Sunteți pe pagina 1din 9

Jurnal Photon Vol. 8 No.

2, April 2018

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RESIKO JATUH PADA PASIEN DI


BANGSAL NEUROLOGI RSUP DR. M DJAMIL PADANG

Julimar

STIKes Pekanbaru Medical Center

ABSTRAK
The risk of falling is possible for someone to fall which can cause physical injury that is generally caused
by environmental and physiological factors that can result in injury. The incidence of the risk of falls that
occurred in the Hospital Dr. M Djamil in 2015 as much as 0.5%. The incidence of the risk of falling in
Indonesia in January to September 2012 amounted to 14%. The high likelihood that a patient runs the
risk of falling is influenced by several factors, one of which factors from the patient's own. The purpose of
this study to find out what are the factors that greatly affect the safety of patients, especially in the
department of neurology ward. Dr. M Djamil Padang. This research was conducted in July-August 2016
for the department. Dr. M Djamil Padang. This research uses descriptive analytical method. The
population in this study were nurses who are specifically in the department of Neurology ward. Dr. M
Djamil Padang with a sample size of 16 people were taken by total sampling. Data collection tool is a
questionnaire. Processing of data by editing, coding, data entry, and tabulating. Analysis of the data used
univariate data analysis. The results of this study found that the factors that cause the risk of falls in
patients include: more than half (75%) of respondents rate the organization and management of high
factor, more than half (68.75%) of respondents valued the work environment factors, most of all (94%) of
respondents rated high factor of the team, more than half (75%) of respondents rated higher personnel
factor, less than half (37.5%) of respondents low duty factor, all (100%) of respondents rated high patient
factors, and more than half (56.25%) of respondents low rate communication factor. For nurses who
value high ratings may be influenced by the style of good leadership in taking any decision, the existence
of good cooperation between the heads of the room with the nurse, and their examination environment
around the patient. Researchers suggested that nurses still maintain good performance in carrying out its
duties and researchers expect that number causes the risk of falling in the neurology ward, especially
Hospital Dr. M Djamil Padang reduced.

1 PENDAHULUAN Pelaporan WHO di Amerika Serikat


Mutu pelayanan yang Keselamatan dalam “To Err Is Human, Buliding a Safer
pasien (Patient Safety) rumah sakit adalah Health System” melaporkan adanya IKP
suatu system dimana rumah sakit membuat (Insiden keselamatan pasien) dalam pelayanan
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut rawat inap di rumah sakit, kejadian yang
meliputi assesmen risiko, identifikasi dan terjadi yaitu adanya KTD (Kejadian Tidak
pengelolaan hal yang berhubungan dengan Diharapkan) sekitar 3-16% yang terjadi di
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, rumah sakit Amerika. WHO (World Health
kemampuan belajar dari insiden dan tindak Organization) menemukan kasus KTD
lanjutnya serta implementasi solusi untuk (Kejadian Tidak Diharapkan) dengan rentang
meminimalkan timbulnya risiko. System 3,2-16,6% rumah sakit di berbagai negara,
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya yaitu Amerika, Inggris, Australia, dan
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat Denmark.(Forster et al). Laporan IKP oleh
melaksanakan suatu tindakan atau tidak KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien-Rumah
melakukan tindakan yang seharusnya Sakit) di Indonesia pada bulan Januari-April
dilakukan (DepKes, 2008). 2011, menemukan bahwa adanya pelaporan

FMIPA-UMRI 133
Vol. 8 No.2, April̀ 2018 Jurnal Photon

kasus KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) menimbulkan trauma psikologis,


(14,41%) dan KNC (Kejadian Nyaris Cedera) memperpanjang waktu perawatan dan
(18,53%) yang disebabkan karena proses atau meningkatkan biaya perawatan pasien akibat
prosedur klinik (9,26 %), medikasi (9,26%), menggunakan peralatan diagnostik yang
dan Pasien jatuh (5,15%). Dalam Kongres sebenarnya tidak perlu dilakukan seperti CT
Persi XXI di Jakarta pada tanggal 8 November Scan, rontgen dll. Dampak bagi rumah sakit
2014 juga melaporkan bahwa kejadian pasien sendiri adalah menimbulkan risiko tuntutan
jatuh di Indonesia pada bulan Januari sampai hukum karena dianggap lalai dalam perawatan
September 2012 sebesar 14% (DepKes, pasien (Miake-Lye dkk, 2013).
2008). Strategi meningkatkan keselamatan
Rumah sakit sebagai pemberi layanan pasien oleh Permenkes (2011) melalui enam
kesehatan harus memperhatikan dan menjamin sasaran keselamatan pasien rumah sakit
keselamatan pasien. Rumah sakit merupakan meliputi identifikasi pasien dengan tepat,
organisasi yang berisiko tinggi terhadap meningkatkan komunikasi yang efektif,
terjadinya incident keselamatan pasien yang meningkatkan keamanan obat perlu
diakibatkan oleh kesalahan manusia. diwaspadai, memastikan tepat lokasi, tepat
Kesalahan terhadap keselamatan paling sering prosedur, tepat pasien operasi, mengurangi
disebabkan oleh kesalahan manusia terkait risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan
dengan risiko dalam hal keselamatan, dan hal mengurangi risiko jatuh. Joint Commision
ini disebabkan oleh kegagalan sistem di mana International (JCI) menetapkan sasaran
individu tersebut bekerja (Reason, 2009). internasional keselamatan pasien dengan
Resiko jatuh itu sendiri adalah meningkatkan keamanan obat-obatan,
peningkatan kemungkinan untuk jatuh yang memastikan lokasi pembedahan, prosedur
dapat menyebabkan cedera fisik. Resiko jatuh yang benar dan pembedahan pada pasien yang
adalah pasien yang berisiko untuk jatuh yang benar, memastikan keamanan risiko jatuh
umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan pasien (JCI, 2011).
dan fisiologis yang dapat berakibat cidera. Upaya mengantisipasi dan mencegah
Kategori resiko jatuh terbagi tiga, yaitu risiko terjadinya pasien jatuh dengan atau tanpa
jatuh rendah, risiko jatuh sedang, dan risiko cidera perlu dilakukan pengkajian di awal
jatuh tinggi (JCI,2011) maupun kemudian pengkajian ulang secara
Penyebab terjadinya resiko jatuh bisa berkala mengenai resiko pasien jatuh,
disebabkan oleh faktor intrinsik berupa termasuk resiko potensial yang berhubungan
riwayat jatuh sebelumnya, penurunan dengan jadwal pemberian obat serta
ketajaman penglihatan, prilaku dan sikap mengambil tindakan untuk mengurangi semua
berjalan, sistem muskuloskeletal, status resiko yang telah diidentifikasikan tersebut.
mental, penyakit akut, dn penyakit kronik. Pengkajian resiko jatuh ini telah dapat
Dari segi faktor ekstrinsik bisa berupa dilaksanakan sejak pasien mulai mendaftar,
pengobatan, kamar mandi, desain bangunan, yaitu dengan menggunakan skala jatuh.
kondisi permukaan lantai, kurang pencahayaan Menghitung MFS (Morse Fall Score)
(JCI, 2011). merupakan cara untuk menentukan risiko jatuh
Akibat yang ditimbulkan dari insiden dari pasien dan manajemen pencegahan jatuh
jatuh dapat menyebabkan kejadian yang tidak yang perlu dilakukan sesuai dengan standar
diharapkan seperti luka robek, fraktur, cedera prosedur operasional pencegahan jatuh yang
kepala, pendarahan sampai kematian, telah ada da berlaku diseluruh unit di rumah

134 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 8 No. 2, April 2018

sakit, khususnya di ruang rawat inap (Budiono, penampilan kinerja individu yang menyatakan
2014) bahwa kerja tim menghasilkan penempilan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja individu yang lebih baik pada
terjadinya resiko jatuh yaitu: faktor eksternal , komunikasi, tugas dan matematis. Hasil
faktor organisasi & manajemen, faktor penelitian yang dilakukan Kartika juga
lingkungan kerja, faktor tim, faktor petugas, menunjukkan bahwa ada hubungan
faktor tugas, faktor pasien, dan faktor kepemimpinan atasan terhadap implementasi
komunikasi (Kemenkes,2015). Budaya keselamatan pasien oleh perawat pelaksana
keselamatan merupakan suatu faktor yang dalam menerapkan patien safety. Penelitian ini
menbentuk perilaku profesi kesehatan untuk didukung oleh Anugrahini (2010) yang
melihat keselamatan pasien menjadi prioritas menemukan bahwa ada hubungan bermakna
utama. Hasil penelitian Helling et al 2008 antara kepemimpinan atasan langsung dengan
menyatakan bahwa menilai budaya implementasi keselamatan pasien.
keselamatan dalam rumah sakit sebagai sebuah Dalam hasil penelitian yang dilakukan
tantangan, sehingga diperlukan alat ukur yang oleh Suparna tahun 2015 mengatakan perawat
akurat dalam penilaiannya. Budaya dalam memberikan asuhan keperawatan
keselamatan memberikan pengaruh terhadap kepada pasien harus menerapkan keselamatan
kualitas pelayanan. Untuk meningktakan pasien. Perawat harus melibatkan kognitif,
budaya keselamatan dibutuhkan dukungan dari afektif, dan tindakan yang mengutamakan
manajemen dan seluruh staf. Penelitian diatas keselamatan pasien. Perawat dalam
bertentangan dengan hasil penelitian yang memberikan asuhan keperawatan harus dengan
dilakukan oleh Kartika,2015 yang penuh kepedulian. Persepsi perawat untuk
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang menjaga keselamatan pasien sangat berperan
signifikan antara budaya keselamatan dengan dalam pencegahan, pengendalian dan
implementasi keselamatan pasien oleh perawat peningkatan keselamatan pasien (Choo,
pelaksana. Hal ini dapat terjadi karena Hutchinson & Bucknall, 2011; Elley et al,
dukungan manajemen terhadap keselamatan 2008). Pemberi layanan kesehatan
pasien masih kurang. Hal ini disebabkan berkontribusi terhadap terjadinya kesalahan
karena peningkatan keselamatan pasien belum yang mengancam keselamatan Pasien,
menjadi misi utama rumah sakit. Khususnya Perawat, Pelayanan Terlama ( 24
Dalam hasil penelitian yang dilakukan Jam Secara Terus Menerus) dan tersering
Kartika pada tahun 2015 menunjukkan bahwa berinteraksi pada pasien berbagai prosedur dan
kerjasama tim tidak berhubungan dengan tindakan keperawatan. Hal ini dapat
implementasi keselamatan pasien oleh perawat memberikan peluang yang besar untuk terjadi
pelaksana. Hal ini sejalan dengan kenyataan kesalahan dan keselamatan pasien. Selain itu
dilapangan bahwa dalam melakukan kelelahan pada perawat merupakan faktor
perawatan kepada pasien, perawat yang berkontribusi terjadinya kesalahan
melakukannya hanya kepada pasien yang (Mattox, 2012). Karakteristik perawat
menjadi tangggung jawabnya dan tugasnya mempengaruhi pekerjaannya sehari-hari dan
sendiri terhadap pasien sehingga perawat lain berpotensi terhadap kesalahan dalam
tidak saling mengetahui terhadap pekerjaan keselamatan pasien (White, 2012).
rekannya. Penelitian ini tidak sejalan dengan Dalam hasil penelitian yang dilakukan
penelitian Walshe and Boeden (2006) Kartika pada tahun 2015 menunjukkan bahwa
mengidentifikasi pengaruh kerja tim dengan komunikasi memiliki hubungan yang

FMIPA-UMRI 135
Vol. 8 No.2,April̀ 2018 Jurnal Photon

bermakna dengan implementasi keselamatan 2 METODOLOGI PENELITIAN


pasien oleh perawat. Namun, hasil penelitian Desain penelitian adalah deskriptif
ini tidak sejalan dengan hasil penelitian analitik yaitu suatu metode penelitian yang
Mulyadi (2005) yang menyatakan bahwa tidak dilakukan dengan tujuan utama
terdapat hubungan antara komunikasi dengan mendeskripsikan atau memberi gambaran
kinerja perawat dalam mengendalikan mutu terhadap suatu obyek penelitian yang diteliti
pelayanan keperawatan diruang rawat inap melalui sampel atau data yang telah terkumpul
RSKM Cilegon. Hal ini disebabkan karena dan membuat kesimpulan yang berlaku umum
peneliti berasumsi bahwa keterbukaan dalam (Soegiyono, 2009).
komunikasi dapat menurunkan produktifitas Teknik pengambilan sampel adalah
kerja. (total sampling), yaitu pengambilan sampel
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan dengan mengambil semua
yang diakukan peneliti Jelisa Sri Kendiyol anggota populasi menjadi sampel atau
seorang mahasiswi keperawatan Universitas responden. Banyak sampel adalah 16 perawat (
Andalas di RSUP Dr. M Djamil dengan Alimul,2007).
Kepala Pengelola Keperawatan Bangsal
Neurologi tanggal 15 Maret 2014, didapatkan
data bahwa Bangsal Neurologi sudah memiliki 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
laporan kejadian jatuh pasien. Selama tahun Faktor Organisasi dan Manajemen
2014 terdapat data laporan 4 kejadian pasien Tabel 1 Distribusi Frekuensi Penyebab
jatuh dan 2 kejadian jatuh di Bangsal Resiko Jatuh Dilihat dari Faktor
Neorologi yang menyebabkan pasien cedera Organisasi dan Manajemen
1. Organisasi dan Tinggi 75%
selama bulan Januari-Maret 2014 yang Manajemen Rendah 25%
disebabkan oleh ketidakoptimalnya perawat 2. Lingkungan Kerja Tinggi 68%
dalam memberikan pelayanan. Rendah 32%
3. Kerja tim Tinggi 94%
Bangsal Neorologi terdiri dari 1 ruang Rendah 6%
rawat inap dan total jumlah perawat 4. Petugas Tinggi 75%
pelaksananya adalah 16 orang (Profil Sumber Rendah 25%
5. Tugas Tinggi 37,5%
Daya Manusia Bangsal Neurologi, 2016).
Rendah 62,5%
Berdasarkan wawancara tanggal 27 6. Pasien Tinggi 100%
Maret 2016 kepada kepala ruangan di bangsal Rendah 0%
neurologi didapatkan angka kejadian jatuh 7. Komunikasi Tinggi 56%
Rendah 44%
selama tahun 2014 sebanyak 0.003% dan di
tahun 2015 sebanyak 0.5%. Mengenai jumlah
Faktor Organisasi dan Manajemen
pasien di ruang rawat inap stroke didapatkan
Pada tabel 1 diatas, didapatkan bahwa
data 22 orang sedang dirawat di ruangan
faktor penyebab resiko jatuh pada pasien lebih
tersebut. Berdasarkan hasil observasi di
dari separuh (75%) responden memberikan
ruangan pada tanggal 27 Maret 2016, terlihat
penilaian yang tinggi pada faktor organisasi
masing-masing ruangan perawatan sudah
dan manajemen. Hasil penelitian ini sama
memiliki skala pengkajian risiko jatuh Morse
dengan penelitian Kartika (2015) tentang
yang ditempel di setiap ruang perawat, format
faktor yang berhubungan dengan implementasi
pengkajian risiko jatuh pasien sudah tersedia
keselamatan pasien di Rsud Ajjappannge
berupa lembaran fotokopi namun belum
Soppeng Tahun 2015 dimana lebih dari
disatukan dengan status pasien.

136 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 8 No. 2, April 2018

separuh dalam kategori tinggi yaitu (75,2%) sudah cukup tinggi dimana lebih dari separuh
responden memberikan penilaian mengenai (73%) responden memberikan penilaian
faktor organisasi dan manajemen, hal ini sama mengenai faktor lingkungan kerja, hal ini sama
dengan hasil yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan hasil yang dilakukan oleh peneliti yaitu
dalam kategori tinggi dimana manajemen dan dalam kategori tinggi dalam penanganan
organisasi cukup membantu dalam pasien dengan resiko jatuh.
pengimplementasian tindakan keperawatan Dalam jurnal Budiono,2014 faktor
terhadap pasien. lingkungan kerja yaitu suatu keadaan di suatu
Faktor organisasi dan manajemen yaitu lingkungan yang diantisipasi dengan cara
kondisi yang ditentukan oleh filosofi dari melakukan ronde lingkungan ditiap-tiap
manajer yang mana akan memotivasi atau bagian, dimana pada saat ronde lingkungan
gagal memotivasi perawat profesional untuk dilakukan akan ditemukan hal-hal yang
berpartisipasi pada tingkatan yang konsisten mungkin akan menjadi resiko untuk terjadinya
sesuia dengan tujuan (Swansburg, 2010). jatuh.
Dapat diketahui bahwa tingginya nilai Dapat diketahui bahwa tingginya nilai
dari faktor organisasi dan manajemen terlihat dari faktor lingkungan kerja terlihat dari
dari jawaban-jawaban perawat melalui jawaban-jawaban perawat melalui kuisioner
kuisioner yang diberikan, semua (100%) yang diberikan, hampir semua (94%)
responden menjawab dalam tiap organisasi responden menjawab dalam pemindahan
memiliki struktur yang hanya dipilih oleh pasien keruangan rawat inap lain ditemukan
manajer organisasi, semua (100%) responden hal-hal yang mungkin menjadi resiko untuk
menjawab dalam pelaksanaan manajemen terjadinya jatuh, semua (100%) responden
resiko jatuh kepala ruangan selalu melakukan menjawab perawat pelaksana selalu
pengawasan ke ruang rawat inap dibangsal, melakukan pemeriksaan disekitar lingkungan
semua (100%) responden menjawab kepala pasien yang beresiko jatuh, lebih dari separuh
ruangan mengikut sertakan perawat pelaksana (63%) responden menjawab dalam
untuk mengemukakan pendapat dalam upaya penggunaan alat elektronik, terjadi malfungsi
pencegahan resiko jatuh pasien, lebih dari peralatan yang digunakan, separuh (50%)
separuh (75%) responden menjawab responden menjawab sering terjadi kekurangan
penerapan budaya keselamatan pasien peralatan medis saat melakukan suatu
dipengaruhi gaya kepemimpinan yang ada, dan tindakan, dan semua (100%) responden
hampir semua responden (75%) menjawab menjawab peralatan yang selesai digunakan
kinerja dan cara kerja perawat selalu selalu diberikan desinfektan agar tidak
dipengaruhi tingkat pendidikan yang dimiliki. menimbulkan infeksi nosokomial.

Faktor Lingkungan Kerja Faktor Tim


Pada tabel 2 diatas, didapatkan bahwa Pada tabel 3 diatas, didapatkan bahwa
faktor penyebab resiko jatuh pada pasien lebih faktor penyebab resiko jatuh pada pasien
dari separuh (68,75%) responden memberikan hampir dari semua (94%) responden
penilaian yang tinggi pada faktor lingkungan memberikan penilaian yang tinggi pada faktor
kerja. Hasil penelitian ini sama dengan tim. Hasil penelitian ini sama dengan
penelitian Budiono, 2014 tentang pelaksanaan penelitian Kartika (2015) tentang faktor yang
program manajemen pasien dengan risiko berhubungan dengan implementasi
jatuh di Rumah Sakit Islam Unisma Malang keselamatan pasien di Rsud Ajjappannge

FMIPA-UMRI 137
Vol. 8 No.2, April̀ 2018 Jurnal Photon

Soppeng Tahun 2015 dimana hampir semua Budiono, 2014 tentang pelaksanaan program
(88,3%) responden memberikan penilaian manajemen pasien dengan risiko jatuh di
yang tinggi mengenai faktor tim, hal ini sama Rumah Sakit Islam Unisma Malang sudah
dengan hasil yang dilakukan oleh peneliti yaitu cukup tinggi dimana hampir dari semua
dalam kategori tinggi dimana kerja sama tim (87%) responden memberikan penilaian
cukup membantu dalam pengimplementasian mengenai faktor petugas, hal ini sama dengan
tindakan keperawatan terhadap pasien. hasil yang dilakukan oleh peneliti yaitu dalam
Faktor tim yaitu faktor yang kategori tinggi dalam penanganan pasien
dipengaruhi baik dari segi kepemimpinan dan dengan resiko jatuh.
tanggung jawab dimana kepala ruangan Faktor petugas yaitu faktor yang
memiliki peran dalam mendukung budaya disebabkan adanya persaingan dalam
keselamatan pasien dan menciptakan kompetensi antar perawat dimana pengetahuan
lingkungan yang positif bagi keselamatan berperan penting dan berhubungan dengan
pasien (Yaqin et al,2012). komitmen yang sangat diperlukan dalam
Dapat diketahui bahwa tingginya nilai upaya membangun budaya keselamatan pasien
dari faktor tim yang mempengaruhi terjadinya (Notoatmodjo,2007).
resiko jatuh pada pasien terlihat dari jawaban- Dapat diketahui bahwa tingginya nilai
jawaban perawat melalui kuisioner yang dari faktor petugas terlihat dari jawaban-
diberikan, hampir semua (94%) responden jawaban perawat melalui kuisioner yang
menjawab dalam melakukan tindakan perawat diberikan, hampir semua (88%) responden
yang baru bekerja selalu meminta pemberian menjawab setiap perawat pelaksana harus
arahan dari perawat pelaksana yang memiliki mengikuti pelatihan dan memiliki verifikasi
pengalaman lebih banyak, hampir semua (81 dalam menangani pasien dengan resiko jatuh,
%) responden menjawab perawat diruangan semua (100%) responden menjawab tingkat
selalu bersifat cepat tanggap dalam menangani pengetahuan dan keterampilan kerja perawat
pasien dengan resiko jatuh, lebih dari separuh berpengaruh dalam penanganan pasien dengan
(56,25%) responden menjawab pemberian resiko jatuh, semua (100%) responden
tindakan keperawatan dibedakan sesuai tingkat menjawab motivasi berpengaruh dalam
pendidikan yang dimiliki oleh perawat, hampir meningkatkan kinerja seorang perawat, lebih
semua (88%) responden menjawab kepala dari separuh (75%) responden menjawab
ruangan memiliki peran yang kritis dalam bebean kerja yang terlalu tinggi selalu
penentu pengambilan tindakan penanganan mempengaruhi produktivitas kerja perawat
pasien dengan resiko jatuh, dan semua (100%) dalam melakukan suatu tindakan, dan lebih
responden menjawab kepala ruangan mampu dari separuh (63%) responden menjawab
melakukan pembagian kerja sesuai kebanyakan perawat memiliki gangguan pada
kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing fisiknya akibat dari efek beban kerja yang
perawat. terlalu berlebihan.

Faktor Petugas Faktor Tugas


Pada tabel 4 diatas, didapatkan bahwa Pada tabel 5 diatas, didapatkan bahwa
faktor penyebab resiko jatuh pada pasien lebih faktor penyebab resiko jatuh pada pasien
dari separuh (75%) responden memberikan kurang dari separuh (37,5%) responden
penilaian yang tinggi pada faktor petugas. memberikan penilaian yang rendah pada faktor
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian tugas. Hasil penelitian ini tidak sama dengan

138 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 8 No. 2, April 2018

Setyarini,2013 dalam kepatuhan perawat semua (100%) responden memberikan


melaksanakan standar prosedur operasional: penilaian yang tinggi pada faktor pasien. Hasil
pencegahan pasien resiko jatuh di gedung penelitian ini sama dengan penelitian Budiono,
yosef 3 dago dan surya kencana rumah sakit 2014 tentang pelaksanaan program manajemen
borromeus dimana lebih dari separuh (75%) pasien dengan risiko jatuh di Rumah Sakit
responden meberikan penilaian yang tinggi Islam Unisma Malang sudah cukup tinggi
dalam kepatuhan perawat melaksanakan dimana hampir dari separuh (80%) responden
tindakan keperawatan sesuai standar prosedur memberikan penilaian mengenai faktor pasien,
operasional pencegahan pasien resiko jatuh, hal ini sama dengan hasil yang dilakukan oleh
sedangkan hasil yag didapatkan peneliti tugas peneliti yaitu dalam kategori tinggi dalam
dari petugas kesehatan cukup rendah dalam penanganan pasien dengan resiko jatuh.
pelaksanaan tindakan keperawatan. Dalam jurnal Budiono,2014 faktor
Dalam jurnal Setrayini,2013 faktor pasien yaitu faktor yang dapat dilihat baik dari
tugas yaitu faktor yang dipengaruhi baik dari segi kondisi dimana ganguan mobilitas
segi ketersediaan SOP dimana dengan adanya menjadi salah satu penyebab utama seseorang
SOP sebagai acuan kerja mampu beresiko untuk jatuh.
menghasilkan sumber daya manusia yang Dapat diketahui bahwa tingginya nilai
profesional. dari faktor pasien terlihat dari jawaban-
Dapat diketahui bahwa rendahnya nilai jawaban perawat melalui kuisioner yang
dari faktor tugas terlihat dari jawaban-jawaban diberikan, semua (100%) responden menjawab
perawat melalui kuisioner yang diberikan, penyebab utama seorang pasien memiliki
semua (100%) responden menjawab dalam resiko jatuh adalah gangguan mobilitas pada
melakukan tindakan perawat selalu mengikuti tubuh pasien, hampir semua (94%) responden
produser sesuai SOP, semua (100%) menjawab penyebab utama resiko jatuh pasien
responden menjawab perawat selalu adalah karena ketidakterlibatang keluarga
melakukan pencegahan resiko jatuh sesuai dalam merawat dan menjaga pasien, lebih dari
standar SPO yang sudah ditetapkan, separuh separuh (75%) responden menjawab obat-
(50%) responden menjawab saat dilakukan obatan yang dikonsumsi pasien seringkali
pemeriksaan didapatkan ketidaksesuaian menjadi penyebab seorang pasien memiliki
antara interpretasi hasil test, kurang dari resiko jatuh, hampir semua (81%) responden
separuh (38%) responden menjawab sebagian menjawab adanya riwayat jatuh sebelumnya
besar pasien dengan resiko jatuh tidak selalu menimbulkan trauma pada pasien
menjalani pemeriksaan atau pengkajian dengan resiko jatuh, dan semua (100%)
dengan skala MFS (Morse Fall Score), dan responden menjawab hubungan yang baik
kurang dari separuh (38%) responden antara perawat dengan pasien mampu
menjawab untuk pasien dengan resiko jatuh mengurangi resiko jatuh.
hanya dilakukan pengkajian melalui MFS
tanpa dilakukan pemasangan gelang Faktor Komunikasi
identifikasi pasien resiko jatuh oleh perawat Pada tabel 7 diatas, didapatkan bahwa
pelaksana. faktor penyebab resiko jatuh pada pasien lebih
dari separuh (56,25%) responden memberikan
Faktor Pasien penilaian yang rendah pada faktor komunikasi.
Pada tabel 6 diatas, didapatkan bahwa Hasil penelitian ini tidak sama dengan
faktor penyebab resiko jatuh pada pasien penelitian Kartika (2015) tentang faktor yang

FMIPA-UMRI 139
Vol. 8 No.2, April̀ 2018 Jurnal Photon

berhubungan dengan implementasi 1 Lebih dari separuh (75%) responden


keselamatan pasien di Rsud Ajjappannge memiliki nilai yang tinggi dalam menilai
Soppeng Tahun 2015 dimana lebih dari faktor organisasi dan manajemen
separuh (67,1%) responden memberikan 2 Lebih dari separuh (68,75%) responden
penilaian cukup tinggi mengenai faktor memiliki nilai yang tinggi dalam menilai
komunikasi, hal ini tidak sama dengan hasil faktor lingkungan kerja .
yang dilakukan oleh peneliti yaitu dalam 3 Hampir dari semua (94%) responden
kategori rendah dalam penanganan pasien memiliki nilai yang tinggi dalam menilai
dengan resiko jatuh. faktor tim
Dalam jurnal Kartika,2015 faktor 4 Lebih dari separuh (75%) responden
komunikasi yaitu suatu bentuk komunikasi memiliki nilai yang tinggi dalam menilai
yang dapat dilihat baik secara verbal maupun faktor petugas.
secara tulisan dimana komunikasi sangat 5 Kurang dari separuh (37,5%) responden
berpengaruh dalam pencegahan resiko jatuh memiliki nilai yang rendah dalam menilai
pasien, dimana buruknya komunikasi antar faktor tugas.
dokter dan perawat menjadi salah satu 6 Semua (100%) responden memiliki nilai
penyebab terjadinya kejadian yang tidak yang tinggi dalam menilai faktor pasien.
diharapkan, komunikasi yang tidak 7 Lebih dari separuh (56,25%) responden
terdokumentasikan dengan baik juga dapat memiliki nilai yang rendah dalam menilai
menimbulkan kesalahan. faktor komunikasi.
Dapat diketahui bahwa rendahnya nilai Saran
dari faktor komunikasi terlihat dari jawaban- Diharapkan bagi pihak perawat pelaksana di
jawaban perawat melalui kuisioner yang rumah sakit dapat menggunakan hasil
diberikan, lebih dari separuh (63%) responden penelititan ini menjadi bahan masukan dan
menjawab sering terjadi salah penyampaian dapat meningkatkan kinerja dalam
informasi dalam pergantian jam dinas antar memberikan pelayanan kesehatan yang lebih
perawat akibat cara penyampaian yang tidak baik dan berkualitas bagi pasien. Dilihat dari
jelas, hampir dari separuh (81%) responden baiknya respon perawat terhadap beberapa
menjawab kurangnya penyampaian informasi faktor yang dapat menjadi penyebab resiko
hanya boleh dilakukan oleh perawat yang telah jatuh pada pasien. Dari faktor lingkungan kerja
lama bekerja di ruangan, lebih dari separuh perawat selalu melakukan ronde lingkungan
(63%) responden menjawab komunikasi yang disekitar lingkungan pasien yang memiiki
digunakan perawat dalam berkomunikasi resiko jatuh. Faktor tim juga dapat menjadi
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan perawat , penyebab resiko jatuh, dilihat dari peran kritis
semua responden (100%) menjawab dan ada tidaknya kerja sama antar sesama
komunikasi terapeutik wajib diterapkan saat perawat pelaksana dan kepala ruangan.
perawat berkomunikasi dengan pasien, dan
separuh (50%) responden menjawab seringkali DAFTAR PUSTAKA
terjadi ketidaklengkapan informasi saat
didokumentasikan oleh perawat dalam bentuk Adib A. 2009. Materi Seminar Nasional
tertulis. Keperawatan dengan tema “Sistem
Pelayanan Keperawatan dan
4 KESIMPULAN Manajemen Rumah Sakit untuk

140 FMIPA-UMRI
Jurnal Photon Vol. 8 No. 2, April 2018

Mewujudkan Patient Safety”.


Jogjakarta JCI, 2011. Joint Commission International
Acreditation Standards for Hospital.
Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur 4th Edition
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta KKP-RS,2008. Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Astrianti, 2014. Gambaran Determinan Jakarta: Depkes RI
Insiden Keselamatan Pasien Pada
Petugas Kesehatan Di Rumah Sakit Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Universitas Hasanuddin [Skripsi]. Penelitian Kesehatan, edisi Revisi.
Makassar : Universitas Hasanuddin Jakarta : PT. Rineka Cipta

Budiono, Sugeng, Arief Alamsyah dan RSUP DR M Djamil Padang ,2015 Data
Wahyu, 2014. Pelaksanaan Program laporan Tahunan.
Manajemen Pasien dengan Rsiko Jatuh
di Ruma Sakit. Jurnal Kedokteran WHO,2009. Human Factors in Patient Safety
Brawijaya, vol.28. Suplemen No.1 Review of Topics and Tools. [Online
Journal], Jakarta,World Healt
Departemen Kesehatan R.I, 2008. Panduan Organization
Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit. Jakarta : Bhakti Husada

FMIPA-UMRI 141

S-ar putea să vă placă și