Sunteți pe pagina 1din 10

Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Team

Accelerated Instruction (TAI) Terhadap Peningkatan Hasil


Belajar Matematika Anak Retardasi Mental Di SMPLB-C
AKW Kumara II Surabaya
Inosensia Kharina Subiantoro, Tino Leonardi
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Abstract. Learning methods for children with Mental Reta rdation should be noted at this time
because there are still many who applied Classical Learning, as in Reguler Classroom where
Mental Retardation children will not be able to develop its potential use of the Learning methods.
Cooperative Learning methods of TAI more emphasize to cooperate in which later will develop
self-motivation in a subject so that it can improve the result of learning math. Researchers tried to
use Cooperative Learning methods of TAI in the majors because of the mathematical methods of
TAI has excess can make students support each other and help each other to strive because they
all wanted their team to succed. Researchers apply experiment with Single Subject Design.
Sampling technique with saturate which researcher use all populatio ns to be research subject.
There is data that has been analyzed by one individual with using descriptive statistic, is analysis
graph, analysis between conditions and the analysis of the condition.The Subjects are 6 children
(N=6) and sitting in the class VII. The results of research get the effectiveness of cooperative
learning to increase result of learning mathematics child of Mental Retardation

Key words: Cooperative Learning methods of TAI, The Learned mathematics, Mental
Retardation

Abstrak. Metode pembelajaran untuk anak Retardasi Mental saat ini harus lebih diperhatikan
karena masih banyak yang menerapkan Pembelajaran Klasikal, seperti dalam kelas regular di
mana anak Retardasi Mental ringan tidak akan dapat mengembangkan potensinya memakai
metode pembelajaran tersebut. Pembelajaran Kooperatif metode TAI lebih menekankan untuk
bekerja sama di mana nantinya akan timbul motivasi dalam diri subjek sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar matematika. Peneliti mencoba menggunakan Pembelajaran
Kooperatif metode TAI dalam bidang studi matematika karena metode TAI mempunyai kelebihan
dapat membuat para siswa saling mendukung dan saling membantu sama lain untuk berusaha
keras karena mereka semua menginginkan agar tim mereka berhasil. Peneliti menerapkan
eksperimen dengan desain eksperimen Single Subject Design. Pengambilan sampel dengan teknik
sampling jenuh, di mana peneliti memakai semua populasi yang ada untuk dijadikan subjek. Data
yang telah ada dianalisis per satu individu dengan menggunakan statistik deskriptif, yaitu
analisis grafik, analisis antar kondisi dan analisis dalam kondisi. Subjek berjumlah 6 anak (N=6)

Korespondensi: Inosensia Kharina Subiantoro. Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Fakultas Psikologi.
Universitas Airlangga, Jalan Airlangga 4-6, Surabaya - 60286 email: inosensiaks@gmail.com;
tino.leonardi@psikologi.unair.ac.id
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
142 Vol. 2 No. 02 Agustus 2013
Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Team Accelerated Instruction (TAI)
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Anak Retardasi Mental Di SMPLB-C AKW
Kumara II Surabaya

Inosensia Kharina Subiantoro, Tino Leonardi

yang sedang duduk di kelas VII. Hasil penelitian mendapatkan adanya efektivitas Pembelajaran
Kooperatif terhadap peningkatan hasil belajar matematika anak Retardasi Mental

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif metode TAI, Hasil belajar Matematika, Retardasi Mental

PENDAHULUAN

Anak retardasi mental adalah kondisi and Profoundly Handicapped (SPH) atau yang
sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan tidak dapat menerima pendidikan dan tidak
rendahnya kecerdasan (biasanya ni lai IQ-nya di dapat dilatih adalah anak dengan IQ < 25.
bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan (Hallahan & Kauffman, 2000). Anak retardasi
kehidupan sehari-hari. Ciri utama dari retardasi mental ringan mampu juga dididik untuk
mental adalah lemahnya fungsi intelektual. melakukan penyesuaian yang dalam jangka
Anak dengan retardasi mental dianggap sebagai panjang relatif dapat berdiri sendiri dalam
anak yang tidak dapat menguasai keahlian yang masyarakat dan mampu melakukan pekerjaan
sesuai dengan umurnya dan tidak bisa merawat yang bersifat unskill untuk menopang sebagian
dirinya sendiri (Zigler, 2002 dalam Santrock, atau seluruh kehidupannya, maka anak
2011). Jadi, dapat disimpulkan bahwa retardasi mental ringan sering disebut anak
karakteristik umum pada anak retardasi mental mampu didik atau Educable Mentally Retarded
adalah : 1). Onset di bawah 18 tahun, 2). IQ di (Tjuju dkk, 2004).
bawah 70, dan 3). Sulit beradaptasi dengan
kehidupan sehari-hari. Anak retardasi mental ringan atau
Educable Mentally Retarded tetap
Retardasi mental pun diklasifikasikan membutuhkan pendidikan dalam kehidupan
menjadi tiga, yaitu : 1). Retardasi mental ringan sehari-harinya. Salah satu tujuan dalam
dengan IQ 50-75, mengalami keterbatasan pendidikan untuk anak retardasi mental ringan
intelegensi dan keterampilan adaptif yang adalah : 1). Agar dapat mengurus dan membina
rendah. Keterampilan adaptif antara lain diri, 2). Agar dapat bergaul di masyarakat, 3).
keahlian memperhatikan dan merawat diri Agar dapat mengerjakan sesuatu untuk bekal
sendiri dan mengemban tanggung jawab sosial hidupnya (Suhaeri, 1980 dalam Rochyadi, 2013).
seperti berpakaian, buang air, makan, kontrol Sedangkan tujuan pendidikan untuk anak
diri, dan berinteraksi dengan kawan sebayanya, retardasi mental sedang adalah : 1). Agar dapat
2). Retardasi mental sedang dengan IQ 50-25, mengurus diri sendiri, seperti makan, minum,
dan 3). Retardasi mental berat dengan IQ < 25. berpakaian, dan kebersihan badan, 2). Agar
Dalam bahasa pendidikan terdapat tiga dapat bergaul dengan anggota keluarga dan
klasifikasi anak retardasi mental, yaitu : 1). tetangga, serta 3). Agar dapat mengerjakan
Educable Mentally Retarded (EMR) atau yang sesuatu secara rutin dan sederhana. Dari situlah
dapat mengikuti pelajaran di sekolah adalah dapat ditarik kesimpulan bahwa anak retardasi
anak dengan IQ 50-70, 2). Trainable Mentally mental ringan dan sedang berhak mendapatkan
Retarded (TMR) atau yang hanya dapat dilatih pendidikan yang baik agar menjadi individu
adalah anak dengan IQ 25-50, dan 3). Severely yang mandiri dalam masyarakat. Educable

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan 143


Vol. 2 No. 02 Agustus 2013
Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Team Accelerated Instruction (TAI)
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Anak Retardasi Mental Di SMPLB-C AKW
Kumara II Surabaya

Inosensia Kharina Subiantoro, Tino Leonardi

Mentally Retarded pun dapat diajarkan Dalam pelajaran matematika, anak


akademik dasar seperti berhitung, membaca retardasi mental ringan dan sedang di SMPLB-
dan menulis. C AKW Kumara II tersebut sudah mengetahui
tentang angka secara abstrak tanpa
Anak retardasi mental mempunyai memerlukan bantuan secara konkrit, hanya saja
kemampuan yang dapat diterapkan dalam mereka masih kesulitan belajar dalam operasi
kehidupan sehari-hari, yaitu berhitung, dan itu hitung seperti pertambahan dan pengurangan
merupakan fokus atau pencapaian tujuan tetapi cara pengerjaannya sudah mengerti.
untuk anak retardasi mental (Butler, et al, Karakteristik mereka dalam belajar matematika
2001). Anak retardasi mental sering didukung oleh Sedlak & Sedlak, (1985), yaitu :
menyelesaikan sekolahnya tanpa menguasai 1). Ketidaksesuaian antara kemampuan
kemampuan dalam berhitung tersebut. Padahal komputasional dan penalaran, 2). Keterbatasan
dalam berhitung, mengenal angka, membaca dalam kemampuan menyelesaikan masalah,
jam dan mengerti tentang jumlah merupakan dan 3). Belum matang dalam strategi
poin sangat penting bagi individu retardasi komputasional. Karakteristik-karakteristik
mental untuk mendapatkan pekerjaan, tersebut dapat diminimalisasi apabila metode
kehidupan yang mandiri, kompetensi dalam pembelajaran yang dipakai sesuai dan tepat
kemampuan dasar dan dapat berintegrasi untuk anak yang mengalami gangguan
dalam kehidupan dan komunitas (Butler, et al, retardasi mental tersebut dan diajarkan secara
2001). terus-menerus.
Pada kurikulum berhitung, anak Dengan adanya karakteristik tersebut,
retardasi mental diajarkan operasi hitung hasil belajar akademik anak retardasi mental
setelah mengenal angka. Operasi hitung itu pun perlu diperhatikan. Hasil belajar
adalah pertambahan dan pengurangan di mana merupakan perubahan tingkah laku dalam
nantinya akan berguna bagi kehidupan anak aspek kognitif, psikomotor dan afektif
retardasi mental tersebut. Misalnya saja, untuk (Sudjana, 2004: 1). Menurut data yang didapat
membeli satu lusin pisang, kita melihat berupa nilai akhir semester pertama dan kedua
besarnya pisang tersebut, menghitung pisang pada anak Retardasi Mental ringan dan sedang
tersebut, membayar dengan memakai uang di SMPLB-C AKW Kumara II pada mata
dengan bantuan operasi hitung pertambahan, pelajaran matematika, terlihat bahwa hasil
dan mendapatkan kembalian dengan bantuan belajar yang didapat terlihat stabil dan tidak
operasi hitung pengurangan (Myreddi & ada peningkatan yang signifikan. Sesuai dengan
Narayan, 1998). Kemampuan matematika kita keluhan guru yang mengatakan bahwa tidak
pakai setiap hari di rumah, pada pekerjaan kita ada peningkatan hasil belajar matematika anak
nantinya dan di komunitas dan itu harus dapat retardasi mental ringan dan sedang pada
dilakukan secara individu atau sendiri agar semester pertama dan semester kedua karena
tidak selalu tergantung pada orang lain. Oleh KKM yang harus dicapai adalah 70.
karena itu, pendidikan matematika atau
berhitung sangat perlu bagi anak retardasi Pendidikan anak retardasi mental
mental ringan dalam kehidupannya. dirasakan oleh peneliti semakin layak untuk
diperhatikan dikarenakan pelaksanaannya yang

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


144 Vol. 2 No. 02 Agustus 2013
Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Team Accelerated Instruction (TAI)
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Anak Retardasi Mental Di SMPLB-C AKW
Kumara II Surabaya

Inosensia Kharina Subiantoro, Tino Leonardi

tidak sesuai dengan kebutuhan anak retardasi memakai metode ini adalah karena
mental ringan tersebut. Sebagai contoh, pembelajaran kooperatif metode TAI dapat
pembelajaran klasikal yang diterapkan di salah membuat para siswa saling mendukung dan
satu SLB di Yogyakarta. Anak retardasi mental saling membantu sama lain untuk berusaha
disamakan dengan pembelajaran anak normal keras karena mereka semua menginginkan agar
pada umumnya, di mana mereka diberikan tim mereka berhasil. Selain itu para siswa
tindakan yang sama tanpa memperhatikan mendapatkan kesempatan untuk sukses yang
kemampuan belajar mereka yang berbeda-beda sama karena semuanya telah ditempatkan
(Ishartiwi, 2010). Dalam hal pembelajaran ini berdasarkan tingkat kemampuan atau
disebut pembelajaran klasikal. Pembelajaran pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Dalam
klasikal tidak dapat mengembangkan potensi metode ini, para siswa belajar pada tingkat
yang dimiliki tiap anak karena mereka kemampuan mereka sendiri-sendiri. Apabila
mendapatkan perlakuan yang sama padahal mereka belum memenuhi syarat kemampuan
kemampuan belajar mereka berbeda-beda. Ada tertentu yang diinginkan oleh guru, metode ini
yang mahir dalam matematika, ada yang mahir dapat juga digunakan untuk membangun dasar
dalam bahasa Indonesia dan lain sebagainya. yang kuat sebelum melangkah ke tahap
berikutnya. Kelebihan yang lain adalah siswa
Pembelajaran Kooperatif yang dapat mencapai kemajuan lebih cepat (Slavin,
didefinisikan oleh Slavin (2005) adalah bahwa 2005).
Pembelajaran kooperatif merujuk pada
berbagai macam metode pengajaran di mana Peneliti juga mempunyai kesan bahwa
para siswa bekerja sama dalam kelompok- anak retardasi mental ringan dan sedang
kelompok kecil untuk saling membantu satu mampu bekerja sama karena anak retardasi
sama lainnya dalam mempelajari mata mental tersebut sudah mau berpartisipasi,
pelajaran. Para siswa diharapkan dapat saling bersosialisasi dan berkomunikasi dengan
membantu, saling mendiskusikan dan teman-teman dalam usia kelas VII. Mereka mau
berargumentasi untuk mengasah pengetahuan bekerja sama dengan teman, mau membantu
yang mereka kuasai. Murtadlo (2006) teman mereka, dan bersama-sama
menambahkan bahwa pada Pembelajaran menyelesaikan suatu tugas meskipun tidak
kooperatif ini siswa saling membantu dan seperti anak reguler. Bahkan hasil observasi
saling memiliki ketergantungan secara positif menunjukkan bahwa anak retardasi mental
dan akhirnya membentuk sikap gotong-royong mempunyai sosialisasi yang bagus dan peduli
dalam mencapai tujuan pembelajaran dan pada teman mereka. Saat mereka bertemu
kemandirian belajar. dengan orang asing pun mereka tidak segan-
segan untuk bertanya dan menyapa orang asing
Pada pembelajaran kooperatif pun tersebut. Karakteristik tersebut sesuai dengan
banyak metode dan teknik yang dapat penelitian Zigler dan Stenemen (1961 dalam
digunakan, tetapi peneliti memilih metode TAI Somantri, 2007) yang meneliti tentang masalah
(Team Accelerated Instruction) di mana metode keterikatan anak dan ketergantungan anak
ini mencampurkan pembelajaran individu retardasi mental. Seperti halnya anak normal,
dengan bekerja sama. Biasanya metode ini anak retardasi mental yang masih muda mula-
dipakai pada pelajaran matematika. Peneliti mula memiliki tingkah laku keterikatan kepada

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan 145


Vol. 2 No. 02 Agustus 2013
Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Team Accelerated Instruction (TAI)
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Anak Retardasi Mental Di SMPLB-C AKW
Kumara II Surabaya

Inosensia Kharina Subiantoro, Tino Leonardi

orang tua dan orang dewasa lainnya. Dengan memberikan peneliti pedoman untuk menilai
bertambahnya umur, keterikatan dialihkan pengaruh dari kondisi treatment, 2). B adalah
kepada teman sebaya. Dalam hubungan kondisi ekperimen atau treatment, di mana
pertemanan, anak retardasi mental menolak diberikan untuk mengubah perilaku atau
anak yang lain. Tetapi setelah bertambah umur menghasilkan sesuatu yang diinginkan 3).
mereka mengadakan kontak dan melakukan Setelah intervensi dilaksanakan lalu kembali ke
kegiatan-kegiatan secara bersama-sama. fase A kedua, di mana intervensi tidak
diberlakukan, kembali pada kondisi awal.
Kembali ke perilaku awal sebelum treatment
merupakan elemen penting untuk
METODE PENELITIAN
menunjukkan bahwa kondisi treatment,
Tipe Penelitian pada penelitian ini menghasilkan perilaku yang diubah saat
adalah Kuantitatif. Di mana di dalamnya melakukan kondisi B. Dan bukan dikarenakan
terdapat Eksperimen. Eksperimen adalah teknik variabel luar (Christensen, 1998).
penelitian yang kuat untuk menunjukkan
Populasi yang digunakan dalam
hubungan sebab-akibat (Neuman, 2006).
penelitian ini adalah anak Retardasi Mental
Penelitian eksperimen merupakan ringan dan sedang yang sedang duduk di kelas
penelitian yang dilakukan dengan melakukan VII SMPLB-C AKW Kumara II. Alasan
manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui pengambilan kelas VII dikarenakan semakin
akibat manipulasi terhadap perilaku individu bertambah umur, anak Retardasi Mental
yang diamati. Manipulasi yang dilakukan dapat semakin terikat dengan teman sebayanya, lebih
berupa situasi atau tindakan tertentu yang dapat bekerja sama dalam melakukan suatu
diberikan kepada individu atau kelompok dan tugas dan dapat belajar dengan teman
setelah itu dilihat pengaruhnya (Latipun, 2010). sebayanya (Zigler dan Stenemen, 1961 dalam
Somantri, 2007).Ciri-ciri populasi yang
Desain penelitian dalam penelitian ini digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
adalah Single Subject Design. Desain ini dipakai berikut :
apabila hanya akan menggunakan satu subjek
atau satu kelompok (Christensen, 1998). Selain 1. Anak Retardasi Mental ringan
itu peneliti menggunakan desain eksperimen dengan IQ 50-75.
ini dikarenakan ingin mengetahui efektivitas 2. Anak Retardasi mental sedang
Pembelajaran Kooperatif. Untuk itu diperlukan dengan IQ 25-49.
desain eksperimen yang berkelanjutan sehingga 3. Sedang duduk di kelas VII.
perubahan yang diinginkan dapat terjadi 4. Bersekolah di SMPLB-C AKW
meskipun treatment sudah tidak diberlakukan. Kumara II.
Terdapat tiga fase di dalamnya, yaitu : 1). A Teknik pengambilan sa mpel untuk
adalah kondisi dasar atau baseline, di mana menentukan subjek yang digunakan dalam
target perilaku bebas, pada keadaan natural penelitian ini adalah teknik sampling jenuh,
tanpa ada intervensi. Sedangkan baseline yaitu di mana peneliti memakai semua populasi
adalah perilaku yang diobservasi sebelum yang ada untuk menjadi subjek penelitian.
diberikan treatment. Kondisi dasar ini

146 Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Vol. 2 No. 02 Agustus 2013
Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Team Accelerated Instruction (TAI)
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Anak Retardasi Mental Di SMPLB-C AKW
Kumara II Surabaya

Inosensia Kharina Subiantoro, Tino Leonardi

Pengumpulan data dalam penelitian ini


dilakukan untuk mengukur efektivitas
pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar HASIL PENELITIAN
matematika anak Retardasi Mental dengan cara
Hasil penelitian ini adalah hasil analisis
: 1). Wawancara (metode wawancara juga
dari subjek ke-3. Untuk subjek lainnya hampir
dilakukan untuk melengkapi data pada
sama hasilnya dengan melihat grafik, analisis
penelitian ini, seperti wawancara dengan guru
antar kondisi dan dalam kondisi.
bidang studi subjek untuk mengetahui metode
pembelajaran apa saja yang telah diterapkan,
bagaimana karakteristik pada subjek, Subjek 3
bagaimana mengatasi subjek yang mulai 12
memberikan tanda-tanda tidak tertarik, dan 10
juga sebagai reter dalam validitas alat ukur
Jumlah Jawaban
8
yang digunakan peneliti, dalam hal ini adalah 6
soal operasi hitung penjumlahan dan 4
pengurangan agar peneliti tahu apakah subjek Subjek 3
2
Benar

diajarkan materi itu atau malah soal tersebut


0
merupakan soal yang sulit bagi subjek), 2). 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Observasi (saat melakukan treatment model
A B A1
pembelajaran kooperatif teknik TAI (Team
Accelerated Instruction), peneliti juga
mengobservasi bagaimana jalan treatment Gambar 1.1 Grafik Subjek 3
tersebut dan mengobservasi semua tindakan
yang dimunculkan oleh subjek), dan 3). Tes Pada kondisi A, grafik tersebut
(pada tes ini menggunakan alat ukur ini dibuat menunjukkan bahwa adanya kestabilan pada
sendiri oleh peneliti berdasarkan kurikulum data yang didapatkan, sedangkan pada kondisi
dari Depdiknas pada salah satu materi B menunjukkan variabilitas yang tinggi tetapi
matematika di semester 2, kelas VII dan masih dalam kategori stabil.
berdasarkan pertimbangan dari guru bidang
studi matematika). Untuk perbandingan dua kondisi A dan
B didapatkan hasil bahwa perubahan
Analisis data menggunakan analisis data kecenderungannya berubah secara berlawanan
visual yang menurut Sunanto, dkk (2005) adalah perubahan trend yang sering terjadi
mengatakan bahwa dalam analisis data dengan dalam penelitian dengan subjek tunggal. Dapat
metode analisis visual ada beberapa hal yang disimpulkan bahwa dari grafik tersebut di
menjadi perhatian peneliti, yaitu : 1). dapat bahwa subjek D mengalami perubahan
Banyaknya data point (skor) dalam setiap kecenderungan dari turun menjadi naik setelah
kondisi, 2). Banyaknya variabel terikat yang intervensi diberikan.
ingin diubah, 3). Tingkat stabilitas dan
perubahan level data dalam suatu kondisi, dan Pada jumlah jawaban benar di kondisi
4). Arah perubahan dalam kondisi maupun A, Subjek dapat mengerjakan 4, 2, 3, 2 jawaban
antar kondisi. benar di mana sebagian besar berhasil

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Vol. 2 No. 02 Agustus 2013 147
Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Team Accelerated Instruction (TAI)
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Anak Retardasi Mental Di SMPLB-C AKW
Kumara II Surabaya

Inosensia Kharina Subiantoro, Tino Leonardi

mengerjakan 1-2 soal penjumlahan dari 10 soal


dan 1-2 soal pengurangan dari 10 soal. Pada
kondisi B saat setelah dilakukan intervensi, Untuk hasil Subjek 3 didapatkan hasil
Subjek dapat mengerjakan 7, 8, 7, 10, 9, 8, 8, 9 yang stabil pada semua kondisi. Untuk
jawaban benar di mana sebagian besar berhasi l perubahan trend terlihat bahwa pada kondisi A
mengerjakan 4-5 soal penjumlahan dari 10 soal terlihat penurunan, sedangkan pada kondisi B
dengan benar dan 3-5 soal pengurangan dari 10 terlihat penaikan. Menurut Sunanto, dkk (2005:
soal dengan benar. Dari perbandingan kedua 100) perubahan trend tersebut merupakan hal
kondisi tersebut didapatkan bahwa adanya yang biasa terjadi pada single subject design dan
peningkatan hasil belajar matematika. di mana dapat disimpulkan bahwa intervensi
mempengaruhi peningkatan hasil belajar
Pada saat intervensi pada sesi pertama, matematika.
Subjek ingin mencoba mengerjakan tugas
tetapi Subjek mengalami kesulitan saat Untuk level perubahan pada kondisi B
mengerjakannya. Pada sesi berikutnya, Subjek didapatkan +2 di mana artinya adalah penaikan
mulai terbiasa dengan metode berkelompok pada kondisi B, meskipun penaikan tidak
hanya saja Subjek sering diam dan banyak.
konsentrasinya sering terpecah. Tetapi, untuk
Tabel 1.2 Tabel antar kondisi Subjek
soal yang menurutnya mudah, Subjek dapat
mengerjakan secara sendiri. Pada sesi terakhir, Kondisi yang A1 / B1 A2 / B1
Subjek sudah mulai terbiasa dengan bekerja dibandingkan (1 : 2) (3 : 2)
Jumlah variabel 1 1
sama dan Subjek sangat aktif dalam
yang diubah
berinteraksi dengan bertanya kepada temannya Perubahan
atau bertanya kepada peneliti apakah cara kecenderungan
pengerjannya benar. Jadi, pembelajaran arah (-) (+) (+) (+)
kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar Perubahan Stabil ke Stabil Stabil ke Stabil
Stabilitas
matematikanya dari yang tidak bisa sama sekali
Perubahan Level 7–2 3–2
mengerjakan, Subjek sudah mulai bisa +5 +1
mengerjakan soal yang mudah. Persentase 0% 0%
Overlap
Tabel 1.1 Tabel dalam kondisi Subjek 3

Kondisi A B A Perubahan kecenderungan arah dari


Panjang Kondisi 4 8 4
kondisi A awal dengan kondisi B menunjukkan
Estimasi
Kecenderungan
dari menurun menjadi menaik sehingga dapat
Arah (-) (+) (-) disimpulkan bahwa intervensi pada kondisi B
Kecenderungan Stabil Stabil Stabil efektif terhadap hasil belajar matematika.
Stabilitas (100%) (87,5%) (100%) Perubahan level yang terjadi sebesar +5,
Kecenderungan
sehingga intervensi pada kondisi B
Jejak (-) (+) (-)
Level Stabilitas dan Stabil Stabil Stabil menghasilkan hasil belajar yang baik.
Rentang (2-4) (7-10) (3-4) Persentase overlap sebesar 0% sehingga secara
Level Perubahan 4-2 9-7 3–3 garis besar efektivitas intervensi terhadap
(-2) (+2) (-0)

148 Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


Vol. 2 No. 02 Agustus 2013
Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Team Accelerated Instruction (TAI)
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Anak Retardasi Mental Di SMPLB-C AKW
Kumara II Surabaya

Inosensia Kharina Subiantoro, Tino Leonardi

variabel terikat, yaitu hasil belajar matematika seperti prinsip pengulangan ini sesuai untuk
tinggi dan baik. anak retardasi mental guna meminimalisasi
karaktersitiknya yang cepat lupa. Lalu selain itu
Perubahan kecenderungan dari juga membantu untuk meminimalisasi dalam
menurun menjadi menaik, variabilitas data keterbatasan kognitifnya (Kirk, dkk, 2012)
rendah, dan level perubahan mencapai +2 di dengan menggunakan prinsip pengulangan
mana dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tersebut.
kooperatif efektif terhadap hasil belajar
matematika. Anak retardasi mental juga
membutuhkan motivasi dalam belajar agar
dapat meningkatkan hasil belajarnya. Motivasi
pada belajar merupakan faktor-faktor yang
PEMBAHASAN
mempengaruhi hasil belajar seseorang
Dari hasil yang didapat menunjukkan (Djamarah, 2011). Oleh karena itu, apabila
bahwa ada efektivitas pembelajaran kooperatif motivasi dapat ditingkatkan maka
metode TAI terhadap peningkatan hasil belajar kemungkinan besar hasil belajar juga akan
matematika anak retardasi mental di SMPLB-C menaik. Pada pembelajaran kooperatif metode
AKW Kumara II Surabaya. Hal tersebut TAI ini juga meningkatkan motivasi dari para
didukung dengan teori yang dikemukakan oleh murid untuk mendapatkan kesuksesan secara
Slavin (2005) bahwa pembelajaran kooperatif bersama-sama sehingga dapat mengakibatkan
metode TAI ini dapat membuat para siswa hasil belajar meningkat.
saling mendukung dan saling membantu sama
Keterbatasan lainnya pada individu
lain untuk berusaha keras karena mereka
retardasi mental adalah keterbatasan dalam
semua menginginkan agar tim mereka berhasil.
atensi di mana mereka sulit untuk fokus pada
Selain itu para siswa mendapatkan kesempatan
suatu hal (Hallahan dan Kauffman, 2000). Oleh
untuk sukses yang sama karena semuanya telah
karena itu, menurut Sedlak &Sedlak (1985)
ditempatkan berdasarkan tingkat kemampuan
caranya adalah dengan melibatkan anak didik
atau pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
ke pengajaran yang sedang dilakukan.
Dalam metode ini, para siswa belajar pada
Contohnya saja dalam penelitian ini,
tingkat kemampuan mereka sendiri-sendiri.
menggunakan pembelajaran kooperatif metode
Apabila mereka belum memenuhi syarat
TAI di mana subjek bekerja dalam kelompok
kemampuan tertentu yang diinginkan oleh
tetapi bergantian dalam mengerjakan tugas
guru, metode ini dapat juga digunakan untuk
atau soal yang diberikan. Pada saat satu subjek
membangun dasar yang kuat sebelum
mengerjakan soal, subjek yang lain mengecek
melangkah ke tahap berikutnya. Kelebihan
atau dapat membantu subjek yang sedang
yang lain adalah siswa dapat mencapai
mengerjakan soal apabila kesulitan. Jadi, di sini
kemajuan lebih cepat.
subjek berperan penting pada pengajaran
Dalam penelitian ini pun dilakukannya sehingga diharapkan dapat me minimalisasi
prinsip pengulangan dalam pengajarannya keterbatasan dalam atensinya.
sehingga sesuai dengan teori dari Rochyadi
(2013) yang mengatakan bahwa prinsip khusus

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan 149


Vol. 2 No. 02 Agustus 2013
Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Team Accelerated Instruction (TAI)
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Anak Retardasi Mental Di SMPLB-C AKW
Kumara II Surabaya

Inosensia Kharina Subiantoro, Tino Leonardi

Setelah keterbatasan-keterbatasan 2. Intervensi yang dilakukan oleh


tersebut dapat diminimalisasi maka dapat peneliti adalah pembelajaran
meningkatkan hasil belajar matematika anak kooperatif di mana kurang sesuai
retardasi mental sehingga didapatkan hasil dengan desain eksperimen yaitu
bahwa pembelajaran kooperatif metode TAI Penelitian Subjek tunggal.
efektif terhadap peningkatan hasil belajar Meskipun memang peneliti
matematika anak retardasi mental di SMPLB-C mendapatkan data secara
AKW Kumara II Surabaya. individu, namun peneliti tidak
dapat memastikan apakah benar
Pada penelitian ini pun tidak luput setiap individu mendapatkan
adanya keterbatasan. Keterbatasan- intervensi dengan baik. Tetapi,
keterbatasan tersebut adalah : peneliti memakai desain
eksperimen tersebut dikarenakan
1. Peneliti tidak mengetes IQ subjek
subjek yang dipakai dalam
pada saat awal sebelum prosedur
penelitian ini adalah 2 dan peneliti
eksperimen. Setelah peneliti
ingin melihat efektivitas pada
mengeteskan ternyata didapatkan
pembelajaran kooperatif terhadap
bahwa IQ subjek kebanyakan
peningkatan hasil belajar
Retardasi Mental sedang yang
matematika.
mempunyai IQ Retardasi Mental
ringan hanya 2 subjek sehingga
menjadi keterbatasan pada KESIMPULAN
penelitian ini. Peneliti tidak
mengeteskan IQ dikarenakan Berdasarkan hasil penelitian dapat
menurut informasi dari Kepala disimpulkan bahwa terdapat efektivitas
Sekolah bahwa anak yang pembelajaran kooperatif metode TAI terhadap
bersekolah di SMPLB-C Akw peningkatan hasil belajar matematika anak
Kumara II Surabaya ini semuanya Retardasi Mental di SMPLB-C Akw Kumara II
Retardasi Mental ringan, Surabaya.
sedangkan yang Retardasi Mental
sedang dan berat bersekolah di
SMPLB-C Akw Kumara I Surabaya.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan


150 Vol. 2 No. 02 Agustus 2013
Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Team Accelerated Instruction (TAI)
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Anak Retardasi Mental Di SMPLB-C AKW
Kumara II Surabaya

Inosensia Kharina Subiantoro, Tino Leonardi

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2011). TesPrestasi. Yogyakarta :PustakaPelajar.


Butler, F.M., Miller, S.P, Lee, K., & Pierce, T. (2001). Teaching Mathematics to student with Mild -to-
Moderate Mental Retardation : A Review of the Literature . Journal of Mental Retardation, 39, 20-
31.
Christensen, L.B. (1998). Experimental Methodology (4h ed). Massachusetts : Allyn and Bacon, Inc.
Djamarah, S.B, (2011). PsikologiBelajar. Jakarta : PT RinekaCipta.
Hadi, C., Suhariadi, F.,. (2008). Psikologi Eksperimen. Suarabaya : Unit Penelitian dan Publikasi
Psikologi.
th
Hallahan, D. & Kauffman, J. M. (2000). Exceptional Learners (8 ed.). Boston : Allyn & Bacon.
Huda, Miftahul. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ishartiwi. (2010). Identifikasi Bentuk Intervensi Pembelajaran dan Perilaku Belajar anak Retardasi Mental .
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan.03, 1-15.
Kirk, S. A.& Gallagher, J. J. (2012). Educating Exceptional Children. Boston : Houghton Mifflin Company.
Latipun. (2010). PsikologiEksperimen. Malang :UniversitasMuhammadiyah Malang.
Muliawati, S. (2013). Meningkatkan prestasi belajar teknik otomatif pada siswa tungrahita kelas XI
dengan metode Cooperative Learning tipe TAI (Team Assisted Individualization. Gardan, 3 (1), 30-
39.
Murtadlo. (2006). Peningkatan Kualitas Pembelajaran siswa Tunagrahita dalam Membaca dan Menulis
melalui pendekatan Kooperatif tipe STAD di Sekolah Luar Biasa. Jurnal Pendidikan Khusus, 2 (2),
18-31.
Myreddi, V & Narayan, J. (1998). Functional Academics for Students with Mental Retardation (A Guide for
Teachers). India : Departement of Special Education National Institute for the Mentally
Handicapped.
Neuman, W.L. (2006). Social Research Methods. United States of America.
Rochyadi, E. (2013). Modul Karakteristik dan Pendidikan anak Tunagrahita . Pengantar Pendidikan Luar
Biasa, PGSD4409, 6.1-6.52.
Santrock. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Perdana Group.
Sedlak, R.A & Sedlak, D.M. (1985). Teaching the Educable Mentally Retarded . New York : State University
of New York Press.
Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media.
Somantri, T.S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama.
Sudjana, N. (2004). Penilaian Hasil proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sunanto, J., Takeuchi, K. & Nakata, H. (2005). Pengantar Penelitian dengan Subjek Tunggal. CRICED
University of Tsukuba.
Syah, M. (2009). Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali Pers.
Tjuju, (2004). Strategi Pembelajaran Kooperatif dalam meningkatkan Prestasi Belajar Berhitung anak
Tunagrahita ringan di Sekolah Luar Biasa . Cimahi, Jawa Barat, Indonesia; PLB FIP UPI.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan 151


Vol. 2 No. 02 Agustus 2013

S-ar putea să vă placă și