Sunteți pe pagina 1din 24

PROPOSAL DAN SPTK TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

“PERILAKU KELERASAN”

Oleh Kelompok 2 :

1. Ni Komang Linda Rahmayanti (17.321.2732)


2. Ni Koming Anggi Ratna Sari (17.321.27
3. Ni Nyoman Desy Candra Sari (17.321.2748)
4. Ni Wayan Wena Wardani (17.321.2757)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

2019
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PRILAKU
KEKERASAN
I. Latar Belakang

Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang


stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri,
misalnya: memaki-maki orang di sekitarnya, membanting–banting barang,
menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda
montor.

Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah


sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
“pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.

Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak


alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak
dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum
memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat
pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).

Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku


kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum.
Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang
bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan
tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat dituangkan
menjadi pendekatan proses keperawatan.
II. Tujuan
1. Tujuan Umum

Klien mempunyai kemampuan untuk mengenal prilaku oekerasan dan cara

menanganinya

2. Tujuan Khusus

a. Klien mampu mengetahui penyebab perilaku kekerasan diperlihatkan saat

role play

b. Klien mengenal cara mengontrol prilaku kekerasan

c. Klien mampu menyampaikanpendapat tentang manfaat kegiatan TAK yang

tlah dilakukan

d. Klien dapat menyampaikan pesan dan kesan dari kegiatan

III. Waktu
Hari/Tgl :senin 22 april 2019
Jam :-
Tempat :-
IV. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
V. Media dan alat
-
VI. Setting Tempat
Keterangan :
C L L : Leader
CL : Co Leader
F : Fasilitator
O : Observe

F O
VII. Peran Perawat
1. Leader
a. Menyusun rencana pembuatan proposal TAK
b. Memimpin jalannya aktivitas kelompok dengan tertib
c. Memimpin dikusi dan terapi aktivitas kelompok
d. Merencanakan, mengontrol dan mengatur TAK
e. Membacakan aturan main (membuka acara, memperkenalkan diri dan kelompok,
membacakan kotrak waktu, memimpin kegiatan kelompok, membacakan tata tertib
dan menutup acara)
2. Co-leader
a. Membantu leader mengornisasikan kelompok
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader atau sebaliknaya
c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
3. Fasilitator
a. Memfasilitasi klien dalam TAK
b. Mengatur dan mengarahkan klien dalam jalannya aktivitas kelompok
c. Membangun kelompok berperan aktif untuk jalannya permainan
d. Berperan sebagai role model bagi klien selama proses aktivias kelompok
e. Mengantisipasi masalah yang akan terjadi
4. Observer
a. Mengobservasi respon klien
b. Mencatat perilaku selama dinamika kelompok
c. Mencatat semua proses yang terjadi dan melaporkannya
VIII. Landasan Teori

A. TAK ( Terapi aktifitas kelompok )

1) Definisi

TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang menggunakan


aktivitas sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan
tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulasi
dalam kehidupan menjadi adaptifisi
2) Aktifitas

1. Tak stimulasi persepsi : mengenal prilaku kekerasan yang biasa dilakukan


2. Tak stimulasi persepsi : Mencegah prilaku kekerasan fisik
3. Tak stimulasi persepsi : mencegah prilaku kekerasan sosia
4. Tak stimulasi persepsi : mencegah prilaku kekerasan spiritual
5. Tak stimulasi persepsi : Mencegah prilaku kekerasan dengan patuh
mengkonsumsi obat

3) Prinsip TAK

Prinsip yang di gunakan dalan TAK adalah : homogen (pasien yang sejenis
dengan ganguan stimulasi persepsi prilaku kekerasan )

4) Persiapan melakukan TAK

1. Persyaratan Umum kriteria peserta

 Klien yang tidak terlalu gelisah.


 Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya
Terapi Aktifitas Kelompok
 Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi
dalam kelompok kecil
 Klien tenang dan kooperatif
 Kondisi fisik dalam keadaan baik
 Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas
 Klien yang dapat memegang alat tulis

5) Tata Tertib :

 Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK


 Berpakaian rapi dan bersih
 Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama
kegiatan TAK
 Peserta boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan
selama 5 menit, dan bila peserta tidak kembali ke ruangan maka peserta
tersebut diganti peserta cadangan
 Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib
dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti
kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak
dapat diganti oleh peserta cadangan.
 Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
 Peserta yang ingin mengajukan pertanyaan, mengangkat tangan terlebih
dulu dan berbicara setelah dipersilahkan.
 TAK berlangsung selama 45 menit dari pukul 08.30 sampai 09.15.

B. Definisi

Sering tampak klien prilaku kekerasan diikat secara tidak manusiawi disertai
bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi di bawa ke
rumah sakit .Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain,
merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling
banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai,
keluarga seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
(manajemen perilaku kekerasan)

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan


yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif. Prilaku kekerasan adalah suatu bentuk prilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Prilaku kekerasan dapat di
lakukan secara verbal, di arahkan pada diri sendiri,orang lain dan lingkungan.(modul
MPKPT). Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapi terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama yang bertujuan untuk
memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antara anggota yang memiliki
karakteristik yang sama.

TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang menggunakan


aktivitas sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang
dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan tiap sesi. Dengan
proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulasi dalam kehidupan
menjadi adaptif Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.

C. Tanda dan gejala prilaku kekerasan

a. Data prilaku kekerasan dapat di peroleh melalui observasi atau wawancara


tentang prilaku berikut ini:

1) Fisik

1. Mata melotot atau pandangan tajam

2. Tangan mengepal

3. Rahang mengatup

4. Wajah memerah

5. Postur tubuh kaku

2) Verbal

1. Mengancam

2. Mengumpat dengan kata-kata kotor

3. Suara keras

4. Bicara kasar, ketus

3) Perilaku

1. Menyerang orang lain

2. Melukai diri sendiri/orang lain


3. Merusak lingkungan

4. Amuk/agresif

4) Faktor yang Berhubungan

1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan amarah

2. Stimulus lingkungan

3. Konflik interpersonal

4. Status mental

5. Putus obat

6. Penyalahgunaan narkotik/alkoholik

5) Data Utama

1. Sikap bermusuhan

2. Melukai diri/orang lain

3. Merusak lingkungan

4. Perilaku amuk/agresif

D. Diagnosa Keperawatan

Resiko Perilaku Kekerasan

Diagnosa keperawatan sesuia dengan data yang di dapat dan saat itu tidak melakukan
prilaku keekrasan tetapi pernah melakukan prilaku kekerasan dan belum mempunyai
kemampuan mencegah atau mengontrol prilaku kekerasan tersebut

E. Pohon Masalah

HDR (Harga Diri Rendah)


Halusinasi

Resiko prilaku kekerasan

Melukai diri sendiri, Melukai orang lain

F. Tindakan keperawatan

1) Tujuan

1. Klien dapat mengindentifikasi penyebab prilaku kekerasan

2. Pasien dapat mengindentifikasi tanda tanda prilaku kekerasan

3. Pasien dapat menyebutkan jenis jenis prilaku kekerasan yang pernah pasien
lakukan

4. Pasien dapat menyebutkan akibat dari prilaku kekerasan yang di lakukan

5. Pasien dapat mencegah dan mengontrol prilaku kekerasan

6. Pasien dapat mencegah/ mengontrol prilaku kekerasan secara fisik, spritual,


sosial dan dengan terapi psikofarmaka.

2) Srategi pelaksanaan

1. Sp 1 : membina hubungan saling percaya, indentifikasi penyebab perasaan


marah, tanda dan gejala yang di rasakan , prilaku kekerasan yang di lakukan,

2. Sp 2 : latihan mengontrol prilaku kekerasan secara fisik ke 1 dan secara fisik


ke 2

a. Latihan secara fisik 1: tarik nafas dalam

b. Latihan secar fisik 2 : pukul kasur dan bantal

c. Susun jadwal kegiatan harian


3. Latihan mengontrol prilaku kekerasan secar sosial /verbal

a. Evaluasi jadwal harian untuk 2 cara fisik

b. Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan baik,


meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan denga baik

c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

4. Latihan mengontrol prilaku kekerasan secara spritual

a. Diskusikan hasil mengontrol prilaku kekerasan secar fisik dan sosial

b. Latihan solat dan berdoa

c. Buat latihan solat dan berdoa

5. Latih mengontrol prilaku kekerasan dengan obat

a. Evaluasi jadwal kegiatan pasien untuk untuk cara mencegah marah yang
sudah di latih

b. Latih pasien minum obat dengan teratur dengan lima benar

c. Susun jadwal minum obat


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PRILAKU
KEKERASAN

A.STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1,SP 2, SP3, SP 4) PRILAKU KEKERASAN

1. Kondisi Pasien
a) Data Subjektif :
Klien mengatakan :
- “Saya mudah marah bila keinginan saya tidak dipenuhi oleh orang tua saya”
- “Saya langsung teriak-teriak dan membanting barang disekitar saya”
- “Saya menjadi jengkel dan barang-barang saya rusak, biasanya saya
langsung pergi”

b) Data Objektif :
- Klien mudah tersinggung dan cepet marah
- Nada suara tinggi dan cepat
- Muka merah dan tegang
- Mata melotot/pandangan tajam
- Tangan mengepal

2. Diagnosa Keperawatan

Perilaku Kekerasan

3. Tujuan
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
d. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
e. Klien dapat mencegah /mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik dan terapi
psikofarmaka
4. Tindakan Keperawatan
a. SP I :
1) Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
2) Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
3) Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
4) Melatih latihan fisik 1 (tarik nafas dalam)
5) Melatih latihan fisik 2 (pukul kasur/bantal)
6) Menganjurkan klien memasukkan latihan ke dalam kegiatan harian

b. SP II :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 5 benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum
obat, dan benar dosis obat)
3) Menjelaskan manfaat / keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum
obat
4) Menganjurkan klien memasukkan waktu minum obat ke dalam jadwal
harian

c. SP III :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
verbal / bicara baik-baik
3) Menganjurkan klien memasukkan latihan verbal/bicara baik-baik ke dalam
jadwal harian

d. SP IV :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
3) Menganjurkan klien memasukkan latihan spiritual ke dalam jadwal harian
B.STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
a. Menciptakan hubungan saling percaya antara P – K
 Mengucapkan salam dengan senyum dan ramah

“Om Swastyastu”

“Selamat pagi”

 Mengingatkan nama perawat dan nama panggilan K

“Perkenalkan nama saya suster ......, mahasiswi keperawatan yang sedang


dinas di ruangan ini.”

“Nama Ibu/Bapak siapa, senangnya dipanggil apa ?”

 Menjelaskan peran P - K (sesuai kebutuhan)

“Hari ini saya yang akan menjaga Ibu/Bapak dari jam 07.00-14.00 WIB
untuk membantu mengontrol perasaan marah mba.”

 Menjelaskan kerahasiaan (sesaui kebutuhan)

“Jika ada yang ingin Ibu/Bapak ceritakan kepada saya, Ibu/Bapak tidak
perlu khawatir, saya akan menjaga rahasia Ibu/Bapak terkecuali bila pihak
rumah sakit membutuhkannya.”

 Evaluasi tindakan yang lalu

“Sebelumnya jika rasa marah Ibu/Bapak muncul, hal apa yang Ibu/Bapak
lakukan untuk mengatasinya?”
“Apa saja kegiatan yang sudah Ibu/Bapak lakukan pagi ini?”

b. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan


“Ibu/Bapak, sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah
Ibu/Bapak dan cara yang baik untuk mengatasi masalah Ibu/Bapak.”

c. Menyatakan tujuan tindakan yang akan dilakukan


“Tujuannya agar Ibu/Bapak dapat mengontrol rasa marah mba dengan cara yang
baik tersebut.”
d. Menyepakati bersama klien tentang tindakan yang akan dilakukan
“Apakah Ibu/Bapak bersedia?”

e. Menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan


“Berapa lama Ibu/Bapak mau kita mengobrol? Bagaimana kalau 15 menit?”

f. Menyatakan tempat yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan


“Dimana Ibu/Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di taman?”

g. Mengatur posisi dan ciptakan lingkungan yang aman bagi klien dan perawat
 Berhadapan / sedikit menyamping
 Stimulus minimal bagi klien
 Menjaga privacy

h. Menunjukkan sikap empati, tenang, dan bersahabat serta menatap klien


i. Membuka pembicaraan dengan topik netral
 Menanyakan perasaan dan aktivitas yang telah dilakukan
“Bagaimana perasaan mba hari ini?”
“Apa saja kegiatan yang sudah mba lakukan pagi ini?”

 Memberikan respon yang sesuai

2. Fase Kerja
 SP 1
a) Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
b) Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c) Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
d) Melatih latihan fisik 1 (tarik nafas dalam)
e) Melatih latihan fisik 2 (pukul kasur/bantal)
f) Menganjurkan klien memasukkan latihan ke dalam kegiatan harian

“Kalau boleh tau apa yang Ibu/Bapak rasakan saat ketika mba sedang marah?”
“Apa yang menyebabkan Ibu/Bapak marah?”

“Apa akibat dari kemarahan Ibu/Bapak?”

“Menurut Ibu/Bapak apakah ada cara lain yang lebih baik untuk mengontrol
kemarahan Ibu/Bapak?”

“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan Ibu/Bapak. Salah satunya


dengan latihan fisik, seperti tarik napas dalam dan pukul kasur/ bantal.
Sekarang kita pelajari 2 cara tersebut ya Ibu/Bapak.
- Yang pertama yaitu tarik nafas dalam, jika tanda-tanda marah mulai mba
rasakan maka mba langsung duduk lalu tarik nafas melalui hidung, tahan
sebentar, lalu keluarkan melalui mulut seperti meniup lilin. Ibu/Bapak bisa
melakukannya sebanyak 5 kali atau lebih sampai perasaan Ibu/Bapak lebih
tenang. Bagaimana, apa Ibu/Bapak mengerti? Coba sekarang Ibu/Bapak
praktikan.
- Lalu cara yang kedua yaitu dengan memukul kasur atau bantal, jika tanda-
tanda marah mulai Ibu/Bapak rasakan, Ibu/Bapak langsung ke kamar, ambil
bantal, lalu lampiaskan rasa marah tersebut dengan cara memukul bantal
tersebut. Bagaimana, apa Ibu/Bapak mengerti? Coba sekarang mba
praktikan.”

“Mba kegiatan yang sudah kita lakukan kita masukan kedalam jadwal harian
Ibu/Bapak ya, Ibu/Bapak ingin latihan napas dalam dan pukul bantalnya setiap
jam berapa ?”

 SP 2
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 5 benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan
benar dosis obat)
c) Menjelaskan manfaat / keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat
d) Menganjurkan klien memasukkan waktu minum obat ke dalam jadwal harian
“ Apakah Ibu/Bapak sudah latihan napas dalam dan pukul bantal ?”

“Ibu/Bapak, obat yang harus mba minum ada tiga macam, Yang warna orange
namanya CPZ fungsinya agar pikiran mba bisa lebih tenang tenang, yang warna
putih namanya THP fungsinya agar mba tetap rileks, dan yg warna merah muda
namanya HLP fungsinya agar pikiran Ibu/Bapak teratur dan rasa marah Ibu/Bapak
berkurang.”

“ Sekarang saya akan mempraktekkan bagaimana cara minum obat yang benar.
Sebelumnya siapkan alatnya terlebih dahulu ya Ibu/Bapak. Alat-alatnya yaitu obat,
cangkir untuk tempat obat, gelas berisi air putih, dan tissue bersih. Setelah alatnya
siap, selanjutnya Ibu/Bapak harus cuci tangan terlebih dahulu agar kuman-kuman
yang ada di tangan mba bisa hilang dan tidak masuk ke dalam tubuh Ibu/Bapak.
Selanjutnya, Ibu/Bapak harus memastikan mengenai ketepatan baik itu waktu
untuk minum obatnya, dosis obat, bagaimana cara minumnya dan tidak lupa juga
mba harus membaca terlebih dahulu nama yang tertera pada kemasan obat tersebut.
Setelah itu, Ibu/Bapak buka kemasan obatnya dan letakkan obat tersebut ke dalam
cangkir obatnya. Lalu mba dekatkan air dan tissuenya. Setelah semua sudah siap,
jangan lupa mba harus membaca doa terlebih dahulu, Ibu/Bapak minta pada Tuhan
agar Ibu/Bapak diberi kesembuhan selanjutnya Ibu/Bapak masukan obat tersebut
ke dalam mulut Ibu/Bapak dengan tangan kanan, setelah obat masuk kemudian
Ibu/Bapak ambil air dan dorong obat tersebut dengan airnya. Setelah semua selesai
Ibu/Bapak bisa gunakan tissue bila ada air yang berceceran di mulut Ibu/Bapak.
Apakah Ibu/Bapak sudah mengerti? Coba sekarang Ibu/Bapak praktekan?”

“Ibu/Bapak, keuntungan bila Ibu/Bapak minum obat yaitu akan mempercepat


penyembuhan Ibu/Bapak, selain itu perasaan Ibu/Bapak juga akan menjadi lebih
tenang dan rasa marah akan berkurang.”

“Sedangkan kerugian bila Ibu/Bapak tidak minum obat yaitu proses


penyembuhannya akan lebih lama, selain itu perasaan dan pikiran Ibu/Bapak juga
akan tidak tenang serta perasaan marah Ibu/Bapak akan mudah muncul.”
“ Karena jadwal minum obat Ibu/Bapak 3 kali sehari, berarti Ibu/Bapak harus minum
obatnya jam 7 pagi, jam 2 siang, dan jam 9 malam. Ibu/Bapak tidak boleh telat
minum obatnya karena akan ada efeknya bila Ibu/Bapak telat minum obatnya.”

“Ibu/Bapak... kegiatan minum obat juga jangan lupa yah Ibu/Bapak masukan
kedalam jadwal harian Ibu/Bapak ya, dan jam meminum obatnya sesuai jadwal
yang telah diberikan dokter ya Ibu/Bapak

 SP 3
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
verbal / bicara baik-baik
c) Menganjurkan klien memasukkan latihan verbal/bicara baik-baik ke dalam
jadwal harian

“Apakah Ibu/Bapak sudah melakukan tarik nafas dalam, pukul bantal, dan meminum
obatnya?”

“Ada beberapa cara berbicara dengan baik-baik untuk mencegah kemarahan


Ibu/Bapak.

- Cara yang pertama yaitu meminta dengan baik tanpa marah dengan suara rendah
serta tidak menggunakan kata- kasar, misalnya yah saya mau minta uang buat
beli baju. Bagaimana, apa Ibu/Bapak mengerti? Coba Ibu/Bapak praktekan apa
yang sudah saya sampaikan.”

- Cara yg kedua yaitu menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan
Ibu/Bapak tidak ingin melakukannya karena sedang ada pekerjaan, katakan
maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada pekerjaan. Bagaimana,
apa Ibu/Bapak mengerti? Coba Ibu/Bapak praktekan apa yang sudah saya
sampaikan.

- Dan cara yang ketiga, mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang
lain yang membuat kesal, Ibu/Bapak dapat mengatakan saya menjadi marah
karena perkataanmu itu. Bagaimana, apa Ibu/Bapak mengerti? Coba Ibu/Bapak
praktekan apa yang sudah saya sampaikan.

“Ibu/Bapak kegiatan yang sudah kita lakukan kita masukan kedalam jadwal harian
Ibu/Bapak ya, Ibu/Bapak ingin latihan berbicara dengan baik-baik setiap jam berapa
?”

 SP 4
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
c) Menganjurkan klien memasukkan latihan spiritual ke dalam jadwal harian

“Apakah Ibu/Bapak sudah melakukan tarik nafas dalam, pukul bantal, meminum
obatnya, dan berbicara dengan baik-baik ?”

“Kalau boleh tau kegiatan ibadah apa saja yang biasa Ibu/Bapak lakukan?”

“Kalau Ibu/Bapak sudah merasa kesal dan sudah melakukan tarik nafas dalam,
memukul bantal, tetapi kekesalan Ibu/Bapak belum hilang juga, Ibu/Bapak bisa
melakukan kegiatan ibadah untuk meredakan kemarahan Ibu/Bapak, ibadah mana
yang mau Ibu/Bapak coba selama dirumah sakit? Coba Ibu/Bapak praktikan ya”

“Ibu/Bapak... kegiatan ibadahnya juga jangan lupa ya di masukan kedalam jadwal


harian Ibu/Bapak”
3. Fase Terminasi

a. Mengingatkan waktu interaksi akan segera berakhir


“Ibu/Bapak, pertemuan kita hari ini sudah berakhir.”
“Ibu/Bapak sudah melakukan (nama kegiatan) dengan sangat baik”

b. Evaluasi respon klien terhadap tindakan


 Evaluasi subyektif : “Bagaimana perasaan Ibu/Bapak setelah kita
berbincang-bincang dan latihan (nama kegiatan)?”
 Evaluasi obyektif : “coba Ibu/Bapak sebutkan apa saja yang telah Ibu/Bapak
pelajari hari ini untuk mengendalikan rasa marah Ibu/Bapak?”
c. Rencana tindak lanjut
“Bagaimana kalau kita masukan ke jadwal harian Ibu/Bapak?”
“Jika tanda-tanda marah mulai Ibu/Bapak rasakan, Ibu/Bapak bisa lakukan
seperti yang kita sudah lakukan hari ini ya.”

d. Kontrak yang akan datang


 Topik : “Bagaimana kalau besok pagi kita latihan (nama kegiatan) lagi?”
 Waktu : “Ibu/Bapak ingin berapa lama untuk melakukan latihan (nama
kegiatan) ? Bagaimana kalau 10 menit?”
 Tempat : “Ibu/Bapak ingin latihan dimana? Bagaimana kalau dikamar
Ibu/Bapak saja?”

e. Mengucapkan salam dengan ramah, sopan, dan bersahabat


“Baiklah besok kita akan melakukan latihan (nama kegiatan, waktu, tempat).
Sampai jumpa Ibu/Bapak, selamat beristirahat, wassalamualaikum”
ROLE PLAY PERILAKU KEKERASAN- KEPERAWATAN JIWA

Nama pasien : Ny. Anggi

Nama perawat : Ns. Wena, Ns. Linda, Ns. Desy

DIAGNOSA KEPERAWATAN : Perilaku kekerasan

TUJUAN TINDAKAN KEPERAWATAN


A. Tujuan Umum :
Klien dapat mengontrol perilakunya dan dapat mengungkapkan kemarahannya
secara asertif.

B. Tujuan Khusus :
1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab dan tanda-tanda perilaku kekerasan.
2. Klien mampu memilih cara yang konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
3. Klien mampu mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol.
4. Klien memperoleh dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku dan
menggunakan obat dengan benar.

SP 1 PASIEN

Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol
secara fisik.

Prolog : Pagi hari pukul 09:30 wita di suatu Rumah sakit Jiwa BANGLI, tepatnya di dalam
ruang perawatan pasien,sebelum masuk ke dalam ruangan, perawat yang bertugas
(dinas) di ruangan tersebut mempersiapkan diri untuk berhadapan langsung
dengan pasien, yaitu kesiapan fisik, mental, pengetahuan serta teknis.
ORIENTASI

Ns. Wena : “Selamat pagi Bu, perkenalkan nama Ns. Wena dan ini teman saya Ns. Linda dan
Ns. Desy. Kami adalah mahasiswi praktik di rumah sakit ini, jadi jika Ibu
memerlukan bantuan, kami akan siap membantu. Nama Ibu siapa, senangnya
dipanggil apa?”

Px. Anggi : “nama saya ibu anggi, panggil saja bu anggi”

Ns. Wena : “Iya Bu, Bagaimana perasaan Ibu saat ini? Apakah masih ada perasaan kesal atau
marah?”

Px. Anggi : (Diam)

Ns. Linda : “Baiklah, sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah Ibu.
Berapa lama Ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?”

Px. Anggi : “Jangan lama-lama, bosan saya di sini,”

Ns. Desy “Baik Bu, Ibu maunya kita bincang-bincang di mana? Bagaimana kalau di sana
saja?” (berpindah duduk dari dalam kamar pasien menuju tempat duduk di luar
kamar sambil menggiring pasien)

Px. Anggi : “Iya,”

KERJA

Ns. Linda : “Apa yang menyebabkan Ibu marah?”

Px. Anggi : “Mereka itu tidak pernah menghargai perasaan orang.Saya tahu, saya hanya anak
angkat (yatim piatu) dan saya tidak tamat SD, tapi saya juga manusia,, Bahkan saya
tidak bisa sekolah karena uang orangtua kami dipakai buat sekolahnya mereka.
Harusnya mereka berterima kasih, saya sudah mau berkorban untuk mereka, mereka
malah menganggap saya beban dalam keluarga, selalu menatap saya dengan tatapan
sinis, seolah-olah saya memang sudah tidak bisa apa-apa lagi.. yang jelas saya
merasa tidak dihargailah... Betul-betul kurang ajar mereka,”

Ns. Linda : “Mereka itu Kakak tiri-nya Ibu ya?”

Px. Anggi : “Dan istrinya,, sama saja tidak ada bedanya...”


Ns. Desy : “Apakah sebelumnya Ibu pernah marah? Apakah penyebabnya sama dengan
sekarang?”

Px. Anggi : “Iya”

Ns. Wena : “Oh... Jadi Ibu marah karena tidak dihargai dalam keluarga. Pada saat Ibu marah,
apa yang Ibu rasakan? Apakah Ibu merasakan kesal kemudian dada Ibu berdebar-
debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”

Px. Anggi : “Ya iya lah, namanya juga lagi marah,gimana sih kamu ini”(muka meremehkan)

Ns. Desy : “Setelah itu apa yang Ibu lakukan”

Px. Anggi : “apa yang ada disekitar saya,saya lempar dan saya pecahkan,”

Ns. Desy : “ Oh..iya, jadi Ibu memecahkan barang-barang yang ada disekitar Ibu, apakah
dengan cara ini mereka akan lebih menghargai Ibu?”

Px. Anggi : “Tidak, tapi rasanya puas,”

Ns. Linda : “ Iya, tentu tidak. Apa kerugian dari cara yang Ibu lakukan?”

Px. Anggi : “Mereka ketakutan. Mereka pikir saya pasti akan membunuh mereka semua,”

Ns. Linda : “Betul, keluarga jadi takut kepada Ibu, barang-barang pecah, harus mengeluarkan
uang untuk membeli barang baru lagi. Menurut Ibu adakah cara lain yang lebih baik?
Maukah Ibu belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?”

Px. Anggi : “Bagaimana?”

Ns. Wena : ”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Bu. Bagaimana kalau kita
belajar dua cara dulu?”

Px. Anggi : ”Iya,”

Ns. Desy : ”Begini Bu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Ibu rasakan maka Ibu berdiri, lalu
tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui
mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus..,
tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Ibu sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”

Px. Anggi : “Agak lebih tenang,”

Ns. Linda : “ yang kedua, jika tanda-tanda marah tadi masih ibu rasakan, ibu bisa mengambil
bantal, lalu ibu pukul bantal tersebut sekeras yang ibu bisa”
Px. Anggi : “baiklah”

Ns. Wena : “Nah, sebaiknya latihan ini Ibu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul Ibu sudah terbiasa melakukannya”

TERMINASI

Ns. Desy : “Bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang-bincang tentang kemarahan Ibu?”

Px. Anggi : ”Lumayan lebih tenang,”

Ns. Linda : ”Iya, jadi penyebab dari kemarahan Ibu adalah karena tidak dihargai, dan yang Ibu
rasakan adalah kesal kemudian dada Ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal. Yang Ibu lakukan adalah membanting dan
memecahkan barang-barang yang ada disekitar Ibu dan mereka semua ketakutan,
semua barang juga pecah dan berhamburan,”

Ns. Wena : ”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah Ibu yang lalu, apa
yang Ibu lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas
dalam dan memukul bantalnya ya Bu? Sekarang kita buat jadwal latihannya ya Ibu,
berapa kali sehari Ibu mau latihan napas dalam dan memukul bantalnya?”

Px. Anggi : “3 kali,”

Ns. Desy : “Jam berapa saja Bu?”

Px. Anggi : ”jam 9 pagi,Jam 1 siang,dan jam 5 sore,”

Ns. Linda : ”Baik Bu, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain
untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya Bu, Selamat pagi,”

DOKUMENTASI
Kemampuan mencegah prilaku kekerasan fisik

Mempraktekkan cara Mempraktekkan cara


No Nama klien
Nafas dalam Memukul bantal

1 Ny. anggi  
Petunjuk:

1. tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolon nama klien

2. untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab prilaku
kekerasan, tanda dan gejala yang di rasakan, prilaku kekerasan yang di lakukan dan
akibat prilaku kekerasan. Beri tanda centang jika klien mampu dan tanda silang jika
klien tidak mampu

S-ar putea să vă placă și