universitas Hamzanwadi Vol.01 no. 01. Diakses tanggal 30 maret 2019 jam
23:46. PG PAUD Universitas Hamzanwadi.

Siwiyanti, Leonita. (2016). Pengembangan moral anak usia dini dalam membentuk etika
wirausaha.https//www.academia.edu/30228209/pengembangan-moral-anak-usia-dini-dalam-
membentuk-etika-wirausaha. Jurnal ilmiah pendidikan Prasekolah dan sekolah awal vol.1.no.1.
diakses tanggal 30 maret 2019 jam 00:05. PG PAUD FKIP Universitas Muhammadiyah
Sukabumi.

Sit, Masganti. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. KENCANA:Depok. 2017.

Rakihmawati dan Yusmiatiningsih. (2012). Upaya meningkatkan perkembangan moral pada


anak usia dini melalui mendongen di Tk darmawanita.
https://www.google.com/url/sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.unj.ac.id/unj/indeks.ph
p/jiv/artikel/download/2675/2025/&fed=2ahUKEwiYgt6QjqvhAhURfX0KHccqA7A4ChAWM
Ad6BAgAEAE&usg=AOfFaw1FUoJBO2CsJJ/mNSARcocj. Diakses 31 Maret 2019 jam 09:02.
PG PAUD Universitas Negeri Padang.

Maharani, Laila.(2014). Perkembangan Moral Pada


Anak.https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://ejournal.radenintan.ac.id
/index.php/konseli/article/download/1483/1219&ved=2ahUKEwi2vYDq3avhAhXy6XMBHfUR
B6UQFjACegQIAxAB&usg=AovVaw1hopACYa4DqtakIR_SvqI7. Diakses tanggal 31 Maret
2019 jam 14:56. Jurnal Bimbingan dan Konseling 01 (2).Fakultas Tarbiyah dan Keguruan:
IAIAN Raden Intan lampung.

S-ar putea să vă placă și