Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
“PERILAKU KELERASAN”
Oleh Kelompok 2 :
2019
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PRILAKU
KEKERASAN
I. Latar Belakang
menanganinya
2. Tujuan Khusus
role play
tlah dilakukan
III. Waktu
Hari/Tgl :senin 22 april 2019
Jam :-
Tempat :-
IV. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
V. Media dan alat
-
VI. Setting Tempat
Keterangan :
C L L : Leader
CL : Co Leader
F : Fasilitator
O : Observe
F O
VII. Peran Perawat
1. Leader
a. Menyusun rencana pembuatan proposal TAK
b. Memimpin jalannya aktivitas kelompok dengan tertib
c. Memimpin dikusi dan terapi aktivitas kelompok
d. Merencanakan, mengontrol dan mengatur TAK
e. Membacakan aturan main (membuka acara, memperkenalkan diri dan kelompok,
membacakan kotrak waktu, memimpin kegiatan kelompok, membacakan tata tertib
dan menutup acara)
2. Co-leader
a. Membantu leader mengornisasikan kelompok
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader atau sebaliknaya
c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
3. Fasilitator
a. Memfasilitasi klien dalam TAK
b. Mengatur dan mengarahkan klien dalam jalannya aktivitas kelompok
c. Membangun kelompok berperan aktif untuk jalannya permainan
d. Berperan sebagai role model bagi klien selama proses aktivias kelompok
e. Mengantisipasi masalah yang akan terjadi
4. Observer
a. Mengobservasi respon klien
b. Mencatat perilaku selama dinamika kelompok
c. Mencatat semua proses yang terjadi dan melaporkannya
VIII. Landasan Teori
1) Definisi
3) Prinsip TAK
Prinsip yang di gunakan dalan TAK adalah : homogen (pasien yang sejenis
dengan ganguan stimulasi persepsi prilaku kekerasan )
5) Tata Tertib :
B. Definisi
Sering tampak klien prilaku kekerasan diikat secara tidak manusiawi disertai
bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi di bawa ke
rumah sakit .Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain,
merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling
banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai,
keluarga seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
(manajemen perilaku kekerasan)
1) Fisik
2. Tangan mengepal
3. Rahang mengatup
4. Wajah memerah
2) Verbal
1. Mengancam
3. Suara keras
3) Perilaku
4. Amuk/agresif
2. Stimulus lingkungan
3. Konflik interpersonal
4. Status mental
5. Putus obat
6. Penyalahgunaan narkotik/alkoholik
5) Data Utama
1. Sikap bermusuhan
3. Merusak lingkungan
4. Perilaku amuk/agresif
D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan sesuia dengan data yang di dapat dan saat itu tidak melakukan
prilaku keekrasan tetapi pernah melakukan prilaku kekerasan dan belum mempunyai
kemampuan mencegah atau mengontrol prilaku kekerasan tersebut
E. Pohon Masalah
F. Tindakan keperawatan
1) Tujuan
3. Pasien dapat menyebutkan jenis jenis prilaku kekerasan yang pernah pasien
lakukan
2) Srategi pelaksanaan
a. Evaluasi jadwal kegiatan pasien untuk untuk cara mencegah marah yang
sudah di latih
1. Kondisi Pasien
a) Data Subjektif :
Klien mengatakan :
- “Saya mudah marah bila keinginan saya tidak dipenuhi oleh orang tua saya”
- “Saya langsung teriak-teriak dan membanting barang disekitar saya”
- “Saya menjadi jengkel dan barang-barang saya rusak, biasanya saya
langsung pergi”
b) Data Objektif :
- Klien mudah tersinggung dan cepet marah
- Nada suara tinggi dan cepat
- Muka merah dan tegang
- Mata melotot/pandangan tajam
- Tangan mengepal
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
3. Tujuan
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
d. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
e. Klien dapat mencegah /mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik dan terapi
psikofarmaka
4. Tindakan Keperawatan
a. SP I :
1) Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
2) Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
3) Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
4) Melatih latihan fisik 1 (tarik nafas dalam)
5) Melatih latihan fisik 2 (pukul kasur/bantal)
6) Menganjurkan klien memasukkan latihan ke dalam kegiatan harian
b. SP II :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 5 benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum
obat, dan benar dosis obat)
3) Menjelaskan manfaat / keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum
obat
4) Menganjurkan klien memasukkan waktu minum obat ke dalam jadwal
harian
c. SP III :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
verbal / bicara baik-baik
3) Menganjurkan klien memasukkan latihan verbal/bicara baik-baik ke dalam
jadwal harian
d. SP IV :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
3) Menganjurkan klien memasukkan latihan spiritual ke dalam jadwal harian
B.STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
a. Menciptakan hubungan saling percaya antara P – K
Mengucapkan salam dengan senyum dan ramah
“Om Swastyastu”
“Selamat pagi”
“Hari ini saya yang akan menjaga Ibu/Bapak dari jam 07.00-14.00 WIB
untuk membantu mengontrol perasaan marah mba.”
“Jika ada yang ingin Ibu/Bapak ceritakan kepada saya, Ibu/Bapak tidak
perlu khawatir, saya akan menjaga rahasia Ibu/Bapak terkecuali bila pihak
rumah sakit membutuhkannya.”
“Sebelumnya jika rasa marah Ibu/Bapak muncul, hal apa yang Ibu/Bapak
lakukan untuk mengatasinya?”
“Apa saja kegiatan yang sudah Ibu/Bapak lakukan pagi ini?”
g. Mengatur posisi dan ciptakan lingkungan yang aman bagi klien dan perawat
Berhadapan / sedikit menyamping
Stimulus minimal bagi klien
Menjaga privacy
2. Fase Kerja
SP 1
a) Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
b) Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c) Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
d) Melatih latihan fisik 1 (tarik nafas dalam)
e) Melatih latihan fisik 2 (pukul kasur/bantal)
f) Menganjurkan klien memasukkan latihan ke dalam kegiatan harian
“Kalau boleh tau apa yang Ibu/Bapak rasakan saat ketika mba sedang marah?”
“Apa yang menyebabkan Ibu/Bapak marah?”
“Menurut Ibu/Bapak apakah ada cara lain yang lebih baik untuk mengontrol
kemarahan Ibu/Bapak?”
“Mba kegiatan yang sudah kita lakukan kita masukan kedalam jadwal harian
Ibu/Bapak ya, Ibu/Bapak ingin latihan napas dalam dan pukul bantalnya setiap
jam berapa ?”
SP 2
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 5 benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan
benar dosis obat)
c) Menjelaskan manfaat / keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat
d) Menganjurkan klien memasukkan waktu minum obat ke dalam jadwal harian
“ Apakah Ibu/Bapak sudah latihan napas dalam dan pukul bantal ?”
“Ibu/Bapak, obat yang harus mba minum ada tiga macam, Yang warna orange
namanya CPZ fungsinya agar pikiran mba bisa lebih tenang tenang, yang warna
putih namanya THP fungsinya agar mba tetap rileks, dan yg warna merah muda
namanya HLP fungsinya agar pikiran Ibu/Bapak teratur dan rasa marah Ibu/Bapak
berkurang.”
“ Sekarang saya akan mempraktekkan bagaimana cara minum obat yang benar.
Sebelumnya siapkan alatnya terlebih dahulu ya Ibu/Bapak. Alat-alatnya yaitu obat,
cangkir untuk tempat obat, gelas berisi air putih, dan tissue bersih. Setelah alatnya
siap, selanjutnya Ibu/Bapak harus cuci tangan terlebih dahulu agar kuman-kuman
yang ada di tangan mba bisa hilang dan tidak masuk ke dalam tubuh Ibu/Bapak.
Selanjutnya, Ibu/Bapak harus memastikan mengenai ketepatan baik itu waktu
untuk minum obatnya, dosis obat, bagaimana cara minumnya dan tidak lupa juga
mba harus membaca terlebih dahulu nama yang tertera pada kemasan obat tersebut.
Setelah itu, Ibu/Bapak buka kemasan obatnya dan letakkan obat tersebut ke dalam
cangkir obatnya. Lalu mba dekatkan air dan tissuenya. Setelah semua sudah siap,
jangan lupa mba harus membaca doa terlebih dahulu, Ibu/Bapak minta pada Tuhan
agar Ibu/Bapak diberi kesembuhan selanjutnya Ibu/Bapak masukan obat tersebut
ke dalam mulut Ibu/Bapak dengan tangan kanan, setelah obat masuk kemudian
Ibu/Bapak ambil air dan dorong obat tersebut dengan airnya. Setelah semua selesai
Ibu/Bapak bisa gunakan tissue bila ada air yang berceceran di mulut Ibu/Bapak.
Apakah Ibu/Bapak sudah mengerti? Coba sekarang Ibu/Bapak praktekan?”
“Ibu/Bapak... kegiatan minum obat juga jangan lupa yah Ibu/Bapak masukan
kedalam jadwal harian Ibu/Bapak ya, dan jam meminum obatnya sesuai jadwal
yang telah diberikan dokter ya Ibu/Bapak
SP 3
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
verbal / bicara baik-baik
c) Menganjurkan klien memasukkan latihan verbal/bicara baik-baik ke dalam
jadwal harian
“Apakah Ibu/Bapak sudah melakukan tarik nafas dalam, pukul bantal, dan meminum
obatnya?”
- Cara yang pertama yaitu meminta dengan baik tanpa marah dengan suara rendah
serta tidak menggunakan kata- kasar, misalnya yah saya mau minta uang buat
beli baju. Bagaimana, apa Ibu/Bapak mengerti? Coba Ibu/Bapak praktekan apa
yang sudah saya sampaikan.”
- Cara yg kedua yaitu menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan
Ibu/Bapak tidak ingin melakukannya karena sedang ada pekerjaan, katakan
maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada pekerjaan. Bagaimana,
apa Ibu/Bapak mengerti? Coba Ibu/Bapak praktekan apa yang sudah saya
sampaikan.
- Dan cara yang ketiga, mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang
lain yang membuat kesal, Ibu/Bapak dapat mengatakan saya menjadi marah
karena perkataanmu itu. Bagaimana, apa Ibu/Bapak mengerti? Coba Ibu/Bapak
praktekan apa yang sudah saya sampaikan.
“Ibu/Bapak kegiatan yang sudah kita lakukan kita masukan kedalam jadwal harian
Ibu/Bapak ya, Ibu/Bapak ingin latihan berbicara dengan baik-baik setiap jam berapa
?”
SP 4
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
c) Menganjurkan klien memasukkan latihan spiritual ke dalam jadwal harian
“Apakah Ibu/Bapak sudah melakukan tarik nafas dalam, pukul bantal, meminum
obatnya, dan berbicara dengan baik-baik ?”
“Kalau boleh tau kegiatan ibadah apa saja yang biasa Ibu/Bapak lakukan?”
“Kalau Ibu/Bapak sudah merasa kesal dan sudah melakukan tarik nafas dalam,
memukul bantal, tetapi kekesalan Ibu/Bapak belum hilang juga, Ibu/Bapak bisa
melakukan kegiatan ibadah untuk meredakan kemarahan Ibu/Bapak, ibadah mana
yang mau Ibu/Bapak coba selama dirumah sakit? Coba Ibu/Bapak praktikan ya”
B. Tujuan Khusus :
1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab dan tanda-tanda perilaku kekerasan.
2. Klien mampu memilih cara yang konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
3. Klien mampu mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol.
4. Klien memperoleh dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku dan
menggunakan obat dengan benar.
SP 1 PASIEN
Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol
secara fisik.
Prolog : Pagi hari pukul 09:30 wita di suatu Rumah sakit Jiwa BANGLI, tepatnya di dalam
ruang perawatan pasien,sebelum masuk ke dalam ruangan, perawat yang bertugas
(dinas) di ruangan tersebut mempersiapkan diri untuk berhadapan langsung
dengan pasien, yaitu kesiapan fisik, mental, pengetahuan serta teknis.
ORIENTASI
Ns. Wena : “Selamat pagi Bu, perkenalkan nama Ns. Wena dan ini teman saya Ns. Linda dan
Ns. Desy. Kami adalah mahasiswi praktik di rumah sakit ini, jadi jika Ibu
memerlukan bantuan, kami akan siap membantu. Nama Ibu siapa, senangnya
dipanggil apa?”
Ns. Wena : “Iya Bu, Bagaimana perasaan Ibu saat ini? Apakah masih ada perasaan kesal atau
marah?”
Ns. Linda : “Baiklah, sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah Ibu.
Berapa lama Ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?”
Ns. Desy “Baik Bu, Ibu maunya kita bincang-bincang di mana? Bagaimana kalau di sana
saja?” (berpindah duduk dari dalam kamar pasien menuju tempat duduk di luar
kamar sambil menggiring pasien)
KERJA
Px. Anggi : “Mereka itu tidak pernah menghargai perasaan orang.Saya tahu, saya hanya anak
angkat (yatim piatu) dan saya tidak tamat SD, tapi saya juga manusia,, Bahkan saya
tidak bisa sekolah karena uang orangtua kami dipakai buat sekolahnya mereka.
Harusnya mereka berterima kasih, saya sudah mau berkorban untuk mereka, mereka
malah menganggap saya beban dalam keluarga, selalu menatap saya dengan tatapan
sinis, seolah-olah saya memang sudah tidak bisa apa-apa lagi.. yang jelas saya
merasa tidak dihargailah... Betul-betul kurang ajar mereka,”
Ns. Wena : “Oh... Jadi Ibu marah karena tidak dihargai dalam keluarga. Pada saat Ibu marah,
apa yang Ibu rasakan? Apakah Ibu merasakan kesal kemudian dada Ibu berdebar-
debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
Px. Anggi : “Ya iya lah, namanya juga lagi marah,gimana sih kamu ini”(muka meremehkan)
Px. Anggi : “apa yang ada disekitar saya,saya lempar dan saya pecahkan,”
Ns. Desy : “ Oh..iya, jadi Ibu memecahkan barang-barang yang ada disekitar Ibu, apakah
dengan cara ini mereka akan lebih menghargai Ibu?”
Ns. Linda : “ Iya, tentu tidak. Apa kerugian dari cara yang Ibu lakukan?”
Px. Anggi : “Mereka ketakutan. Mereka pikir saya pasti akan membunuh mereka semua,”
Ns. Linda : “Betul, keluarga jadi takut kepada Ibu, barang-barang pecah, harus mengeluarkan
uang untuk membeli barang baru lagi. Menurut Ibu adakah cara lain yang lebih baik?
Maukah Ibu belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?”
Ns. Wena : ”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Bu. Bagaimana kalau kita
belajar dua cara dulu?”
Ns. Desy : ”Begini Bu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Ibu rasakan maka Ibu berdiri, lalu
tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui
mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus..,
tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Ibu sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
Ns. Linda : “ yang kedua, jika tanda-tanda marah tadi masih ibu rasakan, ibu bisa mengambil
bantal, lalu ibu pukul bantal tersebut sekeras yang ibu bisa”
Px. Anggi : “baiklah”
Ns. Wena : “Nah, sebaiknya latihan ini Ibu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul Ibu sudah terbiasa melakukannya”
TERMINASI
Ns. Desy : “Bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang-bincang tentang kemarahan Ibu?”
Ns. Linda : ”Iya, jadi penyebab dari kemarahan Ibu adalah karena tidak dihargai, dan yang Ibu
rasakan adalah kesal kemudian dada Ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal. Yang Ibu lakukan adalah membanting dan
memecahkan barang-barang yang ada disekitar Ibu dan mereka semua ketakutan,
semua barang juga pecah dan berhamburan,”
Ns. Wena : ”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah Ibu yang lalu, apa
yang Ibu lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas
dalam dan memukul bantalnya ya Bu? Sekarang kita buat jadwal latihannya ya Ibu,
berapa kali sehari Ibu mau latihan napas dalam dan memukul bantalnya?”
Ns. Linda : ”Baik Bu, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain
untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya Bu, Selamat pagi,”
DOKUMENTASI
Kemampuan mencegah prilaku kekerasan fisik
1 Ny. anggi
Petunjuk:
1. tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolon nama klien
2. untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab prilaku
kekerasan, tanda dan gejala yang di rasakan, prilaku kekerasan yang di lakukan dan
akibat prilaku kekerasan. Beri tanda centang jika klien mampu dan tanda silang jika
klien tidak mampu