Sunteți pe pagina 1din 13

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “PERBANKAN
SYARIAH” ini yang berjudul “ASURANSI SYARIAH”

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas
dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang “ASURANSI SYARIAH”ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2 Tujuan.................................................................................................... 2

1.3 Manfaat.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dari Asuransi Syariah......................................................... 3

2.2 Konsep Asuransi Syariah...................................................................... 6

2.3 Prinsip Asuransi Syariah....................................................................... 9

2.4 Sumber Hukum Asuransi Syariah......................................................... 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan bisnis asuransi kini makin berkembang, yang membawa konsekuensi berkembang pula
hukum bisnis asuransi. Salah satu kegiatan bisnis asuransi yang muncul dalam masyarakat adalah
bisnis asuransi syariah. Dalam undang-undang yang mengatur tentang bisnis perasuransian, belum
diatur tentang asuransi syariah. Namun, dalam praktik perasuransian ternyata bisnis asuransi syari’ah
sudah banyak dikenal masyarakat.

Asuransi syariah merupakan bidang bisnis asuransi yang cukup memperoleh perhatian besar di
kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai bisnis asuransi alternatif, asuransi syriah boleh dikatakan
relatif baru dibandingkan dengan bidang bisnis asuransi konvensional. Kebaruan bisnis asuransi
syariah adalah pengoperasian kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang bersumber
dari alquran dan hadis serta fatwa para ulama terutama yang terhimpun dalam majelis ulama
Indonesia (MUI).

Pada prinsipnya, yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional adalah asuransi
syariah menghapuskan unsur ketidakpastan (gharar), unsur spekulasi alias perjudian (maisir), dan
unsur bunga uang (riba) dalam kegiatan bisnisnya sehingga peserta asuransi (tertanggung) merasa
terbebas dari praktik kezaliman yang merugikan nya. Agar masyarakat dapat memahami konsep
asuransi syariah secara wajar, perlu dilakukan penyuluhan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
melaui publikasi yang lebih luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan secara jelas konsep
dan profil asuransi syariah dengan pendekatan kasus pada PT Asuransi Takaful Keluarga Jakarta
cabang Bandar Lampung.
1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari asuransi syariah.

2. Untuk mengetahui Konsep Asuransi Syariah.

3. Untuk mengetahui Prinsip Asuransi Syariah.

4. Untuk mengetahui Sumber Hukum Asuransi Syariah.

1.3 Manfaat

1. Mahasiswa dapat memahami pengertian dari asuransi syariah.

2. Mahasiswa dapat memahami Konsep Asuransi Syariah.

3. Mahasiswa dapat memahami Prinsip Asuransi Syariah.

4. Mahasiswa dapat memahami Sumber Hukum Asuransi Syariah.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi Syariah

Kata asuransi berasal dari bahsa inggris,”Insurance”, yang dalam bahasa Indonesia telah
menjadi bahasa popular dan diadopsi dalam kamus besar bahasa Indonesia dengan padanan kata
pertanggungan. Echols dan Sadily memaknai kata insurance dengan (a) asuransi, dan (b) jaminan.
Dalam bahasa belanda biasa disebut dengan istilah assurantie (asuransi) dan verzekering
(pertanggungan).

Mengenai definisi asuransi secara umum dapat ditelusuri dalam peraturan (perundang-undangan) dan
beberapa buku yang berkaitan dengan asuransi, seperti yang tertulis dibawah ini:

1. Muhammad Muslehiddin dalam buku yang berjudul “insurance and Islamic law” mengadopsi
pengertian asuransi dari kamus “Encyclopedia Britania”, mengartikan “asuransi” sebagai suatu
persediaan yang disiapkan oleh sekelompok orang, yang dapat tertimpa kerugian, guna menghadapi
kejadian yang tidak dapat diramalkan, sehingga bila kerugian tersebut menimpa salah seorang
diantara mereka maka beban kerugian tersebut akan disebarkan keseluruh kelompok.

2. Dalam “ensiklopedia hukum islam” disebutkan bahwa asuransi (atta’min) adalah “transaksi
perjanjian antara dua pihak; pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain
berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang
menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.

3. Dalam kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) pasal 246 dijelaskan bahwa yang
dimaksud asuransi atau pertanggungan adalah “suatu perjanjian (timbale balik ), dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan
diharapkan, yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa tak tentu (onzeker vooral)”.

4. Asuransi menurut undang-undang republik Indonesia nomor 2 tahun 1992 tentang usaha
perasuransian Bab 1, pasal 1 :”asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi , umtuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hokum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Sedangkabn pengertian asuransi syariah atau yang lebih dikenal dengan at-
ta’min, takaful,atau tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah
orang/ pihak melalui inventasi dalam bentuk asset atau tabarru’ memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah .

Prinsip dasar asuransi syariah adalah mengajak kepada setiap peserta untuk saling menjalin kerjasam
peserta terhadap ssesuatu yang meringankan terhadap bencana yang menimpa.

Asuransi syariah disebut juga dengan asuransi ta’awun yang artinya tolong menolong atau saling
membantu, atas dasar prinsip syariat yang saling toleran terhadap sesame manusia untuk menjalin
kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta.

Menurut fatwa DSN.No.21/DSN-MUI-X/2001. Asurani syariah (ta’min,takafur atau


tadhangun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang / pihak
melalui investasi dalam bentuk asset dan/tabarru’ yang memberikan pola pengambilan untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariat.

Pendapat para pakar mengenai pengertian asuransi syariah

1. Al-fanjari

Asuransi syariah (ta’min) menurut alfanjari diartikan sebagi usaha saling menaggung atau tanggung
jawab sosial. Ia juga membagi ta’min kedalam tiga bagian, yaitu ta’min at-taawuniy,ta’minal tijari,
dan ta’minal hukumiy.

2. Mushtafa ahmad zarqa

Pengertian asuransi secara istilah adalah kejadian,. Adapun metodologi dan gambarannya dapat
berbeda-beda, namun pada intinya, asuransi adalah cara atau metode untuk memelihara asuransi
dalam menghindari risiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya, dalam
perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya.

3. Husain hamid hisan

Mengatakan asuransi adalah sikap ta’awun yang telah diatur dengan system yang sangat rapi, antara
sejumlah besar manusia, semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa, jika sebagian mereka
mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut
dengan sedikit pemberian (derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta.
4. Az zarqa

Mengatakan sistem asuransi yang dipahami oleh para ulama hukum (syariah) adalah sebuah system
ta’wun dan tadhamun yang bertujuan untuk menutupi kerugian peritiwa atau musibah. Tugas ini
dibagikan kepada sekelompok tertanggung, dengan cara memberikan pengganti kepada orang yang
tertimpa musibah.pengganti tersebut diambil dari kumpulan premi-premi mereka .

2.2 Konsep Asuransi Syariah

Konsep asuransi syariah didasarkan pada Alquran surat Almaa’idah ayat 2 yang artinya:
“ tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. Berdasarkan konsep tersebut ,kemudian dewan syariah
nasional majelis ulama indonesia (MUI) memberikan pengertian tentang asuransi syariah pasal 1 ayat
1 Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No.21/DSN-MUI/X/2001,menetapkan bahwa:”Asuransi
syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.”

M.Syakir Sula (2004,hlm 293) menegaskan bahwa konsep asuransi syariah adalah suatu
konsep di mana terjadi saling memikul risiko diantara sesama peserta sehingga antara satu dengan
yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang muncul. Saling pukul risiko ini dilakukan atas
dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’ atau
dana kebajikan (derma) yang tujuannya untuk menanggung risiko. Dalam sistem operasional, asuransi
syari’ah telah terhindar dari hal-hal yang diharamkan oleh para ulama, yaitu gharar,maisir, dan riba.

· Menghindari ketidakjelasan (gharar)

Hadis nabi Muhammad SAW, yang dapat dijadikan acuan mengenai gharar adalah: “Rasurullah
SAW, melarang jual beli dengan lemparan batu (hasab) dan jual beli gharar (diriwayatkan oleh
Imam muslim).Definisi gharar menurut Imam syafii adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi
dalam pandangan kita dan akibat yang paling mungkin munculadalah yang paling kita takuti.menurut
Ibnu qayyim,gharar adalah yang tidak bisa diukur penerimaannya, baik barang itu ada maupun tidak
ada, seperti menjual hamba yang melarikan diri dan unta yang liar meskipun ada (M.Syakir
Sula,2004,hlm.46)

H.M.Syafei Antonio seorang pakar ekonomi syari’ah menjelaskan bahwa ketidakjelasan (gharar)
terjadi dalam dua bentuk,yaitu:

a) Akad syariah yang melandasi penutupan polis


Kontrak dalam asuransi jiwa konvensional dikategorikan sebagai akad pertukaran (tabaduli), yaitu
pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Secara harfiah dalam akad pertukaran
harus jelas berapa banyak yang dibayarkan dan berapa yang diterima. Keadaan ini menjadi tidak jelas
(gharar) karena kita tahu berapa yang akan diterima (sejumlah uang pertanggungan), tetapi tidak tahu
berapa yang akan dibayarkan (sejumlah seluruh premi) karena hanya allah yang tahu kapan seseorang
akan meninggal. Dalam konsep takaful (saling menolong), keadaan ini akan lain karena akad yang
digunakan adalah akad tolong menolong (takafuli) dan saling menjamin di mana semua peserta
asuransi menjadi penolong dan penjamin satu sama lainnya.

b) Sumber dana pembayaran klaim

Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’ie penerima uang klaim itu sendiri. Dalam
konsep asuransi konvensional, tertanggung tidak mengetahui darimana dana pertanggungan yang
diberikan dana asuransi berasal. Tertangguung hanya tahu jumlah pembayaran klaim yang
diterimanya. Dalam konsep asuransi takaful (saling menolong), setiap pembayaran premi sejak awal
akan dibagi dua, rekening pemegang polis dan rekening khusus peserta yang harus diniatkan sebagai
dana kebajikan/derma (tabarru’) untuk membantu saudaranya yang lain. Jadi, klaim dalam konsep
asuransi takaful diambil dari dana tabarru’ yang merupakan kumpulan dana shadaqah yang diberikan
oleh peserta suransi. yang diberikan oleh peserta asuransi.

· Menghindari perjudiana(Maisir)

Islam telah malarang perjudia (maisir), sebagaimana firman Allah dalam surat Almaidah ayat 90,
yang artinya:”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,(berkoban)
untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji yang termasuk perbuatan
syetan.maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

Kata maisir berasal dari bahasa arab, yang secara harfiah berarti memperoleh sesuatu dengan sangat
mudahtanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. Hal ini biasa juga disebut perjudian,
yang dalam terminologi agama diartikan sebagai suatu transaksi yang dilakukan oleh dua pihak untuk
memperoleh kepemilikan suatu benda atau jasa yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak
lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu tindakan atau kejadian tertentu (M.syakir
Sula,2004,hlm.48)

Gemala Dewi (2004, hala.136) juga mengartikan bahwa dalam konsep maisir disuatu pihak
memperoleh keuntungan, tetapi dilain pihak justru mengalami kerugian. Unsur maisir dalam asuransi
konvensional terlihat apabila selama masa perjanjian, tertanggung tidak mengalami musibah atau
kecelakaan, maka tertanggung tidak berhak mendapatkan apa-apa termasuk premi yang disetornya.
Sedangkan keuntungan diperoleh tertanggung ketika tertanggung yang belum lama menjadi anggota
asuransi ( jumlah premi yang disetor sedikit), menerima dana pembayaran klaim yang jauh leih besar.
Dalam konseptakaful ( saling menolong), apabila peserta asuransi tidak mengalami musibah atau
kecelakaan selama menjadi peserta, dia masih tetap berhak mendapatkan premi yang disetor, kecuali
dana yang dimasukkan kedalam dana tabarru’.

· Menghindari bunga (Riba)

Riba menurut pengertian bahasa berarti tambahan ( azziyadah), berkembang (annumuw), meningkat
(al-irtifa’), dan membesar (al-uluw). Jadi, riba adalah penambahan ,perkembangan, peningkatan dan
pembesaran atas pinjaman pokok yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam sebagai imbalan
karena menagguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama periode waktu tertentu ( Heri
Sudarso,2004,hlm.10

2.3 Prinsip Asuransi Syariah

· Dibangun atas dasar kerjasama (ta’awun)

· Asuransi syariat rtidak bersifat mu’awadhoh, tetapi tabrru’ atau mudhorobah.

· Sumbangan (tabarru’) sama dengan hibah (pemberian) oleh karena itu haram hukumnya ditarik
kembali. Kalau terjadi peristiwa, maka diselesaikan menurut syariat.

· Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah ditentukan harus disertai
dengan niat membantu demi menegakkan prinsip ukhuwah

· Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan tujuan supaya ia
mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah. Akantetapi ia diberi uang jamaah
sebagai ganti atas kerugian itu menurut izin yang diberikan oelh jamaah.

· Apabila uang itu akan dikembangkan maka harus dijalankan menurut aturan syar’i

· Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong menolong). Dimana nasabah yang satu
menolong nasabah yang lain yang tengan mengalami kesulitan.

· Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syari’ah (premi) diinvestasikan
berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah).

· Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan hanya
sebagai pemegangamana untuk mengelolanya.
· Bila ada peserta yang terkena musibah untuk pembayaran klaim nasabah dana diambilkan dari
rekening tabarru’ (dana sosial) seluruh peserta yang sudah diiklaskan untuk keperluan tolong
menolong.

· Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah salaku pemilik dana dengan perusahaan
selaku pengelola dengan prinsip bagi hasil.

· Adanya dewan pengawas syariah dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan suatu
keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemenn produk serta kebijakan investasi
supaya senantiasa sejalan dengan syariat islam. (Abdul aziz 2010.hlm 192).

2.4 Sumber Hukum Asuransi Syariah

Sumber hukum material asuransi syariah adalah syariah islam, sedangkan sumber syariah
islam adalah alquran, Hadis, Ijma (ijtihad), Fatwa sahabat rasul,Qiyas, Istihsan, dan Urf (tradisi).
Alquran dan hadis merupakan sumber utama hukum islam, namun dalam menetapkan prinsip-prinsip
maupun praktik dan operasional asuransi syariah, parameter yang senantiasa menjadi rujukan adalah
syariah islam (Muhammad Syakir Sula, 2004,hlm,296).

Oleh karena itu pengaturan tentang asuransi syariah boleh didasarkan pada Ijma (ijtihad). Penetapan
hukum dengan metode Ijma (ijtihad) dapat menggunakan beberapa cara, antara lain”

a. Melalukan interpretasi atau penafsiran hukum secara analogi (qiyas), yaitu dengan cara mencari
perbandingannya atau pengibaratannya.

b. Untuk kemaslahatan umum (maslahah mursalah), yang bertumu pada pertimbangan menarik
manfaat dan menghindarkan mudharat.

c. Meninggalkan dalil-dalil khusus dan menggunakan dalil-dalil umum yang dipandang lebih kuat
)Istihsan).

d. Dengan cara melestarikan berlakuknya ketentuan asal yang ada, kecuali terdapat dalil yang
menetukan lain( Istish-ab)

e. Mengukuhkan berlakunya adat kebiasaan yang tidak berlawanan dengan ketentuan syariah.

Keberadaan asuransi syariah saat ini tidak dilarang undang-undang yang berlaku, yaitu undang-
undang Nomor 2 tahun 1992 tentang perasuransian. Malahan, pemerintah telah mengeluarkan
keputusan- keputusan yang berkenaan dengan asuransi, termasuk asuransi syariah yaitu sebagai
berikut:
a. Keputusan menteri keuangan republik indonesia No.424/KMK.06/2003 tentang kesehatan
keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi.

b. Keputusan menteri keuangan republik indonesia No.426/KMK.06/2003 tentang perizinan usaha


dan kelembagaan perusahaan reasuransi.

c. Keputusan dirjen Lembaga keuangan No.Kep. 4499/LK/2000 tentang jenis, penilaian, dan
pembatasan Investasi perusahaan Asuransi dan perusahaan Reasuransi dengan sistem syariah.

Kehadiran asuransi syariah diawali dengan beroperasinya bank syariah. Hal ini sesuai dengan
Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan ketentuan pelaksanaan bank syariah.
Pada saat ini bank syariah membutuhkan jasa asuransi syariah guna mendukung permodalan dan
investasi dana. Pada tanggal 27 juli 1993, ICMI melalui yayasan abdi bangsa bersama Bank
Muamalat Indonesia (BMI), dan perusahaan asuransi tugu mandiri sepakat memprakarsai pendirian
asuransi takaful dengan menyusun tim pembentukan asuransi takaful Indonesia (tepat).

Sebagai realisasi kesepakatan tersebut, didirikanlah PT Syarikat Takaful Indonesia sebagai Holding
Company dan dua anak perusahaan yaitu PT asuransi Takafulkeluarga (asuransi jiwa) dan PT asuransi
Takaful umum (asuransi kerugian). Pembentukan dua anak perusahaan tersebut, dimaksudkan untuk
memenuhi ketentuan pasal 3 undang-undang nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, yang
mana perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan asuransi kerugian harus berdiri terpisah.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Asuransi syariah atau yang lebih dikenal dengan at-ta’min, takaful,atau tadhamun adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui inventasi dalam bentuk asset
atau tabarru’memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang
sesuai dengan syariah .

Kehadiran asuransi syariah diawali dengan beroperasinya bank syariah. Hal ini sesuai dengan
Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan ketentuan pelaksanaan bank syariah.
Pada saat ini bank syariah membutuhkan jasa asuransi syariah guna mendukung permodalan dan
investasi dana.

Alquran dan hadis merupakan sumber utama hukum islam, namun dalam menetapkan prinsip-prinsip
maupun praktik dan operasional asuransi syariah, parameter yang senantiasa menjadi rujukan adalah
syariah islam.

konsep asuransi syariah adalah suatu konsep di mana terjadi saling memikul risiko diantara sesama
peserta sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang muncul.
Saling pukul risiko ini dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-
masing mengeluarkan dana tabarru’ atau dana kebajikan (derma) yang tujuannya untuk menanggung
risiko. Dalam sistem operasional, asuransi syari’ah telah terhindar dari hal-hal yang diharamkan oleh
para ulama, yaitu gharar,maisir, dan riba.
DAFTAR PUSTAKA

Amrin,Abdullah.2011.Meraih berkah melalui asuransi syariah.Jakarta:PT Alex Media Komputindo.

Aziz, Abdul,2010.Manajemen investasi syariah.Bandung:CV Alfabeta.

Dewi,Gemala.2004.Aspek-aspek hukum dalam perbankan dan perasuransian Syariah di


Indonesia.Jakarta:Prenada media.

Muhammad,Abdulkadir.2002.Hukum asuransi Indonesia.Bandar Lampung: PT Citra Aditya Bakti

Sula, Syakir M. 2004. Asuransi Syariah konsep dan sistem Operasional penerbit Gem
aInsan.Jakarta:Gema Insan

S-ar putea să vă placă și