Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Abstract. Learning methods for children with Mental Reta rdation should be noted at this time
because there are still many who applied Classical Learning, as in Reguler Classroom where
Mental Retardation children will not be able to develop its potential use of the Learning methods.
Cooperative Learning methods of TAI more emphasize to cooperate in which later will develop
self-motivation in a subject so that it can improve the result of learning math. Researchers tried to
use Cooperative Learning methods of TAI in the majors because of the mathematical methods of
TAI has excess can make students support each other and help each other to strive because they
all wanted their team to succed. Researchers apply experiment with Single Subject Design.
Sampling technique with saturate which researcher use all populatio ns to be research subject.
There is data that has been analyzed by one individual with using descriptive statistic, is analysis
graph, analysis between conditions and the analysis of the condition.The Subjects are 6 children
(N=6) and sitting in the class VII. The results of research get the effectiveness of cooperative
learning to increase result of learning mathematics child of Mental Retardation
Key words: Cooperative Learning methods of TAI, The Learned mathematics, Mental
Retardation
Abstrak. Metode pembelajaran untuk anak Retardasi Mental saat ini harus lebih diperhatikan
karena masih banyak yang menerapkan Pembelajaran Klasikal, seperti dalam kelas regular di
mana anak Retardasi Mental ringan tidak akan dapat mengembangkan potensinya memakai
metode pembelajaran tersebut. Pembelajaran Kooperatif metode TAI lebih menekankan untuk
bekerja sama di mana nantinya akan timbul motivasi dalam diri subjek sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar matematika. Peneliti mencoba menggunakan Pembelajaran
Kooperatif metode TAI dalam bidang studi matematika karena metode TAI mempunyai kelebihan
dapat membuat para siswa saling mendukung dan saling membantu sama lain untuk berusaha
keras karena mereka semua menginginkan agar tim mereka berhasil. Peneliti menerapkan
eksperimen dengan desain eksperimen Single Subject Design. Pengambilan sampel dengan teknik
sampling jenuh, di mana peneliti memakai semua populasi yang ada untuk dijadikan subjek. Data
yang telah ada dianalisis per satu individu dengan menggunakan statistik deskriptif, yaitu
analisis grafik, analisis antar kondisi dan analisis dalam kondisi. Subjek berjumlah 6 anak (N=6)
Korespondensi: Inosensia Kharina Subiantoro. Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Fakultas Psikologi.
Universitas Airlangga, Jalan Airlangga 4-6, Surabaya - 60286 email: inosensiaks@gmail.com;
tino.leonardi@psikologi.unair.ac.id
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
142 Vol. 2 No. 02 Agustus 2013
Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Team Accelerated Instruction (TAI)
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Anak Retardasi Mental Di SMPLB-C AKW
Kumara II Surabaya
yang sedang duduk di kelas VII. Hasil penelitian mendapatkan adanya efektivitas Pembelajaran
Kooperatif terhadap peningkatan hasil belajar matematika anak Retardasi Mental
Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif metode TAI, Hasil belajar Matematika, Retardasi Mental
PENDAHULUAN
Anak retardasi mental adalah kondisi and Profoundly Handicapped (SPH) atau yang
sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan tidak dapat menerima pendidikan dan tidak
rendahnya kecerdasan (biasanya ni lai IQ-nya di dapat dilatih adalah anak dengan IQ < 25.
bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan (Hallahan & Kauffman, 2000). Anak retardasi
kehidupan sehari-hari. Ciri utama dari retardasi mental ringan mampu juga dididik untuk
mental adalah lemahnya fungsi intelektual. melakukan penyesuaian yang dalam jangka
Anak dengan retardasi mental dianggap sebagai panjang relatif dapat berdiri sendiri dalam
anak yang tidak dapat menguasai keahlian yang masyarakat dan mampu melakukan pekerjaan
sesuai dengan umurnya dan tidak bisa merawat yang bersifat unskill untuk menopang sebagian
dirinya sendiri (Zigler, 2002 dalam Santrock, atau seluruh kehidupannya, maka anak
2011). Jadi, dapat disimpulkan bahwa retardasi mental ringan sering disebut anak
karakteristik umum pada anak retardasi mental mampu didik atau Educable Mentally Retarded
adalah : 1). Onset di bawah 18 tahun, 2). IQ di (Tjuju dkk, 2004).
bawah 70, dan 3). Sulit beradaptasi dengan
kehidupan sehari-hari. Anak retardasi mental ringan atau
Educable Mentally Retarded tetap
Retardasi mental pun diklasifikasikan membutuhkan pendidikan dalam kehidupan
menjadi tiga, yaitu : 1). Retardasi mental ringan sehari-harinya. Salah satu tujuan dalam
dengan IQ 50-75, mengalami keterbatasan pendidikan untuk anak retardasi mental ringan
intelegensi dan keterampilan adaptif yang adalah : 1). Agar dapat mengurus dan membina
rendah. Keterampilan adaptif antara lain diri, 2). Agar dapat bergaul di masyarakat, 3).
keahlian memperhatikan dan merawat diri Agar dapat mengerjakan sesuatu untuk bekal
sendiri dan mengemban tanggung jawab sosial hidupnya (Suhaeri, 1980 dalam Rochyadi, 2013).
seperti berpakaian, buang air, makan, kontrol Sedangkan tujuan pendidikan untuk anak
diri, dan berinteraksi dengan kawan sebayanya, retardasi mental sedang adalah : 1). Agar dapat
2). Retardasi mental sedang dengan IQ 50-25, mengurus diri sendiri, seperti makan, minum,
dan 3). Retardasi mental berat dengan IQ < 25. berpakaian, dan kebersihan badan, 2). Agar
Dalam bahasa pendidikan terdapat tiga dapat bergaul dengan anggota keluarga dan
klasifikasi anak retardasi mental, yaitu : 1). tetangga, serta 3). Agar dapat mengerjakan
Educable Mentally Retarded (EMR) atau yang sesuatu secara rutin dan sederhana. Dari situlah
dapat mengikuti pelajaran di sekolah adalah dapat ditarik kesimpulan bahwa anak retardasi
anak dengan IQ 50-70, 2). Trainable Mentally mental ringan dan sedang berhak mendapatkan
Retarded (TMR) atau yang hanya dapat dilatih pendidikan yang baik agar menjadi individu
adalah anak dengan IQ 25-50, dan 3). Severely yang mandiri dalam masyarakat. Educable
tidak sesuai dengan kebutuhan anak retardasi memakai metode ini adalah karena
mental ringan tersebut. Sebagai contoh, pembelajaran kooperatif metode TAI dapat
pembelajaran klasikal yang diterapkan di salah membuat para siswa saling mendukung dan
satu SLB di Yogyakarta. Anak retardasi mental saling membantu sama lain untuk berusaha
disamakan dengan pembelajaran anak normal keras karena mereka semua menginginkan agar
pada umumnya, di mana mereka diberikan tim mereka berhasil. Selain itu para siswa
tindakan yang sama tanpa memperhatikan mendapatkan kesempatan untuk sukses yang
kemampuan belajar mereka yang berbeda-beda sama karena semuanya telah ditempatkan
(Ishartiwi, 2010). Dalam hal pembelajaran ini berdasarkan tingkat kemampuan atau
disebut pembelajaran klasikal. Pembelajaran pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Dalam
klasikal tidak dapat mengembangkan potensi metode ini, para siswa belajar pada tingkat
yang dimiliki tiap anak karena mereka kemampuan mereka sendiri-sendiri. Apabila
mendapatkan perlakuan yang sama padahal mereka belum memenuhi syarat kemampuan
kemampuan belajar mereka berbeda-beda. Ada tertentu yang diinginkan oleh guru, metode ini
yang mahir dalam matematika, ada yang mahir dapat juga digunakan untuk membangun dasar
dalam bahasa Indonesia dan lain sebagainya. yang kuat sebelum melangkah ke tahap
berikutnya. Kelebihan yang lain adalah siswa
Pembelajaran Kooperatif yang dapat mencapai kemajuan lebih cepat (Slavin,
didefinisikan oleh Slavin (2005) adalah bahwa 2005).
Pembelajaran kooperatif merujuk pada
berbagai macam metode pengajaran di mana Peneliti juga mempunyai kesan bahwa
para siswa bekerja sama dalam kelompok- anak retardasi mental ringan dan sedang
kelompok kecil untuk saling membantu satu mampu bekerja sama karena anak retardasi
sama lainnya dalam mempelajari mata mental tersebut sudah mau berpartisipasi,
pelajaran. Para siswa diharapkan dapat saling bersosialisasi dan berkomunikasi dengan
membantu, saling mendiskusikan dan teman-teman dalam usia kelas VII. Mereka mau
berargumentasi untuk mengasah pengetahuan bekerja sama dengan teman, mau membantu
yang mereka kuasai. Murtadlo (2006) teman mereka, dan bersama-sama
menambahkan bahwa pada Pembelajaran menyelesaikan suatu tugas meskipun tidak
kooperatif ini siswa saling membantu dan seperti anak reguler. Bahkan hasil observasi
saling memiliki ketergantungan secara positif menunjukkan bahwa anak retardasi mental
dan akhirnya membentuk sikap gotong-royong mempunyai sosialisasi yang bagus dan peduli
dalam mencapai tujuan pembelajaran dan pada teman mereka. Saat mereka bertemu
kemandirian belajar. dengan orang asing pun mereka tidak segan-
segan untuk bertanya dan menyapa orang asing
Pada pembelajaran kooperatif pun tersebut. Karakteristik tersebut sesuai dengan
banyak metode dan teknik yang dapat penelitian Zigler dan Stenemen (1961 dalam
digunakan, tetapi peneliti memilih metode TAI Somantri, 2007) yang meneliti tentang masalah
(Team Accelerated Instruction) di mana metode keterikatan anak dan ketergantungan anak
ini mencampurkan pembelajaran individu retardasi mental. Seperti halnya anak normal,
dengan bekerja sama. Biasanya metode ini anak retardasi mental yang masih muda mula-
dipakai pada pelajaran matematika. Peneliti mula memiliki tingkah laku keterikatan kepada
orang tua dan orang dewasa lainnya. Dengan memberikan peneliti pedoman untuk menilai
bertambahnya umur, keterikatan dialihkan pengaruh dari kondisi treatment, 2). B adalah
kepada teman sebaya. Dalam hubungan kondisi ekperimen atau treatment, di mana
pertemanan, anak retardasi mental menolak diberikan untuk mengubah perilaku atau
anak yang lain. Tetapi setelah bertambah umur menghasilkan sesuatu yang diinginkan 3).
mereka mengadakan kontak dan melakukan Setelah intervensi dilaksanakan lalu kembali ke
kegiatan-kegiatan secara bersama-sama. fase A kedua, di mana intervensi tidak
diberlakukan, kembali pada kondisi awal.
Kembali ke perilaku awal sebelum treatment
merupakan elemen penting untuk
METODE PENELITIAN
menunjukkan bahwa kondisi treatment,
Tipe Penelitian pada penelitian ini menghasilkan perilaku yang diubah saat
adalah Kuantitatif. Di mana di dalamnya melakukan kondisi B. Dan bukan dikarenakan
terdapat Eksperimen. Eksperimen adalah teknik variabel luar (Christensen, 1998).
penelitian yang kuat untuk menunjukkan
Populasi yang digunakan dalam
hubungan sebab-akibat (Neuman, 2006).
penelitian ini adalah anak Retardasi Mental
Penelitian eksperimen merupakan ringan dan sedang yang sedang duduk di kelas
penelitian yang dilakukan dengan melakukan VII SMPLB-C AKW Kumara II. Alasan
manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui pengambilan kelas VII dikarenakan semakin
akibat manipulasi terhadap perilaku individu bertambah umur, anak Retardasi Mental
yang diamati. Manipulasi yang dilakukan dapat semakin terikat dengan teman sebayanya, lebih
berupa situasi atau tindakan tertentu yang dapat bekerja sama dalam melakukan suatu
diberikan kepada individu atau kelompok dan tugas dan dapat belajar dengan teman
setelah itu dilihat pengaruhnya (Latipun, 2010). sebayanya (Zigler dan Stenemen, 1961 dalam
Somantri, 2007).Ciri-ciri populasi yang
Desain penelitian dalam penelitian ini digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
adalah Single Subject Design. Desain ini dipakai berikut :
apabila hanya akan menggunakan satu subjek
atau satu kelompok (Christensen, 1998). Selain 1. Anak Retardasi Mental ringan
itu peneliti menggunakan desain eksperimen dengan IQ 50-75.
ini dikarenakan ingin mengetahui efektivitas 2. Anak Retardasi mental sedang
Pembelajaran Kooperatif. Untuk itu diperlukan dengan IQ 25-49.
desain eksperimen yang berkelanjutan sehingga 3. Sedang duduk di kelas VII.
perubahan yang diinginkan dapat terjadi 4. Bersekolah di SMPLB-C AKW
meskipun treatment sudah tidak diberlakukan. Kumara II.
Terdapat tiga fase di dalamnya, yaitu : 1). A Teknik pengambilan sa mpel untuk
adalah kondisi dasar atau baseline, di mana menentukan subjek yang digunakan dalam
target perilaku bebas, pada keadaan natural penelitian ini adalah teknik sampling jenuh,
tanpa ada intervensi. Sedangkan baseline yaitu di mana peneliti memakai semua populasi
adalah perilaku yang diobservasi sebelum yang ada untuk menjadi subjek penelitian.
diberikan treatment. Kondisi dasar ini
variabel terikat, yaitu hasil belajar matematika seperti prinsip pengulangan ini sesuai untuk
tinggi dan baik. anak retardasi mental guna meminimalisasi
karaktersitiknya yang cepat lupa. Lalu selain itu
Perubahan kecenderungan dari juga membantu untuk meminimalisasi dalam
menurun menjadi menaik, variabilitas data keterbatasan kognitifnya (Kirk, dkk, 2012)
rendah, dan level perubahan mencapai +2 di dengan menggunakan prinsip pengulangan
mana dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tersebut.
kooperatif efektif terhadap hasil belajar
matematika. Anak retardasi mental juga
membutuhkan motivasi dalam belajar agar
dapat meningkatkan hasil belajarnya. Motivasi
pada belajar merupakan faktor-faktor yang
PEMBAHASAN
mempengaruhi hasil belajar seseorang
Dari hasil yang didapat menunjukkan (Djamarah, 2011). Oleh karena itu, apabila
bahwa ada efektivitas pembelajaran kooperatif motivasi dapat ditingkatkan maka
metode TAI terhadap peningkatan hasil belajar kemungkinan besar hasil belajar juga akan
matematika anak retardasi mental di SMPLB-C menaik. Pada pembelajaran kooperatif metode
AKW Kumara II Surabaya. Hal tersebut TAI ini juga meningkatkan motivasi dari para
didukung dengan teori yang dikemukakan oleh murid untuk mendapatkan kesuksesan secara
Slavin (2005) bahwa pembelajaran kooperatif bersama-sama sehingga dapat mengakibatkan
metode TAI ini dapat membuat para siswa hasil belajar meningkat.
saling mendukung dan saling membantu sama
Keterbatasan lainnya pada individu
lain untuk berusaha keras karena mereka
retardasi mental adalah keterbatasan dalam
semua menginginkan agar tim mereka berhasil.
atensi di mana mereka sulit untuk fokus pada
Selain itu para siswa mendapatkan kesempatan
suatu hal (Hallahan dan Kauffman, 2000). Oleh
untuk sukses yang sama karena semuanya telah
karena itu, menurut Sedlak &Sedlak (1985)
ditempatkan berdasarkan tingkat kemampuan
caranya adalah dengan melibatkan anak didik
atau pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
ke pengajaran yang sedang dilakukan.
Dalam metode ini, para siswa belajar pada
Contohnya saja dalam penelitian ini,
tingkat kemampuan mereka sendiri-sendiri.
menggunakan pembelajaran kooperatif metode
Apabila mereka belum memenuhi syarat
TAI di mana subjek bekerja dalam kelompok
kemampuan tertentu yang diinginkan oleh
tetapi bergantian dalam mengerjakan tugas
guru, metode ini dapat juga digunakan untuk
atau soal yang diberikan. Pada saat satu subjek
membangun dasar yang kuat sebelum
mengerjakan soal, subjek yang lain mengecek
melangkah ke tahap berikutnya. Kelebihan
atau dapat membantu subjek yang sedang
yang lain adalah siswa dapat mencapai
mengerjakan soal apabila kesulitan. Jadi, di sini
kemajuan lebih cepat.
subjek berperan penting pada pengajaran
Dalam penelitian ini pun dilakukannya sehingga diharapkan dapat me minimalisasi
prinsip pengulangan dalam pengajarannya keterbatasan dalam atensinya.
sehingga sesuai dengan teori dari Rochyadi
(2013) yang mengatakan bahwa prinsip khusus
DAFTAR PUSTAKA