Sunteți pe pagina 1din 11

ANALISIS RAGAM GENETIK, HERITABILITAS DAN SIDIK LINTAS

KARAKTER AGRONOMIK JAGUNG HIBRIDA SILANG TUNGGAL


Genetic Variance, Heritabily and Path Analysis of Single Crosses Hybrid Maize

ABSTRAK
Keberhasilan seleksi pada program pemuliaan tanaman sangat ditentukan keragama genetik, nilai
heritabilitas dan korelasiantar karakter agronomi dan hasil panen. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
keragaman genetik, heritabilitas dan pengaruh karakter agronomi terhadap karakter hasil.Penelitian
dilaksanakan pada Februari sampai Mei 2016 di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Perlakuan terdiri dari
dua belas genotip jagung hibrida, ditata dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan
tiga ulangan. Karakter yang diamati adalah tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, jumlah tongkol panen,
bobot kupasan basah, rendemen, kadar air panen, bobot 100 biji, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah
baris per tongkol, jumlah biji per baris, dan hasil panen biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keragaman genetik karakter agronomi adalah luas kecuali diameter tongkol. Hampir semua nilai
heritabilitas komponen hasil termasuk tinggi, kecuali bobot tongkol panen dan diameter tongkol. Secara
genotipik, pengaruh langsung karakter tinggi tanaman, tinggi letak tongkol dan panjang tongkol terhadap
hasil biji tergolong tinggi, sedangkan secara fenotipik hanya karakter bobot tongkol panen mempunyai
pegaruh langsung tinggi terhadap hasil biji
Kata-kata kunci: Jagung hibrida, keragaman genetik, korelasi dan heritabilitas
ABSTRACT
The success of selection in plant breeding program are is determined by genetic variabiliities,
heritability values and the correlation between agronomic characters and yield. The study aims to determine
the genetic variability, heritability and the effec of agronomic characters to grain yield. Research was
conducted in February to May 2016 in Grobogan, Central Java. The experiment consists of twelve
genotypes of maize hybrids, arranged in a randomized block design (RBD) with three replications. The
characters were observed were plant height, ear hight, number of ear harvesting harvested, shelling
percentage, moisture content of grain harvesting harvested, weight of 100 grains, ear length, ear diameter,
number of rows per ear, number of seeds per row per ear, and grain yields. The results showed that the Commented [I1]: ???
genetic variability of agronomic characters was broad, except ear diameter. Almost all of the heritability
values of yield components gave were high, except ear harvest and ear diameter. The characters of plant
height, ear height and as the genotypic gave high of a direct effect on the yield higher, while direct effect Commented [I2]: ??
of the phenotypic character of ear hairves on grain yield areh igher. Commented [I3]: ??
Key word: Maize hybrid, genetic variance, corretions and heritabilities.
Commented [I4]: ??

PENDAHULUAN dan rekayasa genetika. keragaman genetik yang Commented [I5]: ??


Efisiensi program pemuliaan tanaman bisa tinggi disamping memperbesar peluang
ditingkatkan dengan memperhatikan nilai kombinasi sifat-sifat baik yang diinginkan, juga
keragaman genetik dan fenotipik, heritabilitas, memungkinkan dilaksanannya perbaikan sifat
dan korelasi antar sifat dalam pelaksanaan tiap melalui seleksi secara langsung.
tahapnya (Nzuve, Githiri, Mukunya, & Gethi, Nilai heritabilitas dapat menentukan waktu dan
2014). Keragaman merupakan modal dasar metode seleksi suatu sifat tanaman., ini
pemuliaan tanaman, sukses dan tidaknya program dikarenakan heritabilitas memberikan gambaran
ini sangat tergantung pada luasnya keragaman proporsi ragam genetik terhadap ragam fenotipik
genetik yang tersedia pada populasi dasar yang dapat diwariskan kepada keturunannya
(Suprapto & Kairudin, 2007; Tiwari, 2015). (Crowder, 1979; Phoelman, 1979;
Keragaman genetik merupakan gambaran Puspodharsono, 1988). Nilai heritabilitas berkisar
terdapatnya variasi antar individu dalam suatu antara 0 dan 1. Heritabilitas dengan nilai 0 berarti
populasi (Litrico & Violle, 2015; Sa’diyah, bahwa keragaman fenotipe terutama disebabkan
Widiastuti, & Ardian, 2013). Selain berasal dari oleh faktor lingkungan. Sedangkan nilai
plasma nutfah yang telah ada, keragaman dapat heritabilitas 1 berarti keragaman genotipe
diinduksi melaui proses introduksi, persilangan, disebabkan oleh faktor genetik. Sifat yang
memiliki nilai heritabilitas tinggi, seleksi dapat Percobaan dilaksanakan di Kabupaten
dilakukan pada generasi awal dengan Grobogan dari bulan Februari sampai Mei 2016.
menggunakan metode seleksi massa atau seleksi Perlakuan terdiri dari dua belas genotipe jagung
galur murni. Sifat heritabilitas rendah seleksi hibrida yaitu HBSTK01, HBSTK03, HBSTK05,
dilaksanakan pada generasi lanjut dengan metode HBSTK06, HBSTK07, HBSTK08, HBSTK09,
pedigree, singlet seed descent, progeny test HBSTK10, HBSTK11, HBSTK13, Bima 16, Commented [I6]: Jelaskan…dari mana asal genotipe hibrida ini,
(Aryana, 2010), Pertiwi 3. Perlakuan disusun dalam rancangan bgmn cara seleksinya, sejak kapan seleksinya, seleksi untuk karakter
apa ??.
Informasi tentang korelasi genotipik dan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan.
Commented [B7R6]: Untuk sumber genotipe tidak bisa
fenotipik antarsifat juga diperlukan dalam Ukuran petak percobaan adalah 3 x 5 m, jarak
dicantumkan karena berhubungan dengan HAKI pemulia tanaman
merencakan program pemuliaan. Informasi tanam 75 x 20 cm satu tanaman per lubang
tersebut bisa berguna ntuk mempersingkat waktu sehingga terdapat 25 tanaman per baris.
seleksi. Korelasi merupakan suatu metode untuk Pemupukan pertama pada 7 HST dengan dosis
menentukan keeratan antar karakter dengan 200 kg Urea, dan 300 kg phonska per ha.
karakter lainnya (Bechere, Boykin, & Zeng, 2014; Pemupukan kedua pada 30 HST dengan dosis 200
Maftuchah, Reswari, Ishartati, Zainudin, & kg urea per ha. Pemeliharaan tanaman antara lain
Sudarmo, 2015). Secara genetik korelasi antar penyiangan, pengairan, dan pembumbunan
sifat dapat terjadi karena adanya fenomena dilakukan secara optimal. Pemanenan dilakukan
pleiotropi dan linkage. Analisis sidik lintas perlu di dua baris tengah petak percobaan.
dilakukan agar didapatkan informasi yang lebih Karakter yang diamati adalah tinggi tanaman,
detil tentang pengaruh karakter terhadap karakter tinggi letak tongkol, jumlah tongkol panen,
utama (Hary Pudjiwati, Kuswanto, Basuki, & bobotkupasan basah, rendemen, kadar air panen,
Noor Sugiharto, 2013). Analisis sidik lintas bisa bobot 100 biji, panjang tongkol, diameter tongkol,
membagi pengaruh suatu karakter menjadi jumlah baris per tongkol, jumlah biji per baris,
pengaruh langsung dan tidak langsung. hasil pada kadar air panen 15 % dikonversi ke
Selanjutnya analisa korelasi dan sidik lintas bisa satuan ton per hektar dengan menggunakan
digunakan untuk menjelaskan hubungan yang rumus:
10.000 100-KA
kompleks antarkarakter yang diamati (Seesang, Hasil biji(t/ha)= × ×B×R÷1.000
LP 100-15
Siripicchit, Somchit, & Sreewongchai, 2013). LP=Luas panen (m2), KA =Kadar air panen Saat
Penelitian bertujuan untuk mengetahui Panen (%), B=Bobot Kupasan basah (kg) dan
heritabilitas, keragaman genetik serta korelasi R=Rendemen (%)
genotipik dan fenotipik karakter agronomik
jagung hibrida silang tunggal. Nilai keragaman genetik dan fenotipik
diturunkan dari analisis ragam (Hallauer &
BAHAN DAN METODE Miranda, 1988), seperti yang disajikan pada Tabel Commented [I8]: Menurut siapa ??
1.
Tabel 1 Daftar analisis ragam dan taksiran kuadrat tengah
Sumber Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat Tengah TaksiranKuadrat
keragaman (JK) (KT) Tengah (TKT)
Ulangan r-1 JKr KTr 2 + g2r
Genotipe g-1 JKg KTg 2 + r2g
Galat (g-1) (r-1) JK KT 2
Berdasarkan tabel 1, maka ragam genetik dan 2 KTg 2 KTε2
ragam fenotipik dapat dihitung σσ2 g = √ [ + ]
KTg −KTε r 2 db genotipe + 2 db galat + 2
𝜎2g = , σ2 p = KTg + ε/r Commented [B9]: Tidak benar
r Standar deviasi ragam Fenotipik:
Nilai h2 dihitung adalah heritabilitas arti luas, Commented [B10]: Varian=ragam
2 KTg 2 Standar deviasi= simpangan baku
menurut Allard (1960) sebagai berikut: σσ2 p =√ 2[ ] (gunakan istilah ini dalam seluruh tulisan)
σ2 g r db genotipe + 2
H2 = 2
σ p Keragaman genetik dan fenotipik di
Selanjutnya nilai H2 dikelompokkan menurut kelompokkan berdasar Pinaria et al. (1995):
Stansfield (1983), sebagai berikut: 2g<22g : sempit, 2g≥22g : luas, dan
H2 > 0,5 tinggi, 0,2  H2  0,5 sedang, H2 < 2p<22p : sempit, 2p≥22p
0,2 rendah. Nilai kovarian genetik dan fenotipik diturunkan
Standar deviasi ragam genetik: dari analisis peragam (Singh & Chaudhary, 1979),
seperti yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Daftar analisis peragam xy


Nilai Harapan Kovarian
Sumber keragaman Derajat bebas Kovarian (K)
(NHK)
Ulangan r-1 Kr 212+ g2r
Genotipe g-1 Kg 212+ r2g1g2
Galat (g-1) (r-1) K 2  1  2

Berdasarkan tabel 1, maka kovarian genetik dan P1y = Pengaruh langsung secara genotipik dan
kovarian fenotipik dapat dihitung fenotipik dari sifat ke-1 terhadap Y (hasil)
Kg −Kε
Peragam genotipik σ2 g1 g 2 = Pny = Pengaruh langsung secara genotipik dan
r
Peragam penotipik σ p1 p2 = σ2 g1 g 2 + K ε
2 fenotipik dari sifat ke- n terhadap Y (hasil)
σ 2 g 1 g2 r1nPny = Pengaruh tidak langsung secara
Korelasi genotipik xy=rgxy=
√σ2 g1 σ2 g2 genotipik dan fenotipik dari sifat ke- 1 terhadap Y
σ2 p1 p2
Korelasi penotipik xy=rpxy= (hasil)
√σ2 p1 σ2 p2
Untuk uji signifikansi koefisien korelasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
fenotipik dan genotipik antara dua karakter
Analisis sidik ragam menujukkan bahwa
digunakan uji t dengan rumus.
terdapat perbedaan pada semua karakter yang
n−2 diamati (Tabel 3). Semakin besar nisbah
t = r√
1 − r2 perbandingan antara KT genotipe dengan KT
Kemudian nlai t dibandingkan dengan nilai t galat menunjukkan bahwa karakter tersebut lebih
pada tabel nilai t dengan df=n-2 dengan tingkat beragam. Namun keragaman yang muncul pada
kesalahan 5 % (Sharma, 1988) karakter tersebut perlu dipelajari lebih lanjut
Guna mengetahui pengaruh langsung dan tidak untuk mengetahui keragaman yang muncul lebih
langsung secara genotipik dan fenotipik dilakukan disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan
analisis sidik lintas sebagai berikut (Samonte et al. (Nur, Iriany, & Takdir, 2013). Nilai koefisien Commented [B11]: Bagaimana cara perhitungannya
1998) keragaman (KK) pada karakter yang diamati
R1y = P1y + r12P2y + r13P3y +…+ r1nPny adalah berkisar antara 2,2-22,1%. KK adalah rasio
R2y = r12P1y +P2y + r23P3y +…+ r2nPny nilai standar deviasi terhadap nilai rata-rata
Rny = r1nP1y + r2nP2y + r3nP3y +…+ Pny umum. Nilai KK memberikan gambaran tentang
Di mana: keragaman yang terdapat di dalam suatu populasi
R1y = Koefisien korelasi sederhana secara pada suatu percobaan. Jika KK semakin kecil
11genotipik dan fenotipik dari sifat ke-1 dengan maka derajat ketelitian semakin tinggi sehingga
sifat Y (hasil) sem
R2y = Koefisien korelasi sederhana secara
genotipik dan fenotipik dari sifat ke-2 dengan sifat
Y (hasil)
Tabel 3 Nilai KT karakter agronomik jagung di Grobogan pada MH2016
Karakter KT Genotipe KT Galat KK % Commented [B12]: Apa arti KK disini bila nilainya besar atau
kecil ?
Tinggi tanaman 619,79** 59,98 3,6
Tinggi letak tongkol 208,84** 21,75 4,1
Jumlah tongkol panen 261,87** 40,99 20,0
Bobot kupasan basah 4,63** 1,17 22,1
Rendemen 14,20** 2,99 2,2
Kadar air panen 10,61** 1,59 4,0
Bobot 100 biji 32,47** 6,99 8,0
Panjang tongkol 3,74** 0,75 5,6
Diameter tongkol 0,10* 0,04 4,2
Jumlah baris per tongkol 4,44** 0,52 4,7
Jumlah biji per baris 25,24** 4,77 6,5
Hasil biji 2,92** 0,73 20,9

Rangkuman secara deskriptif karakter yang memiliki kisaran yang tinggi. Kisaran yang
diamati disajikan pada Tabel 4.Karakter jumlah rendah terdapat pada kadar air panen panen,
tongkol panen, berat kupasan basah dan hasil biji diameter tongkol dan rendemen (Tabel 4).

Tabel 4. Nilai Kisaran, rata-rata dan standar deviasi karakter agronomik jagung di Grobogan padaMH 2016.
Karakter Kisaran Rata-rata Standar deviasi Commented [B13]: Membandingkan perbedaan keragaman
antar variabel (apalagi satuannya berbeda) tidak tepat
Tinggi tanaman (cm) 190,40-243,40 214,89 15,60
menggunakan standar deviasi
Tinggi letak tongkol (cm) 95,60-127,60 113,03 9,06
Commented [B14R13]: Table ini
Jumlah tongkol panen 9,00-45,00 31,94 10,44
Bobot kupasan basah (kg) 1,82-7,95 4,90 1,51
Rendemen 0,74-0,84 0,79 0,03
Kadar air panen (%) 26,30-36,10 31,75 2,12
Bobot 100 biji (gr) 26,94-41,85 33,14 3,92
Panjang tongkol (cm) 13,02-17,78 15,52 1,35
Diameter tongkol (cm) 4,22-5,,24 4,63 0,24
Jumlah baris per tongkol 13,20-18,00 15,24 1,32
Jumlah biji per baris 26,20-40,80 33,52 3,37
Hasil biji (ton/ha) 1,55-6,42 4,09 1,19

Keragaman genetikmerupakan salah satu faktor panjang tongkol, jumlah biji perbaris dan hasil biji
yang penting dalam proses seleksi pada mempunyai keragaman genetik luas. Karakter
pemuliaan tanaman. Menurut Pinaria et al. (1995), diameter tongkol dan jumlah baris memiliki
faktor yang berpengaruh terhadap keragaman keragaman genetik sempit. Karakter yang
genetik suatu populasi antara lain latatr belakang memiliki keragaman genetik luas akan memiliki
genetik pembentuk populasi, populasi tersebut keragaman fenotipe luas. Karakter yang memiliki
merupakan generasi bersegregasi dari suatu keragaman genetik yang sempit belum tentu
persilangan pada generasi ke berapa. memiliki keragaman fenotipe yang sempit.
Karakter tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, Fenomena tersebut dikarenakan fenotipe
jumlah tanaman panen, bobot kupasan basah, merupakan hasil interaksi antara faktor genetik
rendemen, kadar air panen, bobot 100 biji, dan lingkungan (Syukur et al. 2010). Commented [I15]: Syukur et al.,
Commented [B16]: Pernyataan darimana?
Tabel5. Ragam genotipik, ragam fenotipik, standar deviasi ragam genetik, standar deviasi ragam
fenotipik dan heritabilitas karakter agronomik jagung di Grobogan pada MH 2016.

Tabel 4. Ragam genotipik, ragam fenotipik, standar deviasi ragam genetik, standar deviasi ragam
fenotipik dan heritabilitas karakter agronomik jagung di Grobogan pada MH 2016
Karakter σ2g σ2p 2g 2p h2
TT 186,60 246,58 3,34 (L) 3,25 (L) 0,76 (T)
T Tkl 62,36 84,11 1,94 (L) 1,89 (L) 0,74 (T)
JTP 73,63 114,62 2,20 (L) 2,12 (L) 0,64 (T)
BKB 1,15 2,32 0,30 (L) 0,28 (L) 0,50 (Sd)
R 3,73 6,73 0,52 (L) 0,49 (L) 0,55 (T)
KA 3,01 4,59 0,44 (L) 0,43 (L) 0,65 (T)
B100 8,49 15,49 0,79 (L) 0,75 (L) 0,55 (T)
P Tkl 1,00 1,74 0,27 (L) 0,25 (L) 0,57 (T)
D Tkl 0,02 0,06 0,04 (S) 0,04 (S) 0,35 (Sd)
JBT 1,31 1,83 0,28 (L) 0,28 (L) 0,71 (T)
JBB 6,82 11,59 0,69 (L) 0,66 (L) 0,59 (T)
Hasil 0,73 1,46 0,24 (L) 0,22 (L) 0,50 (T)
Keterangan: σ2g=ragamgenotipik, σ 2g =ragam fenotipik, 2g=standar deviasi varians
genetik,2p=standar deviasi varians fenotipik, h2=heritabilitas, TT=Tinggi tanaman, T TKl=
Tinggi letak tongkol, JTP=Jumlah tongkol panen, BKB=Bobot kupasan basah, R=Rendemen,
KA=Kadar air panen, PTkl=Panjang Tongkol, DTkl=Diameter tongkol, JBT=Jumlah baris
biji per tongkol, JBB=Jumlah biji per baris, B 100=Bobot 100 biji Hasil=Hasil Biji, L=Luas,
S=Sempit, T=Tinggi, Sd=Sedang.
Oleh karena itu perlu kajian lebih komprehensif
Dari dua belas karakter yang diamati hanya dua tentang keeratan hubungan tersebut melalui
karakter yang memiliki nilai heritabilitas sedang, korelasi genotipik dan fenotipik.
yang lainnya memiiki nilai heritabilitas tinggi. Tabel 6 menunjukkan ada empat tipe korelasi
Kedua karakter tersebut adalah bobot kupasan genotipik dan fenotipik, yaitu korelasi genotipik
basah dan diameter tongkol. Nilai duga dan fenotipik antar karakter yang nyata dan
heritabilitas suatu karakter perlu diketahui agar arahnya sama, korelasi genotipik dan fenotipik
bisa ditetukan faktor genotip atau lingkungan nyata namun arahnya berbeda, korelasi genotipik
yang lebih berperan dalam penampilan karakter nyata tetapi korelasi fenotipik tidak nyata dan
tersebut. Sebagai contoh karakter hasil biji yang korelasi genotipik tidak nyata namun korelasi
memiliki nilai heritabilitas 0,50 berarti karakter fenotipik nyata.
hasil biji 50% dipengaruhi oleh faktor genetik dan Karakter dengan korelasi genotipik dan korelasi Commented [B17]: Maksudnya apa?
50% faktor lingkungan. Sehingga apabila mau fenotipik yang nyata dan memiliki arahn sama
meningkatkan hasil biji selain harus memperbaiki terdapat pada korelasi antara tinggi tanaman
faktor genetik, juga harus memperbaiki faktor
dengan tinggi letak tongkol, berat kupasan basah,
lingkungan baik agroekosistem maupun pola
budidayanya agar hasil biji bisa maksimal. kadar air panen jumlah baris per tongkol dan hasil
Karakter hasil biji merupakan karakter kuantitatif biji. Korelasi antara tinggi letak tongkol dengan
sehingga dari 50% faktor genetik yang bobot kupasan basah ,kadar air panen jumlah baris
berpengaruh terhadap hasil biji masih terbagi per tongkol, jumlah biji per baris dan hasil biji.
dalam ragam aditif, epistasis dan dominan. Korelasi antara jumlah tongkol panen dengan
Heritabilitas yang efektif untuk seleksi adalah dengan bobot kupasan basah,bobot kupasan basah
heritabilitas dalam arti sempit karena dapat
dengan rendemen dan hasil biji. Korelasi antara
menggambarkan ragam genetik aditifnya.
Pewarisan karakter kuantitatif sesuatu yang rendemen dengan jumlah biji per baris dan hasil.
kompleks, yang saling bebas dalam korelasi antara bobot 100 biji dengan panjang
penampilannya dan pasti saling berhubungan satu tongkol dan jumlah baris per tongkol serta
dengan lainnya (Amzeri, 2009; Martono, 2009). korelasi antara panjang tongkol dengan junlah biji
per baris. Hal ini berarti bahwa seleksi untuk satu
karakter sekaligus dapat memperbaiki karakter
lain.
koefisien korelasi genotipik yang searah
dengan koefisien korelasi fenotipik akan
menggambarkan pengaruh perbedaan-perbedaan
genotipe yang terekspresikan pada tampilan
fenotipenya, Apabila korelasi genotipik dan
korelasi genetic searah maka korelasi fenotipik
dapat digunakan sebagai landasan dalam
melakukan seleksi jika pengaruh lingkungan tidak
nyata
Tabel 6. Nilai duga korelasi genotipik dan fenotipik antar karakter agronomik jagung di Grobogan pada MH 2016
TT T Tkl JTP BKB R KA B100 P Tkl D Tkl JBT JBB
T Tkl G 0,90 **
P 0,84 **
JTP G 0,16 -0,11
P 0,30 0,09
BKB G 0,54 ** 0,37 * 0,40 *
P 0,53 ** 0,38* 0,86**
R G 0,30 0,67 ** 0,82 ** -0,53 **
P 0,00 0,29 -0,69** -0,51**
KA G 0,59 ** 0,51 ** -0,77 ** -0,06 0,33 *
P 0,50 ** 0,37* -0,09 0,16 0,09
B100 G -0,24 -0,06 -0,41 * 0,03 0,26 0,23
P -0,07 -0,03 -0,09 0,11 -0,02 0,20
P Tkl G 0,14 0,48 ** -0,28 0,44 ** 0,14 -0,05 0,49 **
P 0,00 0,18 -0,16 0,15 0,17 -0,07 0,48**
D Tkl G 0,03 -0,02 -0,04 -0,10 0,24 0,14 0,23 0,40*
P 0,10 0,02 0,02 0,18 -0,21 0,14 0,34* 0,32
JBT G 0,63 ** 0,57 ** -0,26 -0,23 0,50 ** 0,58 ** -0,57 ** -0,09 0,20
P 0,48 ** 0,44** -0,22 -0,05 0,16 0,45 -0,42* -0,12 0,17
JBB G 0,11 0,37* -0,30 0,00 0,51** -0,08 0,14 0,74** 0,28 0,19
P 0,29 0,69 ** -0,44 ** 0,15 0,58 ** -0,02 0,03 0,70** 0,48** 0,41*
Hasil G 0,52** 0,40* -0,26 0,99 ** -0,48 ** -0,15 0,01 0,44** -0,09 -0,26 0,21
P 0,50 ** 0,38* 0,86** 0,99** -0,44** 0,08 0,09 0,17 0,26 -0,09 0,05
Keterangan: TT=Tinggi tanaman, T TKl= Tinggi letak tongkol, JTP=Jumlah tongkol panen, BKB=Bobot kupasan basah, R=Rendemen, KA=Kadar air panen,
PTkl=Panjang Tongkol, DTkl=Diameter tongkol, JBT=Jumlah baris biji per tongkol, JBB=Jumlah biji per baris, B 100=Bobot 100 biji Hasil=Hasil Biji,
G=Koefisien genotipik, P==korelasi fenotipik.*= nyata pada taraf 5% **=nyata pada taraf 1%
Korelasi genetik dan korelasi genotipik yang dengan kadar air dan jumlah biji per baris.
nyata namun memiliki arah yang tidak sama Korelasi antara kadar air panen dengan jumlah
terdapat pada korelasi antara jumlah tongkol baris per tongkol dan korelasi antara panjang
panen dengan rendemen. Korelasi genotipik tongkol dengan diameter tongkol dan hasil biji.
bernilai positif sedangkan korelasi fenotipik (Ali et al, Atta, Akhter, Monneveux, & Lateef, Formatted: Font: Italic
bernilai negatif. Menurut Sutoro (2009) hal ini (2008) melaporkan bahwa terdapat korelasi Field Code Changed
dikarenakan adanya pengaruh gen nonaditif dan genotipik nyata namun korelasi fenotipik tidak Commented [I18]: Jelaskan!!
atau lingkungan. Aksi gen non-aditif ada dua nyata di tanaman gandum pada korelasi antara
macam, yaitu dominan/resesif dan tinggi tanaman dengan jumlah anakan produktif
epistasis/hipostasis. Pada aksi gen dan jumlah malai. Korelasi genotipik nyata yang
dominan/resesif ekspresi gen yang dominan tidak diikuti oleh korelasi fenotipiknya terjadi
menutup ekspresi pasangan gennya (alelnya) pada pada sifat-sifat yang pengeruh lingkungannya Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 10 pt, Font
kromosom yang homolog. Sedangkan aksi gen besar. sebabkan faktor lingkungan tidak dapat color: Auto, Indonesian, Pattern: Clear

yang epistesis/hipostasis, ekspresi gen yang mendukung ekspresi gen-gen pengendali dari
epistasis menutup ekspresi gen yang hipostasis, karakter-karakter tersebut. Commented [I19]: Menurut siapa?? Jelaskan. Bgmn hasil
yaitu gen yang bukan alelnya. Gen yang bukan Korelasi genotipik tidak nyata namun korelasi penelitian orang lain??

alelnya dapat berupa gen yang masih berada pada fenotipik nyata terdapat pada korelasi antara Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 10 pt, Font
kromosom yang sama, atau gen lain yang sudah tinggi tanaman dengan hasil biji, jumlah tongkol color: Auto, Indonesian, Pattern: Clear

lain kromosom. panen dengan jumlah tongkol panen dan hasil biji. Formatted: English (United Kingdom)
Korelasi genotipik nyata tetapi korelasi Korelasi antara bobot 100 biji dengan diameter
fenotipik tidak nyata terdapat pada korelasi antara tongkol dan jumlah baris per tongkol dengan
tinggi letak tongkol dengan rendemen dan jumlah biji per baris dan jumlah biji per baris.
panjang tongkol. Korelasi antara jumlah tongkol Analisis sidik lintas hanya dilakukan terhadap
panen dengan kadar air dan bobot 1000 biji. karakter yang berkorelasi genotipik atau fenotipik
Korelasi antara bobot kupasan basah dengan nyata terhadap hasil biji. Hasil analisa sidik lintas
panjang tongkol. Korelasi antara rendemen disajikan pada tabel 7 dan 8.

Tabel 7. Analisis sidik lintas genotipik terhadap hasil biji jagung di Grobogan pada MH 2016
TT T TKl JTkP BKB R P Tkl
Pengaruh langsung terhadap hasil 1,79 -1,28 0,08 -0,23 -0,48 1,00
Pengaruh tidak langsung melalui TT - 1,62 0,28 0,97 0,54 0,26
Pengaruh tidak langsung melalui T Tkl -1,15 - 0,14 -0,48 -0,86 -0,62
Pengaruh tidak langsung melalui JTP 0,01 -0,01 - 0,03 0,07 -0,02
Pengaruh tidak langsung melalui BKB -0,13 -0,09 -0,09 - 0,12 -0,10
Pengaruh tidak langsung melalui R -0,14 -0,32 -0,39 0,25 - -0,07
Pengaruh tidak langsung melalui P Tkl 0,14 0,48 -0,27 0,44 0,14 -
Total 0,52 0,40 -0,26 0,99 -0,48 0,44

Tabel 7 menunjukkan bahwa karakter tinggi tinggi pada karakter tinggi tanaman dan bobot
tanaman, tinggi letak tongkol dan panjang tongkol kupasan basah. karakter bobot kupasan basah
secara genetik mempunyai pengaruh langsung meskipun memiliki nilai korelasi yang tinggi
tinggi terhadap hasil biji. Karakter tinggi tanaman namun memiliki pengaruh langsung yang rendah
mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap terhadap hasil biji. (Alhussein & Idris , (2017) Commented [I21]: Apa maksudnya? Apa penyebabnya? Apa
hasil yang tiggi besar pada karakter tinggi letak dalam penelitiannya juga mendapatkan bobot hubungannya dgn selksi galur?? Bgmn hasil penelitian orang lain??

tongkol dan dan bobot kupasan basah. Karakter kupasan basah meskipun memiliki pengaruh total Field Code Changed
tinggi letak tongkol berpengaruh tidak langsung tinggi namun pengaruh langsungnya kecil. Commented [I20]: ??
Formatted: Indent: First line: 0.12", Line spacing: At least
13 pt
Keterangan: TT=Tinggi tanaman, T TKl= Tinggi letak tongkol, JTP=Jumlah tongkol panen, BKB=Bobot
kupasan basah, R=Rendemen, PTkl=Panjang Tongkol, r= nilai Korelasi C= Nilai Pengaruh
langsung terhadap hasil
Gambar 1. Gambar sidik lintas genotipik terhadap karakter hasil.
.
Tabel 8. Analisis sidik lintas fenotipik terhadap hasil biji jagung di Grobogan pada MH 2016
TT T TKl JTkP BKB R P Tkl
Pengaruh langsung terhadap hasil -0,05 0,02 0,20 0,90 0,14 0,04
Pengaruh tidak langsung melalui TT -0,04 -0,01 -0,03 0,00 0,00
Pengaruh tidak langsung melalui T Tkl 0,01 0,00 0,01 0,01 0,00
Pengaruh tidak langsung melalui JTP 0,06 0,02 0,17 -0,14 -0,03
Pengaruh tidak langsung melalui BKB 0,47 0,34 0,77 -0,46 0,13
Pengaruh tidak langsung melalui R 0,00 0,04 -0,10 -0,07 0,02
Pengaruh tidak langsung melalui P Tkl 0,00 0,01 -0,01 0,01 0,01
Total 0,50 0,38 0,86 0,99 -0,44 0,17

Tabel 8 menunjukkan bahwa karakter bobot 1. Keragaman genetik karakter agronomik


kupasan basah secara fenotipik mempunyai adalah jagung tergolong luas kecuali
pengaruh langsung tinggi terhadap hasil biji. diameter tongkol.
Disamping itu karakter tersebut juga berpengaruh 2. Hampir semua nilai heritabilitas komponen
tidak langsung yang besar terhadap hasil biji pada hasil termasuk tinggi kecuali bobot kupasan
karakter tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, basah dan diameter tongkol.
jumlah tongkol panen dan rendemen. Adanya 3. Karakter menunjukkan bahwa karakter tinggi
perbedaan pengaruh langsung secara genotipik tanaman, tinggi letak tongkol dan panjang
dan fenotipik terhadap hasil biji diakibatkan tongkol secara genetik mempunyai pengaruh
adanya pengaruh lingkungan terhadap karakter langsung tinggi terhadap hasil biji.
tersebut. 4. Karakter bobot kupasan basah secara
KESIMPULAN fenotipik mempunyai pengaruh langsung
Dari 12 genotipe jagung yang diuji, dapat tinggi terhadap hasil biji yang berarti bahwa
disimpulkan bahwa: karakter kupasan basah tersebut dapat
dipakai indicator seleksi untuk hasil tinggi. Commented [B22]: Variabel apa sebaiknya untuk keperluan
seleksi ?
Variabel yang diamati pada saat panen tidak efisien digunakan
untuk seleksi, karena bisa langsung saja seleksi pada biji nya.
Coba dibahas variabel yang dapat diamati sebelum panen
dilaksanakan.
Keterangan: TT=Tinggi tanaman, T TKl= Tinggi letak tongkol, JTP=Jumlah tongkol panen, BKB=Bobot
kupasan basah, R=Rendemen, PTkl=Panjang Tongkol, r= nilai Korelasi C= Nilai Pengaruh
langsung terhadap hasil
Gambar 2. Gambar sidik lintas fenotipik terhadap karakter hasil.

DAFTAR PUSTAKA Crowder, L. V. (1979). Genetika Tumbuhan


Terjemahan oleh L Kusdiarti dan Sutarso
1986. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Alhussein, M. B., & Idris, A. E. (2017).
Correlation And Path Analysis Of Grain Hallauer, A. R., & Miranda, J. (1988).
Yield Components In Some Maize (Zea Quantitative genetics in maize breeding.
Mays L.) Genotypes. International Journal Ames: Iowa State University Press.
of Advanced Researcha Publications, 1(1),
79–82. Hary Pudjiwati, E., Kuswanto, Basuki, N., &
Noor Sugiharto, A. (2013). Path analysis of
Ali, Y., Atta, M., Akhter, J., Monneveux, P., & some leaf characters related to downy
Lateef, Z. (2008). Genetic Variability, mildew resistance in maize. Agrivita,
Association and Diversity Studies in 35(2), 167–173.
Wheat (Triticum Aestivum L.) Germplasm.
Pak. J. Bot, 40(5), 2087–2097. Litrico, I., & Violle, C. (2015). Diversity in Plant
Breeding: A New Conceptual Framework.
Allard, R. W. (1960). Pemuliaan Tanaman. Trends in Plant Science, 20(10), 604–613.
Terjemahan oleh Mul Mulyani. 1989. https://doi.org/10.1016/j.tplants.2015.07.00
Jakarta: Bina Aksara. 7

Amzeri, A. (2009). Penampilan lima kultivar Maftuchah, Reswari, H. A., Ishartati, E.,
jagung Madura. Agrovigor, 2(1), 23–30. Zainudin, A., & Sudarmo, H. (2015).
Heretability and Correlation of Vegetative
Aryana, I. M. (2010). Uji keseragaman, and Generative Character on Genotypes of
heritabilitas dan kemajuan genetik galur Jatropha (Jatropha curcas Linn.). Energy
padi beras merah hasil seleksi silang balik Procedia, 65, 186–193.
di lingkungan gogo. Crop Agro, 17, 13–20. https://doi.org/10.1016/j.egypro.2015.01.0
58
Bechere, E., Boykin, J. C., & Zeng, L. (2014).
Genetics of ginning efficiency and its Martono, B. (2009). KERAGAMAN GENETIK,
genotypic and phenotypic correlations with HERITABILITAS DAN KORELASI
agronomic and fiber traits in upland cotton. ANTAR KARAKTER KUANTITATIF
Crop Science, 54(2), 507–513. NILAM (Pogostemon sp.) HASIL FUSI
https://doi.org/10.2135/cropsci2013.05.033 PROTOPLAS. Jurnal Littri, 15(1), 9–15.
7
Nur, A., Iriany, N. R., & Takdir, A. M. (2013). Seesang, J., Siripicchit, P., Somchit, P., &
Variabilitas genetik dan heritabilitas Sreewongchai, T. (2013). Genotypic
karakter agronomis galur jagung dengan correlation and path coeffecien for some
tester MR 14. Agro Teknos, 3(1), 34–40. agronomic traits of hybrid and inbred rice
(Oryza sativa L.) cultivars. Asian Journal
Nzuve, F., Githiri, S., Mukunya, D. M., & Gethi, of Crop Science, 5(3), 319–324.
J. (2014). Genetic Variability and
Correlation Studies of Grain Yield and Sharma, J. R. (1988). Statistical and biometrical
Related Agronomic Traits in Maize. tehniques in plant breeding (1st ed.). New
Journal of Agricultural Science, 6(9), 166– Delhi: New Age International Publisher.
176. https://doi.org/10.5539/jas.v6n9p166
Singh, R. K., & Chaudhary, B. D. (1979).
Phoelman, J. M. (1979). Breeding Field Crops. Biometrical methods in quantitative
New York: Van Nostrand Reinhold. genetic analysis. New Delhi: Kalyani
Publisher.
Pinaria, A., Baihaki, A., Ridwan, S., A. Darajat,
A., Setiamihardja, R., Darajat, A. A., … A. Stansfield, R. . (1983). Genetika. Terjemahan
Darajat, A. (1995). Variabilitas Genetik oleh Mohidin A, Apandi, Lanny T. 1991.
dan Heritabilitas Karakter-Karakter Jakarta: Erlangga.
Biomasa 53 Genotipe Kedelai. Zuriat,
6(2), 88–92. Retrieved from Suprapto, & Kairudin, N. M. (2007). Variasi
https://www.mendeley.com/research- Genetik, Heritabilitas, Tindak Gen dan
papers/variabilitas-genetik-dan- Kemajuan Genetik Kedelai (Glycine max
heritabilitas-karakterkarakter-biomasa-53- Merrill) Pada Ultisol. Jurnal Ilmu-Ilmu
genotipe- Pertanian Indonesia, 9(2), 183–190.
kedelai/?utm_source=desktop&utm_mediu
m=1.17.9&utm_campaign=open_catalog& Sutoro. (2009). Analisis Lintasan Genotipik dan
userDocumentId=%7Bdcb0f860-729e- Fenotipik Karakter Sekunder Jagung pada
4cf0-9bc4-27e2b73f35d0%7D
Fase Pembungaan dengan Pemupukan
Takaran Rendah. Penelitian Pertanian
Puspodharsono, S. (1988). Dasar-dasar Ilmu Tanaman Pangan, 28(1), 17–22.
Pemuliaan Tanaman. Bogor: Pusat Antar
Universitas IPB bekerja sama dengan Syukur, M., Sujiprihati, S., Yunianti, R., & Nida,
Lembaga Sumber Daya Informasi IPB.
K. (2010). Pendugaan Komponen Ragam ,
Heritabilitas dan Korelasi untuk
Sa’diyah, N., Widiastuti, M., & Ardian. (2013). Menentukan Kriteria Seleksi Cabai (
Keragaan, keragaman, dan heritabilitas Capsicum annuum L .) Populasi F5.
karakter agronomi kacang panjang (Vigna Journal Hortikultura Indonesia, 1(3), 74–
Unguiculata) generasi F 1. J. Agrotek 80.
Tropika, 1(1), 32–37.
Tiwari, G. C. (2015). Variability , heritability
Samonte, S. O., Wilson, P., & Clung, A. M. M. and genetic advance analysis for grain
(1998). Path analysis of yield and yield and yield in rice. Int. Journal of Engineering
yield – related traits of fitten diverse rice Research and Applications, 5(7), 46–49.
genotype. Crop Sci, 38, 1130–1136.

Tiwari, G. C. (2015). Variability , heritability and genetic advance analysis for grain yield in rice, 5(7), 46–
49. Commented [I23]: Ini jurnal apa??

S-ar putea să vă placă și