Sunteți pe pagina 1din 35

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru.Kolaps ini dapat meliputi
subsegmen paru atau seluruh paru.Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan
dapat terjadi pada semua ras.Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda
daripada anak yang lebih tua dan remaja.
Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan atelektasis
(atau kolaps) dari suatu lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang
homogen dengan tanda pengempisan lobus. Secara patologik, hampir selalu ada pula
kelainan-kelainan lain di samping tidak adanya udara daripada lobus dan posisi yang
disebabkannya daripada dinding-dinding alveolar dan bronkhiolar.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien atelektasis
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi atelektasis.
2. Mengetahui macam-macam atelektasis.
3. Mengetahui etiologi atelektasis.
4. Mengetahui patofisiologi atelektasis.
5. Mengetahui gejala atelektasis.
6. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan atelektasis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat mengembang secara
sempurna (Somantri, 2008).
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara
dan kolaps. (Suzanne.2001).
Jadi, atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat
mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli paru yang tidak mengandung
udara.
Macam-macam Atelektasis:
1. Atelektasis Neonatorum
Atelektasis Neonatorum banyak terjadi pada bayi prematur di mana pusat pernapasan
dalam otak tidak matur dan gerakan pernapasan masih terbatas. Faktor pencetus
termasuk komplikasi persalinan yang menyebabkan.
2. Atelektasis Acquired atau Didapat
Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang menyebabkan kolaps dari
ruang udara yang sebelumnya telahberkembang. atelektasis terbagi atas absorpsi,
kompresi,kontraksi dan bercak.

2.2 Etiologi
Adapun penyebab timbulnya atelektasis adalah:
2.2.1 Etiologi intrinsik atelektasis adalah sebagai berikut :
1. Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bisa berasal di dalam bronkus seperti
tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang masif. Penyumbatan bronkus
akibat panekanan dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus, kelenjar yang
membesar.
2. Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret yang berupa
mukus.
3. Tekanan ekstra pulmonal biasanya diakibatkan oleh pneumothorak, cairan pleura,
peninggian diafragma, naiknya alat pencernaan di perut ke dalam rongga torak,
tumor thorak seperti tumor mediastinum.
4. Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan paru
yang tidak sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis
lainnya. Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran
sekret bronkus dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir
dengan memperberat keadaan atelektasis.
5. Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang
menahan rasa sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret
bronkus yang dapat memperberat terjadinya atelektasis
2.2.2 Etiologi ekstrinsik atelektasis:
1. Pneumothoraks
2. Tumor
3. Pembesaran kelenjar getah bening.
4. Pembiusan (anestesia)/pembedahan
5. Pernafasan dangkal
6. Penyakit paru-paru

2.3 Manifestasi Klinik


Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang ringan.
Gejalanyabisa berupa :
1. Gangguan pernafasan
2. Nyeri dada
3. Batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-kadang
sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).

2.4 Patofisiologi dan Pathway


Pada saat terjadi sumbatan pada bronkus, udara bagian paru yang bersangkuatan akan
terjebak. Lambat laun udara tersebut akan dihisap oleh aliran darah yang melalui daerah itu.
Cepat lambatnya atau luas tidaknya atelektasis yang terjadi akan tergantung oleh beberapa
hal, misalnya: susunan gas yang ada di dalam udara yang terjebak, yaitu oksigen akan lebih
cepat diserap daripada nitrogen atau helium, ada tidaknya saluran yang dapat meloloskan
udara yang terjebak itu dan kemungkinan yang dapat terjadi adalah adanya ventilasi
korateral sehinga udara dapat lolos melalui pori yang terdapat antara alveoli atau melalui
fistula bronkiolo-alveolar yang terjadi antara daerah atelektasis dengan daerah paru
disekelilingnya yang tak terjadi penyumbatan.
Adanya masa intra toraks dapat menyebabkan terjadinya kempis paru Karena
penekanan langsung oleh masa tersebut terhadap paru missal oleh tumor atau saluran
pencernaan yang masuk ke dalam rongga toraks karena adanya hernia diafrakmatika atau
eventerasi diafragma.
Kelainan yang dapat menimbulkan kempis paru ialah kelainan yang sifatnya non-
obstruktif. Hal yang cukup dikenal karena sering dijumpai pada bayi baru lahir adalah
atelektasis yang disebabkan oleh defek pada lapisan alveoli yang dikenal dengan nama
surfaktan. Dalam keadaan normal, surfaktan sanggup mencegah kempisnya alveoli karena
tegangan permukaan yang diciptakannya dapat mengimbangi perubahan tekanan didalam
alveoli itu sendiri.

2.5 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali
mengembangkan jaringan paru yang terkena.
Tindakan yang biasa dilakukan :
1. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa
mengembang
2. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
3. Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )
4. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
5. Postural drainase
6. Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
7. Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan
atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu
diangkat.
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang
mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut
ataupun kerusakan lainnya.
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:
2.6 Medis
1. Pemeriksaan bronkoskopi
2. Pemberian oksigenasi
3. Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid)
4. Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)
5. Pemeriksaan bakteriologis
2.7 Keperawatan
1. Teknik batuk efektif
2. Pegaturan posisi secara teratur
3. Melakukan postural drainase dan perkusi dada
4. Melakukan pengawasan pemberian medikasi secara teratur

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ATELEKTASIS


2.8 IDENTITAS
Nama, Umur, terjadi pada bayi yang baru lahir, anak-anak atau pada usia tua. Jenis kelamin
bisa terjadi pada pria dan wanita
2.9 RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan utama
Pada atelektasis keluhan utama yang dirasakan adalah
a. Sesak nafas
b. Nyeri dada
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasakan sesak nafas, setelah beraktivitas dan merasakan nyeri dada pada
bagianyangterkena atelektasis
3. Riwayat penyakit keluarga
Pasien tidak mempunyai penyakit menurun
4. Riwayat penyakit dahulu
Pada saat lahir pasien pernah mengalami kelainan yaitu setelah lahir belum sempat
terjadi tangis yang pertama
5. Riwayat psikososial
a. Pasien merasakan cemas karena mengalami nyeri
b. Pasien jarang berkomunikasi dengan lingkungan sekitar
2.10 PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pengkajian pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan bertujuan untuk mengetahui
bagaimanakah persepsi klien mengenai sehat-sakit dan kesehatannya saat ini.
2. Pola Nutrisi Metabolik
a. Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat
kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan
keseimbangan nitrogen.
b. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan.
Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar
elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium
serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 - 5 mmol/l) dan
kadar kreatinin serum (0,70 - 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait
erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa
dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi..
3. Pola Eliminasi
Pada pasien dengan gangguan pernapasan sedikit dijumpai yang mengalami gangguan
eliminasi urin dan bowel.
4. Pola Aktifitas dan Latihan
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Makan/minum
Toileting

Skore 0 : mandiri
Skore 1 : dibantu sebagian
Skore 2 : perlu dibantu orang lain
Skore 3 : perlu bantuan orang lain dan alat
Skore 4 : tergantung / tidak mampu
Pada pasien dengan gangguan pernapasan pola aktifitas dan latihan sedikit terganggu.

5. Pola Istirahat Tidur


Selama sakit : pada pasien dengan gangguan pernapasan sering dijumpai bahwa pola
istirahat tidur mereka terganggu dengan keluhan utama dan beberapa faktor lain yang
mempengaruhi.
6. Pola Kognitif dan Sensori
Pada pasien dengan gangguan pernapasan sering dijumpai pasien kesulitan berbicara
karena tidak dapat mengontrol pola pernapasan.
7. Pola Persepsi Konsep Diri
Pada umumnya seseorang yang mengalami sakit pasti merasakan perubahan dalam
dirinya
8. Pola Koping
Koping individu dan keluarga yang berbeda-beda menghasilkan respon yang berbeda
pula. Jika koping individu dan keluarga baik maka respon yang muncul adalah adaptif.
Jika koping individu dan keluarga buruk maka responnya akan maladaptif.
9. Pola seksual reproduksi
Pada pasien dengan gangguan pernapasan sering dijumpai pola seksual reproduksinya
terganggu.
10. Pola peran hubungan
Klien dengan gangguan pernapasan selama sakit ia merasa kehilangan peran di dalam
keluarga dan masyarakat.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Pada pasien dengan gangguan pernapasan sering ditemukan klien mengatakan ibadahnya
agak terganggu.

2.11 PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum :
Kesadaran : Pemeriksaan dengan GCS bertujuan untuk mengkaji tingkat
kesadaran pasien.
Tanda-tanda vital : pemeriksaan TTV dilakukan untuk mengetahui keadaan pasien
dalam rentang normal atau tidak yang meliputi tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan
dan suhu.
2. Kulit
Pemeriksaan pada kulit bertujuan untuk mengetahui warna, kelembaban, dan turgor
kulit.pemeriksaan pada kulit juga untuk mengetahui ada tidaknya edema.
3. Kepala/ rambut
Pemeriksaan pada kepala/rambut dilakukan untuk mengetahui kesimetrisan kepala, warna
rambut, kebersihan kepala dan ada edema.
4. Mata
Pemeriksaan pada mata dilakukan untuk mengetahui:
Fungsi pengelihatan : kanan dan kiri baik/buruk
Ukuran pupil : kanan dan kiri (normal:2mm) isokor/unisokor
Konjungtiva : anemis / tidak anemis
Lensa/iris : warna lensa dan kekeruhan lensa
Oedema palpebra : ada tidaknya oedem
Palpebra : kanan dan kiri ada tidaknya petosis
Skelera : ikterik/tidak ikterik
5. Telinga
Pemeriksaan pada telinga dilakukan untuk mengetahui:
Fungsi pendengaran : kanan dan kiri Baik/buruk
Kebersihan : kanan dan kiri bersih/kotor
Daun telinga : kanan dan kiri simetris, elastis, lesi ada/tidak
Fungsi keseimbangan : kanan dan kiri baik/buruk
Serumen : kanan dan kiri tidak ada/ada
6. Hidung dan sinus
Pemeriksaan pada hidung dilakukan untuk mengetahui:
Infeksi : kesimetrisan
Fungsi penciuman : baik/buruk
Pembengkakan : ada/tidak. polip ada/tidak
Kebersihan : bersih/kotor
Perdarahan : tidak/ada
Serumen : ada/tidak
7. Mulut dan tenggorokan
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui:
Membrane mukosa : Kering/lembab dan pucat/tidak
Keadaan gigi : Lengkap/tidak
Tanda radang : ada/tidak
(bibir,gusi,lidah)
Trismus : ada/tidak kesulitan buka mulut.
Kesulitan menelan : disfagia ada/tidak
8. Leher
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui:
Trakea(simetris/tidak) : simetris/tidak
Carotid bruid : ada bunyi bruid/tidak
JVP : ada/ tidak
Kelenjar limfe : ada pembesaran/tidak
Kelenjar toroid : ada pembengkakan/tidak
Kaku kuduk : ada/tidak

9. Thorak/paru
Inspeksi : simetris/tidak, RR, menggunakan otot bantu/tidak
Palpasi : ekspansi paru simetris/tidak
Perkusi : resonan/tidak pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler, ada suara tambahan/tidak (ronkhi, wheezing).
10. Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat/tidak
Paspasi : ictus cordis teraba pada ICS ke berapa
Perkusi : batas-batas jantung
Auskultasi : S1 dan S2 terdengar jelas/tidak, ada/tidak bunyi tambahanS3 dan
S4, murmur dan gallop ada/tidak
11. Abdomen
Inspeks : Simetris/tidak, ada jaringan parut/tidak, vena menonjol/tidak,
asites/tidak
Auskultasi : mengetahui frekuensi bising usus
Perkusi : Tympani/tidak
Palpasi : hepar dan limfa teraba/tidak, ada pembesaran hepar dan
limfa/tidak.
12. Genitalia : kebersihan, ada tanda-tanda radang/tidak. Ada lesi/tidak
13. Rectal : ada haemoriod/tidak, ada lesi atau kemerahan/tidak, ada massa /
tidak
14. Ekstrimitas
Ekstrimitas atas : kanan dan kiri perabaan akral, ada oedema/tidak, genggaman
tangan kuat/tidak
Ekstrimitas bawah : kanan dan kiri perabaan akral, ada oedema tidak, kekuatan
ROM : gerakan aktif/tidak, perlu dibantu/tidak
Kekuatan otot : otot lemah/kuat
15. Vascular perifer
Capilari refille : normal/tidak (normal:2detik)
Clubbing : menonjol/tidak
Perubahan warna : sianosis tidak
(kuku,kulit,bibir)
2.12 Pemeriksaan penunjang
Dengan mengambil sample (secret) dari pasien untuk diperiksa di laboratorium.
Prosedurvisualisasi:
1. Rontgen Thorax
Rontgen thorax dilakukan untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur dan
proses-proses abnormal
2. CT-SCAN
CT-SCAN dilakukan untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal
3. Broncoscopy
Bronkoscopy dilakukan untuk memperoleh sample biopsy dan cairan atau sample
sputum atau benda asing yang menghambat jalan nafas
4. Pemeriksaan Gas Darah Arteri
Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk memberikan informasi tentang difusi
gas melalui membrane alveolar dan keadekuatan oksigenasi

2.13 Analisa Data

No Dx Data Masalah Keperawatan Etiologi


1 Ds: Gangguan pertukaran Ventilasi & perfusi
keluarga pasien mengatakan sesak gas tdk seimbang
saat bernafas.
Do:
 SESAK NAPAS
 Bunyi nafas ronki
 Bunyi nafas pasien melemah
 Frekwensi nafas pasien >20x/m
 GDA tidak normal
2 Ds: Ketidakefektifan pola Pola nafas cepat dan
 PASIEN MENGATAKAN sesak nafas dangkal
nafas
Do:

 Ketidaknormalan frekuensi,
irama, dan kedalaman pernafasan
 Adanya retraksi dada
3 Ds: Ketidakafektifan Akumulasi mukus pd
keluargaa px mengatkan bahwa px bersihan jalan nafas bronkus
saat bernafas terdapat bunyi

Do:
 Tampak batuk
 bunyi nafas ronki
 bunyi nafas px melemah
 Frekwensi nafas px >20x/m
 Ro. Dada terdapat adanya bercak
putih
4 Ds: Gangguan perfusi Oksigen jaringan
KESEMUTAN jaringan perifer menurun
Do:
 sianosis
 Pengisian kembali kapiler lebih
dari tiga detik
 TD tinggi > 120/80 mmHg
 N cenderung tinggi 80-100x
/menit
 S : tinggi >37,8⁰C
 SaO2 : < 96%

2.14 Diagnosa keperawatan


1. Ketidakafektifan bersihan jalan nafas b.d akumulasi mukus pada bronkus
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d pola nafas cepat dan dangkal
3. Gangguan perfusi jaringan b.d oksigen jaringan menurun : sianosis
4. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi dan perfusi tidak seimbang

2.15 Intervensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi
1. Gangguan pertukaran tujuan:setelah 1. kajifrekuensi kedalaman pernafasan.
gas b.d ventilasi dan dilakukan tindakan R/untuk mengevaluasi derajat
perfusi tidak seimbang keperawatan selama distrespernafasan pernafasan atau
1×24 jam pasien prosespenyakit
menunjukan 2. Auskultasi bunyi nafas,cacat area
perbaikan ventilasi penurunan aliran udara /bunyi tambahan
dan oksigenasi ,(ronki,mengi,wheezing).
jaringan R/bunyi nafas mungkin redup karena
kriteria hasil: penurunan aliran udara,adanya mengi
keluarga pasien mengindikasikan spasme bronkus.
mengatakan sesak 3. Palpasi fremitus (getaran vibrasi pada saat
saat bernafas. palpasi)
Do: R/penurunan getaran fibrasi diduga ada
 pasien terlihat pengumpulan cairan
segar 4. Tinggikan kepala tempat tidur bantu
 tidak sesak napas pasien memilih posisi yang mudah untuk
 Bunyi nafas bernafas.dorong pasien untuk penafasan
vesikuler dalam atau nafas bibir.
 Frekwensi nafas R/pengiriman oksigen dapat di perbaiki
pasien 16-24 x/m dengan posisi duduk tinggi dan latihan
 GDA : nafas untuk menurunkan kolaps jalan
nafas..
5. Ajarkan teknik napas dalam kepada pasien
dan keluarga.
Kolaborasi
1. Awasi /gambaran seri GDA dan nadi
R/PaCO2 biasanya meningkat
(bronchitis,emfisema)dan PaCO2 secara
umum menurun sehingga terjadi hipoksia
2. Berika oksigen tambahan sesuai degan
indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
R/memperbaiki atau mencegah
memburuknya hipoksia
DIURETIK
2 Ketidakefektifan pola Pola nafas kembali 1. Observasi tanda dan gejala sianosis
nafas efektif setelah R/ Sianosis merupakan salah satu tanda
dilakukan tindakan manifestasi ketidakadekuatan suply O2
keperawatan selama pada jaringan tubuh perifer
3 × 24 jam, dengan 2. Observasi tanda-tanda vital
kriteria hasil: R/ Dyspneu, sianosis merupakan tanda
 Batuk berkurang terjadinya gangguan nafas disertai dengan
 Ronki berkurang kerja jantung yang menurun timbul
 Bunyi nafas takikardia dan capilary refill time yang
pasien lebih memanjang/lama.
adekuat 3. Observasi timbulnya gagal nafas.
 Frekwensi nafas R/ Ketidakmampuan tubuh dalam proses
pasien normal respirasi diperlukan intervensi yang kritis
16-20x/menit dengan menggunakan alat bantu
pernafasan (mekanical ventilation).Atur
posisi semi fowler
R/ Jalan nafas yang longgar dan tidak ada
sumbatan proses respirasi dapat berjalan
dengan lancar.
4. Berikan informasi pada pasien tentang
penyakitnya
R/ Informasi yang adekuat dapat
membawa pasien lebih kooperatif dalam
memberikan terapi
5. Berikan terapi oksigenasi
R/ Pemberian oksigen secara adequat
dapat mensuplai dan memberikan
cadangan oksigen, sehingga mencegah
terjadinya hipoksia.
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam
memberikan pengobatan
R/ Pengobatan yang diberikan berdasar
indikasi sangat membantu dalam proses
terapi keperawatan
3 Ketidakafektifan Tujuan : Mandiri
bersihan jalan nafas setelah dilakukan 1. auskultasi bunyi nafas.catat adanya bunyi
b.d akumulasi mukus tindakan nafas ,misal: mengi ,ronki.
pada bronkus keperawatan selama R/beberapa derajat spasme bronkus terjadi
1×24 jam pasien dengan obtruksi jalan nafas dan terdapat
menunjukan perilaku nafas adventisius.
mencapai bersihan 2. kaji frekwensi kedalaman pernafasan dan
jalan nafas. gerakan dada
kriteria hasil: R/pernafasan dangkal dan gerakan dada
S.D.A tidak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding
dada/cairan paru.
3. observasi warna kulit,membran
mukosa,dan kuku
R/sianosis kuku menunjukan adanya
vasokontruksi,sianosis membram mukosa
dan kulit sekitar mulut menunjukan
hipoksemia sistemik
4. berikan air minum hangat sedikitnya 2500
ml/hari
5. Ajarkan teknik batuk efektif kepada
pasien.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
1. bronkodilator,mis :egonis :epinefrin
(adrenalin ,vaponefrin ) Xantin
,mis:aminofilin ,oxtrifilin.
R/merilekskan otot halus dan menurunkan
kongesti lokal
2. berikan humidikasi
tambahan,mis:nebulizer
ultranik,humidifier aerosol ruangan
R/kelembaban menurunkan kekentalan
sekret dan
mempermudahpengeluaran secret.
3. berikan pengobatan pernafasan
,misal;fisioterapi dada
R/drainase postural dan perkusi bagian
penting untuk
mengencerkan secret.dan memperbaiki
ventilasi pada segmen

4 Gangguan perfusi Tujuan: selama 1. Kaji adanya perubahan kesadaran.


jaringan perifer. dilakukan tindakan Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit
keperawatan selama yang dingin dan penurunan kualitas nadi
3 x 24 jam tidak perifer..
terjadi penurunan 2. Kolaborasi dalam:
perfusi jaringan Perifer dengan oksimetri (saturasi oksigen
perifer. 96-100%)
Pemeriksaan AGD (Analisa Gas Darah),
BUN (Blad Urea Nitrogen), Serum
ceratinin dan elektrolit.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An.B DENGAN ATELEKTASIS
3.1 Kasus
An.B brumur 8thn, didiagnosa medis: atelektasis dibawa ke rumah sakit dengan keluhan
sesak nafas. Adanya sianosis dan batuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran
menurun disertai riwayat kejang demam (seizure). Kesadaran : Tidak komposmentis, BB :
28 Kg, TB :117 Cm .Tanda-tanda vital:TD :100/80 mmHg, ND: 50/menit, RR:14/menit, S
: 36,5 °C.

Tanggal Masuk RS : 22 November 2012


Tanggal / Jam Pengkajian : 23 November 2012
Metode Pengkajian : Autoanamnesa dan Alloanamnesa
Diagnosa Medis : Ateleksitas

3.2 Pengkajian
3.2.1 Data Biografi
Identitas Klien:
Nama : An. B
Umur : 8 th
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Alamat : Jl.Padang harapan
Tanggal masuk RS : 22 November 2012
Tanggal Pengkajian : 23 November 2012
Catatan kedatangan : kursi roda ( ), Ambulan ( ), Brankar ( √ )
Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi :
Nama/Umur : Tn E/ 30
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl lingkar barat
Sumber Informasi : Pasien, keluarga.

3.2.2 RIWAYAT PENYAKIT


1. Keluhan utama
sesak napas.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan dua hari sebelum masuk rumah sakit awalnya ia mengalami kehilangan
nafsu makan dan mual muntah, kemudian sesak nafas. Klien kemudian dibawa oleh
keluarga ke RS terdekat. Sesampainya di RS klien langsung ditangan oleh dokter dan
perawat.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan bahwa ia sangat rentan terhadap virus influenza, oleh karena itu iya
sering mengalami influernza.
4. Riwayat Kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun.

3.2.3 Pola Fungsi Gordon


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Persepsi terhadap penyakit :
Pasien merasakan dengan penyakit yang ia alami menyebabkan hilangnya kenyamanan.
Sering terjadi sesak napas.
2. Pola nutrisi dan metabolism
Diet/suplemen khusus : pasien biasa mengkonsumsi minuman ringan seperti fanta,
pepsi,coca-cola, sprite.
Intruksi diet sebelumnya : belum ada intruksi diet sebelumnya.
Nafsu makan : menurun
(nomal, meningkat, menurun)
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis :pasien mengalami stomatitis, mual
danmuntah.
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir(naik/turun): BB pasien menurun sebanyak 5 kg (33 kg
menjadi28 kg).
Kesulitan menelan (disfagia) : adaGigi (lenkap/tidak,gigi palsu) :
lengkap
Riwayat masalah kulit/penyembuhan :tidak ada
(ruam,kering,keringatberlebihan, penyembuhan abnormal)
Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada
Frekuensi makan : menurun (2x sehari)
Jenis makanan : Karbohidrat, protein, lemak
Pantangan/alergi : pasien tidak boleh makan-makanan yang
berminyak seperti goreng-gorengan.
3. Pola Eliminasi
Buang air besar (BAB) :
Frekuensi : 1x/hari
Waktu : pagi hari
Warna : kuning
Konsistensi : lunak
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak terdapat kesulitan
Buang air kecil (BAK) :
Frekuensi : 4-6x/hari
Warna : kuning jernih
Kesulitan : tidak ada
4. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri :
0 = Mandiri 3 = Dibantu orang lain dan peralatan
1 = Dengan alat bantu 4 = Ketergantungan/ tidak mampu
2 = dibantu orang lain
Kegiatan / aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Berpakaian/ berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempa tidur √
Berpindah √
Berjalan √

5. Pola istirahat dan tidur


Lama tidur : 6 jam/malam, 1-2 jam tidur siang
Waktu : 22.00-04.00 Wib
Kebiasan menjelang tidur : berdoa
Masalah tidur : terbangun dini
6. Pola kognitif dan persepsi
Status mental : sadar, compos mentis
Bicara : normal (√ ), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspesif ( )
Kemampuan berkomunikasi : ya (√ ), tidak ( )
Kemampuan memahami : ya (√ ), tidak ( )
Tingkat ansietas : ringan (√ ), sedang ( ), berat ( ), panik ( )
Pendengaran : DBN (√ ), tuli ( ),kanan/kiri, tinitus ( ), alat bantu dengar
Penglihatan : DBN (√ ), buta, katarak, kacamata, lensa kontak, dll )
Vertigo : Tidak ada
Ketidaknyamanan/nyeri : adanya ketidaknyamanana dan ada nyeri.
7. Persepsi diri dan konsep diri
Perasan klien tentang masalah ini, klien mengatakan sesak nafas sangat dirasakan karena
akibat penyakit atelektasis
8. Pola peran dan hubungan
Klien adalah seorang pelajar, hubungan dengan teman sebaya baik.
Kegiatan sosial : klien masih bisa untuk datang bersekolah .
9. Pola seksual dan reproduksi
Tanggal menstruasi terakhir :-
Masalah menstruasi :-
Pap Smear terakhir :-
Masalah sexual b/d penyakit :-
Lain-lain :-
10. Pola koping dan toleransi stress
Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (Finansial, perawatan diri) :
baik, tetapi klien sedikit merasa ketakutan dengan kondisi RS (dokter,suster).
Kehilangan/ perubahan besar dimasa lalu : tidak ada
Hal yang dilakukan saat ada masalah ( sumber koping ) : musyawarah dengan keluarga
Penggunaan obat yang dilakukan untuk menghilangkan stress : tidak ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari ( santai/ tegang ): santai
11. Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : baik, pasien mengatakan bahwa ia rajin sholat

3.2.4 Pemerikasaan Fisik


1. Keadaan umum :
Penampilan umum: Penampilan tidak baik, gaya bicara tidak terkoordinasi, bicara tidak
jelas
Kesadaran : composmentis
BB : 28 Kg
TB : 117 Cm
Tanda-tanda vital :
TD : 100/80 mmHg
ND : 50/menit
RR : 14/menit
S : 36,5 °C
2. Kulit
Warna kulit : Warna kulit pucat
(sianosis,ikterus,pucat,eritema,dll).
Kelembapan : Kering
Turgor kulit : Elastis
Ada/tidaknya oedema : Tidak ada
3. Kepala/ rambut
Inspeksi : Kepala simetris, warna rambut kusam, kurang bersih dan tidak
berketombe.
Palpasi : Textur tidak halus dan kering, tidak berminyak, tidak ada benjolan atau
masa
4. Mata
Fungsi penglihatan : Baik, visus 6/6.
Ukuran pupil : 2mm
Konjungtiva : anemis
Lensa/iris : Lensa warna hitam, tidak ada kekeruhan lensa
Oedema palpebral : tidak ada odema palpebral
Palpebra : Terbuka
Skelera : Tidak ikterik
5. Telinga
Fungsi pendengaran : Baik
Kebersihan : bersih
Daun telinga : simetris, elastis, lesi tidak ada, tidak ada tanda-tanda mastoiditis
Fungsi keseimbangan: baik
Secret : tidak ada
6. Hidung dan sinus
Infeksi : Bentuk simetris, tidak ada deformitas
Fungsi penciuman : baik, dapat membedakan bau
Pembengkakan : tidak ada, polip tidak ada
Kebersihan : bersih
Perdarahan : tidak ada
Sekret : ada
7. Mulut dan tenggorokan
Membrane mukosa : Kering dan pucat
Keadaan gigi : Lengkap
Tanda radang : tidak ada
(bibir,gusi,lidah)
Trismus : tidak ada kesulitan buka mulut.
Kesulitan menelan : disfagia tidak ada
8. Leher
Trakea(simetris/tidak) : Simetris saat dilakukan palpasi
Carotid bruid : ada bunyi bruid
JVP : 5-2 cm H2O
Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Kelenjar toroid : tidak ada pembengkakan
Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk dan kepala mpasien bias fleksi ke
dada
9. Thorak/paru
Inspeksi : inspeksi dada tidak simetri, RR : 14x/menit, menggunakan otot
Bantu pernafasan
Palpasi : Fremitus Ka≠Ki, ekspansinparu tidak simetris
Perkusi : resonan pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler
10. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Paspasi : ictus cordis teraba 1 jari LMCS RIC ke5
Perkusi : batas atas jantung RIC ke2
batas kanan : linea sternalis dextra
batas kiri : 1 jari linea mid clavikula sinistra
batas bawah : 1 jari LMCS RIC
Auskultasi : S1 dan S2 terdengar jelas, tidak ada bunyi tambahan S3ndan S4,
murmur dan gallop tidak ada
11. Abdomen
Inspeksi : Simetris, jaringan parut tidak ada, vena tidak menonjol, asites
tidak ada
Auskultasi : B.U, 12x/i
Perkusi : Tympani
Palpasi : hepar dan limfa tidak teraba, tidak ada pembesaran hepar dan
limfa.
12. Genitalia : bersih, tanda-tanda radang tidak ada. Lesi tidak ada
13. Rectal : haemoroid tidak ada, lesi atau kemerahan tidak ada, massa tidak ada
14. Ekstrimitas
Ekstrimitas atas : kanan dan kiri akral hangat, oedema tidak ada,
genggaman tangan kuat
Ekstrimitas bawah : kanan dan kiriAkral hangat, oedema tidak ada, kekuatan
penuh
ROM : gerakan aktif tanpa dibantu
Kekuatan otot : otot lemah
Alat bantu ( kruk, pispot, tongkat, kursi roda) : tidak ada
Keluhan saat beraktivitas : nafas semakin sesak,
Lain-lain :-
15. Vascular perifer
Capilari refille :3 detik
Clubbing : tidak menonjol
Perubahan warna : kilit sedikit pucat
(kuku,kulit,bibir)
16. Neurologis
Kesadaran(GCS) :
Status mental : compos mentis/15
Motorik : normal; gerak menurut perintah
Sensorik : normal, percakapan adekuat
Saraf cranial : normal
Refleks fisiologis : baik, ekstremitas semua bisa digerakkan
3.2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Diagnostik

Hari/ tanggal Jenis pemeriksaan Hasil


22 november Rontgen Dada Tampak bercak pada
2012 beberapa lobus paru

3.2.6 TERAPI OBAT


Hari/tanggal Jenis terapi Dosis Rute Indikasi

22-11-2012 O2 3l/menit Nasal Untuk membantu


kanul pernafasan dengan
pemberian O2 yang
masuk

Nebulizer 1cc/12jam Oksigen Untuk mengencerkan dan


(combiven masker mengeluarkan secret
& bisolvon)
Methyl .... 125 IV Untuk mengurangi sesak
gr/12jam nafas

Extimon 1gr /12jam IV Untuk antibiotic


3.2.7 ANALISA DATA
Nama klien : An.B
Ruang Rawat : Kemuning
Diagnosa medic : Atelektasis
No Data Problem Etiologi
1. Ds:keluargaa pasien mengatakan Ketidakafektifan Akumulasi mukus
bahwa pasien saat bernafas bersihan jalan nafas pada bronkus
terdapat bunyi
Do:
-bunyi nafas ronki
-bunyi nafas pasien melemah
-Frekwensi nafas px >16x/m

2 Ventilasi & perfusi


Ds : keluarga pasien mengatakan Gangguan
tdk seimbang
sesak saat bernafas. pertukaran gas
Do : pasien terlihat lemah.
Bunyi nafas ronki
Bunyi nafas pasien melemah
Frekwensi nafas pasien >16x/m

3. Ds: keluarga pasien mengatakan


Anoreksia
pasien sering muntah dan tidak muntahan dan bau
nafsu makan.
Do: pasien terlihat lemah dan pucat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret (
bronkospasme ), lemah, penurunan energi.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus
3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap anoreksia yang
berhubungan dengan muntahan dan bau.

3.2.8 INTERVENSI
Nama klien : An.B
Ruang Rawat : Kemuning
Diagnosa medic : Atelektasis
No Diagnosa Tujuan Keriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1 Bersihan  Setelah  Jalan nafas bebas  Berbaring  Berbari
jalan nafas dilakukan atau dahak dapat pada sisi paru- ng pada
tidak efektif intervensi dikeluarkan . paru yang posisi yang
berhubunga keperawatan  Dispnea dan sehat sehingga sehat akan
n dengan selama 3x 24 takipnea tidak ada. paru-paru yang akan
peningkatan jam diharapkan  Kesulitan terkena menciptakan
produksi jalan nafas bernapas tidak ada. kembali bisa kenyamanan
sekret ( paten/ kembali  Penggunaan otot mengembang pasien
bronkospas efektif, dahak bantu pernapasan tidak  Perkusi  Perkusi
me ), lemah, dapat ada. (menepuk- akan
penurunan dikeluarkan dan  TTV DBN: nepuk) dada mengencerk
energi. tidak sulit dalam TD:120-130/80- an dahak
bernafas 85mmHg  Menghilan  Melaui
ND;60-100x/i gkan bronkoscopy
RR:16-24x/i penyumbatan, akan bisa
baik melalui melihat
bronkoskopi penyumbata
maupun n ( obstruksi
prosedur jalan nafas
lainnya
2 Kerusakan  Setelah di  Berpartisipasi  Jadwalkan
pertukaran lakukan dalam program pengobatan
gas intervensi pengobatan dalam pernapasan
berhubunga keperawatan tingkat sedikitnya 1
n dengan selama 3 x 24 kemampuan/situasi jam sebelum
obstruksi jam di harapkan  Dispnea & makan
jalan nafas pertukaran gas takipnea tidak ada.
oleh sekresi, atau oksigenasi  Kesulitan bernafas
spasme ade kuat, tidak tidak ada.
bronchus. ada lagi obtruksi  Gelisah tidak ada.
jalan nafas  TTV DBN :
TD : 120-130/80-85
mmHg
ND : 80-100 x /i
RR :16-24 x/i
 Hb : 14 -18 dr/dL.

3 Perubahan  Setelah di  Menunjukkan  Auskultasi  Menuru


nutrisi, lakukan peningkatan nafsu bunyi usus. nkan efek
kurang dari intervensi makan Observasi/ mual yang
kebutuhan keperawatan  Mempertahankan/ palpasi distensi berhubunga
tubuh, risiko selama 3 x 24 meningkatkan berat abdomen. n dengan
tinggi jam di harapkan badan.  Berikan pengobatan
terhadap kebutuhan  Klien tidak mual makan porsi ini.
anoreksia nutrisi terpenuhi lagi. kecil dan  Bunyi
yang / intake ade  BB stabil /tidak sering usus
berhubunga kuat. turun atau naik. termasuk mungkin
n dengan  Klien dapat makanan menurun/
muntahan menghabiskan ¾ - 1 kering atau tak ada bila
dan bau. porsi makan yang di makanan yang proses
berikan. nenarik untuk infeksi
 Mukosa bibir pasien. berat/
lembab. memanjang.
 Nilai lab DBN : Distensi
Hb : 14-18 gr/dL abdomen
Albumin : 3,5-5,5 terjadi
gr/dL sebagai
Protein total : 6,0-8,0 akibat
gr/dL menelan
udara atau
menunjukka
n pengaruh
toksin
bakteri pada
saluran GI.

 Tindaka
n ini dapat
meningkatka
n masukan
meskipun
nafsu makan
mungkin
lambat
untuk
kembali.
3.2.9 IMPLEMENTASI
No. TANGGAL/ NO. IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD
JAM DX.
1. Jumat, 1 Memantau adanya pucat dan S : klien mengatakan sesak
23-11-2012 sianosis nafas
08.00 O : pucat pada bibir tidak ada
1 Memberikan terapi medik sianosis
sesuai program S:-
(memberikan oksigen O: RR:22x/menit
3l/mnt) Ekspresi wajah tenang
3 berikan diit yang sesuai S: klien mengatakan tidak
nafsu makan
O: badan lemah, mukosa kering
12.00 1 Mengajarkan teknik S:-
relaksasi pada pasien dan O: klien dan keluarga terlihat
keluarga paham dan kooperatif
RR: 20x/menit
3 Berikan diit yang sesuai S: klien mengatakan nafsu
makan sedikit bertambah
O:klien mau makan, badan
masih lemah
15.15 1 Memberikan terapi medik S: -
sesuai program (penggunaan O: sputum mengencer dan
nebulizer) keluar
17.30 3 Berikan diit yang sesuai S: klien mengatakan mau
makan walaupun sedikit demi
sedikit
O: klien tampak masih lemah
20.00 1,2 Mengatur posisi semifowler S: klien mengatakan “ya”
O: pernafasan klien terlihat
lebih ringan
21.00 1,2 Memantau suara pernafasan S: -
pasien saat tidur O: ronkhi terdengar pelan

2 Sabtu, 1 Mengobservasi TTV pasien S:-


. 24-11-2012 O: TD: 140/90mmHg
07.00 N: 88x/menit
S: 36,8⁰C
RR: 20x/menit
3 Berikan diit yang sesuai S: klien mengatakan
makanannya terasa hambar
O: klien masih tampak lemah
1 Mengajarkan latihan nafas S: klien mengatakan “ya”
dalam O: klien terlihat bersemangat
RR: 19x/menit
12.00 3 Berikan diit yang sesuai S: -
O: klien tampak masih lemah

15.00 1 Memberikan terapi medik S:-


sesuai program (penggunaan O: sputum kembali mengencer
nebulizer) dan keluar
17.00 3 Berikan diit yang sesuai S:klien mengatakan sudah bisa
merasakan makanannya
O:klien tampak membaik
20.00 1,2 Mengatur posisi semifowler S: klien mengatakan “ya”
O:klien terlihat tenang
RR: 18x/menit
21.00 1,2 Mengauskultasi bunyi S:-
pernafasaan klien saat tidur O: tidak ada suara tambahan
ronkhi

3 Minggu, 1 Mengobservasi TTV S:-


25-11-2012 O: TD: 120/80mmHg
07.00 N: 80x/menit
S: 36,5⁰C
RR: 18x/menit
3 Berikan nutrisi yang sesuai S: klien mengatakan makannya
hampir habis 1 porsi
O: klien tampak membaik,
mukosa tidak kering.
09.00 1 Memberikan terapi medik S:-
sesuai program O: sisa sputum keluar
(menggunakan nebulizer)

3.2.10 EVALUASI
No. Tanggal/jam No. Dx EVALUASI TTD

1 24-09-2012 1,2 S: klien mengatakan sesak nafas sedikit berkurang


07.00 O: RR ; 20x/menit
- Capillary refill 2detik
- Suara ronkhi terdengar pelan
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
- Ajarkan teknik relaksasi
- Berikan terapi oksigen 3l/menit
- Berikan terapi nebuliszer (combiven dan
bisolvon 1cc)
3 S: klien mengatakan tidak nafsu makan
O: wajah terlihat pucat, mukosa kering
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
2 25-09-2012 1,2 S: klien mengatakan tidak sesak lagi
07.00 O: RR 18x/menit
- Klien terlihat segar dan nyaman
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
3 S: Klien mengatakan nafsu makan sedikit meningkat
O: klien terlihat tenang dan masih lemah
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. Penyebab dari
atelektasis bisa bersifat obstruktif maupun non-obstruktif.Penyebab obstruktif bisa berasal dari
dalam saluran pernafasan maupun dari luar saluran pernafasan. Sedangkan penyebab non-
obstruktif bisa disebabkan oleh adanya kompresi jaringan paru atau pengembangan alveoli yang
tidak sempurna dan akhirnya mengalami kolaps.
Diagnosa atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisis. Secara
radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus.

Dibahas munculnya masalah nutrisi konsep ngga ada

5.2 Saran
5.2.1 Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang atelektasis dan
problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health
education mengenai atelektasis kepada para orangtua terhadap anak yang utama.
5.2.2 Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya atelektasis dan
meningkatkan pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall Edisi 8. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta


Nanda International 2009.Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. EGC : Jakarta
Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi edisi 6,vol.2. Penerbit buku
kedokteran.EGC.Jakarta.
Somantri Irman.2008.Keperawatan Medikal Bedah:Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Pernapasan.Jakarta.Salemba medika
Suzanne C. Smeltzer &Brenda G. Bare.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
vol.1.penerbit buku kedokteran:EGC.Jakarta
Tarwoto & Wartonah.2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.Edisi 4.
Salemba Medika : Jakarta
Willkinson Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta

S-ar putea să vă placă și