Sunteți pe pagina 1din 33

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, alergi, trauma, toksin dan lain-lain (Rusmarjono dan Efiaty Arsyad
Soepardi, 2007). Faringitis akut adalah radang akut pada mukosa faring dan
jaringan limfoid pada dinding faring (Rospa, 2011) Faringitis lazim terjadi di
seluruh dunia, umumnya di daerah beriklim musim dingin dan awal musim semi.
Di Amerika Serikat, sekitar 84 juta pasien berkunjung ke dokter akibat
infeksi saluran pernafasan akut pada tahun 1998, dimana 25 juta disebabkan oleh
infeksi saluran pernafasan atas (Aamir Somro, 2011). Menurut National
Ambulatory Medical Care Survey, infeksi saluran pernafasan atas, termasuk
faringitis akut, bertanggung jawab untuk 200 kunjungan ke dokter per 1000
penduduk per tahun di Amerika Serikat (Alan L. Bisno, 2001). Di negara-negara
yang berpenghasilan tinggi, faringitis adalah umum pada anak-anak usia 3 hingga
15 tahun. Di Amerika Serikat, rata-rata anak lingkungan usia 5 tahun terinfeksi
faringitis GABHS (Group A Beta Hemolytic Streptococcus) (Aamir Somro,
2011).
Faringitis akut merupakan salah satu klasifikasi dalam faringitis. Faringitis
akut adalah suatu penyakit peradangan tenggorok (faring) yang bersifat mendadak
dan cepat memberat. Faringitis akut dan tonsillitis akut sering ditemukan bersama-
sama dan dapat menyerang semua umur. Faringitis akut dapat disebabkan oleh
viral, bakteri, fungal dan gonorea. Penyebab terbanyak radang ini adalah kuman
golongan Streptokokus Beta Hemolitikus, Streptokokus viridians dan
Streptokokus piogenes. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh infeksi virus
seperti virus influenza dan adenovirus. Faringitis akut dapat menular melalui
kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infection) dari orang yang menderita
faringitis (Rusmarjonno dan Efiaty Arsyad Soepardi, 2007). Kunjungan rawat
jalan per tahun bagi faringitis akut adalah sekitar 12 juta di Amerika Serikat
(Kelley Struble, 2013). Adenovirus merupakan virus penyebab faringitis akut yang
paling sering, sedangkan S. pyogenes ( b-hemolytic group A Streptococcus)

1
2

merupakan bakteri penyebab faringitis akut yang paling umum (Miriam T.


Vincent, 2004).
Berdasarkan uraian di atas sebagai seorang perawat harus mampu
memahami dan melakukan proses keperawatan sesuai masalah keperawatan yang
ada terutama pada kasus penyakit Faringitis. Oleh sebab itu, penulis membuat
Asuhan Keperawatan Pada An. M dengan Diagnosa Medis Faringitis di
Puskesmas Kayon Palangka Raya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut : “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada An. M dengan diagnosa medis
Faringitis di Puskesmas Kayon Palangka Raya?”.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Dari penulisan studi kasus adalah untuk mendapatkan atau memperoleh
kemampuan dalam menyusun Asuhan Keperawatan pada An. M dengan diagnosa
medis Faringitis di Puskesmas Kayon Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Kusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An. M
dengan diagnosa medis Faringitis di Puskesmas Kayon Palangka Raya
1.3.2.2 Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. M
dengan diagnosa medis Faringitis di Puskesmas Kayon Palangka Raya
1.3.2.3 Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah keperawatan pada An. M dengan diagnosa medis Faringitis di
Puskesmas Kayon Palangka Raya
1.3.2.4 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
pada An. M dengan diagnosa medis Faringitis di Puskesmas Kayon
Palangka Raya
1.3.2.5 Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada An. M dengan
diagnosa medis Faringitis di Puskesmas Kayon Palangka Raya
3

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Teoritis
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat untuk meningkatkan
mutu profesi keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan penyakit Faringitis.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Mahasiswa
Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan Faringitis. Serta
sebagai acuan atau referensi mahasiswa dalam penulisan Asuhan
Keperawatan selanjutnya
1.4.2.2 Puskesmas Kayon
Untuk Puskesmas Kayon Palangka Raya khususnya poli anak, penulisan
Asuhan Keperawatan ini di dapat sebagai referensi bagi perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Faringitis serta sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
yang lebih baik, khususnya pada pasien dengan Faringitis.
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka Raya
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang
akan datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam
penguasaan terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan
sampai pendokumentasiaan
.
4

BAB 2

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi
Faringitis akut adalah radang akut pada mukosa faring dan jaringan limfoid
pada dinding faring (Rospa, 2011)
Faringitis merupakan peradangan akut membrane mukosa faring dan
struktur lain di sekitarnya (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008)
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, alergi, trauma, toksin dan lain-lain (Rusmarjono dan Efiaty Arsyad
Soepardi, 2007).
Jadi, faringitis adalah radang akut pada faring yang disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur, alergi dan trauma.

2.2 Etiologi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus
(40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Faringitis bisa disebabkan oleh virus
maupun bakteri.
a. Virus yaitu Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza, Coxsackievirus, Epstein –
Barr virus, Herpes virus.
b. Bakteri yaitu, Streptococcus ß hemolyticus group A, Chlamydia,
Corynebacterium diphtheriae, Hemophilus influenzae, Neisseria gonorrhoeae.
c. Jamur yaitu Candida jarang terjadi kecuali pada penderita imunokompromis
yaitu mereka dengan HIV dan AIDS, Iritasi makanan yang merangsang sering
merupakan faktor pencetus atau yang memperberat (Departemen Kesehatan,
2007).

2.3 Klasifikasi
2.3.1 Faringitis Akut
Faringitis akut adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan
bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang

4
5

masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan
batuk. Faringitis ini terjadinya masih baru belum berlangsung lama.
2.3.1.1 Faringitis viral
Dapat disebabkan oleh Rinovirus, Adenovirus, Epstein Barr Virus (EBV),
Virus influenza, Coxsachievirus, Cytomegalovirus dan lain-lain. Gejala dan tanda
biasanya terdapat demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan.
Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza,
Coxsachievirus dan Cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachievirus
dapat menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa
maculopapular rash. Pada adenovirus juga menimbulkan gejala konjungtivitis
terutama pada anak. Epstein bar virus menyebabkan faringitis yang disertai
produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di
seluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang
disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual
dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfa
denopati akut di leher dan pasien tampak lemah.
2.3.1.2 Faringitis bakterial
Infeksi Streptococcus ß hemolyticus group A merupakan penyebab faringitis
akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%). Gejala dan tanda biasanya
penderita mengeluhkan nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai
demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk. Pada pemeriksaan tampak
tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat
dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum
dan faring. apabila ada penekanan. Faringitis akibat infeksi bakteri Streptococcus
ß hemolyticus group A dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria,
yaitu : Tiap kriteria ini bila dijumpai di beri skor satu. Bila skor 0−1 maka pasien
tidak mengalami faringitis akibat infeksi Streptococcus ß hemolyticus group A,
bila skor 1−3 maka pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi Streptococcus ß
hemolyticus group A dan bila skor empat pasien memiliki kemungkinan 50%
terinfeksi Streptococcus ß hemolyticus group A (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2014)
6

2.3.1.3 Faringitis fungal


Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Gejala dan tanda
biasanya terdapat keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan
tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan
jamur ini dilakukan dalam agar sabouroud dextrosa.
2.3.1.4 Faringitis gonorea
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital.

2.3.2 Faringitis Kronik


Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam
waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu
yang mengganjal di tenggorok. Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu
dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara
berlebihan, menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan
tembakau.
2.3.2.1 Faringitis kronik hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding
posterior faring. Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral
hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata,
bergranular. Gejala dan tanda biasanya pasien mengeluh mula-mula tenggorok
kering dan gatal dan akhirnya batuk yang bereak.
2.3.2.2 Faringitis kronik atrofi
Faringitis kronik atrofi adah faringitis kronik sering timbul bersamaan
dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta
kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.
Gejala dan tanda pada faringitis atrofi biasanya yang dirasakan pasien
mengeluhkan tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan
tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak
mukosa kering.
7

2.4 Patofisiologi
Menurut Arif Mansjoer (2007) patofisiologi dari faringitis adalah penularan
terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila epitel
terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang
dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi,
kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi
menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding
faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk
sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu – abu terdapat folikel atau
jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel dan bercak – bercak pada dinding faring
posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak
sehingga timbul radang pada tenggorok atau faringitis.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) patogenesis dari faringitis
yaitu bakteri maupun virus dapat secara langsung menginfasi mukosa faring yang
kemudian menyebabkan respon peradangan lokal. Rhinovirus menyebabkan iritasi
mukosa faring sekunder akibat sekresi nasal. Sebagian besar peradangan
melibatkan nasofaring uvula, dan palatum mole. Perjalanan penyakitnya ialah
terjadi inokulasi dari agen infeksius di faring yang menyebabkan peradangan
local, sehingga menyebabkan eritema faring, tonsil, atau keduanya. Infeksi
streptokokus ditandai dengan invasi local serta penglepasan toksin ekstraseluler
dan protease. Transmisi dari virus yang khusus dan SBHGA terutama terjadi
akibat kontak tangan dengan secret hidung di bandingkan dengan kontak oral.
Gejala akan tampak setelah masa inkubasi yang pendek, yaitu 24-72 jam.
8

Pathway
Bakteri, Virus Dan Kuman

Menginfiltrasi lapisan
epitel

Lapisan epitel terkikis

Jaringan limfoid bereaksi

Pembendungan radang dengan infiltrasi


leukosit

FARINGITIS

Inflamasi

Suhu tubuh Edema Mukosa Deman Kuman melepas


meningkat mukosa kemerahan endotoksin

Demam Penguapan Sistem imun


Nafsu makan Kesulitan
menurun
menurun menelan

Droplet M.K : Resiko


Ketidakseimban M.K : Risiko
M.K : Defisit M.K : Nyeri
gan Cairan Infeksi
nutrisi
M.K :
Hipertermi
9

2.5 Manisfestasi Klinis


Manifestasi klinis faringitis akut, yaitu :
a. Membran mukosa sangat merah dan tonsil berwarna kemerahan.
b. Folikel limfoid membengkak dan di penuhi dengan eksudat dan pembesaran.
c. Nyeri tekan nodus limfa servikal.
d. Demam
e. Malaise
f. Sakit tenggorok
g. Serak dan batuk
h. Sakit kepala
Manifestasi klinis faringitis kronik yaitu :
a. Mengeluh sensasi iritasi
b. Sesak pada tenggorok yang terus-menerus
c. Lendir dalam tenggorok
d. Kesulitan menelan.

2.6 Komplikasi
Jika faringitis ini berlangsung lebih dari 1 minggu, masih terdapat demam,
pembesaran nodus limfa, atau muncul bintik kemerahan. Hal tersebut berarti dapat
terjadi komplikasi dari faringitis, seperti demam reumatik. Beberapa komplikasi
faringitis akut yang lain adalah :
a. Demam scarlet, yang di tandai dengan demam dan bintik kemerahan.
b. Demam reumatik, yang dapat menyebabkan inflamasi sendi, atau kerusakan
pada katup jantung. Demam reumatik merupakan komplikasi yang paling
sering terjadi pada faringitis akut.
c. Glomerulonefritis, komplikasi berupa glomerulonefritis akut merupakan
respon inflamasi terhadap protein M spesifik. Komplek antigen- antibody
yang terbentuk berakumulasi pada glomerulus ginjal yang akhirnya
menyebabkan glomerulonefritis ini.
d. Abses peritonsilar biasanya disertai dengan nyeri faringeal, disfagia, demam
dan dehidrasi.
10

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


2.7.1 Pemeriksaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam.
2.7.2 Fotothorak untuk melihat adanya tuberkolusis paru.
2.7.3 Biopsi jaringan untuk mengetahui proses keganasan serta mencari basil
tahan asam di jaringan.

2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Untuk faringitis akut :
Jika di duga atau ditunjukkan adanya penyebab bakterial, pengobatan dapat
mencakup pemberian Agens antimicrobial untuk streptokukus group A, penisilin
merupakan obat pilihan. Untuk pasien alergi terhadap penisilin atau yang
mempunyai organisme resisten terhadap eritromisin digunakan sefalosporin.
Antibiotik di berikan selama sedikitnya 10 hari untuk menghilangkan
streptokokus group A dari orofaring. Diet cair atau lunak diberikan selama tahap
akut penyakit, tergantung pada nafsu makan pasien dan tingkat rasa tidak nyaman
yang terjadi bersama proses menelan. Kadang tenggorok sakit sehingga cairan
tidak dapat di minum dalam jumlah yang cukup dengan mulut. Pada kondisi yang
parah, cairan diberikan secara intravena. Sebaliknya, pasien didorong untuk
memperbanyak minum sedapat yang ia lakukan dengan minimal 2 sampai 3 liter
sehari. Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat. Pemberian kompres panas
atau dingin pada leher untuk meringankan nyeri.
2.8.2 Untuk faringitis kronik
Didasarkan pada penghitungan gejala, menghindari pemajanan terhadap
iritan, dan memperbaiki setiap gangguan saluran napas atas, paru atau jantung
yang mungkin mengakibatkan batuk kronik. Kongesti nasal dapat dihilangkan
dengan sprei nasal / obat-obatan yang mengandung epinefrin sulfat (Afrin) atau
fenilefrin hidroklorida (Neo-Synphrine). Jika terdapat riwayat alergi, salah satu
medikasi dekongestan antihistamin seperti Drixarol / Dimentapp, diminum setiap
4-6 jam. Malaise secara efektif dapat dikontrol dengan aspirin / asetaminofen.
11

2.9 Asuhan Keperawatan


1.9.1 Pengkajian
1.9.1.1 Data Dasar
Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis,
sumber biaya, dan sumber informasi).
Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan pasien)
1.9.1.2 Riwayat Keperawatan
1.9.1.2.1 Riwayat Kesehatan Sekarang
Alasan masuk rumah sakit : Pasien mengatakan terasa nyeri di leher dan
mengatakan sakit saat menelan.
Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman pada daerah
leher. Pasien mengatakan mual dan muntah. Pasien mengatakan sakit saat
menelan. Pasien mengeluh nyeri di leher.
1.9.1.2.2 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama
atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya,
sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran
tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS.
1.9.1.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit
yang sama.
1.9.1.3 Pernafasan
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk,
serta ukur respirasi rate.
1.9.1.4 Nutrisi
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS,
apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya. kebiasaan
minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan (lebih
banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
12

1.9.1.5 Eliminasi
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar. Terutama difokuskan
tentang apakah pasien cenderung susah dalam buang air kecil (kaji kebiasaan dan
volume urine) atau mempunyai keluhan saat BAK.
1.9.1.6 Aktivitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan
aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah
didiagnosa mengalami Faringitis) atau saat menjalani perawatan di RS.
1.9.1.7 Istirahat/tidur
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pola tidur akibat penyakitnya,
misalnya gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak saat merasa nyeri di leher.
1.9.1.8 Kebersihan diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS, bila perlu libatkan keluarga
pasien dalam melakukan perawatan diri pasien, misalnya saat mandi dan
sebagainya.
1.9.1.9 Rasa nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya,
misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian bawah (dikaji dengan PQRST :
faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri).
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani
keluarganya selama di RS.
1.9.1.10 Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan
lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
1.9.1.11 Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang diderita saat ini dan
terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
1.9.1.12 Aktivitas
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
13

1.9.1.13 Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien
menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun
sebaliknya.
1.9.1.14 Pengkajian Fisik, meliputi :
Beberapa pemeriksaan fisisk yang dilakukan saat pengkajian : Keadaan
Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit, kesadaran, dan
kesan umum pasien (saat pertama kali masuk RS). Gejala Kardinal, yaitu dengan
mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi). Keadaan Fisik, yaitu
melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dari kepala sampai anus, tapi
lebih difokuskan pada bagian leher. Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil
pemeriksaan laboratorium dengan uji kultur dan uji resistensi.

1.9.2 Diagnosa keperawatan


1.9.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan peradangan
1.9.2.2 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi,
pakaian tidak cocok, penyakit, penurunan / tidak mampu berkeringat,
medikasi.
1.9.2.3 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan atau
mencerna makanan atau mengabsorsi zat-zat gizi berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
1.9.2.4 Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan output berlebihan.
14

1.9.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Agar mengetahui
dengan peradangan keperawatan selama 2 x secara komprehensif karakteristik nyeri
24jam nyeri berkurang dengan termasuk lokasi, 2. Untuk meminimalisir
kriteria hasil karakteristik, durasi, kultur yang
1. Pasien melaporkan bahwa frekuensi,kualitas dan faktor mempengaruhi nyeri
nyeri berkurang presipitasi. 3. Memberikan suasana
2. Pasien melaporkan 2. Kaji kultur yang yang nyaman dan
kebutuhan tidur dan mempengaruhi respon nyeri. tenang
istirahat tercukupi 3. Kontrol lingkungan yang 4. Memberikan perasaan
3. Pasien mampu dapat mempengaruhi nyeri nyaman dan
menggunakan metode non seperti suhu ruangan, mengurangi nyeri
farmakologi pencahayaan dan kebisingan. 5. Untuk mengurangi
untuk mengurangi nyeri. 4. Ajarkan teknik relaksasi nyeri
5. Berikan analgetik.
2. Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor vital sign 1. Untuk mengetahui
ketidakseimbangan perawatan selama 2 x 24 jam 2. Monitor intake dan output keadaan umum pasien
cairan berhubungan volume cairan dan elektrolit 3. Berikan cairan isotonic / 2. Untuk mengetahui
15

dengan output adequate / seimbang. Kriteria kristaloid (NaCl, RL) untuk pemasukan cairan
berlebihan hasil rehidrasi ekstraseluler 3. Untuk memenuhi
1. Hidrasi kulit adekuat 4. Anjurkan intake oral kebutuhan cairan pasien
2. Membran mukosa lembab (distribusikan cairan selama 4. Untuk memenuhi
3. Turgor kulit normal 24 jam dan beri cairan kebutuhan cairan pasien
4. Berat badan stabil dan diantara waktu makan). 5. Untuk memenuhi
dalam batas normal 5. Berikan suplemen elektrolit kebutuhan elektrolit
5. Urin out put normal tidak baik lewat oral, NGT, atau pasien
ada rasa haus yang sangat infuse sesuai resep
3. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tiap 2 jam 1. Untuk memantau
dengan perawatan 2 x 24 jam suhu 2. Anjurkan intake cairan dan keadaan pasien
dehidrasi pening- badan pasien normal Kriteria nutrisi yang adequate. 2. Untuk menurunkan
katanmetabolik penyakit hasil : 3. Ajarkan pasien bagaimana panas
1. Suhu kulit normal mencegah panas yang tinggi. 3. Menambah pengetahuan
2. Suhu badan 36,5°C- 4. Berikan cairan intravena pasien tentang
37,5°C 5. Kompres dingin pencegahan demam
3. Tidak ada sakit kepala diselangkangan dan aksila 4. Untuk memperthankan
4. Tidak ada nyeri otot 6. Berikan obat antipiretik keseimbangan cairan
5. Tidak ada perubahan pasien
16

warna kulit 5. Untuk mengurangi suhu


6. Pasien menyatakan tubuh pasien
nyaman 6. Untuk mengurangi
7. Tidak menggigil panas pasien
8. Tidak iritabel/ gragapan /
kejang
4. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya penurunan 1. Penurunan berat badan
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 berat badan yang berlebih
ketidakmampuan jam kebutuhan nutrisi pasien 2. Hindari makanan yang menandakan
pemasukan atau terpenuhi dengan kriteria hasil tidak bisa ditoleransi oleh ketidakseimbangan
mencerna makanan atau : pasien. nutrisi
mengabsorsi zat-zat gizi 1. Adanya peningkatan berat 3. Berikan informasi tentang 2. Menyebabkan nafsu
berhubungan dengan badan sesuai dengan tujuan kebutuhan nutrisi yang makan pasien berkurang
faktor biologis, 2. Berat badan ideal sesuai dibutuhkan pasien dan 3. Memberikan
psikologis atau ekonomi dengan tinggi badan bagaimana cara makannya. pengetahuan tentang
3. Mampu mengidentifikasi 4. Kolaborasi dengan ahli gizi kebutuhan nutrisi pada
kebutuhan nutrisi untuk menentukan pasien
4. Tidak ada tanda-tanda kebutuhan kalori dan jenis 4. Menentukan jenis
malnutrisi makanan yang dibutuhkan makanan yang
17

5. Menunjukkan peningkatan memperbaiki dan


fungsi pengecapan dan mempertahanka gizi
menelan pasien
6. Tidak terjadi
penurunan berat badan
yang berarti.
18

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

I. Anamnesa
Pengkajian Tanggal 19 Maret 2019 Pukul : 09: 30 WIB
1. Identitas pasien
Nama Klien : An. M
TTL : Palangka Raya, 24 Februari 2012
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Katolik
Suku : Dayak
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Lumba-lumba II
Diagnosa medis : Faringitis
2. Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Ny. A
TTL : 14 Juli 1969
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Suku : Dayak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Lumba-lumba II
Hubungan keluarga : Ibu
3. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri seperti ditekan pada daerah leher kanan skala
nyeri 4 (sedang) dirasakan 3-5 menit.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 16 maret 2019 klien merasakan nyeri pada daerah leher
dan mengalami demam, pada saat dirumah ibu klien memberikan
klien obat PCT namun tidak kunjung sembuh hingga pada tanggal

18
19

18 Maret 2019 klien dibawa ke puskesmas kayon untuk berobat


dengan keluhan nyeri pada daerah leher dan demam sudah sejak dua
hari yang lalu. Kemudian klien dilakukan pemeriksaan dan diberikan
resep obat oleh dokter yang menangani klien.
b. Riwayat kesehatan lalu
1) Riwayat prenatal : An. M anak kelima ,selama hamil
ibu tidak pernah sakit
2) Riwayat natal : An. M dilahirkan secara normal,
umur kehamilan 9 bulan
3) Riwayat postnatal : An. M lahir dengan BB 3 kg
panjang 45 cm
4) Penyakit sebelumnya : An. M pernah ke puskesmas kayon
sebelumnya untuk berobat
5) Imunisasi
Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT
Usia 1 bln 2,3,4 bln 1,2,3,4 bln 9 bln 1 jam -
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan bahwa dari keluarga tidak ada yang memiliki
penyakit yang sama dengan klien.
d. Susunan genogram 3 (tiga) generasi

   

Keterangan : =Pria, =Wanita, =meninggal, =Pasien,


= Garis keturunan, - - - - - =Tinggal serumah
20

II. Pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum
Pada saat pengkajian keadaan pasien compos menthis, pasien tampak
memegang leher dan kesakitan, pasien tampak lemas
2. Tanda vital
Tekanan darah :110 / 70 mmhg
Nadi : 82 x/mnt
Suhu : 37,7 ˚C
Respirasi : 20 x/mnt
3. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun
Menutup (√ ) Ya ( ) Tidak
Keadaan ( √ ) cembung ( ) cekung ( ) lain,lain…
Kelainan ( - ) Hidrocefalus ( - ) Microcephalus
Lain-lain : Tidak ada
b. Rambut
Warna : Hitam
Keadaan : Rontok ( ) Ya ( √ ) Tidak
Mudah dicabut ( ) Ya ( √ ) Tidak
Kusam ( ) Ya ( √ ) Tidak
Lain-lain : Tidak ada
c. Kepala
Keadaan kulit kepala : baik
Peradangan/benjolan : ( ) Ada, sebutkan…
( √ ) Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
d. Mata
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Conjungtiva : Anemis
Skelera : Normal
Reflek pupil : Normal
Oedem Palpebra : ( ) Ya ( √ ) tidak
21

Ketajaman penglihatan : Normal


Lain-lain : Tidak ada
e. Telinga
Bentuk : ( √ ) Simetris ( ) tidak
Serumen/secret : ( ) Ada ( √ ) tidak
Peradangan : ( ) Ada ( √ ) tidak
Ketajaman pendengaran : Normal
Lain-lain : Tidak ada
f. Hidung
Bentuk : ( √ ) Simetris ( ) tidak
Serumen/secret : ( ) Ada ( √ ) tidak
Pasase udara : ( ) terpasang O2….. liter ( √ ) tidak
Fungsi penciuman : Normal
Lain-lain : Tidak ada
g. Mulut
Bibir : intak ( ) ya ( √ ) tidak
Stanosis ( ) ya ( √ ) tidak
Keadaan ( √ ) kering ( ) lembab
Palatum : ( ) keras ( √ ) lunak
h. Gigi
Carries : ( ) ya, sebutkan ( √ ) tidak
Jumlah gigi : Lengkap
Lain-lain : Tidak ada
4. Leher dan tengorokan
Bentuk : Normal
Reflek menelan : Normal
Pembesaran tonsil : Tidak ada
Pembesaran vena jugularis: : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
Peradangan : Pada leher bagian kanan
Lain-lain : Tidak ada
22

5. Dada
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Retraksi dada : ( ) ada ( ) tidak
Bunyi nafas : Vesikuler
Tipe pernafasan : Dada
Bunyi jantung : Lup-dup
Iktus cordis : Tidak ada
Bunyi tambahan : Tidak ada
Nyeri dada : Tidak ada
Keadaan payudara : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
6. Punggung
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Peradangan : ( - ) ada, sebutkan
Benjolan : ( - ) ada, sebutkan
Lain-lain : Tidak ada
7. Abdomen
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Bising usus : Normal
Asites : ( ) ada ( √ ) tidak
Massa : ( - ) ada, sebutkan
Hepatomegali : ( ) ada ( √ ) tidak
Spenomegali : ( ) ada ( √ ) tidak
Nyeri : ( - ) ada, sebutkan
Lain-lain : Tidak ada
8. Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot 5 5
5 5
Oedem : ( ) ada, sebutkan ( √ ) tidak
Sianosis : ( ) ada, sebutkan ( √ ) tidak
Clubbing finger : ( ) ada ( √ ) tidak
Keadaan kulit/turgor :Normal /< 2 detik
23

Lain-lain : Tidak ada


9. Genetalia
a. Laki-laki
Kebersihan : ………………………………………
Keadaan testis : ( ) lengkap ( ) tidak
Hipospadia : ( ) ada ( ) tidak Tidak dikaji
Epispadia : ( ) ada ( ) tidak
Lain-lain :……… ………………………………
b. Perempuan
Kebersihan : …………………………………
Keadaan labia : ( ) lengkap ( ) tidak
Peradangan/ benjolan : …………………………
Menorhage : Usia………………….
Siklus………………..
Lain-lain : ………………………….
III. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
1. Gizi : Baik. BB 20 Kg
2. Kemandirian dalam bergaul : Dapat beradaptasi dengan perawat
dan orang lain
3. Motorik halus : Dapat menulis dan menggambar
4. Motorik kasar : Dapat berlari dan melakukan
kegiatan
5. Kognitif dan bahasa : Klien dapat bercerita kepada perawat
6. Psikososial : Klien dapat bergaul dengan orang
lain
IV. Pola Aktifitas sehari-hari
No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi
a. Frekuensi 3x sehari 2x sehari
b. Nafsu makan/selera Baik Baik
c. Jenis makanan Nasi + lauk pauk Nasi + lauk pauk
24

2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 2x sehari 2x sehari
Konsistensi Lunak Lunak
b. BAK
Frekuensi 3-4 x sehari 3-4 x sehari
Konsistensi Jernih Jernih
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 1 jam 1 jam
b. Malam/ jam 8-9 jam 8-9 jam
4 Personal hygiene
a. Mandi 2 x sehari 2 x sehari
b. Oral hygiene 2 x sehari 2 xsehari

V. Data penunjang
Nama obat indikasi
Paracetamol (PCT) (3 x sehari Sebagai analgetik (pereda nyeri)
sesudah makan) dan sebagai antipiretik (pereda
demam)
Methylpredinisolone (MP4) (3 x Untuk mengurangi gejala penyakit
sehari sesudah makan) peradangan
Ceftriaxone (3 x sehari sesudah Antibiotik untuk mengobati
makan) berbagai macam infeksi

Palangka Raya, 18 Maret 2019


Mahasiswa,

(Yosy Wahyuni)
25

ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
S: Klien mengatakan Faringitis Gangguan rasa nyaman
nyeri seperti ditekan di
bagian kanan nyeri Proses inflamasi
dirasakan 3-5 menit.
O: Nyeri
- Klien tampak
memegang leher Gangguan rasa nyaman
- Klien tampak
kesakitan
- Skala nyeri 4
(sedang)
- TTV : TD=110/70,
N= 82, S=37,7
RR=20

S : Ibu klien mengatakan Faringitis Hipertermi


klien demam
O: Kuman melepas
- Klien tampak lemas endotoksin
- Bibir tampak kering
- Akral hangat Merangsang tubuh
- TTV : TD=110/70, melepas zat pigmen
N= 82, S=37,7
RR=20 Hipotalamus ke bagian
termoregularor
26

Suhu tubuh meningkat

Hipertermi

S: Ibu klien mengatakan Ketidaktahuan Defisit pengetahuan


belum mengetahui menemukan sumber
tentang penyakit yang informasi
diderita anaknya
O : Ibu klien tampak Defisit pengetahuan
bingung tentang
penyakit faringitis
27

PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan
klien mengatakan nyeri seperti ditekan di bagian kanan nyeri dirasakan 3-5
menit, klien tampak memegang leher, klien tampak kesakitan, skala nyeri 4
(sedang). TTV : TD=110/70, N= 82, S=37,7 RR=20
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan Ibu klien
mengatakan klien demam, klien tampak lemas, bibir tampak kering, akral
hangat, TTV : TD=110/70, N= 82, S=37,7 RR=20
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan sumber
informasi ditandai dengan Ibu klien mengatakan belum mengetahui tentang
penyakit yang diderita anaknya, Ibu klien tampak bingung tentang penyakit
faringitis.
28

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. M
Ruang Rawat : PKM Kayon
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan selama 1. Observasi nyeri secara 1. Mengetahui perkembangan keadaan
berhubungan dengan 2 x kunjungan diharapkan klien komprehensif klien
proses inflamasi mempertahankan kenyamanan 2. Observasi penyebab yang 2. Agar mengetahui penyebab nyeri
dengan criteria hasil : mempengaruhi nyeri 3. Untuk mengontrol dan mengurangi
1. Klien tampak tenang 3. Ajarkan teknik relaksasi nyeri
2. Nyeri berkurang/hilang (0-3) 4. Anjurkan klien lebih banyak 4. Agar nyeri tidak sering timbul
3. Klien mampu melakukan beristirahat 5. Untuk mengurangi nyeri.
metode nonfarmakologi untuk 5. Kolaborasi dalam pemberian obat
mengurangi nyeri
29

Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan selama 1. Observasi keadaan umum klien 1. Mengetahui perkembangan keadaan
dengan proses inflamasi 2 x kunjungan diharapkan masalah 2. Ukur tanda-tanda vital klien klien
hipertermi teratasi dengan kriteria 3. Beri kompres hangat pada ketiak 2. Mengetahui adanya tanda-tanda
hasil : dan daerah hipotalamus vital klien
1. Menunjukan penurunan suhu 4. Anjurkan klien untuk banyak 3. Mempercepat penurunan panas
tubuh minum 4. Mencegah terjadinya dehidrasi
2. Akral klien tidak teraba hangat 5. Anjurkan klien untuk banyak sewaktu panas
beristirahat 5. Meminimal produksi panas tubuh
6. Anjurkan klien memakai pakaian 6. Mempermudah penguapan panas
yang tipis 7. Untuk menurunkan panas demam
7. Kolaborasi dalam pemberian obat klien
30

Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan selama 1. Tanyakan klien dan keluarga 1. Mempermudah dalam memberikan
berhubungan dengan 2 x kunjungan rumah diharapkan tentang pengetahuan mereka penjelasan
ketidaktahuan klien dan keluarga mengerti tentang terhadap penyakit faringitis 2. Meningkatkan pengetahuan dan
menemukan sumber Faringitis dengan kriteri hasil : 2. Jelaskan tentang proses penyakit mengurangi cemas
informasi 1. Klien dan keluarga dapat (pengertian, penyebab, klasifikas, 3. Agar pada saat ada tanda dan gejala
mengerti tentang Faringitis tanda gejala, dan penanganan) segera ditangani
2. Klien dan keluarga dapat pada klien dan keluarga 4. Mencegah keparahan penyakit
menjelaskan kembali yg telah 3. Jelaskan pada klien dan keluarga 5. Mereview kembali apakah klien
dijelaskan perawat kapan harus ke pelayanan dan keluarga sudah mengerti
kesehatan
4. Diskusikan perubahan gaya hidup
untuk meningkatkan kesehatan
dan mencegah komplikasi
5. Tanyakan kembali pengetahuan
klien dan keluarga setelah
diberikan pendidikan kesehatan.
31

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Selasa, 19 maret 2019 1. Mengobservasi nyeri secara S : Klien mengatakan nyeri berkurang
17:00 WIB komprehensif
O:
2. Mengobservasi penyebab yang
- Klien tampak tenang
mempengaruhi nyeri
- Klien dapat melakukan teknik relaksasi
3. Mengajarkan teknik relaksasi
- Klien telah meminum obat (PCT, MP4,
4. Menganjurkan klien lebih banyak
Cefrtriaxone)
beristirahat
- TTV : TD : 110/70 mmHg
5. Berkolaborasi dalam pemberian obat
N : 80 x/m Yosy Wahyuni
- PCT
S : 36,8 ˚C
- Methylpredinisolone
RR : 20 x/m
- Ceftriaxone
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
32

Selasa, 19 maret 2019 1. Mengobservasi keadaan umum klien S : Ibu klien mengatakan bahwa klien sudah
17:00 WIB 2. Mengukur tanda-tanda vital klien tidak demam
3. Menganjurkan klien untuk banyak
O:
minum
- Akral tidak teraba panas
4. Menganjurkan klien untuk banyak
- Klien tampak tenang
beristirahat
- Klien telah meminum obat (PCT, MP4,
5. Menganjurkan klien memakai
Cefrtriaxone)
pakaian yang tipis
- TTV : TD : 110/70 mmHg Yosy Wahyuni
6. Berkolaborasi dalam pemberian obat
N : 80 x/m
- PCT
S : 36,8 ˚C
- Methylpredinisolone
RR : 20 x/m
- Ceftriaxone
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Selasa, 19 maret 2019 1. Menanyakan klien dan keluarga S : Keluarga klien mengatakan sudah
17:00 WIB tentang pengetahuan mereka terhadap memahami tentang penyakit faringitis
penyakit faringitis
O:
2. Menjelaskan tentang proses penyakit
- Keluarga tampak memahami yang sudah
(pengertian, penyebab, klasifikas,
33

tanda gejala, dan penanganan) pada perawat jelaskan


klien dan keluarga - Keluarga dapat menjelaskan kembali
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga seperti yang perawat jelaskan sebelumnya
kapan harus ke pelayanan kesehatan A : Masalah teratasi
4. Mendiskusikan perubahan gaya P : Hentikan intervensi
Yosy Wahyuni
hidup untuk meningkatkan kesehatan
dan mencegah komplikasi
5. Menanyakan kembali pengetahuan
klien dan keluarga setelah diberikan
pendidikan kesehatan.

S-ar putea să vă placă și