Sunteți pe pagina 1din 4

10/27/2008

PENDAHULUAN

ASPEK HUKUM • Ilmu Kedokteran Forensik


ILMU KEDOKTERAN FORENSIK adalah salah satu cabang Ilmu Kedokteran yang
memberikan bantuan kepada penyidik untuk
mendapatkan salah satu alat bukti baik untuk
Ny. Anna Haroen Atmodirono, SH perkara pidana maupun perkara perdata.
Ketua Seksi Medico-
Medico-Legal • Alat bukti tersebut berupa pemeriksaan
terhadap korban maupun benda yang
hasilnya dituangkan dalam sebuah Visum et
Repertum, atau yang dalam Kitab Undang-
Undang-
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
undang Hkum Acara Pidana (KUHAP) disebut
FK Unair – RSU Dr.Soetomo Surabaya sebagai Keterangan Ahli
1 2

VISUM ET REPERTUM Dalam KUHAP tidak ada defenisi yang jelas


mengenai Visum et Repertum.
Pada pasal 187 KUHAP disebutkan :
Defenisi :
Surat sebagaimana tersebut dalam pasal
Menurut Staatsblad tahun 1937 nomor 350 : 184 ayat
Visa Reperta (Visum et Repertum) adalah (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan
laporan tertulis untuk Yustisi yang dibuat oleh atau
dokter berdasarkan sumpah, tentang segala hal dikuatkan dengan sumpah yaitu :
yang dilihat dan ditemukan pada benda yang c. Surat keterangan dari seorang ahli
diperiksa menurut pengetahuan yang sebaik-
sebaik- yang memuat pendapat berdasarkan
baiknya keahliannya mengenai sesuatu hal atau
sesuatu keadaan yang diminta
3
secara resmi dari padanya. 4

Siapa yang berhak meminta Siapa yang berhak


Visum et Repertum ? membuat
Visum et Repertum ?
• PENYIDIK, antara lain : • Pada prinsipnya setiap dokter mampu membuat
– Penyidik POLRI (pasal 133 ayat (1) KUHAP Visum et Repertum sesuai dengan pendidikan
– Polisi Militer / POM (Keputusan PANGAB No. yang diperoleh pada waktu melakukan
Kep/04/P/II/1984, dan Instruksi KAPOLRI kepaniteraan di bagian Ilmu kedokteran Forensik
No.Pol. Ins./E/20/IX/75 butir 10 Fakultas kedokteran
kedokteran..

5 6

1
10/27/2008

Beberapa peraturan yg harus


Pemeriksaan penunjang
diperhatikan :
di bidang Ilmu Kedokteran Forensik
• Menurut Standar Pelayanan Medis yang
disusun oleh IDI dan diterbitkan oleh Dek-
Dek-Kes • Pemeriksaan Toksikologi
RI tahun 1993. • Pemeriksaan Histopatologi
Histopatologi..
 Daerah yg tidak ada dokter SpF -- -->
> maka
• Pemeriksaan Antropologi
pemeriksaan oleh dokter umum (minimal di
RS kelas D). • Pemeriksaan/ teknik superimposisi
 Daerah yg punya dokter SpF -- -->
> maka • Pemeriksaan Laboratorium Forensik
pemeriksaan oleh dokter spesialis Forensik Khusus
• Undang
Undang--undang Nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan : (Pasal 70).

7 8

SANKSI HUKUM Pasal 133 ayat (1) KUHAP

• Sanksi hukum untuk bedah mayat, “Dalam hal penyidikan untuk kepentingan
diatur dalam pasal 82 UU No. 23 tahun peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan maupun mati yang diduga
1992 :
karena peristiwa yang merupakan tindak
Ayat (1) : pidana, ia berwewenang mengajukan
Barangsiapa yang tanpa keahlian dan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kewenangannya dengan sengaja kedokteran kehakiman atau dokter dan ahli
melakukan bedah mayat sebagaimana lainnya”
dimaksud dalam pasal 70 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan atau denda paling banyak
Rp.100
Rp. 100..000
000..000
000,,00
00,,- (seratus juta
rupiah)..
rupiah) 9 10

TATA CARA PERMINTAAN TATA CARA PERMINTAAN


VISUM ET REPERTUM VISUM ET REPERTUM

1 Pasal 133 ayat (2) KUHAP : 2 Surat Permintaan Visum et Repertum (SPVR)
“Permintaan Keterangan ahli sebagaimana harus dibuat dengan menggunakan format
sesuai dengan jenis kasus yang sedang
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
ditangani.
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
3 SPVR harus ditanda tangani oleh penyidik
yang syarat kepangkatan dan
pemeriksaan mayat atau pemeriksaan pengangkatannya diatur dalam BAB II pasal 2
bedah mayat” Peraturan Pemerintah (PP) nomor 27 tahun
1983.

11 12

2
10/27/2008

TATA CARA PERMINTAAN KEWAJIBAN PENYIDIK


(1)DalamTERHADAP
hal sangat KELUARGA
diperlukan dimana
KORBANuntuk
VISUM ET REPERTUM kepentingan
Pasal 134
pembuktian, bedah mayat tidak mungkin lagi
KUHAP
dihindari,
4 Korban yang meninggal dunia harus diantar penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu
oleh seorang anggota POLRI dengan kepada
membawa SPVR. keluarga korban.
(2)Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib
5 Korban yang meninggal dunia harus diberi menjelaskan sejelas-
sejelas-jelasnya tentang maksud dan
label sesuai dengan peraturan yang tujuan
tercantum didalam pasal 133 ayat (3) KUHAP perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
(3)Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan
. apapun
6 Sebaiknya penyidik yang meminta Visum et dari keluarga atau pihak yang diberitahukan tidak
diketemukan, penyidik segera melaksanakan
Repertum mengikuti jalannya pemeriksaan ketentuan
13 14
bedah jenazah. sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3)

SANKSI BAGI DOKTER YANG MENOLAK


SANKSI HUKUM BAGI YANG PERMINTAAN PENYIDIK
MENGHALANG--HALANGI PEMERIKSAAN MAYAT
MENGHALANG
Pasal 216 KUHP :
1 Barangsiapa dengan sengaja tidak menurut perintah
Pasal 222 KUHP : atau permintaan keras, yang dilakukan menurut
“Barangsiapa dengan sengaja mencegah, peraturan Undang-
Undang-undang oleh Pegawai Negeri yang
diwajibkan mengawasi atau oleh pegawai negeri
menghalang--halangi atau menggagalkan
menghalang yang diwajibkan atau yang dikuasakan mengusut
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, atau memeriksa tindak pidana. Demikian juga
dipidana dengan pidana penjara paling barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang--halangi atau menggagalkan suatu
menghalang
lama sembilan bulan atau denda paling pekerjaan yang diusahakan oleh salah seorang
banyak empat ribu lima ratus rupiah”. pegawai negeri itu untuk menjalankan suatu
peraturan undang-
undang-undang, dipidana dengan pidana
penjara paling lama empat bulan dua minggu atau
denda paling banyak sembilan ribu rupiah
15 16

SANKSI BAGI DOKTER YANG MENOLAK DAPATKAH VISUM ET REPERTUM


PERMINTAAN PENYIDIK
DICABUT ?
Pasal 216 KUHP :
Instruksi KAPOLRI No
No..Pol
Pol.. : INS/C/
INS/C/20
20/IX/
/IX/75
75..
2 Yang disamakan dengan pegawai negeri yang
tersebut dalam bagian pertama ayat diatas ini “Pada dasarnya penarikan/pencabuatan
ialah semua orang yang menurut peraturan kembali Visum et Repertum tidak dapat
undang--undang selalu atau sementara
undang dibenarkan”..
dibenarkan”
diwajibkan menjalankan suatu jabatan umum
apapun juga. • Bila terpaksa Visum et Repertum yang sudah
3 Kalau pada waktu melakukan kejahatan itu diminta harus diadakan pencabutan/penarikan
belum lagi dua tahun sesudah pemidanaan kembali, maka hal tersebut hanya dapat
yang dahulu menjadi tetap karena kejahatan diberikan oleh Komandan--Komandan
Komandan
yang sama itu juga, maka pidana itu dapat Kesatuan paling rendah tingkat KOMRES dan
ditambah sepertiganya. untuk kota besar hanya oleh DANTABES
DANTABES..
17 18

3
10/27/2008

19

S-ar putea să vă placă și