Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru.Kolaps ini dapat meliputi
subsegmen paru atau seluruh paru.Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan
dapat terjadi pada semua ras.Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda
daripada anak yang lebih tua dan remaja.
Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan atelektasis
(atau kolaps) dari suatu lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang
homogen dengan tanda pengempisan lobus. Secara patologik, hampir selalu ada pula
kelainan-kelainan lain di samping tidak adanya udara daripada lobus dan posisi yang
disebabkannya daripada dinding-dinding alveolar dan bronkhiolar.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien atelektasis
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi atelektasis.
2. Mengetahui macam-macam atelektasis.
3. Mengetahui etiologi atelektasis.
4. Mengetahui patofisiologi atelektasis.
5. Mengetahui gejala atelektasis.
6. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan atelektasis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat mengembang secara
sempurna (Somantri, 2008).
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara
dan kolaps. (Suzanne.2001).
Jadi, atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat
mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli paru yang tidak mengandung
udara.
Macam-macam Atelektasis:
1. Atelektasis Neonatorum
Atelektasis Neonatorum banyak terjadi pada bayi prematur di mana pusat pernapasan
dalam otak tidak matur dan gerakan pernapasan masih terbatas. Faktor pencetus
termasuk komplikasi persalinan yang menyebabkan.
2. Atelektasis Acquired atau Didapat
Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang menyebabkan kolaps dari
ruang udara yang sebelumnya telahberkembang. atelektasis terbagi atas absorpsi,
kompresi,kontraksi dan bercak.
2.2 Etiologi
Adapun penyebab timbulnya atelektasis adalah:
2.2.1 Etiologi intrinsik atelektasis adalah sebagai berikut :
1. Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bisa berasal di dalam bronkus seperti
tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang masif. Penyumbatan bronkus
akibat panekanan dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus, kelenjar yang
membesar.
2. Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret yang berupa
mukus.
3. Tekanan ekstra pulmonal biasanya diakibatkan oleh pneumothorak, cairan pleura,
peninggian diafragma, naiknya alat pencernaan di perut ke dalam rongga torak,
tumor thorak seperti tumor mediastinum.
4. Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan paru
yang tidak sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis
lainnya. Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran
sekret bronkus dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir
dengan memperberat keadaan atelektasis.
5. Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang
menahan rasa sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret
bronkus yang dapat memperberat terjadinya atelektasis
2.2.2 Etiologi ekstrinsik atelektasis:
1. Pneumothoraks
2. Tumor
3. Pembesaran kelenjar getah bening.
4. Pembiusan (anestesia)/pembedahan
5. Pernafasan dangkal
6. Penyakit paru-paru
2.5 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali
mengembangkan jaringan paru yang terkena.
Tindakan yang biasa dilakukan :
1. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa
mengembang
2. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
3. Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )
4. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
5. Postural drainase
6. Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
7. Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan
atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu
diangkat.
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang
mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut
ataupun kerusakan lainnya.
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:
2.6 Medis
1. Pemeriksaan bronkoskopi
2. Pemberian oksigenasi
3. Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid)
4. Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)
5. Pemeriksaan bakteriologis
2.7 Keperawatan
1. Teknik batuk efektif
2. Pegaturan posisi secara teratur
3. Melakukan postural drainase dan perkusi dada
4. Melakukan pengawasan pemberian medikasi secara teratur
Skore 0 : mandiri
Skore 1 : dibantu sebagian
Skore 2 : perlu dibantu orang lain
Skore 3 : perlu bantuan orang lain dan alat
Skore 4 : tergantung / tidak mampu
Pada pasien dengan gangguan pernapasan pola aktifitas dan latihan sedikit terganggu.
9. Thorak/paru
Inspeksi : simetris/tidak, RR, menggunakan otot bantu/tidak
Palpasi : ekspansi paru simetris/tidak
Perkusi : resonan/tidak pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler, ada suara tambahan/tidak (ronkhi, wheezing).
10. Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat/tidak
Paspasi : ictus cordis teraba pada ICS ke berapa
Perkusi : batas-batas jantung
Auskultasi : S1 dan S2 terdengar jelas/tidak, ada/tidak bunyi tambahanS3 dan
S4, murmur dan gallop ada/tidak
11. Abdomen
Inspeks : Simetris/tidak, ada jaringan parut/tidak, vena menonjol/tidak,
asites/tidak
Auskultasi : mengetahui frekuensi bising usus
Perkusi : Tympani/tidak
Palpasi : hepar dan limfa teraba/tidak, ada pembesaran hepar dan
limfa/tidak.
12. Genitalia : kebersihan, ada tanda-tanda radang/tidak. Ada lesi/tidak
13. Rectal : ada haemoriod/tidak, ada lesi atau kemerahan/tidak, ada massa /
tidak
14. Ekstrimitas
Ekstrimitas atas : kanan dan kiri perabaan akral, ada oedema/tidak, genggaman
tangan kuat/tidak
Ekstrimitas bawah : kanan dan kiri perabaan akral, ada oedema tidak, kekuatan
ROM : gerakan aktif/tidak, perlu dibantu/tidak
Kekuatan otot : otot lemah/kuat
15. Vascular perifer
Capilari refille : normal/tidak (normal:2detik)
Clubbing : menonjol/tidak
Perubahan warna : sianosis tidak
(kuku,kulit,bibir)
2.12 Pemeriksaan penunjang
Dengan mengambil sample (secret) dari pasien untuk diperiksa di laboratorium.
Prosedurvisualisasi:
1. Rontgen Thorax
Rontgen thorax dilakukan untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur dan
proses-proses abnormal
2. CT-SCAN
CT-SCAN dilakukan untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal
3. Broncoscopy
Bronkoscopy dilakukan untuk memperoleh sample biopsy dan cairan atau sample
sputum atau benda asing yang menghambat jalan nafas
4. Pemeriksaan Gas Darah Arteri
Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk memberikan informasi tentang difusi
gas melalui membrane alveolar dan keadekuatan oksigenasi
Ketidaknormalan frekuensi,
irama, dan kedalaman pernafasan
Adanya retraksi dada
3 Ds: Ketidakafektifan Akumulasi mukus pd
keluargaa px mengatkan bahwa px bersihan jalan nafas bronkus
saat bernafas terdapat bunyi
Do:
Tampak batuk
bunyi nafas ronki
bunyi nafas px melemah
Frekwensi nafas px >20x/m
Ro. Dada terdapat adanya bercak
putih
4 Ds: Gangguan perfusi Oksigen jaringan
KESEMUTAN jaringan perifer menurun
Do:
sianosis
Pengisian kembali kapiler lebih
dari tiga detik
TD tinggi > 120/80 mmHg
N cenderung tinggi 80-100x
/menit
S : tinggi >37,8⁰C
SaO2 : < 96%
2.15 Intervensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi
1. Gangguan pertukaran tujuan:setelah 1. kajifrekuensi kedalaman pernafasan.
gas b.d ventilasi dan dilakukan tindakan R/untuk mengevaluasi derajat
perfusi tidak seimbang keperawatan selama distrespernafasan pernafasan atau
1×24 jam pasien prosespenyakit
menunjukan 2. Auskultasi bunyi nafas,cacat area
perbaikan ventilasi penurunan aliran udara /bunyi tambahan
dan oksigenasi ,(ronki,mengi,wheezing).
jaringan R/bunyi nafas mungkin redup karena
kriteria hasil: penurunan aliran udara,adanya mengi
keluarga pasien mengindikasikan spasme bronkus.
mengatakan sesak 3. Palpasi fremitus (getaran vibrasi pada saat
saat bernafas. palpasi)
Do: R/penurunan getaran fibrasi diduga ada
pasien terlihat pengumpulan cairan
segar 4. Tinggikan kepala tempat tidur bantu
tidak sesak napas pasien memilih posisi yang mudah untuk
Bunyi nafas bernafas.dorong pasien untuk penafasan
vesikuler dalam atau nafas bibir.
Frekwensi nafas R/pengiriman oksigen dapat di perbaiki
pasien 16-24 x/m dengan posisi duduk tinggi dan latihan
GDA : nafas untuk menurunkan kolaps jalan
nafas..
5. Ajarkan teknik napas dalam kepada pasien
dan keluarga.
Kolaborasi
1. Awasi /gambaran seri GDA dan nadi
R/PaCO2 biasanya meningkat
(bronchitis,emfisema)dan PaCO2 secara
umum menurun sehingga terjadi hipoksia
2. Berika oksigen tambahan sesuai degan
indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
R/memperbaiki atau mencegah
memburuknya hipoksia
DIURETIK
2 Ketidakefektifan pola Pola nafas kembali 1. Observasi tanda dan gejala sianosis
nafas efektif setelah R/ Sianosis merupakan salah satu tanda
dilakukan tindakan manifestasi ketidakadekuatan suply O2
keperawatan selama pada jaringan tubuh perifer
3 × 24 jam, dengan 2. Observasi tanda-tanda vital
kriteria hasil: R/ Dyspneu, sianosis merupakan tanda
Batuk berkurang terjadinya gangguan nafas disertai dengan
Ronki berkurang kerja jantung yang menurun timbul
Bunyi nafas takikardia dan capilary refill time yang
pasien lebih memanjang/lama.
adekuat 3. Observasi timbulnya gagal nafas.
Frekwensi nafas R/ Ketidakmampuan tubuh dalam proses
pasien normal respirasi diperlukan intervensi yang kritis
16-20x/menit dengan menggunakan alat bantu
pernafasan (mekanical ventilation).Atur
posisi semi fowler
R/ Jalan nafas yang longgar dan tidak ada
sumbatan proses respirasi dapat berjalan
dengan lancar.
4. Berikan informasi pada pasien tentang
penyakitnya
R/ Informasi yang adekuat dapat
membawa pasien lebih kooperatif dalam
memberikan terapi
5. Berikan terapi oksigenasi
R/ Pemberian oksigen secara adequat
dapat mensuplai dan memberikan
cadangan oksigen, sehingga mencegah
terjadinya hipoksia.
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam
memberikan pengobatan
R/ Pengobatan yang diberikan berdasar
indikasi sangat membantu dalam proses
terapi keperawatan
3 Ketidakafektifan Tujuan : Mandiri
bersihan jalan nafas setelah dilakukan 1. auskultasi bunyi nafas.catat adanya bunyi
b.d akumulasi mukus tindakan nafas ,misal: mengi ,ronki.
pada bronkus keperawatan selama R/beberapa derajat spasme bronkus terjadi
1×24 jam pasien dengan obtruksi jalan nafas dan terdapat
menunjukan perilaku nafas adventisius.
mencapai bersihan 2. kaji frekwensi kedalaman pernafasan dan
jalan nafas. gerakan dada
kriteria hasil: R/pernafasan dangkal dan gerakan dada
S.D.A tidak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding
dada/cairan paru.
3. observasi warna kulit,membran
mukosa,dan kuku
R/sianosis kuku menunjukan adanya
vasokontruksi,sianosis membram mukosa
dan kulit sekitar mulut menunjukan
hipoksemia sistemik
4. berikan air minum hangat sedikitnya 2500
ml/hari
5. Ajarkan teknik batuk efektif kepada
pasien.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
1. bronkodilator,mis :egonis :epinefrin
(adrenalin ,vaponefrin ) Xantin
,mis:aminofilin ,oxtrifilin.
R/merilekskan otot halus dan menurunkan
kongesti lokal
2. berikan humidikasi
tambahan,mis:nebulizer
ultranik,humidifier aerosol ruangan
R/kelembaban menurunkan kekentalan
sekret dan
mempermudahpengeluaran secret.
3. berikan pengobatan pernafasan
,misal;fisioterapi dada
R/drainase postural dan perkusi bagian
penting untuk
mengencerkan secret.dan memperbaiki
ventilasi pada segmen
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An.B DENGAN ATELEKTASIS
3.1 Kasus
An.B brumur 8thn, didiagnosa medis: atelektasis dibawa ke rumah sakit dengan keluhan
sesak nafas. Adanya sianosis dan batuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran
menurun disertai riwayat kejang demam (seizure). Kesadaran : Tidak komposmentis, BB :
28 Kg, TB :117 Cm .Tanda-tanda vital:TD :100/80 mmHg, ND: 50/menit, RR:14/menit, S
: 36,5 °C.
3.2 Pengkajian
3.2.1 Data Biografi
Identitas Klien:
Nama : An. B
Umur : 8 th
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Alamat : Jl.Padang harapan
Tanggal masuk RS : 22 November 2012
Tanggal Pengkajian : 23 November 2012
Catatan kedatangan : kursi roda ( ), Ambulan ( ), Brankar ( √ )
Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi :
Nama/Umur : Tn E/ 30
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl lingkar barat
Sumber Informasi : Pasien, keluarga.
3.2.8 INTERVENSI
Nama klien : An.B
Ruang Rawat : Kemuning
Diagnosa medic : Atelektasis
No Diagnosa Tujuan Keriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1 Bersihan Setelah Jalan nafas bebas Berbaring Berbari
jalan nafas dilakukan atau dahak dapat pada sisi paru- ng pada
tidak efektif intervensi dikeluarkan . paru yang posisi yang
berhubunga keperawatan Dispnea dan sehat sehingga sehat akan
n dengan selama 3x 24 takipnea tidak ada. paru-paru yang akan
peningkatan jam diharapkan Kesulitan terkena menciptakan
produksi jalan nafas bernapas tidak ada. kembali bisa kenyamanan
sekret ( paten/ kembali Penggunaan otot mengembang pasien
bronkospas efektif, dahak bantu pernapasan tidak Perkusi Perkusi
me ), lemah, dapat ada. (menepuk- akan
penurunan dikeluarkan dan TTV DBN: nepuk) dada mengencerk
energi. tidak sulit dalam TD:120-130/80- an dahak
bernafas 85mmHg Menghilan Melaui
ND;60-100x/i gkan bronkoscopy
RR:16-24x/i penyumbatan, akan bisa
baik melalui melihat
bronkoskopi penyumbata
maupun n ( obstruksi
prosedur jalan nafas
lainnya
2 Kerusakan Setelah di Berpartisipasi Jadwalkan
pertukaran lakukan dalam program pengobatan
gas intervensi pengobatan dalam pernapasan
berhubunga keperawatan tingkat sedikitnya 1
n dengan selama 3 x 24 kemampuan/situasi jam sebelum
obstruksi jam di harapkan Dispnea & makan
jalan nafas pertukaran gas takipnea tidak ada.
oleh sekresi, atau oksigenasi Kesulitan bernafas
spasme ade kuat, tidak tidak ada.
bronchus. ada lagi obtruksi Gelisah tidak ada.
jalan nafas TTV DBN :
TD : 120-130/80-85
mmHg
ND : 80-100 x /i
RR :16-24 x/i
Hb : 14 -18 dr/dL.
Tindaka
n ini dapat
meningkatka
n masukan
meskipun
nafsu makan
mungkin
lambat
untuk
kembali.
3.2.9 IMPLEMENTASI
No. TANGGAL/ NO. IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD
JAM DX.
1. Jumat, 1 Memantau adanya pucat dan S : klien mengatakan sesak
23-11-2012 sianosis nafas
08.00 O : pucat pada bibir tidak ada
1 Memberikan terapi medik sianosis
sesuai program S:-
(memberikan oksigen O: RR:22x/menit
3l/mnt) Ekspresi wajah tenang
3 berikan diit yang sesuai S: klien mengatakan tidak
nafsu makan
O: badan lemah, mukosa kering
12.00 1 Mengajarkan teknik S:-
relaksasi pada pasien dan O: klien dan keluarga terlihat
keluarga paham dan kooperatif
RR: 20x/menit
3 Berikan diit yang sesuai S: klien mengatakan nafsu
makan sedikit bertambah
O:klien mau makan, badan
masih lemah
15.15 1 Memberikan terapi medik S: -
sesuai program (penggunaan O: sputum mengencer dan
nebulizer) keluar
17.30 3 Berikan diit yang sesuai S: klien mengatakan mau
makan walaupun sedikit demi
sedikit
O: klien tampak masih lemah
20.00 1,2 Mengatur posisi semifowler S: klien mengatakan “ya”
O: pernafasan klien terlihat
lebih ringan
21.00 1,2 Memantau suara pernafasan S: -
pasien saat tidur O: ronkhi terdengar pelan
3.2.10 EVALUASI
No. Tanggal/jam No. Dx EVALUASI TTD
5.2 Saran
5.2.1 Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang atelektasis dan
problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health
education mengenai atelektasis kepada para orangtua terhadap anak yang utama.
5.2.2 Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya atelektasis dan
meningkatkan pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA