Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Piping system is a construction that made as a way for air to flow, where compressed air are resulted
by compressor work. Purpose of this practical work is to make an understanding about the influence
of cooling and losses of air flow. Those characteristics are representated by value of pressure (P),
flow rate (Q), and friction coefficient. In addition, the influence of air flow cooling and losses inside
tubular pipe will be studied too. The equipment to be used such compressor to compressing air, air
pipe as flow line, flow meter to measure the capacity, valve to control the capacity, pressure gauge
to measure the pressure, thermometer to measure the temperature and so on. In this practical work
in the way to study the flow characteristic, we will variate the pressure as control variabel and will
cause alteration of capacity and temperature. Later, the variabel control are pipe dimensions
(diameter, length, and angle). We will variating those values to calculating air flow characteristics.
And in the end of this practical work, we shall understand that losses will increase depend on how
many fittings, elbows, etc. For exmaple, by variating two value of valve opening where the small
one shall give higher pressure value and lower flow rate of the air flow. Lower air flow means lower
velocity, where low velocity shall give lower value of friction losses. From the first experiment,
where the value of pressure variated from 0,1 kg/cm2 to 0,5 kg/cm2, and pressure value of 0,1
kg/cm2 resulting 11 SCFH of flow rate. At this value of flow rate the highest value of friction losses
occured, as the formula of head friction. The conclution is, losses depend on many factors, include
the influence of cooling of pipe. Example of application in marine such starting engine process,
navigator alarm, the use of compressors in air starting system, cleanse turbocharged and sea cest.
ABSTRAK
Sistem pipa udara adalah jalur yang dibuat untuk mengalirkan udara, dimana udara bertekanan
dihasilkan oleh kompresor. Tujuan praktikum pipa udara adalah agar praktikan mengerti tentang
pengaruh pendinginan dan rugi-rugi pada aliran udara. Karakteristik-karakteristik aliran tersebut
direpresentasikan dalam bentuk nilai tekanan (P), nilai debit (Q), dan nilai koefisien gesek. Selain
itu, dikaji pula bagaimana pengaruh pedinginan terhadap aliran dan rugi-rugi yang terjadi pada
berbagai macam jalur aliran pipa udara. Peralatan yang digunakan antara lain: kompresor untuk
memampatkan udara, pipa udara sebagai tempat mengalirnya udara, flow meter untuk mengukur
kapasitas aliran udara, katup untuk mengatur aliran udara, pressure gauge untuk mengukur tekanan
udara, thermometer untuk mengukur suhu pada saat percobaan pendinginan, busur derajat untuk
mengukur sudut bukaan katup, dan meteran untuk mengukur panjang pipa, dimana yang divariasikan
adalah tekanan sebagai variabel manipulasi dan akan menyebabkan perubahan pada bukan katup,
kapasitas dan suhu (variabel respon). Sedangkan untuk variabel kontrolnya adalah ukuran pipa
(diameter dan panjang). Pada percobaan satu, dimana tekanan divariasikan 0,1 kg/cm2 sampai 0,5
kg/cm2, pada tekanan 0,1 kg/cm2 dihasilkan debit aliran 11 SCFH. Dari hasil perhitungan, diketahui
losses karena gesekan terbesar terjadi pada nilai debit 11 SCFH, sebagaimana rumus head friction
berbanding lurus dengan kecepatan aliran. Kesimpulannya, losses bergantung daripada banyak
parameter, termasuk pedinginan pada pipa.. Contoh aplikasi pada bidang perkapalan misalnya pada
saat menyalakan motor induk kapal, tangki bahan bakar, penggunaan kompresor pada starting air
system, membersihkan turbocharge dan sea cest.
Bab I
Pendahuluan
1.3. Tujuan
a. Mengetahui kerugian/losses pada instalasi pipa udara
b. Mengetahui pengaruh temperatur pada saluran pipa udara
Bab II
Dasar Teori
Demikian pula jika volume menjadi 1⁄3 kali, maka tekanan akan menjadi 3 kali lipat, dst.
“ Jika gas dikompresikan (atau diekspansikan) pada temperature tetap, maka
tekanannya akan berbanding terbalik dengan volumenya ”.
Pernyataan ini disebut dengan hukum Boyle dan dapat dirumuskan :
Dimana :
P1 = tekanan pada kondisi awal (Pa) atau (kgf/cm2)
P2 = tekanan pada kondisi akhir (Pa) atau (kgf/cm2)
V1 = Volume pada kondisi awal (m3)
V2 = Volume pada kondisi akhir (m3)
𝑽𝟏 𝑻 𝟏
=
𝑽𝟐 𝑻 𝟐
Dimana :
V1 = Volume pada kondisi awal (m3)
V2 = Volume pada kondisi akhir (m3)
T1 = Temperatur pada kondisi awal (°K)
T2 = Temperatur pada kondisi akhir (°K)
2.1.3. Persamaan Keadaan (Hukum Boyle - Charles)
Hukum Boyle dan Hukum Charles dapat digabungkan menjadi hukum Boyle-Charles
yang dapat dinyatakan sebagai :
P. V = G. R. T
Dimana :
P = tekanan mutlak (kgf/m2) atau (Pa)
V = Volume (m3)
G = Berat gas (kgf) atau (N)
T = Temperatur mutlak (ºK)
R = Konstanta gas (m/ºK)
P.v k = tetap
P1v1k = P2 v 2k = tetap
Dimana k : c p / cv
P1,P2 : Tekanan (kgf/m2)
v1, v2 : Volume (m3)
k : Indeks adiabatic
𝑷. 𝒗𝒏 = 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑
𝑃1 𝑣1𝑛 = 𝑃2 𝑣2𝑛
(pompa dan kompresor; Ir.Sularso, Msme, tahun 2000,hal 184)
Dimana : P1,P2 : Tekanan (kgf/m2)
v1, v2 : Volume (m3)
n : Indeks politropik (n = 1.25 – 1.35)
2. Kompresor Aksial
Kompresor aksial adalah kompresor yang berputar dinamis yang menggunakan
serangkaian kipas airfoil untuk semakin menekan aliran fluida. Aliran udara yang
masuk akan mengalir keluar dengan cepat tanpa perlu dilemparkan ke samping seperti
yang dilakukan kompresor sentrifugal. Kompresor aksial secara luas digunakan dalam
turbin gas/udara seperti mesin jet, mesin kapal kecepatan tinggi, dan pembangkit
listrik skala kecil.
- Kompresor diafragma
Kompresor diafragma adalah jenis klasik dari kompresor piston, dan
mempunyai kesamaan dengan kompresor piston, hanya yang membedakan adalah,
jika pada kompresor piston menggunakan piston untuk memampatkan udara, pada
kompresor diafragma menggunakan membran fleksible atau difragma
.
Gambar 2.8. Kompresor diafragma
(www.indotara.co.id)
-
Gambar 2.9. Kompresor putar
(www.indotara.co.id)
- Lobe
- Vane
- Liquid Ring
- Scrool
𝝀. 𝒍. 𝒗𝟐 . 𝝆
∆𝑷 =
𝟐𝒅
(www.engineering toolbox)
Dimana :
λ = Koefisien gesekan dalam pipa = 0.0561/Qx0.148
l = Panjang saluran (m)
V = Kecepatan aliran pada permukaan saluran (m/s)
ρ = Densitas udara (1.293 kg/m3)
d = Diameter pipa dalam (m)
(𝜷⁄𝟗𝟎). 𝝃. 𝒗𝟐 . 𝝆
∆𝑷 =
𝟐
(www.engineering toolbox)
Dimana :
ξ = koefisien hambatan (tergantung pada sudut belokan)
β = sudut lengkung (900)
V = kecepatan aliran pada permukaan saluran (m/s)
ρ = densitas udara (1.293 kg/m3 )
𝝃. 𝒗𝟐 . 𝝆
∆𝑷 =
𝟐
(www.engineering toolbox)
Dimana :
ξ = koefisien hambatan (tergantung pada sudut putar bukaan katup)
V = kecepatan aliran pada permukaan saluran (m/s)
ρ = densitas udara (1.293 kg/m3 )
Sudut putar
13 0.6
15 0.8
19 1.5
20 1.5
21 1.55
22 1.7
24 2
25 2.2
26 2.5
27 2.8
29 3.7
30 4
31 3.85
32 3.9
34 5.5
35 6
36 6.5
37 8
38 9
39 10
42 11.5
43 12
46 17
47 18.81
49 14.72
50 12.25
53 13.25
54 13.5
55 13.75
Tabel 2.2. Koefisien Hambatan pada Sudut Putar akibat belokan
(www.engineeringtoolbox.com)
2.5.3. Kulkas
Pada dasarnya, kulkas menggunakan prinsip kerja hukum fisika Termodinamika
II, yaitu teori tentang perpindahan kalor. Dikatakan, kalor akan berpindah sendirinya dari
lingkungan bersuhu tinggi menuju lingkungan bersuhu rendah, dan begitulah evaporator
pada kulkas bekerja. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah urutan kerja siklus pendinginan
pada kulkas :
1. Kompresor mengisap bahan pendingin (refrigerant) dari evaporator.
2. Kompresor memampatkan bahan pendingin tersebut menjadi gas bertekanan tinggi,
kemudian mendorong gas refrigerant bertekanan tinggi tersebut menuju kondensor
yang berada di luar kulkas.
3. Di dalam kondensor, gas refrigerant berkondensasi karena aliran udara dari luar kulkas
membuatnya menjadi dingin (menggunakan Hukum Termodinamika II). Suhu yang
dingin mengubah refrigerant menjadi titik-titik air bertekanan tinggi.
4. Refrigerant cair bertekanan tinggi tersebut dialirkan melewati filter untuk menyaring
kotoran yang terbawa di dalam proses.
5. Refrigerant cair masuk ke pipa kapiler yang tipis dan panjang, sehingga tekanannya
pun berubah rendah.
6. Refrigerant cair masuk ke dalam evaporator dan berubah menjadi gas kembali. Pada
proses ini pula refrigerant berfungsi untuk menyerap udara panas dari dalam kulkas,
sehingga bagian dalam kulkas menjadi dingin.
7. Berulang ke langkah 1
Proses di atas menjelaskan mengapa bagian belakang kulkas terasa lebih panas,
hal itu dikarenakan aliran gas refrigerant bertekanan tinggi yang menyerap udara dingin
di sekitar kulkas, sehingga udara di sekitarnya menjadi lebih panas dari biasanya.
Meteran
1. Katup inlet pada pipa 1 dibuka dan katup inlet pada pipa 2 dan 3 ditutup
2. Kompresor dinyalakan
3. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur (tergantung grader)
4. Tekanan divariasikan (tergantung grader)
5. Besar tutupan sudut katup oulet diukur dan dicatat sesuai tekanan yang diberikan
6. Nilai perubahan kapasitas pada flowmeter dicatat pada masing-masing tekanan.
1. Katup inlet pada pipa 2 dibuka dan katup inlet pada pipa 1 dan 3 ditutup
2. Langkah urutan kedua sampai keenam diulangi pada percobaan 1
3. Nilai perubahan kapasitas pada flowmeter dicatat pada masing-masing tekanan.
4. Kompresor dinyalakan
5. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur (tergantung grader)
6. Tekanan divariasikan (tergantung grader)
7. Besar tutupan sudut katup oulet diukur dan dicatat sesuai tekanan yang diberikan
8. Nilai perubahan kapasitas pada flowmeter dicatat pada masing-masing tekanan.
1. Katup inlet pada pipa 2 dibuka dan katup inlet pada pipa 1 dan 3 ditutup.
2. Temperatur pipa didinginkan sampai konstan ( temperatur ditentukan pada waktu praktikum)
3. Kompresor dinyalakan
4. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur (tergantung grader)
5. Tekanan divariasikan (tergantung grader)
6. Besar tutupan sudut katup oulet diukur dan dicatat sesuai tekanan yang diberikan
7. Nilai perubahan kapasitas pada flowmeter dicatat pada masing-masing tekanan.
1. Katup inlet pada pipa 3 dibuka dan katup inlet pada pipa 1 dan 2 ditutup.
2. Kompresor dinyalakan
3. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur (tergantung grader)
4. Tekanan divariasikan (tergantung grader)
5. Besar tutupan sudut katup oulet diukur dan dicatat sesuai tekanan yang diberikan
6. Nilai perubahan kapasitas pada flowmeter dicatat pada masing-masing tekanan.
3.4. DATA HASIL PRAKTIKUM
Temperatur = 26 C
Bab IV
Analisis Data
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa tujuan daripada praktikum pipa udara
adalah mengetahui pengaruh pendinginan dan rugi-rugi pada aliran udara. Hasil akhir analisa data
praktikum serta perhitungannya akan direpresentasikan dalam bentuk grafik, dan nantinya akan
ditarik kesimpulan daripada karakteristik aliran yang berbeda-beda.
4.1. PERHITUNGAN
Berdasarkan dari hasil data percobaan yang diperoleh, dapat dilakukan perhitungan sebagai
berikut.
4.1.1 Perhitungan Percobaan Pipa 1
Data percobaan :
P = 0,1 kg/cm2
Θ = 30°
Q = 11 SFCH
L = 2,33 m
D = 0,5 cm
• Kapasitas mengalami perubahan satuan seperti berikut.
Q = Q (SCFH) 𝑥 7.866*10-6 m3/s
= 11 x 7.866*10-6 m3/s
Re = 1,899*103
64
𝑓= =3,37*10-2
𝑅𝑒
= 1.963*10-5 m2
•
Menghitung nilai gaya sebagai berikut.
Q 8.652 x 10-5
V = = = 4,407 m/s
A 1.963 10 −5
• Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.
f l V 2
1 =
2 D
( / 90) V 2
2 = 2
=
(90 / 90) 1,5 (4,407)2 1,293 = 18,834 N/m2
2
V 2
3 = 2
Karena sudut putar 30º , maka ξ = 4
4 (4,407) 1,293
2
= = 50,224 N/m2
2
• Menghitung kerugian total sebagai berikut.
total = 1 + 2 + 3
= 257,7125 N/m2
Dengan cara sama dengan diatas data - data yang lain dapat dihitung pada tabel berikut :
Tekanan (P) kapasitas(Q) koefisien Gaya (F) kecepatan
no
Kg/cm2 N/m2 SCFH m3/s gesek(λ) N aliran(V)m/s
koefisien ∆P tot
no Sudut (0) ∆P1 (N/m^2) ∆P2 (N/m^2) ∆P3 (N/m^2)
hambatan (N/m^2)
Data percobaan :
P = 0,1 kg/cm2
Θ = 20°
Q = 11.5 SFCH
L = 1.07 m
D = 0,5 cm
• Kapasitas mengalami perubahan satuan seperti berikut.
Q = Q (SCFH) 𝑥 7.866*10-6 m3/s
= 9,045*10-5 m3/s
Re = 1,985 *103
64
𝑓= =3,22*10-2
𝑅𝑒
• Menghitung luas penampang sebagai berikut.
A = ¼ π D2 = ¼ π (0.005)2
= 1.963*10-5 m2
•
Menghitung nilai gaya sebagai berikut.
Q 9,045 x 10-5
V = = = 4,607 m/s
A 1.963 10 −5
• Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.
f l V 2
1 =
2 D
( / 90) V 2
2 = 2
=
(90 / 90) 1,5 (4,607)2 1,293 = 20,5931 N/m2
2
• Menghitung kerugian pada katup sebagai berikut.
V 2
3 = 2
Karena sudut putar 20º , maka ξ = 1,5
= 135,857 N/m2
Dengan cara sama dengan diatas data - data yang lain dapat dihitung pada tabel berikut:
koefisien ∆P tot
no Sudut (0) ∆P1 (N/m^2) ∆P2 (N/m^2) ∆P3 (N/m^2)
hambatan (N/m^2)
= 9,045*10-5 m3/s
Re = 1,985 *103
64
𝑓= =3,22*10-2
𝑅𝑒
• Menghitung luas penampang sebagai berikut.
A = ¼ π D2 = ¼ π (0.005)2
= 1.963*10-5 m2
•
Menghitung nilai gaya sebagai berikut.
Q 9,045 x 10-5
V = = = 4,607 m/s
A 1.963 10 −5
• Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.
f l V 2
1 =
2 D
( / 90) V 2
2 = 2
=
(90 / 90) 1,5 (4,607)2 1,293 = 20,5931 N/m2
2
• Menghitung kerugian pada katup sebagai berikut.
V 2
3 = 2
Karena sudut putar 30º , maka ξ = 4
4 (4,607) 1,293
2
= = 54,9151 N/m2
2
• Menghitung kerugian total sebagai berikut.
total = 1 + 2 + 3
= 170,1791 N/m2
Dengan cara sama dengan diatas data - data yang lain dapat dihitung pada tabel berikut :
Data percobaan :
P = 0,1 kg/cm2
Θ = 20°
Q = 11.5 SFCH
L = 1.15 m
D = 0,5 cm
• Kapasitas mengalami perubahan satuan seperti berikut.
Q = Q (SCFH) 𝑥 7.866*10-6 m3/s
= 9,045*10-5 m3/s
Re = 1,985 *103
64
𝑓= =3,22*10-2
𝑅𝑒
• Menghitung luas penampang sebagai berikut.
A = ¼ π D2 = ¼ π (0.005)2
= 1.963*10-5 m2
•
Menghitung nilai gaya sebagai berikut.
Q 9,045 x 10-5
V = = = 4,607 m/s
A 1.963 10 −5
• Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.
f l V 2
1 =
2 D
( / 90) V 2
2 = 2
=
(90 / 90) 1,5 (4,607)2 1,293 = 20,5931 N/m2
2
• Menghitung kerugian pada katup sebagai berikut.
V 2
3 = 2
Karena sudut putar 20º , maka ξ = 1,5
= 142,935 N/m2
Dengan cara sama dengan diatas data - data yang lain dapat dihitung pada tabel berikut :
koefisien ∆P tot
no Sudut (0) ∆P1 (N/m^2) ∆P2 (N/m^2) ∆P3 (N/m^2)
hambatan (N/m^2)
1.2000
1.0000
0.8000
Gaya (N)
pipa 1
0.6000
pipa 2 tanpa es
pipa 2 dengan es
0.4000
Pipa 3
0.2000
0.0000
0 20,000 40,000 60,000
Tekanan (N/m2)
Grafik 4.1 di atas menggambarkan pengaruh tekanan terhadap besarnya gaya yang
terjadi. Dari grafik dapat diketahui bahwa semakin besar tekanan maka semakin besar
gaya, begitu juga sebaliknya, semakin kecil tekanan maka semakin kecil pula gayanya.
Hal ini dikarenakan semakin besar tekanan pada pipa, maka semakin besar pula gaya
yang dibutuhkan untuk memindahkan fluida. Hal ini sesuai dengan persamaan :
F=PxA
Dimana besarnya gaya (F) berbanding lurus dengan tekanan (P) untuk luasan yang konstan
(luasan pada praktikum tersebut kontstan karena diameter pipa termasuk konstanta).
Kapasitas (m3/s) 9
8.5 pipa 1
pipa 2
8 Pipa 2 dengan es
Pipa 3
7.5
7
0 20,000 40,000 60,000
Tekanan (N/m2)
Dari grafik 4.2 di atas dapat diketahui bahwa kapasitas (Q) berbanding terbalik dengan tekanan
(P), semakin besar nilai kapasitas (Q), maka nilai tekanan (P) akan semakin kecil. Hal ini
dikarenakan ketika tekanan besar berarti diameter pipa mengecil, sehingga debit air yang
dihasilkan juga mengecil. Ini sesuai dengan persamaan berikut :
Q=VxA Q = V x (F/P)
Dari persamaan rumus di atas dapat disimpulkan bahwa ketika nilai tekanan (P) kecil, maka nilai
kapasitas (Q) semakin besar. Hal ini dikarenakan nilai kapasitas (Q) berbanding terbalik dengan
tekanan (P)
50
20 Pipa 2 dengan es
Pipa 3
10
0
0 20,000 40,000 60,000
Tekanan (N/m2)
Dari grafik 4.3 diatas dapat dilihat bahwa nilai sudut putar (θ) semakin besar, maka nilai
tekanan (P) semakin besar pula dan nilai kapasitas (Q) semakin kecil. Hal ini dikarenakan
ketika sudut putar semakin besar maka besar diameter pipa semakin mengecil, hal ini
berakibat pada meningkatnya tekanan, dan menurutnya debit air yang dihasilkan. Sesuai
dengan persamaan berikut :
x(Q.P ) 2 x
V
2
=
2 2 F .d
Dimana nilai koefisien hambatan ( ) itu bergantung pada seberapa besar sudut
putar katup (θ). Semakin besar sudut putar (θ) katup, maka semakin besar pula nilai
koefisien hambatan ( ) (sudut putar katup berbanding lurus dengan niai koefisien
hambatan). Dan ketika nilai koefisien hambatan semakin besar maka nilai
tekanan (P) juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena nilai tekanan (P)
berbanding lurus dengan nilai koefisien hambatan ( ).
Pipa 1
100.0000
Pipa 2
80.0000
Pipa 2 dengan es
60.0000
40.0000 Pipa 3
20.0000
0.0000
0 20,000 40,000 60,000
Tekanan (N/m2)
Dari grafik 4.4 dapat diketahui hubungan tekanan dengan loses yang diakibatkan oleh
panjang pipa. Semakin panjang instalasi pipa, semakin besar loses yang terjadi. Semakin
kecil tekanan yang dibuat, maka semakin besar loses yang terjadi. Hal ini dikarenakan
ketika pipa semakin panjang, maka semakin banyak pula gesekan yang terjadi antara
fluida dengan material pipa, dimana gesekan ini yang mengakibatkan losses dan
mengurangi nilai tekanan yang ada. Didalam rangkaian instalasi pipa udara, terdapat
beberapa loses yang harus diperhitungkan, antara lain loses akibat panjang pipa (∆P1),
belokan dan aksesoris (∆P2), serta akibat dari katup (∆P3). Dalam bagian ini, dijelaskan
mengenai hubungan antara tekanan dengan loses yang terjadi.
25.0000
20.0000
P2 (N / m2) 15.0000
Pipa 1
Pipa 2
10.0000
Pipa 2 dengan es
Pipa 3
5.0000
0.0000
0 20,000 40,000 60,000
Tekanan (N / m2)
Jika sebelumnya dijelaskan mengenai loses yang diakibatkan panjang pipa, maka gambar
diatas menunjukkan loses yang diakibatkan oleh belokan dengan aksesorisnya (∆P2). Pada
grafik 4.5 membuktikan bahwa semakin banyak belokan dan aksesoris pada pipa
menyebabkan tekanan semakin menurun, hal ini dikarenakan ketika semakin banyak
belokan dan akesoris lainnya, maka semakin banyak pula gesekan fluida dengan material
pipa, sehingga menimbulkan losses, dan mengurangi tekanan yang ada. Mengenai nilai
loses yang terjadi akibat belokan, dapat dilihat pada tabel due banding. Penjelasan
mengenai grafik hubungan tekanan dengan ∆P2, tidak jauh beda dengan penjelasan
sebelumnya diakibatkan oleh panjang pipa (∆P1). Semakin kecil tekanan yang dibuat,
maka semakin besar loses yang terjadi.
160.0000
140.0000
120.0000
100.0000
P3 (N / m2)
Pipa 1
80.0000 Pipa 2
20.0000
0.0000
0 20,000 40,000 60,000
Tekanan (N / m2)
Yang terakhir ialah loses yang diakibatkan pada bukaan katup. Bukaan katup sangat
berpengaruh pada tekanan yang terjadi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
apabila semakin besar sudut yang digunakan pada bukaan katup, maka akan semakin kecil
luas penampang yang dilalui oleh udara. Hal itu mengakibatkan terjadi tekanan. Hal ini
juga dapat dibuktikan dengan melihat grafik 4.6. Tekanan sebenarnya terjadi karena
akibat terjadi back flow sebelumnya. Besar nilai loses yang diakibatkan karena bukaan
katup, dapat dilihat pada table due valve opening.
Dapat dilihat dari grafik bahwa, ΔP1(rugi akibat gesekan)akan semakin kecil seiring
bertambahnya tekanan, maka kecepatannya akan semakin menurun, dimana rugi gesek
ini sebanding dengan kecepatan, berdasarkan persamaan :
ΔP1= l V ,
2
2 D
2 =
( / 90) V 2
2
V 2
3 =
2
Sehingga semakin kecil kecepatan, semakin kecil pula rugi geseknya. Begitu juga dengan
ΔP2 (rugi akibat belokan) akan semakin meningkat seiring bertambahnya tekanan.
Sedangkan untuk ΔP3(rugi akibat katup) bertambah seiring bertambahnya koefisien
hambatannya, walaupun kecepatannya menurun, namun kenaikan koefisien hambatan
menyebabkan rugi akibat belokan dan akibat katup juga mengalami peningkatan.
1.2000
1.0000
0.8000
Gaya (N)
Pipa 1
0.6000
Pipa 2
0.4000 Pipa 2 dengan es
Pipa 3
0.2000
0.0000
7 7.5 8 8.5 9 9.5
Kapasitas (m3 / s)
Dari grafik 4.5 di atas hubungan antara kapasitas aliran fluida (Q) dan besarnya gaya (F)
yang terjadi adalah berbanding terbalik. Jika nilai kapasitas (Q) semakin besar, maka
nilai gaya (F) akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan ketika kapasitas air meningkat maka
gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan fluida semakin kecil karena sudah ada gaya
yang dihasilkan oleh pompa, selain itu ketika kapasitas air besar, maka diameter pipa
juga besar, sehingga tekanannnya mengecil. Berdasarkan persamaan yang ada dapat di
ketahui bahwa Q = V x A, sedangkan untuk mendapatkan nilai F dapat dicari dari
persamaan F = P x A. Sehingga didapatkan persamaan baru Q = V x (F/P), dari persamaan
ini dapat kita simpulkan bahwa besarnya kapasitas aliran fluida berbanding terbalik
dengan gayanya. Sehingga pernyataan ini telah sesuai dengan grafik yang diperoleh dari
percobaan ini.
50
45
Sudut Putar ( 0 )
40
Pipa 1
35
Pipa 2
30 Pipa 2 dengan es
Pipa 3
25
20
15
6 7 8 9 10
Kapasitas (m3/s)
Hubungan antara kapasitas (Q) dengan sudut putar (θ) dapat dilihat pada gambar grafik
4.8 diatas. Apabila nilai dari sudut putar katup bernilai kecil, maka kapasitas udara yang
mengalir mempunyai nilai yang besar, tetapi apabila sudut putar dari katup bernilai
besar, maka kapasitas udara yang mengalir mempunyai nilai yang kecil. Hal tersebut
diakibatkan karena sudut putar dari katup mempengaruhi besar kecilnya luasan
penampang pipa yang dialiri udara, sehingga berdampak pula pada kapasitas yang
dihasilkan. Formula dibawah ini akan membuktikan hal tersebut.
Q=vxA
Apabila kecepatan aliran udara (v) dianggap konstan, maka apabila sudut putar bernilai
besar, maka luas penampang (A) akan bernilai kecil yang mengakibatkan kapasitas
aliran udara pun kan menjadi kecil juga.
180.0000
160.0000
140.0000
P1 (N/m2) 120.0000
Pipa 1
100.0000
Pipa 2
80.0000
Pipa 2 dengan es
60.0000 Pipa 3
40.0000
20.0000
0.0000
7 8 9 10
Kapasitas (m3/s)
Dari gambar grafik 4.9 diatas, dapat diketahui hubungan kapasitas dengan loses yang
diakibatkan oleh panjang pipa. Semakin panjang instalasi pipa, semakin besar loses yang
terjadi. Semakin besar loses yang terjadi, maka semakin besar pula kapasitas udara yang
mengalir. Hal ini dikarenakan ketika losses akibat panjang pipa semakin besar
mengakibatkan tekanan mengecil, dari tekanan yang kecil inilah kapasitas semakin besar
Didalam rangkaian instalasi pipa udara, terdapat beberapa loses yang harus
diperhitungkan, antara lain loses akibat panjang pipa (∆P1), belokan dan aksesoris (∆P2),
serta akibat dari katup (∆P3). Dalam bagian ini, dijelaskan mengenai hubungan antara
kapasitas dengan loses yang terjadi.
25.0000
20.0000
15.0000
P2 (N/m2) Pipa 1
Pipa 2
10.0000
Pipa 2 dengan es
Pipa 3
5.0000
0.0000
6.5 7.5 8.5 9.5
Kapasitas (m3/s)
Jika sebelumnya dijelaskan mengenai loses yang diakibatkan panjang pipa, maka grafik
4.10 di atas menunjukkan loses yang diakibatkan oleh belokan dengan aksesorisnya (∆P2).
Mengenai nilai loses yang terjadi akibat belokan. Penjelasan mengenai grafik hubungan
kapasitas dengan ∆P2, tidak jauh beda dengan penjelasan sebelumnya yang diakibatkan
oleh panjang pipa (∆P1). Semakin kecil loses yang terjadi, maka semakin kecil juga
kapasitas udara yang mengalir dalam instalasi pipa. Hal ini dikarenakan ketika losses
akibat panjang pipa semakin besar mengakibatkan tekanan mengecil, dari tekanan yang
kecil inilah kapasitas semakin besar
160.0000
140.0000
120.0000
100.0000
P3 (N / m2)
Pipa 1
80.0000 Pipa 2
60.0000 Pipa 2 dengan es
Pipa 3
40.0000
20.0000
0.0000
7 7.5 8 8.5 9 9.5
Kapasitas (m3/s)
Dalam grafik 4.11 di atas menunjukkan hubungan antara kapasitas dengan loses yang
diakibatkan oleh katup (ΔP3), memang sedikit membingungkan. Gambar grafik diatas
menunjukkan dalam kondisi tertentu ketika nilai kapasitas rendah, maka loses yang
terjadi tinggi, tetapi ada beberapa titik dimana malah sebaliknya, semakin rendah nilai
kapasitas, maka semakin rendah pula loses yang terjadi. Dalam data yang didapatkan
dari hasil praktikum menunjukkan, bahwa sebagian besar hubungan antara kapasitas
dengan loses akibat dari katup menunjukkan bahwa, semakin rendah nilai kapsitas, maka
semakin tinggi nilai loses yang terjadi, tetapi semakin tingggi nilai kapasitas, maka
semakin rendah loses yang timbul. Hal ini dikarenakan apabila semakin besar sudut yang
digunakan pada bukaan katup, maka akan semakin kecil luas penampang yang dilalui oleh
udara. Hal itu mengakibatkan terjadi tekanan. Sehingga kapasitas menurun.
NUR IRWAN SETIAWAN
4215100065
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada percobaan sistem instalasi pipa udara ini pada prinsipnya sama dengan percobaan
instalasi pipa air, perbedaannya terletak pada fluida yang dialirkan. Terdapat beberapa
kerugian / losses yang dapat menghambat laju aliran fluida sebagai berikut.
• Kerugian akibat panjang pipa
• Kerugian pada saluran akibat belokan
• Kerugian pada saluran akibat fitting / aksesoris
Dari hasil percobaan 2 dan 3 disimpulkan bahwa temperatur memiliki pengaruh terhadap
kapasitas pada pipa udara, dimana semakin rendah temperatur maka kapasitas udara semakin
rendah pula karena losesnya yang semakin besar akibat meningkatnya fiskositas fluida karena
penurunan suhu dan sebaliknya.
5.2 Saran
Sebenarnya dalam praktikum kali ini praktikan sudah memahami langkah langkah
percobaan dengan urut tanpa mengabaikan aturan. Namun dari hasil praktikum dapat
disimpulkam bahwa seharusnya para praktikan lebih memahami terlebih dahulu teori yang
diterapkan dalam praktikum. Sehingga para praktikan tidak mengalami kesulitan melakukan
perhitungan dalam analisis data.
1. Sistem instalasi pipa udara adalah suatu instalasi sebagai tempat mengalirnya fluida gas
dengan karakteristik pipa yang mempengaruhi aliran fluidanya.
• Kompresi isotermal, terjadi pada percobaan pipa 1, pipa 2 (tanpa es), dan pipa 3 dalam
artian tidak ada perubahan suhu pada pipa
• Kompresi adiabatik, terjadi pada saat katup tertutup dalam artian tidak ada energi
yang masuk ataupun keluar dari sistem
• Kompresi politropik, terjadi pada saat percobaan pipa 2 (dengan es) karena ada
perubahan suhu atau kalor pada pipa
3. Terdapat pengaruh temperatur pada instalasi pipa udara yaitu pada losses. Dimana semakin
rendah temperatur maka semakin tinggi nilai losses. Hal ini dikarenan pada saat temperatur
rendah udara yang terdapat di dalam pipa akan menyusut sehingga nilai kapasitas mengecil.
4. Pengaruh losses pada pipa udara yaitu semakin tinggi losses maka membuat nilai kapasitas
fluida akan semakin kecil dan tekanan semakin besar. Tekanan semakin besar maka diikuti
kecepatan yang mengecil, dimana kecepatan berpengaruh pada nilai losses dibuktikan pada
rumus losses akibat panjang pipa Δ𝑷=𝝀.𝒍.𝒗𝟐.𝝆𝟐𝒅
• Nilai losses akibat panjang pipa dapat dicari dengan menggunakan rumus :
f l V 2
1 =
2 D
• Nilai losses akibat belokan dan fitting dapat dicari dengan menggunakan rumus :
( / 90) V 2
• 2 = 2
• Nilai losses diakibatkan oleh katup dapat dicari dengan menggunakan rumus :
V 2
3 =
2
• Hubungan tekanan dengan gaya ialah semakin tinggi tekanan maka gaya yang
dibutuhkan fluida semakin besar (berbanding lurus)
• Hubungan tekanan dengan kapasitas adalah berbanding terbalik. Semakin besar
tekanan maka semakin kecil kapasitasnya
• Hubungan tekanan dengan bukaan katup adalah berbanding lurus. Semakin
besar bukaan katup maka semakin besar tekanannya
• Hubungan tekanan dengan rugi-rugi berbanding lurus, semakin besar tekanan
diikuti dengan besar kecepatan sehingga membuat rugi-rugi semakin besar
7. Hubungan kapasitas dengan gaya adalah berbanding terbalik begitu juga dengan kapasitas
berbanding lurus dengan rugi-rugi
8. SCFH singkatan dari Standart Cubic Feet per Hour, yaitu satuan kapasitas dalam british 1
SCFH = 0,028 m3/jam
9. Aplikasi pipa udara berhubungan dengan udara bertekanan, dimana contoh aplikasi instalasi
udara bertekanan antara lain alat suntik, semprotan pestisida, kompressor, selang LPG
10. Aplikasi pipa udara :
• Aplikasi pada first starting engine menggunakan prinsip udara bertekanan untuk
menggerakkan piston hingga mesin dapat melakukan self-ignition.
• Aplikasi pada saluran gas turbin pada engine kapal
• Pipa pembuangan gas,untuk pembuangan hasil bakar main engine (mesin induk)
Muhammad Adhitya Muslim
4215100015
Bab V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
• Losses pada pipa udara terbagi menjadi losses akibat panjang pipa,
belokkan dan fitting, dan katup. Pada panjang pipa, semakin panjang
pipa maka semakin banyak loss yang terjadi. Pada belokan dan fitting,
semakin banyak belokan dan fitting maka semakin banyak pula loss
yang terjadi. Dan pada katup, semakin banyak putaran katup maka loss
semakin besar karena saluran pipa semakin sempit
• Pengaruh suhu yang diujikan pada praktikum adalah saat praktikum
suhu diturunkan menjadi 26OC dan loss yang terjadi semakin besar,
dapat disimpulkan bahwa jika suhu semakin rendah maka loss yang
terjadi semakin besar
5.2 Saran
Peralatan praktikum sebaiknya diganti untuk bagian yang rusak.
Bab V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Pada instalasi pipa udara losses dapat disebabkan karena panjang pipa (loss major) dan
karena fitting pada pipa (loss minor)
Temperatur sangat berpengaruh terhadap head loss ditunjukkan bahwa pipa yang didinginkan
memiliki head loss yang lebih besar dari pada yang tidak didinginkan
5.2 Saran
Untuk mengetahui berapa besar bukaan katup kita menggunakan busur derajat tetapi tidak
bisa presisi dikarenaakan kurang mendukungnya alat yang ada. Dari hal tersebut maka data
yang dihasilkan relatif kurang valid
4215100030
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada praktikum ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Losses pada pipa udara terbagi menjadi losses akibat panjang pipa, belokkan dan fitting, dan
katup. Pada panjang pipa, semakin panjang pipa maka semakin banyak loss yang terjadi. Pada
belokan dan fitting, semakin banyak belokan dan fitting maka semakin banyak pula loss yang
terjadi. Dan pada katup, semakin banyak putaran katup maka loss semakin besar karena
saluran pipa semakin sempit
2. Nilai Kapasitas (Q) pipa 2 (dengan es) lebih kecil dibanding kapasitas (Q) percobaan pipa 2
(tanpa es) dengan tekanan yang sama. Hal membuktikan bahwa pipa bersuhu rendah
membutuhkan tekanan yang lebih untuk mencapai kapasitas yang sama.
5.2. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai
berikut.
1. Sebaiknya semua peserta yang terlibat (termasuk pengawas dan grader) memakai seragam
safety
2. Ketepatan waktu serta kedisiplinan ketika akan praktikum harus dipertegas antara grader dan
praktikan agar tidak terjadi keterlambatan waktu memulai praktikum dan tidak saling
menunggu
3. Pada saat praktikum sebaiknya grader harus selalu mendampingi agar tidak ada kesalahan
dalam pengambilan data
Bab V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Pada percobaan sistem instalasi pipa udara ini pada prinsipnya sama dengan percobaan
instalasi pipa air, perbedaannya terletak pada fluida yang dialirkan. Terdapat beberapa
kerugian / losses yang dapat menghambat laju aliran fluida sebagai berikut.
• Kerugian akibat panjang pipa
• Kerugian pada saluran akibat belokan
• Kerugian pada saluran akibat fitting / aksesoris
Dari hasil percobaan 2 dan 3 disimpulkan bahwa temperatur memiliki pengaruh terhadap
kapasitas pada pipa udara, dimana semakin rendah temperatur maka kapasitas udara semakin
rendah pula karena losesnya yang semakin besar akibat meningkatnya fiskositas fluida karena
penurunan suhu dan sebaliknya.
5.2 Saran
Dalam pratikum kali ini, pratikan sudah memenuhi atribut sebagai pratikan yaitu memakai
seragam safety, namun untuk grader belum memakainya. Saran saya, untuk kegiatan
praktikum sebaiknya semua yang terlibat (termasuk pengawas dan grader) memakai
seragam safety. Karena ini bertujuan untuk kepentingan dari keselamatan individu sendiri.
Terimakasih.
Daftar Pustaka
Laboratorium Mesin Fluida dan Sistem, Tim, 2016, Modul Praktikan Mesin Fluida (ME 141307). Surabaya:
Lab Mesin Fluida dan Sistem.
Medan, Muhammad Firdaus Ami, 2014, Sistem Starter Kapal. [online] Sumber :
<htpp://okenetmesin.blogspot.co.id/2014/04/sistem-starter-kapal> [Terakhir diakses
15 Oktober 2016]
Fredianto, Anton, 2012. Kompressor AC – Komponen Utama AC. [online] Tersedia melalui :
<http://www.bloganton.info/2012/11/kompressor-ac-komponen-utama-ac> [Terakhir
diakses 15 Oktober 2016]