Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Bambang Sugianto
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda
Jl.Sukabangun 2 No.1610 Palembang
E-mail: bambangsugianto1969@gmail.com
Abstract
General Election is an order of the 1945 Constitution to implement the principle of people's
sovereignty exercised every five years within the State of the Republic of Indonesia with the
aim of: a) Establishing a People's Consultative Institution imbued with the spirit of Pancasila
and the Constitution of the Republic of Indonesia, b) representatives of the people and the
President and Vice President in continuing the struggle to defend and develop the objectives
of the State, c) Elections is a means of implementing democracy to uphold the establishment
of Pancasila and defend the Constitution of the Republic of Indonesia 1945, c) To ensure the
sustainability of the government five years and fill National development. Research is a
normative juridical research that analyzes against the principle of law. The source of data in
this study is to use the secondary data (library research) which derives some relevant legal
material such as the Criminal Law Codes, Law Number 7 of 2017 and the PKPU Regulations
related to the General Election. The document will be analyzed and then systematically
arranged which is ultimately used as a conclusion material, so that it can answer the
problem. The Criminal Act of General Election may be included in special crime, namely,
criminal and electoral violations, both regulated in the Criminal Code (Penal Code) and
regulated in Law Number 7 Year 2017 on General Election. The parties that may be subject
to the election are not; a) Electoral Election (KPU, Banwaslu, Government), b) Election
Contestants (Political Party, Candidate of DPR, DPD, DPRD, Presidential Candidate and
President). Communities as legal subjects (as voters, Success Team including Community
who invited not to exercise their right to vote)
Abstrak
Pemilihan umum merupakan perintah dari Undang-Undang Dasar 1945 untuk melaksanakan
asas kedaulatan rakyat yang dilaksanakan lima tahun sekali di Negara Republik Indonesia
dengan tujuan: a) Menyusun Lembaga Permusyawaratan Rakyat yang dijiwai semangat
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, b) Memilih wakil-wakil rakyat dan
Presiden dan Wakil Presiden dalam melanjutkan perjuangan mempertahankan dan
mengembangkan tujuan dari Negara, c) Pemilihan umum adalah suatu alat melaksanakan
demokrasi untuk menegakan tegaknya Pancasila dan mempertahankan Undang-undang Dasar
Republik Indonesia 1945, d) Untuk menjamin kesinambungan pemerintah lima tahun dan
mengisi pembangunan nasional. Penelitian adalah penelitian secara yuridis normatif yang
menganalisis terhadap asas hukum. Sumber data dalam penelitian adalah menggunakan data
sekunder (library research).yang berasal beberapa bahan hukum yang relevan seperti Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 dan peraturan PKPU
yang berhubungan dengan Pemilu. Dokumen tersebut akan dianalisis dan kemudian disusun
295
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
secara sistematis yang pada akhirnya digunakan sebagai bahan penarikan kesimpulan,
sehingga dapat menjawab permasalahan. Tindak Pidana Pemilu dapat dimasukan dalam
pidana khusus yaitu pidana pemilu dan pelanggaran baik diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum. Adapun para pihak yang dapat disangkakan terhadap tidak pemilu adalah;
a) Penyelengara Pemilu (KPU, Bawaslu, Pemerintah), b) Peserta Pemilihan Umum (Partai
Politik, Calon DPR, DPD, DPRD, Calon Presiden dan Wakil Presiden). Masyarakat sebagai
subjek hukum (sebagai pemilih, Tim Sukses termasuk Masyarakat yang mengajak tidak
menggunakan hak suaranya)
Kata kunci : Hakikat, Tujuan Pemilu, Pidana Pemilu
Undang-undang atau berbagai
LATAR BELAKANG MASALAH peraturan memang sudah menggariskan
Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang- hal-hal yang boleh dilakukan, wajib
Undang Dasar Repubik Indonesia, dilakukan dan hal-hal yang tidak
Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dibolehkan dilakukan (dilarang), akan
dilaksanakan menurut Undang-Undang tetapi dalam kenyataannya manusia sering
Dasar” ini menunjukan bahwa demokrasi lalai atau sengaja melanggar berbagai
adalah hak mutlak yang dimiliki rakyat dan ketentuan atau peraturan dengan latar
dijamin dalam konstitusi. Pelaksanaan belakang yang berbeda termasuk dalam
demokrasi yang diwujudkan dalam pelanggaran Pemilu.
pemilihan umum yang langsung, umum, Pemilihan umum merupakan wujud
bebas dan rahasia. Pemilu untuk menyusun paling paling nyata sebagai pelaksana
kelembagaan negara yaitu Ekesekutif demokrasi apakah pihak penyelenggara
(Presiden dan Wakil Presiden) dan (Pemerintah, KPU dan Panwaslu) atau
Lembaga Legislatif dalam hal ini Dewan pihak peserta pemilihan umum (Rakyat
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan dan para calon) yang selalu melakukan
Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan pelanggaran, oleh karena itu semua
Perwakila Rakyat Daerah (DPRD) yang pelanggaran pemilu harus ditindak, dan
dilaksanakan secara demokratis. perbuatan yang bermaksud membuat
Akan tetapi dalam pelaksanaan pemilihan umum itu menjadi tidak
pemilihan umum (Pemilu) ini tidak demokratis yaitu, tidak jujur dan tidak adil
satupun yang dapat menjamin bahwa (Jurdil). Sebagai upaya awal oleh
seluruh manusia selalu bertindak jujur dan pemerintah untuk mencegah tindakan-
adil dalam aspek kehidupannya dan tidak tindakan yang tidak demokratis terhadap
terkecuali dalam rangka pelaksanaan pelaksanaan pemilihan umum yang diatur
pemilihan umum.
296
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
1
Sintong Silaban, Tindak Pidana Pemilu
2
(suatu tinjauan dalam rangka mewujudkan Parulian Donald, Menggugat Pemilu,
pelaksanaan pemilu yang jujur dan adil), Pustaka Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997, hlm. 2.
3
Sinar Harapan, Jakarta, 1992, hlm. 19. Ibid, hlm. 3.
297
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
298
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
(TPPU) itu pun hanya dalam kurun waktu maupun sebagai pelaku politik yang
tersebut. Sedangkan tindak pidana lain, terlibat dalam proses demokrasi
seperti pencurian, pembunuhan dan kelihatannya enggan untuk menegakkan
korupsi dan lain-lain bisa terjadi setiap hukum yang menyangkut Tindak Pidana
waktu. Pemilihan Umum, akan tetapi yang lebih
Sebagai konsekuensi dari kondisi disayangkan adalah sikap kaum teoritis
dan waktu terjadinya Tindak Pidana hukum khususnya kalangan Perguruan
Pemilihan Umum (TPPU), maka Tinggi yang sangat jarang melakukan
masyarakat dan aparatur negara sosialisasi masalah Tindak Pidana
(Pemerintah, Kepolisian, Kejaksaan dan Pemilihan Umum (TPPU). Padahal
Panwaslu) banyak yang tidak mengetahui, peraturan tentang Tindak Pidana Pemilihan
lupa atau kurang memahami apa dan Umum (TPPU) adalah bagian integral dari
bagaimana ketentuan dari Tindak Pidana hukum, khususnya hukum pidana.
Pemilihan Umum (TPPU). Ketika ada
RUMUSAN MASALAH
yang melanggar tindak pidana pemilihan
Melihat dari uraian diatas dan
umum, ini banyak orang yang tidak sadar
mempelajari dari Undang-Undang tentang
bahwa Pemilu dan Demokrasi telah
Pemilihan Umum, baik pemilihan Presiden
ternoda. Kondisi demikian didukung pula
dan Wakil Presiden, Pemilihan Kepala
oleh adanya asumsi bahwa pemilihan
Daerah dan Pemilihan anggota DPR.RI,
umum memiliki nilai sensitivitas yang
DPD.RI dan DPRD Provinsi,
tinggi, sesuatu yang peka atau tabu untuk
Kabupaten/kota, maka penulis akan
dipersoalkan, sehingga semakin tenggelam
mengkaji tindak pidana pemilu yang
tentang perbuatan melanggar hukum
berhubungan dengan Undang-Undang
(onrechtmatigheid) dalam pemilihan
Nomor 7 Tahun 2017. Dengan
umum. Sedangkan perbuatan TPPU yang
diberlakunya Undang-Undang Nomor 7
menodai pemilu dan demokrasi itu adalah
Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum
kejahatan atau pelanggaran yang oleh
pada bulan Agustus mendorong penulis
peraturan diancam dengan hukuman yang
untuk melihat dan menganalisa yang
tidak ringan.
berhubungan dengan Tindak Pidana
Kondisi waktu dan tidak pahamnya
Pemilihan Umum, hal ini disebabkan
TPPU tidak hanya mempengaruhi
Pemilihan Umum pada tahun 2019 akan
masyarakat awam dan sebagian aparatur
datang dilaksanakan serentak antara
pemerintah termasuk pihak praktisi
299
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden bahwa pemilihan umum yaitu merupakan
dengan Pemilihan Anggota Dewan sarana pelaksanaan asas kedaulatan rakyat
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan yang dilaksanakan lima tahun sekali dalam
daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Negara Republik Indonesia. Pemilihan
Daerah. umum selama ini yang sudah dilakukan
sangat berbeda dengan pemilihan umum
METODE PENELITIAN
pada tahun 2019 mendatang, pemilihan
Jenis penelitian adalah penelitian
kedepan dimana Pemilihan Presiden dan
secara Yuridis Normatif mencakup
Wakil Presiden dengan Pemilihan anggota
penelitian terhadap asas hukum, sistimatika
legislatif (DPR, DPD dan DPRD)
hukum dan singkronisasi. Sumber data
dilakukan secara bersamaan. Ini adalah
dalam penelitian dan penulisan ini adalah
terobosan baru dari sistem demokrasi kita,
menggunakan data sekunder berupa
lahirnya konsep pelaksanaan pemilu
penelusuran kepustakaan (library
Presiden dan Wakil Presiden dengan
research). Sumber data sekunder ini
Pemilu anggota Legislatif ini merujuk dari
berasal beberapa bahan hukum yang
putusan Mahkamah Konstitusi berdasarkan
relevan seperti Kitab Undang-Undang
Putusan Mahkamah Konstitusi (MK)
Hukum Pidana, Undang-undang Nomor 7
Nomor.14/PUU-XI/2013, memutuskan
Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum
Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan
termasuk beberapa peraturan PKPU yang
Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres)
berhubungan dengan Pemilihan Umum.
tahun 2019 harus dilaksanakan secara
Data tersebut akan dianalisis dan
serentak pada hari yang sama.
kemudian disusun secara sistematis yang
Pasal 22E Undang-Undang Dasar
pada akhirnya digunakan sebagai bahan
Republik Indonesia 1945 menyebutkan
penarikan kesimpulan, sehingga dapat
bahwa Pemilihan umum yaitu:
menjawab permasalahan.
(1) Pemilihan umum dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas,
PEMBAHASAN rahasia, jujur, dan adil setiap lima
tahun sekali.
Analisis Yuridis Penerapan Undang-
(2) Pemilihan umum diselenggarakan
Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan
Pemilu.
Perwakilan Daerah, Presiden dan
Sekilas dari pengertian Pemilihan Wakil Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
Umum yang diurai pada pendahuluan,
300
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
301
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
302
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
303
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
304
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Kabupaten/Kota di Aceh menjadi Turut Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Dan
Termohon. (Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3) Perselihan hasil pemilu ini merupakan
PMK No. 16/2009). sengketa yang menjadi kewenangan
Seperti disinggung di atas, ketika Mahkamah Konstitusi (MK).
membicarakan gugatan atau permohonan
Bentuk-bentuk Tindak Pidana
pemilu di pengadilan Mahkamah
Pemilihan Umum.
Konstitusi, yang penting untuk dibahas
Pemilihan umum sebagaimana
yaitu latar belakang gugatan atau
yang dimaksud Pasal 1 ayat (1) Undang-
permohonan tersebut, dan setiap
Undang Nomor 7 tahun 2017 yang berasas
gugatan/permohonan harus berdasarkan
LUBER di dalam Negara Kesatuan
suatu argumentasi yang berhubungan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dengan hasil suara. Artinya yang menjadi
Undang-Undang Dasar Negara Republik
materi permohonan dalam perselisihan
Indonesia Tahun 1945”.
hasil pemilu (PHPU) di Indonesia oleh
Dan pemilihan umum dilaksanakan
permohonan adalah penetapan perolehan
satu kali dalam masanya 5 (lima) tahun, ini
suara hasil Pemilu yang telah diumumkan
sesuai dengan Pasal 22E ayat (1) Undang-
secara nasional oleh KPU yang dapat
Undang Dasar 1945 berbunyi, “Pemilihan
mempengaruhi dalam penetapan calon
umum dilaksanakan secara langsung,
terpilih.
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap
Perselisihan hasil Pemilu meliputi
lima tahun sekali”.
perselisihan antara KPU dan Peserta
Sudah tentu bahwa tindak pidana
Pemilu mengenai penetapan perolehan
pemilihan umum itu hanya terjadi dalam
suara hasil Pemilu secara nasional.
kurung waktu tersebut, akan tetapi
Perselisihan penetapan perolehan suara
pelanggaran terhadap tindak pidana
hasil Pemilu anggota DPR, DPD, dan
pemilihan umum yang terjadi 5 (lima)
DPRD secara nasional meliputi
tahun sekali ini perlu di tindak terhadap
perselisihan penetapan perolehan suara
pelanggarannya. Meskipun dilakukan 5
yang dapat memengaruhi perolehan kursi
(lima) tahun sekali pemilu itu adalah hal
Peserta Pemilu. Perselisihan penetapan
yang hakiki atau penting dalam suatu
perolehan suara hasil Pemilu Presiden dan
negara yang demokrasi dan Pemilu itu
Wakil Presiden secara nasional meliputi
tidak boleh cacat dan ternoda dalam
perselisihan penetapan perolehan suara
pelaksanaannya.
yang dapat memengaruhi penetapan hasil
305
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
306
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
307
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
308
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
309
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
310
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
311
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
312
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan paling banyak Rp 48.000.000,00 (empat
denda sebanyak 3 (trga) kali dari puluh delapan juta rupiah).
jumlah sumbangan yang diterima.
Pasal 533
Pasal 529 Setiap orang yang dengan sengaja pada
Setiap perusahaan pencetak surat suara saat pemungutan suara mengaku dirinya
yang dengan sengaja mencetak surat suara sebagai orang lain dan/atau memberikan
melebihi jumlah yang ditetapkan oleh KPU suaranya lebih dari 1 (satu) kali di 1 (satu)
untuk kepentingan tertentu sebagaimana TPS atau lebih dipidana dengan pidana
dimaksud dalam Pasal 345 ayat (1) penjara paling lama 1 (satu) tahun 6
dipidana dengan pidana penjara paling (enam) bulan dan denda paling banyak Rp
lama 2 (dua) tahun dan denda paling 18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah).
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah). Pasal 534
Setiap orang yang dengan sengaja merusak
Pasal 530 atau menghilangkan hasil pemungutan
Setiap perusahaan pencetak surat suara suara yang sudah disegel dipidana dengan
yang tidak menjaga kerahasiaan, pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
keamanan, dan keutuhan surat suara dan denda paling banyak Rp 36.000.000,00
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 345 (tiga puluh enam juta rupiah).
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling Pasal 535
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar Setiap orang yang dengan sengaja
rupiah). mengubah, merusak, dan/atau
menghilangkan berita acara pemungutan
Pasal 531 dan penghitungan suara dan/atau sertifikat
Setiap orang yang dengan sengaja hasil penghitungan suara sebagaimana
menggunakan kekerasan, dan/atau dimaksud dalam Pasal 398 ayat (4)
menghalangi seseorang yang akan dipidana dengan pidana penjara paling
melakukan haknya untuk memilih, lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
melakukan kegiatan yang menimbulkan banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam
gangguan ketertiban dan ketenteraman juta rupiah).
pelaksanaan pemungutan suara, atau
menggagalkan pemungutan suara dipidana Pasal 536
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) Setiap orang yang dengan sengaja
tahun dan denda paling banyak Rp merusak, mengganggu, atau mendistorsi
24.000.000,00 (dua puluh empat juta sistem informasi penghitungan suara hasil
rupiah). Pemilu dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
Pasal 532 banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam
Setiap orang yang dengan sengaja juta rupiah).
melakukan perbuatan yang menyebabkan
suara seorang Pemilih menjadi tidak Pasal 537
bernilai atau menyebabkan Peserta Pemilu Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang tidak
tertentu mendapat tambahan suara atau menjaga, mengamankan keutuhan kotak
perolehan suara Peserta Pemilu menjadi suara, dan menyerahkan kotak suara
berkurang dipidana dengan pidana penjara tersegel yang berisi surat suara, berita
paling lama 4 (empat) tahun dan denda acara pemungutan suara, dan sertifikat
hasil penghitungan suara kepada PPS atau
313
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
314
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Setiap orang yang dengan sengaja dimaksud dalam Pasal 339 ayat (4),
melakukan perbuatan melawan hukum dipidana dengan pidana penjara paling
memalsukan data dan daftar pemilih, lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda
dipidana dengan pidana penjara paling paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
lama 6 (enam) tahun dan denda paling miliar rupiah)
banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua
juta rupiah). Pasal 549
Dalam hal KPU kabupaten/kota tidak
Pasal 545 menetapkan pemungutan suara ulang di
Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, KPU TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau 373 ayat (3) sementara persyaratan dalam
PPLN yang dengan sengaja menambah Undang-Undang ini telah terpenuhi,
atau mengurangi daftar pemilih dalam anggota KPU Kabupaten/Kota dipidana
Pemilu setelah ditetapkannya daftar dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
pemilih tetap, dipidana dengan pidana tahun dan denda paling banyak Rp
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan 24.000.000,00. (dua puluh empat juta
denda paling banyak Rp 36.000.000,00 rupiah).
(tiga puluh enam juta rupiah).
Pasal 550
Pasal 546 Setiap pelaksana atau peserta kampanye
Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, KPU yang terbukti dengan sengaja atau lalai
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau yang mengakibatkan terganggunya tahapan
PPLN yang dengan sengaja membuat penyelenggaraan Pemilu, dipidana dengan
keputusan dan/atau melakukan tindakan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
yang menguntungkan atau merugikan salah dan paling banyak Rp24.000.000,00 (dua
satu peserta Pemilu dalam masa kampanye, puluh empat juta rupiah).
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling Pasal 551
banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
juta rupiah). Kabupaten/Kota, PPK, dan/atau PPS yang
karena kesengajaannya mengakibatkan
Pasal 547 hilang atau berubahnya berita acara
Setiap pejabat negara yang dengan sengaja rekapitulasi hasil penghitungan perolehan
membuat keputusan dan/atau melakukan suara dan/atau sertifikat rekapitulasi hasil
tindakan yang menguntungkan atau penghitungan perolehan suara, dipidana
merugikan salah satu peserta Pemilu dalam dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
masa kampanye, dipidana dengan pidana tahun dan denda paling banyak Rp
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan 24.000.000,00 (dua puluh empat juta
denda paling banyak Rp 36.000.000,00 rupiah).
(tiga puluh enam juta rupiah).
Pasal 552
Pasal 548 (1) Setiap calon Presiden atau Wakil
Setiap orang yang menggunakan anggaran Presiden yang dengan sengaja
pemerintah, pemerintah daerah, badan mengundurkan diri setelah penetapan
usaha milik negara, badan usaha milik calon Presiden dan Wakil Presiden
daerah (BUMD), Pemerintah Desa atau sampai dengan pelaksanaan
sebutan lain dan badan usaha milik desa pemungutan suara putaran pertama,
untuk disumbangkan atau diberikan kepada dipidana dengan pidana penjara paling
pelaksana kampanye sebagaimana lama 5 (lima) tahun dan denda paling
315
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
316
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
317
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) Republik Indonesia
Undang-undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945.
Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16
Tahun 2009 Tentang Pedoman
Beracara dalam Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
Peratutan Mahkamah Konstitusi Nomor 17
Tahun 2009 Tentang Pedoman
Beracara Dalam Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
Tentang Pemilihan Umum.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011
Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2003
Tentang Mahkamah Konstitusi.
318