Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Untuk masyarakat Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan
kesehatan
2. Untuk Mahasiswa Sebagai bahan pembanding tugas serupa
3. Untuk tenaga kesehatan Makalah ini bisa di jadikan bahan acuan untuk
melakukan tindakan asuhan keperawatan pada kasus keperawatan kesehatan
jiwa masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. keperawatan kesehatan jiwa
Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan
manifestasinya sangat terkait pada materi, jiwa bersifat abstrak dan tidak
berwujud benda. Hal ini karena jiwa memang bukan berupa benda, melainkan
sebuah sistem perilaku, hasil olah pemikiran, perasaan, persepsi, dan berbagai
pengaruh lingkungan sosial. Semua ini merupakan manifestasi sebuah kejiwaan
seseorang. Oleh karena itu, untuk mempelajari ilmu jiwa dan keperawatannya,
pelajarilah dari manifestasi jiwa terkait pada materi yang dapat diamati berupa
perilaku manusia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah dalam keadaan
bugar dan nyaman seluruh tubuh dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman
adalah relatif, karena bersifat subjektif sesuai orang yang mendefinisikan dan
merasakan.
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan
itu buruk.
2. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
3. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
4. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling
memuaskan.
6. Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
7. Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian
hari.
8. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif.
Menurut WHO, kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang menceerminkan
kedewasaan kepribadiannya. UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966 tentang
Upaya Kesehatan Jiwa, memberikan batasan bahwa upaya kesehatan jiwa
adalah suatu kondisi dapat menciptakan keadaan yang memungkinkan atau
mengizinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal pada
seseorang, serta perkembangan ini selaras dengan orang lain. Menurut UU
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Bab IX tentang kesehatan jiwa
menyebutkan Pasal 144 ayat 1 “Upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk
menjamin setiap orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas
dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan
jiwa”. Ayat 2, “Upaya kesehatan jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif pasien gangguan jiwa, dan
masalah psikososial”
2.1. Definisi
Menurut Departemen Sosial RI (2005: 5), Anak jalanan adalah anak yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup
sehari-hari di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan
tempat-tempat umum lainnya. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri, berusia antara
5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan,
penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya
tinggi. Selain itu, Direktorat Kesejahteran Anak, Keluarga dan Lanjut Usia,
Departemen Sosial (2001: 30) memaparkan bahwa anak jalanan adalah anak
yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari nafkah atau
berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya, usia mereka berkisar
dari 6 tahun sampain 18 tahun. Adapun waktu yang dihabiskan di jalan lebih
dari 4 jam dalam satu hari. Pada dasarnya anak jalanan menghabiskan waktunya
di jalan demi mencari nafkah, baik dengan kerelaan hati maupun dengan
paksaan orang tuanya.
2.3. Penyebab
Departemen Sosial (2001: 25-26) menyebutkan bahwa penyebab
keberadaan anak jalanan ada 3 macam, yakni faktor pada tingkat
mikro(immediate causes), faktor pada tingkat messo (underlying causes),
danfaktor pada tingkat makro (basic causes).
a. Tingkat Mikro (Immediate Causes)
Faktor pada tingkat mikro ini yaitu faktor yang berhubungan dengan anak
dan keluarganya. Departemen Sosial (2001: 25-26) menjelaskan pula bahwa
pada tingkat mikro sebab yang bisa diidentifikasi dari anak dan keluarga
yang berkaitan tetapi juga berdiri sendiri, yakni:
1) Lari dari keluarga, disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau sudah
putus, berpetualangan, bermain-main atau diajak teman.
2) Sebab dari keluarga adalah terlantar, ketidakmampuan orang tua
menyediakan kebutuhan dasar, ditolak orang tua, salah perawatan atau
kekerasan di rumah, kesulitan berhubungan dengan keluarga atau
tetangga, terpisah dengan orang tua, sikap-sikap yang salah terhadap
anak, keterbatasan merawat anak yang mengakibatkan anak menghadapi
masalah fisik, psikologis dan sosial. Hal ini dipengaruhi pula oleh
meningkatnya masalah keluarga yang disebabkan oleh kemiskinan
pengangguran, perceraian, kawin muda, maupun kekerasan dalam
keluarga.
3) Melemahnya keluarga besar, dimana keluarga besar tidak mampu lagi
membantu terhadap keluarga-keluarga inti, hal ini diakibatkan oleh
pergeseran nilai, kondisi ekonomi, dan kebijakan pembangunan
pemerintah.
4) Kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak, dimana orang tua
sudah tidak mampu lagi memahami kondisi serta harapan anak-anak,
telah menyebabkan anak-anak mencari kebebasan.
Selain itu, Odi Shalahudin (2004:71) menyebutkan pulafaktor-faktor
yang disebabkan oleh keluarga yakni sebagai berikut:
1) Keluarga miskin
Kemiskinan merupakan faktor dominan yang medoronganak-anak
menjadi anak jalanan. Anak dari keluarga miskin,karena kondisi
kemiskinan kerap kali kurang terlindungi sehinggamenghadapi risiko
yang lebih besar untuk menjad anak jalanan.
2) Perceraian dan kehilangan orang tua
Perceraian dan kehilangan orang tua menjadi salah satufaktor risiko
yang mendorong anak-anak pergi ke jalanan.Perceraian atau perpisahan
orang tua yang kemudian menikah lagiatau memiliki teman hidup baru
tanpa ikatan pernikahan seringkali membuat anak menjadi frustasi. Rasa
frustasi ini akan semakin bertambah ketika anak dititipkan ke salah satu
anggotakeluarga orang tua mereka atau tatkala anak yang biasanya
lebihmemilih tinggal bersama ibunya merasa tidak
mendapatkanperhatian, justru menghadapi perlakuan buruk ayah tiri atau
pacaribunya.
3) Kekerasan keluarga
Kekerasan keluarga merupakan faktor risiko yang palingbanyak
dihadapi oleh anak-anak sehingga mereka memutuskanuntuk keluar dari
rumah dan hidup di jalanan. Berbagai faktorrisiko lainnya yang
berkaitan dengan hubungan antara anakdengan keluarga, tidak lepas dari
persoalan kekerasan.
4) Keterbatasan ruang dalam rumah
Keterbatasan ruang dalam rumah bisa menimbulkan risikoanak-anak
turun ke jalan. Biasanya ini dialami oleh anak-anakyang berada di
beberapa perkampungan urban yang mendudukilahan milik negara.
Banyak dijumpai adanya rumah-rumah petakyang didirikan secara tidak
permanen dan sering kalimenggunakan barang-barang bekas seadanya
dengan ruang yangsangat sempit, kadang hanya berukuran 3 X 4 meter
saja.
5) Eksploitasi ekonomi
Eksploitasi ekonomi oleh orang tua mulaimarak terjadi ketika pada masa
krisis, dimana anak-anak yangmasih aktif bersekolah didorong oleh
orang tuanya mencari uangdan ditargetkan memberikan sejumlah uang
yang ditentukan olehorang tua mereka.
6) Keluarga homeless
Seorang anak menjadi anak jalanan bisa pula disebabkankarena
terlahirkan dari sebuah keluarga yang hidup di jalanantanpa memiliki
tempat tinggal tetap.
Dijelaskan pula mengenai faktor-faktor yang menyebabkankeluarga
dan anaknya terpisah (BKSN, 2000: 111), yaitu:
1) Faktor pendorong
a) Keadaan ekonomi keluarga yang semakin dipersulit olehbesarnya
kebutuhan yang ditanggung kepala keluarga.
b) Ketidakserasian dalam keluarga, sehingga anak tidak betahtinggal
di rumah atau anak lari dari keluarga.
c) Adanya kekerasan atau perlakuan salah dari orang tuaterhadap
anaknya sehingga anak lari dari rumah.
d) Kesulitan hidup di kampung, anak melakukan urbanisasiuntuk
mencari pekerjaan mengikuti orang dewasa.
2) Faktor penarik:
a) Kehidupan jalanan uang menjanjikan, dimana anak
mudahmendapatkan uang, anak bisa bermain dan bergaul
denganbebas.
b) Diajak oleh teman.
c) Adanya peluang di sektor informal yang tidak terlalumembutuhkan
modal dan keahlian.
a. Tingkat Messo (Underlying Causes)
Faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan pada tingkat messo ini
yaitu faktor yang ada di masyarakat. Menurut DepartemenSosial RI
(2001: 25-26), pada tingkat messo (masyarakat), sebab yang dapat
diidentifikasi meliputi:
1) Pada masyarakat miskin, anak-anak adalah aset untuk membantu
peningkatan pendapatan keluarga, anak-anak diajarkan bekerjayang
menyebabkan drop out dari sekolah.
2) Pada masyarakat lain, urbanisasi menjadi menjadi kebiasaan
dananak-anak mengikuti kebiasaan itu.
3) Penolakan masyarakat dan anggapan anak jalanan sebagai calon
kriminal
4) Ikut-ikutan teman
5) Bermasalah dengan tetangga atau komunitas
6) Ketidakpedulian komunitas di sekitar tempat tinggal anak
atauadanya toleransi dari mereka terhadap keberadaan anak-anak
dijalanan menjadi situasi yang sangat mendukung bertambahnya
anak-anak untuk turut ke jalan.
b. Tingkat Makro (Basic Causes)
Faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan pada tingkat makro
yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur makro.Departemen
Sosial RI (2001: 25-26)
1) Ekonomi, adalah adanya peluang pekerjaan sektor informal
yangtidak terlalu membutuhkan modal keahlian, mereka harus lama
dijalanan dan meninggalkan bangku sekolah, ketimpangan desa
dankota yang mendorong urbanisasi. Migrasi dari desa ke kota
mencari kerja, yang diakibatkan kesenjangan pembangunan desakota,
kemudahan transportasi dan ajakan kerabat, membuat banyak
keluarga dari desa pindah ke kota dan sebagian dari mereka terlantar,
hal ini mengakibatkan anak-anak merekaterlempar ke jalanan.
2) Penggusuran dan pengusiran keluarga miskin dari tanah/rumah
mereka dengan alasan “demi pembangunan”, mereka semakin tidak
berdaya dengan kebijakan ekonomi makro pemerintah yang lebih
memguntungkan segelintir orang.
3) Pendidikan, adalah biaya sekolah yang tinggi, perilaku guru
yangdiskriminatif, dan ketentuan-ketentuan teknis dan birokratis
yang mengalahkan kesempatan belajar. Meningkatnya angka
anakputus sekolah karena alasan ekonomi, telah mendorong sebagian
anak untuk menjadi pencari kerja dan jalanan mereka jadikan salah
satu tempat untuk mendapatkan uang.
4) Belum beragamnya unsur-unsur pemerintah memandang anak
jalanan antara sebagai kelompok yang memerlukan perawatan
(pendekatan kesejahteraan) dam pendekatan yang menganggap anak
jalanan sebagai trouble maker atau pembuat masalah(security
approach / pendekatan keamanan).
5) Adanya kesenjangan sistem jaring pengamanan sosial sehingga jaring
pengamanan sosial tidak ada ketika keluarga dan anak menghadapi
kesulitan.
6) Pembangunan telah mengorbankan ruang bermain bagi anak
(lapangan, taman, dan lahan-lahan kosong). Dampaknya sangat terasa
pada daerah-daerah kumuh perkotaan, dimana anak-anak menjadikan
jalanan sebagai ajang bermain dan bekerja.
7) Korban penculikan merupakan salah satu faktor yangmenyebabkan
anak-anak berada di jalanan. Kasus penculikan yang
8) menimpa anak-anak untuk dijadikan sebagai anak jalanan
hampirterjadi setiap tahun. Tampaknya kasus ini luput dari perhatian
mengingat jumlah kasusnya memang tidak besar.
Dari banyak uraian yang berasal dari berbagai sumber di atas
dapatdiketahui bahwa terdapat banyak faktor yang menyebabkan
anak-anakpada akhirnya bisa turun ke jalan dan menjadikan jalanan
sebagai pusataktivitas mereka baik faktor pada tingkat mikro, messo,
maupun makro.Permasalahan yang mereka hadapi begitu kompleks,
baik dari segikeluarga, lingkungan sekitar, masyarakat, hingga
kebijakan-kebijakanmakro.
Perwatanan diri
Klien dapat 1. keluarga selalu 1. jelaskan pada keluarga tentang 1. Agar keluaarga
dukungan mengingat ha l-hal penyebab kurang minatnya klien dapat mendorong
keluarga yang berhubungan menjaga kebersihan diri sehingga klien mau
dalam dengankebersihan diri 2. diskusikan bersama keluarga tentg melakukannya.
meningkatk tindakan yang telah dilakukan 2. Agar keluarga
an klien selama di RS dalam menjaga mengetahui apa
kebersihan kebersihan dan kemajuan yang saja yang telah dan
diri telah dialami di RS sudah bisa
3. anjurkan keluarga untuk dilakukan oleh
memutuskan member stimulasi klien selama di
terhadap kemajuan yang telah rumah sakit.
dialami di RS. 3. Agar keluarga
lebih mendorong
klien sehingga apa
yang telah di capai
dapat meningkat.
PEMBAHASAN
PENUTUP
4.1. SIMPULAN
Berdasarkan laporan di atas, anak jalanan adalah anak yang berusia5 – 18
tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkahdan
atau berkeliaran di jalanan maupun ditempat – tempat umum. Munculnya
anak jalanan disebabkan adanya beberapa faktor di antaranya kesulitan
ekonomi,ketidakharmonisan keluarga, suasana lingkungan yang kurang
mendukung, danrayuan kenikmatan kebebasan mengatur hidup sendiri.
Permasalahan anak jalananini dapat ditanggulangi dengan 3 jenis model
yaitu family base, institutional base dan multi-system base. Tindakan
penanganan permasalahan anak jalanan ini dapatdilakukan melaui kerjasama
antara pihak pemerintah dan masyarakat.
4.2. SARAN
Berbagai pihak perlu melaksanakan program integratif yang diarahkan
tidak saja bagi anak jalanan, tetapi juga keluarga dan lingkungan di mana
mereka tinggal.Bagi anak jalanan, mereka perlu dilibatkan dalam program
pendidikan khusus yangdapat membuka wawasan mereka mengenai masa
depan. Bagi keluarga, terutama orang tua, perlu diberikan penyuluhan yang
dapat meluruskan persepsi mereka mengenai kedudukan anak di dalam
keluarga, lingkungan dan masyarakat. Disamping itu program pengembangan
sentra ekonomi di daerah asal mereka perlu dikembangkan agar mereka dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya dan tidak memposisikan kota sebagai satu-
satunya tempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik,
Jakarta : Rineka cipta
Daryo, Agoes, 2011, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Refika Aditama
Riyadi, S. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Simanjuntak, J. 2012 Konseling Gangguan Jiwa dan Okultisme (membedakan
Gangguan Jiwa dan Kerasukan Setan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius
Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius
Utomo, T. 2010. Mencegah dan Mengatasi krisis Anak Melalui
Perkembangan Sikap Mental Orang Tua. Jakarta : Grasindo
Sugiyono, D. 2010 Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sumantri, Sujati, 2012. Psikologi Luar Biasa, Bandung : PT Refika
Sugiyanto, 2009. Analisis Statika Sosial, Malang : Bayumedia Publillsing