Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, alergi, trauma, toksin dan lain-lain (Rusmarjono dan Efiaty Arsyad
Soepardi, 2007). Faringitis akut adalah radang akut pada mukosa faring dan
jaringan limfoid pada dinding faring (Rospa, 2011) Faringitis lazim terjadi di
seluruh dunia, umumnya di daerah beriklim musim dingin dan awal musim semi.
Di Amerika Serikat, sekitar 84 juta pasien berkunjung ke dokter akibat
infeksi saluran pernafasan akut pada tahun 1998, dimana 25 juta disebabkan oleh
infeksi saluran pernafasan atas (Aamir Somro, 2011). Menurut National
Ambulatory Medical Care Survey, infeksi saluran pernafasan atas, termasuk
faringitis akut, bertanggung jawab untuk 200 kunjungan ke dokter per 1000
penduduk per tahun di Amerika Serikat (Alan L. Bisno, 2001). Di negara-negara
yang berpenghasilan tinggi, faringitis adalah umum pada anak-anak usia 3 hingga
15 tahun. Di Amerika Serikat, rata-rata anak lingkungan usia 5 tahun terinfeksi
faringitis GABHS (Group A Beta Hemolytic Streptococcus) (Aamir Somro,
2011).
Faringitis akut merupakan salah satu klasifikasi dalam faringitis. Faringitis
akut adalah suatu penyakit peradangan tenggorok (faring) yang bersifat mendadak
dan cepat memberat. Faringitis akut dan tonsillitis akut sering ditemukan bersama-
sama dan dapat menyerang semua umur. Faringitis akut dapat disebabkan oleh
viral, bakteri, fungal dan gonorea. Penyebab terbanyak radang ini adalah kuman
golongan Streptokokus Beta Hemolitikus, Streptokokus viridians dan
Streptokokus piogenes. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh infeksi virus
seperti virus influenza dan adenovirus. Faringitis akut dapat menular melalui
kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infection) dari orang yang menderita
faringitis (Rusmarjonno dan Efiaty Arsyad Soepardi, 2007). Kunjungan rawat
jalan per tahun bagi faringitis akut adalah sekitar 12 juta di Amerika Serikat
(Kelley Struble, 2013). Adenovirus merupakan virus penyebab faringitis akut yang
paling sering, sedangkan S. pyogenes ( b-hemolytic group A Streptococcus)
1
2
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Faringitis akut adalah radang akut pada mukosa faring dan jaringan limfoid
pada dinding faring (Rospa, 2011)
Faringitis merupakan peradangan akut membrane mukosa faring dan
struktur lain di sekitarnya (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008)
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, alergi, trauma, toksin dan lain-lain (Rusmarjono dan Efiaty Arsyad
Soepardi, 2007).
Jadi, faringitis adalah radang akut pada faring yang disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur, alergi dan trauma.
2.2 Etiologi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus
(40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Faringitis bisa disebabkan oleh virus
maupun bakteri.
a. Virus yaitu Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza, Coxsackievirus, Epstein –
Barr virus, Herpes virus.
b. Bakteri yaitu, Streptococcus ß hemolyticus group A, Chlamydia,
Corynebacterium diphtheriae, Hemophilus influenzae, Neisseria gonorrhoeae.
c. Jamur yaitu Candida jarang terjadi kecuali pada penderita imunokompromis
yaitu mereka dengan HIV dan AIDS, Iritasi makanan yang merangsang sering
merupakan faktor pencetus atau yang memperberat (Departemen Kesehatan,
2007).
2.3 Klasifikasi
2.3.1 Faringitis Akut
Faringitis akut adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan
bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang
4
5
masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan
batuk. Faringitis ini terjadinya masih baru belum berlangsung lama.
2.3.1.1 Faringitis viral
Dapat disebabkan oleh Rinovirus, Adenovirus, Epstein Barr Virus (EBV),
Virus influenza, Coxsachievirus, Cytomegalovirus dan lain-lain. Gejala dan tanda
biasanya terdapat demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan.
Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza,
Coxsachievirus dan Cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachievirus
dapat menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa
maculopapular rash. Pada adenovirus juga menimbulkan gejala konjungtivitis
terutama pada anak. Epstein bar virus menyebabkan faringitis yang disertai
produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di
seluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang
disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual
dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfa
denopati akut di leher dan pasien tampak lemah.
2.3.1.2 Faringitis bakterial
Infeksi Streptococcus ß hemolyticus group A merupakan penyebab faringitis
akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%). Gejala dan tanda biasanya
penderita mengeluhkan nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai
demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk. Pada pemeriksaan tampak
tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat
dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum
dan faring. apabila ada penekanan. Faringitis akibat infeksi bakteri Streptococcus
ß hemolyticus group A dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria,
yaitu : Tiap kriteria ini bila dijumpai di beri skor satu. Bila skor 0−1 maka pasien
tidak mengalami faringitis akibat infeksi Streptococcus ß hemolyticus group A,
bila skor 1−3 maka pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi Streptococcus ß
hemolyticus group A dan bila skor empat pasien memiliki kemungkinan 50%
terinfeksi Streptococcus ß hemolyticus group A (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2014)
6
2.4 Patofisiologi
Menurut Arif Mansjoer (2007) patofisiologi dari faringitis adalah penularan
terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila epitel
terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang
dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi,
kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi
menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding
faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk
sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu – abu terdapat folikel atau
jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel dan bercak – bercak pada dinding faring
posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak
sehingga timbul radang pada tenggorok atau faringitis.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) patogenesis dari faringitis
yaitu bakteri maupun virus dapat secara langsung menginfasi mukosa faring yang
kemudian menyebabkan respon peradangan lokal. Rhinovirus menyebabkan iritasi
mukosa faring sekunder akibat sekresi nasal. Sebagian besar peradangan
melibatkan nasofaring uvula, dan palatum mole. Perjalanan penyakitnya ialah
terjadi inokulasi dari agen infeksius di faring yang menyebabkan peradangan
local, sehingga menyebabkan eritema faring, tonsil, atau keduanya. Infeksi
streptokokus ditandai dengan invasi local serta penglepasan toksin ekstraseluler
dan protease. Transmisi dari virus yang khusus dan SBHGA terutama terjadi
akibat kontak tangan dengan secret hidung di bandingkan dengan kontak oral.
Gejala akan tampak setelah masa inkubasi yang pendek, yaitu 24-72 jam.
8
Pathway
Bakteri, Virus Dan Kuman
Menginfiltrasi lapisan
epitel
FARINGITIS
Inflamasi
2.6 Komplikasi
Jika faringitis ini berlangsung lebih dari 1 minggu, masih terdapat demam,
pembesaran nodus limfa, atau muncul bintik kemerahan. Hal tersebut berarti dapat
terjadi komplikasi dari faringitis, seperti demam reumatik. Beberapa komplikasi
faringitis akut yang lain adalah :
a. Demam scarlet, yang di tandai dengan demam dan bintik kemerahan.
b. Demam reumatik, yang dapat menyebabkan inflamasi sendi, atau kerusakan
pada katup jantung. Demam reumatik merupakan komplikasi yang paling
sering terjadi pada faringitis akut.
c. Glomerulonefritis, komplikasi berupa glomerulonefritis akut merupakan
respon inflamasi terhadap protein M spesifik. Komplek antigen- antibody
yang terbentuk berakumulasi pada glomerulus ginjal yang akhirnya
menyebabkan glomerulonefritis ini.
d. Abses peritonsilar biasanya disertai dengan nyeri faringeal, disfagia, demam
dan dehidrasi.
10
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Untuk faringitis akut :
Jika di duga atau ditunjukkan adanya penyebab bakterial, pengobatan dapat
mencakup pemberian Agens antimicrobial untuk streptokukus group A, penisilin
merupakan obat pilihan. Untuk pasien alergi terhadap penisilin atau yang
mempunyai organisme resisten terhadap eritromisin digunakan sefalosporin.
Antibiotik di berikan selama sedikitnya 10 hari untuk menghilangkan
streptokokus group A dari orofaring. Diet cair atau lunak diberikan selama tahap
akut penyakit, tergantung pada nafsu makan pasien dan tingkat rasa tidak nyaman
yang terjadi bersama proses menelan. Kadang tenggorok sakit sehingga cairan
tidak dapat di minum dalam jumlah yang cukup dengan mulut. Pada kondisi yang
parah, cairan diberikan secara intravena. Sebaliknya, pasien didorong untuk
memperbanyak minum sedapat yang ia lakukan dengan minimal 2 sampai 3 liter
sehari. Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat. Pemberian kompres panas
atau dingin pada leher untuk meringankan nyeri.
2.8.2 Untuk faringitis kronik
Didasarkan pada penghitungan gejala, menghindari pemajanan terhadap
iritan, dan memperbaiki setiap gangguan saluran napas atas, paru atau jantung
yang mungkin mengakibatkan batuk kronik. Kongesti nasal dapat dihilangkan
dengan sprei nasal / obat-obatan yang mengandung epinefrin sulfat (Afrin) atau
fenilefrin hidroklorida (Neo-Synphrine). Jika terdapat riwayat alergi, salah satu
medikasi dekongestan antihistamin seperti Drixarol / Dimentapp, diminum setiap
4-6 jam. Malaise secara efektif dapat dikontrol dengan aspirin / asetaminofen.
11
1.9.1.5 Eliminasi
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar. Terutama difokuskan
tentang apakah pasien cenderung susah dalam buang air kecil (kaji kebiasaan dan
volume urine) atau mempunyai keluhan saat BAK.
1.9.1.6 Aktivitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan
aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah
didiagnosa mengalami Faringitis) atau saat menjalani perawatan di RS.
1.9.1.7 Istirahat/tidur
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pola tidur akibat penyakitnya,
misalnya gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak saat merasa nyeri di leher.
1.9.1.8 Kebersihan diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS, bila perlu libatkan keluarga
pasien dalam melakukan perawatan diri pasien, misalnya saat mandi dan
sebagainya.
1.9.1.9 Rasa nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya,
misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian bawah (dikaji dengan PQRST :
faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri).
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani
keluarganya selama di RS.
1.9.1.10 Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan
lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
1.9.1.11 Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang diderita saat ini dan
terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
1.9.1.12 Aktivitas
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
13
1.9.1.13 Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien
menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun
sebaliknya.
1.9.1.14 Pengkajian Fisik, meliputi :
Beberapa pemeriksaan fisisk yang dilakukan saat pengkajian : Keadaan
Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit, kesadaran, dan
kesan umum pasien (saat pertama kali masuk RS). Gejala Kardinal, yaitu dengan
mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi). Keadaan Fisik, yaitu
melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dari kepala sampai anus, tapi
lebih difokuskan pada bagian leher. Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil
pemeriksaan laboratorium dengan uji kultur dan uji resistensi.
dengan output adequate / seimbang. Kriteria kristaloid (NaCl, RL) untuk pemasukan cairan
berlebihan hasil rehidrasi ekstraseluler 3. Untuk memenuhi
1. Hidrasi kulit adekuat 4. Anjurkan intake oral kebutuhan cairan pasien
2. Membran mukosa lembab (distribusikan cairan selama 4. Untuk memenuhi
3. Turgor kulit normal 24 jam dan beri cairan kebutuhan cairan pasien
4. Berat badan stabil dan diantara waktu makan). 5. Untuk memenuhi
dalam batas normal 5. Berikan suplemen elektrolit kebutuhan elektrolit
5. Urin out put normal tidak baik lewat oral, NGT, atau pasien
ada rasa haus yang sangat infuse sesuai resep
3. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tiap 2 jam 1. Untuk memantau
dengan perawatan 2 x 24 jam suhu 2. Anjurkan intake cairan dan keadaan pasien
dehidrasi pening- badan pasien normal Kriteria nutrisi yang adequate. 2. Untuk menurunkan
katanmetabolik penyakit hasil : 3. Ajarkan pasien bagaimana panas
1. Suhu kulit normal mencegah panas yang tinggi. 3. Menambah pengetahuan
2. Suhu badan 36,5°C- 4. Berikan cairan intravena pasien tentang
37,5°C 5. Kompres dingin pencegahan demam
3. Tidak ada sakit kepala diselangkangan dan aksila 4. Untuk memperthankan
4. Tidak ada nyeri otot 6. Berikan obat antipiretik keseimbangan cairan
5. Tidak ada perubahan pasien
16
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Anamnesa
Pengkajian Tanggal 19 Maret 2019 Pukul : 09: 30 WIB
1. Identitas pasien
Nama Klien : An. M
TTL : Palangka Raya, 24 Februari 2012
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Katolik
Suku : Dayak
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Lumba-lumba II
Diagnosa medis : Faringitis
2. Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Ny. A
TTL : 14 Juli 1969
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Suku : Dayak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Lumba-lumba II
Hubungan keluarga : Ibu
3. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri seperti ditekan pada daerah leher kanan skala
nyeri 4 (sedang) dirasakan 3-5 menit.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 16 maret 2019 klien merasakan nyeri pada daerah leher
dan mengalami demam, pada saat dirumah ibu klien memberikan
klien obat PCT namun tidak kunjung sembuh hingga pada tanggal
18
19
5. Dada
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Retraksi dada : ( ) ada ( ) tidak
Bunyi nafas : Vesikuler
Tipe pernafasan : Dada
Bunyi jantung : Lup-dup
Iktus cordis : Tidak ada
Bunyi tambahan : Tidak ada
Nyeri dada : Tidak ada
Keadaan payudara : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
6. Punggung
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Peradangan : ( - ) ada, sebutkan
Benjolan : ( - ) ada, sebutkan
Lain-lain : Tidak ada
7. Abdomen
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Bising usus : Normal
Asites : ( ) ada ( √ ) tidak
Massa : ( - ) ada, sebutkan
Hepatomegali : ( ) ada ( √ ) tidak
Spenomegali : ( ) ada ( √ ) tidak
Nyeri : ( - ) ada, sebutkan
Lain-lain : Tidak ada
8. Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot 5 5
5 5
Oedem : ( ) ada, sebutkan ( √ ) tidak
Sianosis : ( ) ada, sebutkan ( √ ) tidak
Clubbing finger : ( ) ada ( √ ) tidak
Keadaan kulit/turgor :Normal /< 2 detik
23
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 2x sehari 2x sehari
Konsistensi Lunak Lunak
b. BAK
Frekuensi 3-4 x sehari 3-4 x sehari
Konsistensi Jernih Jernih
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 1 jam 1 jam
b. Malam/ jam 8-9 jam 8-9 jam
4 Personal hygiene
a. Mandi 2 x sehari 2 x sehari
b. Oral hygiene 2 x sehari 2 xsehari
V. Data penunjang
Nama obat indikasi
Paracetamol (PCT) (3 x sehari Sebagai analgetik (pereda nyeri)
sesudah makan) dan sebagai antipiretik (pereda
demam)
Methylpredinisolone (MP4) (3 x Untuk mengurangi gejala penyakit
sehari sesudah makan) peradangan
Ceftriaxone (3 x sehari sesudah Antibiotik untuk mengobati
makan) berbagai macam infeksi
(Yosy Wahyuni)
25
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
S: Klien mengatakan Faringitis Gangguan rasa nyaman
nyeri seperti ditekan di
bagian kanan nyeri Proses inflamasi
dirasakan 3-5 menit.
O: Nyeri
- Klien tampak
memegang leher Gangguan rasa nyaman
- Klien tampak
kesakitan
- Skala nyeri 4
(sedang)
- TTV : TD=110/70,
N= 82, S=37,7
RR=20
Hipertermi
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan
klien mengatakan nyeri seperti ditekan di bagian kanan nyeri dirasakan 3-5
menit, klien tampak memegang leher, klien tampak kesakitan, skala nyeri 4
(sedang). TTV : TD=110/70, N= 82, S=37,7 RR=20
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan Ibu klien
mengatakan klien demam, klien tampak lemas, bibir tampak kering, akral
hangat, TTV : TD=110/70, N= 82, S=37,7 RR=20
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan sumber
informasi ditandai dengan Ibu klien mengatakan belum mengetahui tentang
penyakit yang diderita anaknya, Ibu klien tampak bingung tentang penyakit
faringitis.
28
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. M
Ruang Rawat : PKM Kayon
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan selama 1. Observasi nyeri secara 1. Mengetahui perkembangan keadaan
berhubungan dengan 2 x kunjungan diharapkan klien komprehensif klien
proses inflamasi mempertahankan kenyamanan 2. Observasi penyebab yang 2. Agar mengetahui penyebab nyeri
dengan criteria hasil : mempengaruhi nyeri 3. Untuk mengontrol dan mengurangi
1. Klien tampak tenang 3. Ajarkan teknik relaksasi nyeri
2. Nyeri berkurang/hilang (0-3) 4. Anjurkan klien lebih banyak 4. Agar nyeri tidak sering timbul
3. Klien mampu melakukan beristirahat 5. Untuk mengurangi nyeri.
metode nonfarmakologi untuk 5. Kolaborasi dalam pemberian obat
mengurangi nyeri
29
Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan selama 1. Observasi keadaan umum klien 1. Mengetahui perkembangan keadaan
dengan proses inflamasi 2 x kunjungan diharapkan masalah 2. Ukur tanda-tanda vital klien klien
hipertermi teratasi dengan kriteria 3. Beri kompres hangat pada ketiak 2. Mengetahui adanya tanda-tanda
hasil : dan daerah hipotalamus vital klien
1. Menunjukan penurunan suhu 4. Anjurkan klien untuk banyak 3. Mempercepat penurunan panas
tubuh minum 4. Mencegah terjadinya dehidrasi
2. Akral klien tidak teraba hangat 5. Anjurkan klien untuk banyak sewaktu panas
beristirahat 5. Meminimal produksi panas tubuh
6. Anjurkan klien memakai pakaian 6. Mempermudah penguapan panas
yang tipis 7. Untuk menurunkan panas demam
7. Kolaborasi dalam pemberian obat klien
30
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan selama 1. Tanyakan klien dan keluarga 1. Mempermudah dalam memberikan
berhubungan dengan 2 x kunjungan rumah diharapkan tentang pengetahuan mereka penjelasan
ketidaktahuan klien dan keluarga mengerti tentang terhadap penyakit faringitis 2. Meningkatkan pengetahuan dan
menemukan sumber Faringitis dengan kriteri hasil : 2. Jelaskan tentang proses penyakit mengurangi cemas
informasi 1. Klien dan keluarga dapat (pengertian, penyebab, klasifikas, 3. Agar pada saat ada tanda dan gejala
mengerti tentang Faringitis tanda gejala, dan penanganan) segera ditangani
2. Klien dan keluarga dapat pada klien dan keluarga 4. Mencegah keparahan penyakit
menjelaskan kembali yg telah 3. Jelaskan pada klien dan keluarga 5. Mereview kembali apakah klien
dijelaskan perawat kapan harus ke pelayanan dan keluarga sudah mengerti
kesehatan
4. Diskusikan perubahan gaya hidup
untuk meningkatkan kesehatan
dan mencegah komplikasi
5. Tanyakan kembali pengetahuan
klien dan keluarga setelah
diberikan pendidikan kesehatan.
31
Selasa, 19 maret 2019 1. Mengobservasi keadaan umum klien S : Ibu klien mengatakan bahwa klien sudah
17:00 WIB 2. Mengukur tanda-tanda vital klien tidak demam
3. Menganjurkan klien untuk banyak
O:
minum
- Akral tidak teraba panas
4. Menganjurkan klien untuk banyak
- Klien tampak tenang
beristirahat
- Klien telah meminum obat (PCT, MP4,
5. Menganjurkan klien memakai
Cefrtriaxone)
pakaian yang tipis
- TTV : TD : 110/70 mmHg Yosy Wahyuni
6. Berkolaborasi dalam pemberian obat
N : 80 x/m
- PCT
S : 36,8 ˚C
- Methylpredinisolone
RR : 20 x/m
- Ceftriaxone
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Selasa, 19 maret 2019 1. Menanyakan klien dan keluarga S : Keluarga klien mengatakan sudah
17:00 WIB tentang pengetahuan mereka terhadap memahami tentang penyakit faringitis
penyakit faringitis
O:
2. Menjelaskan tentang proses penyakit
- Keluarga tampak memahami yang sudah
(pengertian, penyebab, klasifikas,
33