Sunteți pe pagina 1din 24

Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

ANALISIS YURIDIS PENERAPAN DAN BENTUK-BENTUK TINDAK PIDANA


PEMILU MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017

Bambang Sugianto
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda
Jl.Sukabangun 2 No.1610 Palembang
E-mail: bambangsugianto1969@gmail.com

Abstract
General Election is an order of the 1945 Constitution to implement the principle of people's
sovereignty exercised every five years within the State of the Republic of Indonesia with the
aim of: a) Establishing a People's Consultative Institution imbued with the spirit of Pancasila
and the Constitution of the Republic of Indonesia, b) representatives of the people and the
President and Vice President in continuing the struggle to defend and develop the objectives
of the State, c) Elections is a means of implementing democracy to uphold the establishment
of Pancasila and defend the Constitution of the Republic of Indonesia 1945, c) To ensure the
sustainability of the government five years and fill National development. Research is a
normative juridical research that analyzes against the principle of law. The source of data in
this study is to use the secondary data (library research) which derives some relevant legal
material such as the Criminal Law Codes, Law Number 7 of 2017 and the PKPU Regulations
related to the General Election. The document will be analyzed and then systematically
arranged which is ultimately used as a conclusion material, so that it can answer the
problem. The Criminal Act of General Election may be included in special crime, namely,
criminal and electoral violations, both regulated in the Criminal Code (Penal Code) and
regulated in Law Number 7 Year 2017 on General Election. The parties that may be subject
to the election are not; a) Electoral Election (KPU, Banwaslu, Government), b) Election
Contestants (Political Party, Candidate of DPR, DPD, DPRD, Presidential Candidate and
President). Communities as legal subjects (as voters, Success Team including Community
who invited not to exercise their right to vote)

Keywords: The nature purpose of the election, Criminal Election.

Abstrak
Pemilihan umum merupakan perintah dari Undang-Undang Dasar 1945 untuk melaksanakan
asas kedaulatan rakyat yang dilaksanakan lima tahun sekali di Negara Republik Indonesia
dengan tujuan: a) Menyusun Lembaga Permusyawaratan Rakyat yang dijiwai semangat
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, b) Memilih wakil-wakil rakyat dan
Presiden dan Wakil Presiden dalam melanjutkan perjuangan mempertahankan dan
mengembangkan tujuan dari Negara, c) Pemilihan umum adalah suatu alat melaksanakan
demokrasi untuk menegakan tegaknya Pancasila dan mempertahankan Undang-undang Dasar
Republik Indonesia 1945, d) Untuk menjamin kesinambungan pemerintah lima tahun dan
mengisi pembangunan nasional. Penelitian adalah penelitian secara yuridis normatif yang
menganalisis terhadap asas hukum. Sumber data dalam penelitian adalah menggunakan data
sekunder (library research).yang berasal beberapa bahan hukum yang relevan seperti Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 dan peraturan PKPU
yang berhubungan dengan Pemilu. Dokumen tersebut akan dianalisis dan kemudian disusun

295
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

secara sistematis yang pada akhirnya digunakan sebagai bahan penarikan kesimpulan,
sehingga dapat menjawab permasalahan. Tindak Pidana Pemilu dapat dimasukan dalam
pidana khusus yaitu pidana pemilu dan pelanggaran baik diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum. Adapun para pihak yang dapat disangkakan terhadap tidak pemilu adalah;
a) Penyelengara Pemilu (KPU, Bawaslu, Pemerintah), b) Peserta Pemilihan Umum (Partai
Politik, Calon DPR, DPD, DPRD, Calon Presiden dan Wakil Presiden). Masyarakat sebagai
subjek hukum (sebagai pemilih, Tim Sukses termasuk Masyarakat yang mengajak tidak
menggunakan hak suaranya)
Kata kunci : Hakikat, Tujuan Pemilu, Pidana Pemilu
Undang-undang atau berbagai
LATAR BELAKANG MASALAH peraturan memang sudah menggariskan
Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang- hal-hal yang boleh dilakukan, wajib
Undang Dasar Repubik Indonesia, dilakukan dan hal-hal yang tidak
Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dibolehkan dilakukan (dilarang), akan
dilaksanakan menurut Undang-Undang tetapi dalam kenyataannya manusia sering
Dasar” ini menunjukan bahwa demokrasi lalai atau sengaja melanggar berbagai
adalah hak mutlak yang dimiliki rakyat dan ketentuan atau peraturan dengan latar
dijamin dalam konstitusi. Pelaksanaan belakang yang berbeda termasuk dalam
demokrasi yang diwujudkan dalam pelanggaran Pemilu.
pemilihan umum yang langsung, umum, Pemilihan umum merupakan wujud
bebas dan rahasia. Pemilu untuk menyusun paling paling nyata sebagai pelaksana
kelembagaan negara yaitu Ekesekutif demokrasi apakah pihak penyelenggara
(Presiden dan Wakil Presiden) dan (Pemerintah, KPU dan Panwaslu) atau
Lembaga Legislatif dalam hal ini Dewan pihak peserta pemilihan umum (Rakyat
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan dan para calon) yang selalu melakukan
Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan pelanggaran, oleh karena itu semua
Perwakila Rakyat Daerah (DPRD) yang pelanggaran pemilu harus ditindak, dan
dilaksanakan secara demokratis. perbuatan yang bermaksud membuat
Akan tetapi dalam pelaksanaan pemilihan umum itu menjadi tidak
pemilihan umum (Pemilu) ini tidak demokratis yaitu, tidak jujur dan tidak adil
satupun yang dapat menjamin bahwa (Jurdil). Sebagai upaya awal oleh
seluruh manusia selalu bertindak jujur dan pemerintah untuk mencegah tindakan-
adil dalam aspek kehidupannya dan tidak tindakan yang tidak demokratis terhadap
terkecuali dalam rangka pelaksanaan pelaksanaan pemilihan umum yang diatur
pemilihan umum.

296
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

dalam Kitab Undang-Undang Hukum tanpa menyisikan bagian penting dari


Pidana (KUHP) Buku II Bab IV tentang penduduk melalui kekerasan.2
Kejahatan terhadap pelaksanaan kewajiban Demokrasi suatu mujizat atau
1
dan hak kenegaraan. paham yang meletakan dasar-dasar
Selain di Kitab Undang-undang kebersamaan dan kejujuran dan demokrasi
Hukum Pidana (KUHP) tindak pidana membuat semua orang menjadi memiliki
pemilihan umum yaitu Pemilihan Kepala eksistensinya dan menjadi berarti bagi
Daerah, Pemilihan Presiden dan Wakil masyarakat untuk menjaga keberagaman
Presiden, serta Pemilihan Dewan yang tidak memilah-milah rakyat antara
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan yang kaya dan miskin, yang kuat dengan
Perwakilan Daerah (DPD) serta Dewan yang lemah, serta yang pintar dengan yang
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) diatur bodoh. Dan demokrasi juga tidak
masalahan tindak pidana yaitu khususnya mengenal diskriminasi kalaupun dalam
di Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 masyarakat dan negara ada perbedaan dan
Tentang Pemilihan Umum dan Undang- demokrasi memberikan kesamaan.
Undang Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Menurut Keith Graham bahwa demokrasi
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 itu memiliki standar baku yaitu persamaan,
Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan kebebasan dan kerakyatan dengan adanya
Pemerintah Pengganti Undang-Undang standard maka demokrasi berjalan dengan
Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan baik, penegakan hukum dan perlindungan
Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi hak asasi manusia adalah menjadi bagian
Undang-Undang. yang tidak terpisahkan dari demokrasi.
Menurut Juan Linz dalam bukunya Demokrasi, penegakan hukum dan
Vleavages Ideologies and Party Systems perlindungan hak asasi manusia
mengatakan suatu sistem pemerintahan itu merupakan tri-tunggal yang tidak dapat
dapat disebut demokratis apabila ia dipisahkan antara satu dengan yang lain.3
memberi kesempatan konstitusional yang Dengan diaturnya masalah tindak
teratur bagi suatu persaingan damai dan pidana dalam pemilihan umum, baik dalam
jujur untuk memperoleh kekuasaan politik KUHP maupun Undang-undang Pemilihan
untuk berbagai kelompok yang berbeda, Umum termasuk juga aturan KPU, ini

1
Sintong Silaban, Tindak Pidana Pemilu
2
(suatu tinjauan dalam rangka mewujudkan Parulian Donald, Menggugat Pemilu,
pelaksanaan pemilu yang jujur dan adil), Pustaka Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997, hlm. 2.
3
Sinar Harapan, Jakarta, 1992, hlm. 19. Ibid, hlm. 3.

297
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

menunjukan kepada kita bahwa pembuat Sejarah dunia mencatat bahwa


undang-undang menganggap pemilihan berbagai peradaban manusia yang
umum (Pemilu) itu merupakan hal yang mendukung tata kehidupan yang
sangat penting dalam kehidupan demokrasi demokratis adalah hasil dari konstruksi
dan bernegara di Indonesia. Yang sangat kebijakan pemerintah dalam melakukan
penting adalah bila pemilihan umum modernisasi atau reformasi tata kehidupan
tersebut bisa dilaksanakan dengan Jujur pemerintah dan kemasyarakatan dalam
dan adil. berbagai aspek kehidupan. Dengan
Mengingat pentingnya posisi demikian Indonesia menjadi negara
pemilihan umum bagi sebuah negara yang demokrasi yang modern, manakala adanya
demokrasi, maka adalah tidak berlebihan komitmen bangsa yakni pemerintah
bila dikatakan kebersihan, kejujuran dan bersama masyarakat untuk menerapkan
keadilan dalam pelaksanaan pemilihan sistem pemerintahan demokrasi dalam
umum akan mencerminkan kualitas skala besar guna mengembangkan
demokrasi di negara bersangkutan. demokrasi yang baik yang diikuti dengan
Kemampuan menampakan atau perubahan kesadaran politik masyarakat
mewujudkan pemilihan umum yang jujur yang semakin tinggi dan aturan hukum
dan adil akan berarti pula melihatkan juga bisa ditegakkan sebagai pengawal
kematangan masyarakat selaku peserta demokarsi yang jujur dan adil.4
pemilihan umum dalam berdemokrasi. Tindak pidana pemilihan umum
Secara konseptual dan empirik, memang memiliki ciri yang khas atau
demokrasi akan tumbuh dan berkembang spesifik bila dibandingkan dengan tindak
secara optimal manakala didukung oleh pidana umum, sebab Tindak Pidana
peradaban masyarakat negara setempat Pemilihan Umum (TPPU) hanya mungkin
yang membuka ruang terbentuknya proses terjadi dalam pemilihan umum (dalam
demokrasi. Peradaban masyarakat dapat tahapan dari proses dan pemungutan suara)
bersumber dari bawaan manusia hasil karena pemilihan umum di Indonesia
interaksi dengan lingkungan, juga dilangsungkan sekali dalam 5 tahun. Maka
merupakan hasil pelaksanaan program terjadinya Tindak Pidana Pemilihan Umum
modernisasi yang dilakukan oleh
4
pemerintah dalam berbagai aspek Kemenenterian dalam Negari, Demokrasi
dan Kebangsaan Indonesia (Orientasi
kehidupan melalui pembentukan perangkat Kepemimpinan dan Penyelenggaraan Pemerintah
daerah), Badan Diklat dan Pelatihan Mendagri,
aturan tentang pelaksanaan demokrasi. Jakarta, 2011, hlm. 2-3.

298
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

(TPPU) itu pun hanya dalam kurun waktu maupun sebagai pelaku politik yang
tersebut. Sedangkan tindak pidana lain, terlibat dalam proses demokrasi
seperti pencurian, pembunuhan dan kelihatannya enggan untuk menegakkan
korupsi dan lain-lain bisa terjadi setiap hukum yang menyangkut Tindak Pidana
waktu. Pemilihan Umum, akan tetapi yang lebih
Sebagai konsekuensi dari kondisi disayangkan adalah sikap kaum teoritis
dan waktu terjadinya Tindak Pidana hukum khususnya kalangan Perguruan
Pemilihan Umum (TPPU), maka Tinggi yang sangat jarang melakukan
masyarakat dan aparatur negara sosialisasi masalah Tindak Pidana
(Pemerintah, Kepolisian, Kejaksaan dan Pemilihan Umum (TPPU). Padahal
Panwaslu) banyak yang tidak mengetahui, peraturan tentang Tindak Pidana Pemilihan
lupa atau kurang memahami apa dan Umum (TPPU) adalah bagian integral dari
bagaimana ketentuan dari Tindak Pidana hukum, khususnya hukum pidana.
Pemilihan Umum (TPPU). Ketika ada
RUMUSAN MASALAH
yang melanggar tindak pidana pemilihan
Melihat dari uraian diatas dan
umum, ini banyak orang yang tidak sadar
mempelajari dari Undang-Undang tentang
bahwa Pemilu dan Demokrasi telah
Pemilihan Umum, baik pemilihan Presiden
ternoda. Kondisi demikian didukung pula
dan Wakil Presiden, Pemilihan Kepala
oleh adanya asumsi bahwa pemilihan
Daerah dan Pemilihan anggota DPR.RI,
umum memiliki nilai sensitivitas yang
DPD.RI dan DPRD Provinsi,
tinggi, sesuatu yang peka atau tabu untuk
Kabupaten/kota, maka penulis akan
dipersoalkan, sehingga semakin tenggelam
mengkaji tindak pidana pemilu yang
tentang perbuatan melanggar hukum
berhubungan dengan Undang-Undang
(onrechtmatigheid) dalam pemilihan
Nomor 7 Tahun 2017. Dengan
umum. Sedangkan perbuatan TPPU yang
diberlakunya Undang-Undang Nomor 7
menodai pemilu dan demokrasi itu adalah
Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum
kejahatan atau pelanggaran yang oleh
pada bulan Agustus mendorong penulis
peraturan diancam dengan hukuman yang
untuk melihat dan menganalisa yang
tidak ringan.
berhubungan dengan Tindak Pidana
Kondisi waktu dan tidak pahamnya
Pemilihan Umum, hal ini disebabkan
TPPU tidak hanya mempengaruhi
Pemilihan Umum pada tahun 2019 akan
masyarakat awam dan sebagian aparatur
datang dilaksanakan serentak antara
pemerintah termasuk pihak praktisi

299
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden bahwa pemilihan umum yaitu merupakan
dengan Pemilihan Anggota Dewan sarana pelaksanaan asas kedaulatan rakyat
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan yang dilaksanakan lima tahun sekali dalam
daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Negara Republik Indonesia. Pemilihan
Daerah. umum selama ini yang sudah dilakukan
sangat berbeda dengan pemilihan umum
METODE PENELITIAN
pada tahun 2019 mendatang, pemilihan
Jenis penelitian adalah penelitian
kedepan dimana Pemilihan Presiden dan
secara Yuridis Normatif mencakup
Wakil Presiden dengan Pemilihan anggota
penelitian terhadap asas hukum, sistimatika
legislatif (DPR, DPD dan DPRD)
hukum dan singkronisasi. Sumber data
dilakukan secara bersamaan. Ini adalah
dalam penelitian dan penulisan ini adalah
terobosan baru dari sistem demokrasi kita,
menggunakan data sekunder berupa
lahirnya konsep pelaksanaan pemilu
penelusuran kepustakaan (library
Presiden dan Wakil Presiden dengan
research). Sumber data sekunder ini
Pemilu anggota Legislatif ini merujuk dari
berasal beberapa bahan hukum yang
putusan Mahkamah Konstitusi berdasarkan
relevan seperti Kitab Undang-Undang
Putusan Mahkamah Konstitusi (MK)
Hukum Pidana, Undang-undang Nomor 7
Nomor.14/PUU-XI/2013, memutuskan
Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum
Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan
termasuk beberapa peraturan PKPU yang
Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres)
berhubungan dengan Pemilihan Umum.
tahun 2019 harus dilaksanakan secara
Data tersebut akan dianalisis dan
serentak pada hari yang sama.
kemudian disusun secara sistematis yang
Pasal 22E Undang-Undang Dasar
pada akhirnya digunakan sebagai bahan
Republik Indonesia 1945 menyebutkan
penarikan kesimpulan, sehingga dapat
bahwa Pemilihan umum yaitu:
menjawab permasalahan.
(1) Pemilihan umum dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas,
PEMBAHASAN rahasia, jujur, dan adil setiap lima
tahun sekali.
Analisis Yuridis Penerapan Undang-
(2) Pemilihan umum diselenggarakan
Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan
Pemilu.
Perwakilan Daerah, Presiden dan
Sekilas dari pengertian Pemilihan Wakil Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
Umum yang diurai pada pendahuluan,

300
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

(3) Peserta pemilihan umum untuk 3. Pelaksanaan pemilihan umum


memilih anggota Dewan bertujuan:
Perwakilan Rakyat dan anggota a. Memperkuat sistem
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ketatanegaraan yang
adalah partai politik. demokratis;
(4) Peserta pemilihan umum untuk b. Mewujudkan pemilu yang
memilih anggota Dewan adil dan berintegritas;
Perwakilan Daerah adalah c. Menjamin konsistensi
perseorangan. pengaturan sistem pemilu;
(5) Pemilihan umum diselenggarakan d. Memberikan kepastian
oleh suatu komisi pemilihan umum hukum dan mencegah
yang bersifat nasional, tetap, dan duplikasi dalam pengaturan
mandiri. pemilu;
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang e. Mewujudkan pemilu yang
pemilihan umum diatur dengan efektif dan efisien
undang- undang. Dengan demikian adapun tujuan
dari pemilihan umum yang diamanatkan
Hakikat dan pengertian pemilihan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
adalah:
umum dalam negara yang demokrasi ini
1. Menyusun Lembaga
dapat dilihat dalam Undang-Undang Permusyawaratan Rakyat untuk
mewujudkan susunan tata
Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu,
kehidupan kenegaraan yang
sebagai berikut: dijiwai semangat Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Republik
1. Pemilihan Umum yang
Indonesia.
selanjutnya disebut pemilu adalah
2. Memilih wakil-wakil rakyat oleh
sarana kedaulatan rakyat untuk
rakyat yang membawakan isi hati
memilih anggota Dewan Rakyat,
nurani rakyat dalam melanjutkan
anggota Dewan perwakilan
perjuangan mempertahankan dan
Daerah, Presiden dan Wakil
mengembangkan tujuan dari
presiden, dan untuk memilih
negara.
anggota Dewan Perwakilan
3. Pemilihan umum adalah suatu alat
Rakyat Daerah, yang
yang penggunaannya tidak boleh
dilaksanakan secara langsung,
merusak sendi-sendi demokrasi,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan
tetapi menjamin suksesnya
adil dalam Negara Kesatuan
perjuangan untuk menegakan
Republik Indonesia berdasarkan
tegaknya pancasila dan
pancasila dan Undang-Undang
mempertahankan Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Dasar Republik Indonesia 1945.
Tahun 1945.
4. Tidak untuk menyusun negara
2. Dalam menyelenggarakan pemilu,
baru yang keluar dari konsep
penyelenggara pemilu harus
empat pilar Negara Indonesia.
melaksanakan Pemilu berdasarkan
5. Untuk menjamin kesinambungan
pada asas Mandiri, Jujur, Adil,
Pembangunan Nasional.
Berkepastian hukum, Tertib,
Terbuka, Proporsional,
Dari pengertian, hakikat dan tujuan
Profesional, Akuntabilitas, Efektif
dan Efesien dari pemilihan umum sebagaimana yang

301
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

diamanatkan Undang-Undang Nomor 7 4. Memberikan kepastian hukum dan


tahun 2017, nyatanya bahwa pemilihan mencegah duplikasi dalam pemilu;
umum itu mempunyai kedudukan yang dan
sangat penting di Negara Republik 5. Mewujudkan pemilu yang efektif dan
Indonesia dan Pemilihan Umum berkaitan efisien.
dengan tegaknya Pancasila dan Undang- Dalam undang-undang pemilihan
Undang Dasar Republik Indonesia 1945 umum sebagaimana didalamnya bahwa
dan demokrasi juga berkaitan dengan sengketa pemilu yaitu:
kesinambungan pembangunan nasional di a. Sengketa Administrasi Pemilu.
Indonesia. (PTUN)
Pemilihan umum yang sangat Pelanggaran administrasi Pemilihan
penting membutuhkan suatu analisis. umum sebagaimana yang dimakksud pada
Sebab dalam konstitusi kita (Undang- Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017
Undang Dasar 1945) sebelum di berbunyi:
amandemen tidak ada satu pasal pun yang Pasal 460 ayat
(l) Pelanggaran administratif Pemilu
secara tegas menyebutkan tentang
meliputi pelanggaran terhadap tata
pemilihan umum. Akan tetapi sejak cara, prosedur, atau mekanisme
yang berkaitan dengan
dilakukan Amandemen Undang-Undang
administrasi pelaksanaan Pemilu
Dasar Republik Indonesia 1945 yang dalam setiap tahapan
Penyelenggaraan Pemilu.
berkaitan dengan pemilihan umum
(2) Pelanggaran administratif
(Pemilu) terdapat pada Pasal 1 ayat (2), sebagaimana dimaksud ayat (1)
tidak termasuk tindak pidana
pasal 6A, dan pasal 19 ayat (1) Undang-
Pemilu dan pelanggaran kode etik.
Undang dasar 1945.
Pasal 463 ayat
Lebih jelas hakikat dan tujuan dari
ii. Hal terjadi pelanggaran
pemilihan umum, yaitu: administratif Pemilu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 460 yang
1. Memperkuat sistem ketatanegaraan
terjadi secara terstruktur,
yang demokratis. sistematis, dan masif, Bawaslu
menerima, memeriksa, dan
2. Mewujudkan pemilu yang adil dan
merekomendasikan pelanggaran
ber-integritas; administratif Pemilu dalam waktu
paling lama 14 (empat belas) hari
3. Menjamin konsistensi pengaturan
kerja.
sistem pemilu; iii. Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan secara terbuka dan

302
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

sesuai dengan ketentuan peraturan meliputi sengketa yang timbul dalam


perundang-undangan.
bidang administrasi Pemilu antara calon
iv. KPU wajib menindaklanjuti
putusan Bawaslu dengan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi,
menerbitkan keputusan KPU
DPRD Kabupaten/Kota, atau partai politik
dalam waktu paling lambat 3
(tiga) hari kerja terhitung sejak calon peserta Pemilu, atau bakal pasangan
diterbitkannya putusan Bawaslu.
Calon dengan KPU, KPU Provinsi, dan
v. Keputusan KPU sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat KPU Kabupaten/Kota sebagai akibat
berupa sanksi administratif
dikeluarkannya keputusan KPU, keputusan
pembatalan calon anggota DPR,
DPD, DPRD Provinsi, DPRD KPU Propinsi, dan keputusan KPU
kabupaten/kota, dan Pasangan
Kabupaten/Kota.
Calon Presiden dan Wakil
Presiden. Sengketa proses Pemilu
vi. Calon anggota DPR, DPD, DPRD
sebagimana dalam undang-undang pemilu
Provinsi, DPRD kabupaten/kota,
dan pasangan calon yang dikenai merupakan sengketa yang timbul antara:
sanksi administratif pembatalan
a. KPU dan Partai Politik calon
sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dapat mengajukan upaya Peserta Pemilu yang tidak lolos
hukum ke Mahkamah Agung
verifikasi sebagai akibat
dalam waktu paling lambat 3
(tiga) hari kerja terhitung sejak dikeluarkannya Keputusan KPU
keputusan KPU ditetapkan.
tentang Penetapan Partai Politik
vii. Mahkamah Agung memutus
upaya hukum pelanggaran Peserta Pemilu.
administratif Pemilu sebagaimana
b. KPU dan Pasangan Calon yang
dimaksud pada ayat (5) dalam
waktu paling lama 14 (empat tidak lolos verifikasi sebagai akibat
belas) hari kerja terhitung sejak
dikeluarkannya Keputusan KPU
berkas perkara diterima oleh
Mahkamah Agung. tentang Penetapan Pasangan Calon.
viii. Dalam hal putusan Mahkamah
c. KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Agung membatalkan keputusan
KPU sebagaimana dimaksud pada Kabupaten/Kota dengan calon
ayat (5), KPU wajib menetapkan
anggota DPR, DPD, DPRD
kembali sebagai calon anggota
DPR, DPD, DPRD Provinsi, Provinsi, dan DPRD
DPRD kabupaten/kota, dan
Kabupaten/Kota yang dicoret dari
Pasangan Calon Presiden dan
Wakil Presiden. daftar calon tetap sebagai akibat
ix. Putusan Mahkamah Agung
dikeluarkannya Keputusan KPU
bersifat final dan mengikat.
tentang Penetapan Daftar Calon
Sengketa proses Pemilu melalui
Tetap.
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)

303
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Artinya adapun yang menjadi Presiden sebagai peserta Pemilu sebagaimana


kewenangan dari Peradilan Tata Usaha diatur dalam Undang-Undang Pemilu, yaitu:

Negara (PTUN) dalam sengketa pemilu Pasal 474


(1) Dalam hal terjadi perselisihan
hanya yang berhubungan dengan penetapan perolehan suara hasil
administrasi yaitu masalah sengketa partai Pemilu anggota DPR, DPD, dan
DPRD secara nasional, peserta Pemilu
politik, sengketa dalam penetapan calon, anggota DPR, DPD, dan DPRD dapat
sengketa administrasi yang berhubungan mengajukan permohonan pembatalan
penetapan hasil penghitungan
dengan persyaratan calon. Ini berbeda perolehan suara oleh KPU kepada
dengan kewenangan sengketa yang Mahkamah Konstitusi.

menjadi kewenangan oleh Mahkamah Pasal 475


Konstitusi. (2) Dalam hal terjadi perselisihan
penetapan perolehan suara hasil
b. Sengketa Hasil Pemilu (MK) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,
Perselisihan hasil pemilu atau yang Pasangan Calon dapat mengajukan
keberatan kepada Mahkamah
lebih dikenal dengan istilah sengketa hasil Konstitusi dalam waktu paling lama 3
pemilu adalah perselisihan antara peserta (tiga) hari setelah penetapan hasil
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
pemilu dan KPU sebagai penyelenggara oleh KPU.
pemilu mengenai penetapan secara
Untuk Perselisihan di Provinsi
nasional perolehan suara hasil pemilu oleh
Aceh sesuai dengan Peraturan Mahkamah
KPU, termasuk juga Perselisihan antara
Konstitusi (PMK) Nomor 16 Tahun 2009
peserta Pemilu Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 3 yang menjadi pemohon adalah
Aceh (DPRA) dan Dewan Perwakilan
Partai Politik dan Partai Politik Lokal
Rakyat Kabupaten/Kota di Aceh dan
Peserta Pemilu Anggota DPRA dan DPRK
Komisi Independen Pemilihan (KIP). Hal
di Aceh,
ini ditegaskan pada Pasal 1 angka 17
Sedangkan sebagai termohon dalam
Peraturan Mahkamah Konstitusi (PMK)
sengketa ini adalah pihak KPU. Dalam hal
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008
perselisihan hasil penghitungan suara calon
tentang Pedoman Beracara dalam
anggota DPRD Provinsi dan/atau DPRA,
Perselisihan Hasil Pemilu Anggota DPR,
KPU Provinsi dan/atau KIP Aceh menjadi
DPD, dan DPRD. Dalam Sengketa PHPU.
Turut Termohon. Dalam hal perselisihan
Dalam sengketa PHPU yang dapat jadi
hasil penghitungan suara calon anggota
pemohon (Legal Standing) dalam perselisihan
DPRD Kabupaten/Kota dan/atau DPRK di
itu terdiri perseorangan calon anggota DPD,
DPR. DPRD dan calon Presiden dan wakil Aceh, KPU Kabupaten/Kota dan/atau KIP

304
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Kabupaten/Kota di Aceh menjadi Turut Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Dan
Termohon. (Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3) Perselihan hasil pemilu ini merupakan
PMK No. 16/2009). sengketa yang menjadi kewenangan
Seperti disinggung di atas, ketika Mahkamah Konstitusi (MK).
membicarakan gugatan atau permohonan
Bentuk-bentuk Tindak Pidana
pemilu di pengadilan Mahkamah
Pemilihan Umum.
Konstitusi, yang penting untuk dibahas
Pemilihan umum sebagaimana
yaitu latar belakang gugatan atau
yang dimaksud Pasal 1 ayat (1) Undang-
permohonan tersebut, dan setiap
Undang Nomor 7 tahun 2017 yang berasas
gugatan/permohonan harus berdasarkan
LUBER di dalam Negara Kesatuan
suatu argumentasi yang berhubungan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dengan hasil suara. Artinya yang menjadi
Undang-Undang Dasar Negara Republik
materi permohonan dalam perselisihan
Indonesia Tahun 1945”.
hasil pemilu (PHPU) di Indonesia oleh
Dan pemilihan umum dilaksanakan
permohonan adalah penetapan perolehan
satu kali dalam masanya 5 (lima) tahun, ini
suara hasil Pemilu yang telah diumumkan
sesuai dengan Pasal 22E ayat (1) Undang-
secara nasional oleh KPU yang dapat
Undang Dasar 1945 berbunyi, “Pemilihan
mempengaruhi dalam penetapan calon
umum dilaksanakan secara langsung,
terpilih.
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap
Perselisihan hasil Pemilu meliputi
lima tahun sekali”.
perselisihan antara KPU dan Peserta
Sudah tentu bahwa tindak pidana
Pemilu mengenai penetapan perolehan
pemilihan umum itu hanya terjadi dalam
suara hasil Pemilu secara nasional.
kurung waktu tersebut, akan tetapi
Perselisihan penetapan perolehan suara
pelanggaran terhadap tindak pidana
hasil Pemilu anggota DPR, DPD, dan
pemilihan umum yang terjadi 5 (lima)
DPRD secara nasional meliputi
tahun sekali ini perlu di tindak terhadap
perselisihan penetapan perolehan suara
pelanggarannya. Meskipun dilakukan 5
yang dapat memengaruhi perolehan kursi
(lima) tahun sekali pemilu itu adalah hal
Peserta Pemilu. Perselisihan penetapan
yang hakiki atau penting dalam suatu
perolehan suara hasil Pemilu Presiden dan
negara yang demokrasi dan Pemilu itu
Wakil Presiden secara nasional meliputi
tidak boleh cacat dan ternoda dalam
perselisihan penetapan perolehan suara
pelaksanaannya.
yang dapat memengaruhi penetapan hasil

305
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Apabila Pemilu itu dalam b. cakap dan memiliki integritas moral


yang tinggi selama menjalankan
pelaksanaannya ternoda dan cacat yaitu
tugasnya; dan
terjadinya pelanggaran maka pihak yang c. tidak pemah dijatuhi hukuman
disiplin.
sengaja atau tidak sengaja harus diberikan
sanksi hukum dan ditindakan secara tegas Pasal 479
Penyelidik dalam melakukan penyelidikan
baik menurut KUHP maupun Undang-
menemukan bukti permulaan yang cukup
Undang Pemilu. adanya dugaan tindak pidana Pemilu, hasil
penyelidikannya disertai berkas perkara
Perbuatan tindak pidana Pemilu
disampaikan kepada penyidik paling lama
sebelum terbitnya Undang-Undang Pemilu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam.
sudah diatur dalam Kitab Undang-Undang
Pasal 480
Hukum Pidana (KUHP) yaitu Pasal 148, (1) Penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia menyampaikan hasil
Pasal 149 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 150,
penyidikannya disertai berkas
Pasal 151 dan Pasal 152 Kitab Undang- perkarakepada penuntut umum paling
lama 14 (empat belas) hari sejak
Undang Hukum Pidana (KUHP).
diterimanya laporan dan dapat
Disamping Tindak Pidana Pemilu dilakukan dengan tanpa kehadiran
tersangka.
(TPPU) yang diatur dalam KUHP juga
(2) Dalam hal hasil penyidikan belum
diatur lebih rinci dan tegas terhadap tindak lengkap, dalam waktu paling lama 3
(tiga) hari penuntut umum
pidana pemilu dalam Undang-Undang
mengembalikan berkas perkara kepada
Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2017. Penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia disertai petunjuk tentang hal
Adapun ketentuan yang mengatur tindak
yang harus dilakukan untuk
pidana pemilihan dalam Undang-Undang dilengkapi.
(3) Penyidik Kepolisian Negara Republik
Pemilu, yaitu:
Indonesia dalam waktu paling lama 3
Pasal 47 (tiga) hari sejak tanggal penerimaan
Penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan berkas sebagaimana dimaksud pada
pemeriksaan tindak pidana Pemilu ayat (2) harus sudah menyampaikan
dilakukan berdasarkan Undang-Undang kembali berkas perkara tersebut
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum kepada penuntut umum.
Acara Pidana, kecuali ditentukan lain (4) Penuntut umum melimpahkan berkas
dalam Undang-Undang ini. perkara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (3) kepada
Pasal 478 Pengadilan Negeri paling lama 5
Untuk dapat ditetapkan sebagai penyelidik (lima) hari sejak menerima berkas
dan penyidik tindak pidana Pemilu harus perkara dan dapat dilakukan dengan
memenuhi persyaratan sebagai berikut: tanpa kehadiran tersangka.
a. telah mengikuti pelatihan khusus
mengenai penyelidikan dan Pasal 481
penyidikan tindak pidana Pemilu; (1) Pengadilan Negeri dalam memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara

306
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

tindak pidana Pemilu menggunakan denda paling banyak Rp 12.000.000,00


Kitab Undang-Undang Hukum Acara (dua belas juta. rupiah).
Pidana, kecuali ditentukan lain dalam
Undang-Undang ini. Pasal 492
(2) Sidang pemeriksaan perkara tindak Setiap orang yang dengan sengaja
pidana Pemilu sebagaimana dimaksud melakukan Kampanye Pemilu di luar
pada ayat (1) dilakukan oleh majelis jadwal yang telah ditetapkan oleh KPU,
khusus. KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
untuk setiap Peserta Pemilu sebagaimana
Pasal 488 dimaksud dalam Pasal 276 ayat (2),
Setiap orang yang dengan sengaja dipidana dengan pidana kurungan paling
memberikan keterangan yang tidak benar lama I (satu) tahun dan denda paling
mengenai diri sendiri atau diri orang lain banyak Rp 12.000.000,00 (dua belas juta
tentang suatu hal yang diperlukan untuk rupiah).
pengisian dafar Pemilih sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 203, dipidana Pasal 493
dengan pidana kurungan paling lama 1 Setiap pelaksana dan/atau tim Kampanye
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp Pemilu yang melanggar larangan sebagai
2.000.000,00 (dua belas juta rupiah). mana dimaksud dalam Pasal 280 ayat (2)
dipidana dengan pidana kurungan paling
Pasal 489 lama I (satu) tahun dan denda paling
Setiap anggota PPS atau PPLN yang banyak Rp 12.000.000,00 (dua belas juta
dengan sengaja tidak mengumumkan rupiah).
dan/atau memperbaiki daftar pemilih
sementara setelah mendapat masukan dari Pasal 494
masyarakat dan/atau Peserta Pemilu Setiap aparatur sipil negara, anggota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 206, Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Pasal 207, dan Pasal 213, dipidana dengan Negara Republik Indonesia, kepala desa,
pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan perangkat desa, dan/atau anggota badan
dan denda paling banyak Rp 6.000.000,00 permusyawaratan desa yang melanggar
(enam juta rupiah). larangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 280 ayat (3) dipidana dengan pidana
Pasal 490 kurungan paling lama I (satu) tahun dan
Setiap kepala desa atau sebutan lain yang denda paling banyak Rp 12.000.000,00
dengan sengaja membuat keputusan (dua belas juta rupiah).
dan/atau melakukan tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu Pasal 495
Peserta Pemilu dalam masa Kampanye, (1) Pelaksana kampanye dan/atau peserta
dipidana dengan pidana penjara paling kampanye yang dengan sengaja
lama 1 (satu) tahun dan denda paling mengakibatkan terganggunya
banyak Rp 12.000.000,00 (dua belas juta pelaksanaan Kampanye Pemilu di
rupiah). tingkat kelurahan/desa dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1
Pasal 491 (satu) tahun dan denda paling banyak
Setiap orang yang mengacaukan, Rp I2.000.000,00 (dua belas juta
menghalangi, atau mengganggu jalannya rupiah).
kampanye Pemilu dipidana dengan pidana (2) Pelaksana kampanye dan/ atau peserta
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan kampanye yang karena kelalaiannya
mengakibatkan terganggunya

307
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

pelaksanaan kampanye Pemilu di


tingkat kelurahan/desa dipidana Pasal 500
dengan pidana kurungan paling lama 6 Setiap orang yang membantu Pemilih yang
(enam) bulan dan denda paling banyak dengan sengaja memberitahukan pilihan
Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah). Pemilih kepada orang lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 364 ayat (2)
Pasal 496 dipidana dengan pidana kurungan paling
Peserta Pemilu yang dengan sengaja lama 1 (satu) tahun dan denda paling
memberikan keterangan tidak benar dalam banyak Rp 12.000.000,00 (dua belas juta
laporan dana kampanye Pemilu rupiah). Pasal 501 Setiap anggota KPPS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 334 yang dengan sengaja tidak melaksanakan
ayat (1), ayat (2), dan/atan ayat (3) serta keputusan KPU Kabupaten/Kota untuk
Pasal 335 ayat (1), ayat (2), dan/atau ayat pemungutan suara ulang di TPS dipidana
(3) dipidana dengan pidana kurungan dengan pidana kurungan paling lama 1
paling lama 1 (satu) tahun dan denda (satu) tahun dan denda paling banyak Rp
paling banyak Rp 12.000.000,00 (dua belas 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
juta rupiah).
Pasal 502
Pasal 497 Ketua dan anggota KPPS yang dengan
Setiap orang yang dengan sengaja sengaja tidak melaksanakan ketetapan
memberikan keterangan tidak benar dalam KPU Kabupaten/Kota untuk melaksanakan
laporan dana kampanye, dipidana dengan pemungutan suara ulang di TPS, dipidana
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
dan denda paling banyak Rp 24.000.000,00 tahun dan denda paling banyak Rp
(dua puluh empat juta rupiah). 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

Pasal 498 Pasal 503


Seorang majikan/atasan yang tidak Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang
memberikan kesempatan kepada seorang dengan sengaja tidak membuat dan
pekerja/karyawan untuk memberikan menandatangani berita acara kegiatan
suaranya pada hari pemungutan suara, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 354
kecuali dengan alasan bahwa pekerjaan ayat (3) dan Pasal 362 ayat (3) dan/atau
tersebut tidak bisa ditinggalkan, dipidana tidak menandatangani berita acara
dengan pidana kurungan paling lama 1 pemungutan dan penghitungan suara serta
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp sertifikat hasil penghitungan suara
12.000.000,00 (dua betas juta rupiah). sebagaimana dimaksud dalam Pasal 389
ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan
Pasal 499 paling lama 1 (satu) tahun dan denda
Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang paling banyak Rp 12.000.000,00 (dua belas
dengan sengaja tidak memberikan surat juta rupiah).
suara pengganti hanya I (satu) kali kepada
Pemilih yang menerima surat suara yang Pasal 504
rusak dan tidak mencatat surat suara yang Setiap orang yang karena kelalaiannya
rusak dalam berita acara sebagaimana menyebabkan rusak atau hilangnya berita
dimaksud dalam Pasal 355 ayat (2) dan acara pemungutan dan penghitungan suara
Pasal 363 ayat (2) dipidana dengan pidana dan/atau sertifikat hasil penghitungan suara
kurungan paling lama I (satu) tahun dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 389
denda paling banyak Rp I2.000.000,00 ayat (4) dipidana dengan pidana kurungan
(dua belas juta rupiah). paling lama I (satu) tahun dan denda paling

308
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

banyak Rp 12.000.000,00 (dua belas juta dan denda paling banyak Rp


rupiah). 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

Pasal 505 Pasal 508


Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU Setiap anggota PPS yang tidak
Kabupaten/Kota, PPK, dan PPS yang mengumumkan salinan sertifikat hasil
karena kelalaiannya mengakibatkan hilang penghitungan suara dari seluruh TPS di
atau berubahnya berita acara rekapitulasi wilayah kerjanya sebagaimana dimaksud
hasil penghitungan perolehan suara dalam Pasal 391, dipidana dengan pidana
dan/atau sertifikat rekapitulasi hasil kurungan paling lama I (satu) tahun dan
penghitungan perolehan suara dipidana denda paling banyak Rp 12.000.000,00
dengan pidana kurungan paling lama 1 (dua belas juta rupiah).
(satu tahun dan denda paling banyak Rp
12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). Pasal 509
Setiap orang yang mengumumkan hasil
Pasal 506 survei atau jajak pendapat tentang Pemilu
Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang dalam Masa Tenang sebagaimana
dengan sengaja tidak memberikan salinan I dimaksud dalam Pasal 449 ayat (2),
(satu) eksemplar berita acara pemungutan dipidana dengan pidana kurungan paling
dan penghitungan suara, serta sertifikat lama I (satu) tahun dan denda paling
hasil penghitungan suara kepada saksi banyak Rp 12.000.000,00 (dua belas juta
Peserta Pemilu, Pengawas TPS/ Panwaslu rupiah).
LN, PPS/PPLN, dan PPK melalui PPS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 390 Pasal 510
ayat (21 dan ayat (3) dipidana dengan Setiap orang yang dengan sengaja
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun menyebabkan orang lain kehilangan hak
dan denda paling banyak Rp 2.000.000,00 pilihnya dipidana dengan pidana penjara
(dua belas juta rupiah). paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp 24.000.000,00 (dua puluh
Pasal 507 empat juta rupiah).
(1) Setiap Panwaslu Kelurahan/Desa yang
tidak mengawasi penyerahan kotak Pasal 511
suara tersegel dari PPS kepada PPK Setiap orang yang dengan kekerasan,
dan tidak melaporkan kepada dengan ancaman kekerasan, atau dengan
Panwaslu Kecamatan sebagaimana menggunakan kekuasaan yang ada
dimaksud dalam Pasal 390 ayat (6) padanya pada saat pendaftaran Pemilih
dipidana dengan pidana kurungan menghalangi seseorang untuk terdaftar
paling lama 1 (satu) tahun dan denda sebagai Pemilih dalam Pemilu menurut
paling banyak Rp 12.000.000,00 (dua Undang-Undang ini dipidana dengan
belas juta rupiah). pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
(2) Setiap Panwaslu Kecamatan yang dan denda paling banyak Rp 36.000.000,00
tidak mengawasi penyerahan kotak (tiga puluh enam juta rupiah).
suara tersegel dari PPK kepada KPU
Kabupaten/Kota dan tidak melaporkan Pasal 512
kepada Bawaslu Kabupaten/Kota Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
sebagaimana dimaksud dalam Pasal Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau
390 ayat (7) dipidana dengan pidana PPLN yang tidak menindaklanjuti temuan
kurungan paling lama 1 (satu) tahun Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan,

309
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Panwaslu Kelurahan/Desa, dan/atau denda paling banyak Rp 36.000.000,00


Panwaslu LN dalam melakukan (tiga puluh enam juta rupiah).
pemutakhiran data Pemilih, penyusunan
dan pengumuman daftar pemilih Pasal 516
sementara, perbaikan dan pengumuman Setiap orang yang dengan sengaja pada
daftar pemilih sementara hasil perbaikan, waktu pemungutan suara memberikan
penetapan dan pengumuman daftar pemilih suaranya lebih dari satu kali di satu
tetap, daftar pemilih tambahan, daftar TPS/TPSLN atau lebih, dipidana dengan
pemilih khusus, dan/atau rekapitulasi pidana penjara paling lama 18 (delapan
daftar pemilih tetap yang merugikan belas) bulan dan denda paling banyak Rp
Warga Negara Indonesia yang memiliki 18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah).
hak pilih sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 220 ayat (2), dipidana dengan pidana Pasal 517
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan Setiap orang yang dengan sengaja
denda paling banyak Rp 36.000.000,00 menggagalkan pemungutan suara, dipidana
(tiga puluh enam juta rupiah). dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp
Pasal 513 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
Setiap anggota KPU Kabupaten/Kota yang
sengaja tidak memberikan salinan daftar Pasal 518
pemilih tetap kepada Partai Politik Peserta Setiap anggota KPU, KPU Provinsi,
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam dan/atau KPU Kabupaten/Kota yang tidak
Pasal 208 ayat (5) dipidana dengan pidana menindaklanjuti temuan Bawaslu, Bawaslu
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan Provinsi, dan/atau Bawaslu Kabupaten/
denda paling banyak Rp 24.000.000,00 Kota dalam pelaksanaan verifikasi partai
(dua puluh empat juta rupiah). politik calon Peserta Pemilu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 180 ayat (3)
Pasal 514 dan/atau pelaksanaan verifikasi
Ketua KPU yang dengan sengaja kelengkapan administrasi bakal calon
menetapkan jumlah surat suara yang anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan
dicetak melebihi jumlah yang ditentukan DPRD kabupaten/kota sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 344 dimaksud dalam Pasal 251 ayat (3) dan
ayat (21, ayat (3), dan ayat (4), dipidana Pasal 261 ayat (3) dan/atau pelaksanaan
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) verifikasi kelengkapan administrasi bakal
tahun dan denda paling banyak Rp calon Presiden dan Wakil Presiden
240.000.000,00 (dua ratus empat puluh dipidana dengan pidana penjara paling
juta rupiah). lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp 36.000.000,00.(tiga puluh enam
Pasal 515 juta rupiah).
Setiap orang yang dengan sengaja pada
saat pemungutan suara menjanjikan atau Pasal 519
memberikan uang atau materi lainnya Setiap orang yang dengan sengaja
kepada Pemilih supaya tidak menggunakan melakukan perbuatan curang untuk
hak pilihnya atau memilih peserta Pemilu menyesatkan seseorang, dengan memaksa,
tertentu atau menggunakan hak pilihnya dengan menjanjikan atau dengan
dengan cara tertentu sehingga surat memberikan uang atau materi lainnya
suaranya tidak sah, dipidana dengan pidana untuk memperoleh dukungan bagi
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pencalonan anggota DPD dalam Pemilu
sebagai mana dimaksud dalam Pasal 183

310
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

dipidana dengan pidana penjara paling banyak Rp 24.000.000,00 (dua puluh


lama 3 (tiga) tahun dan denda paling empat juta rupiah).
banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam
juta rupiah). Pasal 523
(1) Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim
Pasal 520 Kampanye Pemilu yang dengan
Setiap orang yang dengan sengaja sengaja menjanjikan atau memberikan
membuat surat atau dokumen palsu dengan uang atau materi lainnya sebagai
maksud untuk memakai atau menyuruh imbalan kepada peserta Kampanye
orang memakai, atau setiap orang yang Pemilu secara langsung ataupun tidak
dengan sengaja memakai surat atau langsung sebagaimana dimaksud
dokumen palsu untuk menjadi bakal calon dalam Pasal 280 ayat (1) huruf j
anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dipidana dengan pidana penjara paling
DPRD kabupaten/kota, untuk menjadi lama 2 (dua) tahun dan denda paling
Pasangan Calon Presiden dan Wakil banyak Rp 24.000.000,00 (dua puluh
Presiden sebagaimana dimaksud dalam empat juta rupiah).
Pasal 254 dan Pasal 260 dipidana dengan (2) Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun Kampanye Pemilu yang dengan
dan denda paling banyak Rp 72.000.000,00 sengaja pada Masa Tenang
(tujuh puluh dua juta rupiah). menjanjikan atau memberikan imbalan
uang atau materi lainnya kepada
Pasal 521 Pemilih secara langsung ataupun '
Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim tidak langsung sebagaimana dimaksud
Kampanye Pemilu yang dengan sengaja dalam Pasal 278 ayat (2) dipidana
melanggar Larangan pelaksanaan dengan pidana penjara paling lama 4
kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud (empat) tahun dan denda paling
dalam Pasal 280 ayat (1) huruf a, huruf b, banyak Rp 48.000.000,00 (empat
huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, puluh delapan juta rupiah).
huruf h, huruf i, atau huruf j dipidana (3) Setiap orang yang dengan sengaja
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) pada hari pemungutan suara
tahun dan denda paling banyak Rp menjanjikan atau memberikan uang
24.000.000,00.(dua puluh empat juta atau materi lainnya kepada Pemilih
rupiah). untuk tidak menggunakan hak pilihnya
atau memilih Peserta Pemilu tertentu
Pasal 522 dipidana dengan pidana penjara paling
Setiap Ketua/Wakil Ketua/ketua lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
muda/hakim agung/hakim konstitusi, banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh
hakim pada semua badan peradilan, enam juta rupiah).
Ketua/Wakil Ketua dan/atau anggota
Badan Pemeriksa Keuangan, Gubemur, Pasal 524
Deputi Gubernur Senior, dan/atau deputi (1) Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
grbernur Bank Indonesia serta direksi, Kabupaten/Kota, Sekretaris Jenderal
komisaris, dewan pengawas, dan/ atau KPU, pegawai Sekretariat Jenderal
karyawan badan usaha milik negara/badan KPU, sekretaris KPU Provinsi,
usaha milik daerah yang melanggar pegawai sekretariat KPU Provinsi,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 sekretaris KPU Kabupaten/Kota,
ayat (3) dipidana dengan pidana penjara dan/atau pegawai sekretariat KPU
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling Kabupaten/Kota yang terbukti dengan
sengaja melakukan tindak pidana

311
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Pemilu dalam pelaksanaan Kampanye yang memberikan dana Kampanye


Pemilu dipidana dengan pidana Pemilu melebihi batas yang ditentukan
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
denda paling banyak Rp 333 ayat (1) dipidana dengan pidana
24.000,000,00 (dua puluh empat juta penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
rupiah). denda paling banyak Rp
(2) Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah).
Kabupaten/Kota, Sekretaris Jenderal (2) Setiap Peserta Pemilu yang
KPU, pegawai Sekretariat Jenderal menggunakan kelebihan sumbangan,
KPU, sekretaris KPU Provinsi, tidak melaporkan kelebihan
pegawai sekretariat KPU Provinsi, sumbangan kepada KPU, dan/atau
sekretaris KPU Kabupaten/Kota, tidak menyerahkan kelebihan
dan/atau pegawai sekretariat KPU sumbangan kepada kas negara paling
Kabupaten/Kota yang terbukti karena lambat 14 (empat belas) hari setelah
kelalaiannya melakukan tindak pidana masa Kampanye Pemilu berakhir
Pemilu dalam pelaksanaan Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Pemilu dipidana dengan pidana 333 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 penjara paling Lama 2 (dua) tahun dan
(enam) bulan dan denda paling banyak denda paling banyak Rp
Rp 18.000.000,00 (delapan belas juta 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah). rupiah).

Pasal 525 Pasal 527


(1) Setiap orang, kelompok, perusahaan, Peserta Pemilu yang terbukti menerima
dan/atau badan usaha nonpemerintah sumbangan dana Kampanye Pemilu
yang memberikan dana Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 339
Pemilu melebihi batas yang ditentukan ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
327 ayat (1) dan Pasal 331 ayat (1) banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam
dipidana dengan pidana penjara paling juta rupiah).
lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus Pasal 528
juta rupiah). (1) Peserta Pemilu yang menerima
(2) Setiap Peserta Pemilu yang sumbangan sebagaimana dimaksud
menggunakan kelebihan sumbangan, dalam Pasat 339 ayat (2) dan tidak
tidak melaporkan kelebihan melaporkan kepada KPU dan/atau
sumbangan kepada KPU, dan/atau tidak menyetorkan ke kas negara,
tidak menyerahkan kelebihan dipidana dengan pidana penjara paling
sumbangan kepada kas negara paling lama 4 (empat) tahun dan denda
lambat 14 (empat belas) hari setelah sebanyak 3 (tiga) kali dari jumlah
masa Kampanye Pemilu berakhir sumbangan yang diterima.
dipidana dengan pidana penjara paling (2) Pelaksana dan tim kampanye yang
lama 2 (dua) tahun dan denda paling menggunakan dana dari sumbangan
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus yang dilarang dan/atau tidak
juta rupiah). melaporkan dan/ atau tidak
menyetorkan ke kas negara sesuai
Pasal 526 batas waktu yang ditentukan
(1) Setiap orang, kelompok, perusahaan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
dan/atau badan usaha non-pemerintah 339 ayat (2), dipidana dengan pidana

312
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

penjara paling lama 2 (dua) tahun dan paling banyak Rp 48.000.000,00 (empat
denda sebanyak 3 (trga) kali dari puluh delapan juta rupiah).
jumlah sumbangan yang diterima.
Pasal 533
Pasal 529 Setiap orang yang dengan sengaja pada
Setiap perusahaan pencetak surat suara saat pemungutan suara mengaku dirinya
yang dengan sengaja mencetak surat suara sebagai orang lain dan/atau memberikan
melebihi jumlah yang ditetapkan oleh KPU suaranya lebih dari 1 (satu) kali di 1 (satu)
untuk kepentingan tertentu sebagaimana TPS atau lebih dipidana dengan pidana
dimaksud dalam Pasal 345 ayat (1) penjara paling lama 1 (satu) tahun 6
dipidana dengan pidana penjara paling (enam) bulan dan denda paling banyak Rp
lama 2 (dua) tahun dan denda paling 18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah).
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah). Pasal 534
Setiap orang yang dengan sengaja merusak
Pasal 530 atau menghilangkan hasil pemungutan
Setiap perusahaan pencetak surat suara suara yang sudah disegel dipidana dengan
yang tidak menjaga kerahasiaan, pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
keamanan, dan keutuhan surat suara dan denda paling banyak Rp 36.000.000,00
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 345 (tiga puluh enam juta rupiah).
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling Pasal 535
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar Setiap orang yang dengan sengaja
rupiah). mengubah, merusak, dan/atau
menghilangkan berita acara pemungutan
Pasal 531 dan penghitungan suara dan/atau sertifikat
Setiap orang yang dengan sengaja hasil penghitungan suara sebagaimana
menggunakan kekerasan, dan/atau dimaksud dalam Pasal 398 ayat (4)
menghalangi seseorang yang akan dipidana dengan pidana penjara paling
melakukan haknya untuk memilih, lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
melakukan kegiatan yang menimbulkan banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam
gangguan ketertiban dan ketenteraman juta rupiah).
pelaksanaan pemungutan suara, atau
menggagalkan pemungutan suara dipidana Pasal 536
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) Setiap orang yang dengan sengaja
tahun dan denda paling banyak Rp merusak, mengganggu, atau mendistorsi
24.000.000,00 (dua puluh empat juta sistem informasi penghitungan suara hasil
rupiah). Pemilu dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
Pasal 532 banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam
Setiap orang yang dengan sengaja juta rupiah).
melakukan perbuatan yang menyebabkan
suara seorang Pemilih menjadi tidak Pasal 537
bernilai atau menyebabkan Peserta Pemilu Setiap anggota KPPS/KPPSLN yang tidak
tertentu mendapat tambahan suara atau menjaga, mengamankan keutuhan kotak
perolehan suara Peserta Pemilu menjadi suara, dan menyerahkan kotak suara
berkurang dipidana dengan pidana penjara tersegel yang berisi surat suara, berita
paling lama 4 (empat) tahun dan denda acara pemungutan suara, dan sertifikat
hasil penghitungan suara kepada PPS atau

313
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

kepada PPLN baik KPPSLN pada hari pemungutan suara di wilayah


yang sama sebagaimana dimaksud dalam Indonesia bagian barat sebagaimana
Pasal 390 ayat (4) dan ayat (5) dipidana dimaksud dalam Pasal 449 ayat (5)
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) dipidana dengan pidana penjara paling
tahun 6 (enam) bulan dan denda paling lama I (satu) tahun 6 (enam) bulan dan
banyak Rp I8.000.000,00 (delapan belas denda paling banyak Rp
juta rupiah). 18.000.000,00 (delapan belas juta
rupiah).
Pasal 538
PPS yang tidak menyerahkan kotak suara Pasal 541
tersegel, berita acara rekapitulasi hasil Setiap anggota KPU, KPU Provinsi,
penghitungan perolehan suara, dan dan/atau KPU Kabupaten/Kota yang tidak
sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan melaksanakan putusan pengadilan terhadap
perolehan suara Peserta Pemilu di tingkat kasus tindak pidana Pemilu sebagaimana
PPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal dimaksud dalam Pasal 484 ayat (21) yang
393 kepada PPK dipidana dengan pidana telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan dipidana dengan pidana penjara paling
denda paling banyak Rp 24.000.000,00 lama 2 (dua) tahun dan denda paling
(dua puluh empat juta rupiah). banyak Rp 24.000.000,00 (dua puluh
empat juta rupiah).
Pasal 539
PPK yang tidak menyerahkan kotak suara Pasal 542
tersegel, berita acara rekapitulasi hasil Dalam hal KPU tidak menetapkan
penghitungan perolehan suara, dan perolehan hasil Pemilu secara nasional
sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4ll
perolehan suara Peserta Pemilu di tingkat ayat (3), anggota KPU dipidana dengan
PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
396 kepada KPU Kabupaten/Kota dipidana dan denda paling banyak Rp 60.000.000,00
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) (enam puluh juta rupiah).
tahun dan denda paling banyak Rp
24.000.000,00 (dua puluh empat juta Pasal 543
rupiah). Setiap anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu
Pasal 540 Kecamatan, dan/atau Panwaslu
(1) Pelaksana kegiatan penghitungan Kelurahan/Desa Panwaslu LN/Pengawas
cepat yang melakukan penghitungan TPS yang dengan sengaja tidak
cepat yang tidak memberitahukan menindaklanjuti temuan dan/ atau laporan
bahwa prakiraan hasil penghitungan pelanggaran Pemilu yang dilakukan oleh
cepat bukan merupakan hasil resmi anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Kabupaten/Kota, PPK, PPS/PPLN,
Pasal 449 ayat (4) dipidana dengan dan/atau KPPS/KPPSLN dalam setiap
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahapan Penyelenggaraan Pemilu dipidana
tahun 6 (enam) bulan dan denda paling dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
banyak Rp 18.000.000,00 (delapan tahun dan denda paling banyak Rp
belas juta rupiah). 24.000.000,00 (dua puluh empat juta
(2) Pelaksana kegiatan penghitungan rupiah).
cepat yang mengumumkan prakiraan
hasil penghitungan cepat sebelum 2 Pasal 544
(dua) jam setelah selesainya

314
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Setiap orang yang dengan sengaja dimaksud dalam Pasal 339 ayat (4),
melakukan perbuatan melawan hukum dipidana dengan pidana penjara paling
memalsukan data dan daftar pemilih, lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda
dipidana dengan pidana penjara paling paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
lama 6 (enam) tahun dan denda paling miliar rupiah)
banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua
juta rupiah). Pasal 549
Dalam hal KPU kabupaten/kota tidak
Pasal 545 menetapkan pemungutan suara ulang di
Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, KPU TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau 373 ayat (3) sementara persyaratan dalam
PPLN yang dengan sengaja menambah Undang-Undang ini telah terpenuhi,
atau mengurangi daftar pemilih dalam anggota KPU Kabupaten/Kota dipidana
Pemilu setelah ditetapkannya daftar dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
pemilih tetap, dipidana dengan pidana tahun dan denda paling banyak Rp
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan 24.000.000,00. (dua puluh empat juta
denda paling banyak Rp 36.000.000,00 rupiah).
(tiga puluh enam juta rupiah).
Pasal 550
Pasal 546 Setiap pelaksana atau peserta kampanye
Setiap anggota KPU, KPU Provinsi, KPU yang terbukti dengan sengaja atau lalai
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau yang mengakibatkan terganggunya tahapan
PPLN yang dengan sengaja membuat penyelenggaraan Pemilu, dipidana dengan
keputusan dan/atau melakukan tindakan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
yang menguntungkan atau merugikan salah dan paling banyak Rp24.000.000,00 (dua
satu peserta Pemilu dalam masa kampanye, puluh empat juta rupiah).
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling Pasal 551
banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam Anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
juta rupiah). Kabupaten/Kota, PPK, dan/atau PPS yang
karena kesengajaannya mengakibatkan
Pasal 547 hilang atau berubahnya berita acara
Setiap pejabat negara yang dengan sengaja rekapitulasi hasil penghitungan perolehan
membuat keputusan dan/atau melakukan suara dan/atau sertifikat rekapitulasi hasil
tindakan yang menguntungkan atau penghitungan perolehan suara, dipidana
merugikan salah satu peserta Pemilu dalam dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
masa kampanye, dipidana dengan pidana tahun dan denda paling banyak Rp
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan 24.000.000,00 (dua puluh empat juta
denda paling banyak Rp 36.000.000,00 rupiah).
(tiga puluh enam juta rupiah).
Pasal 552
Pasal 548 (1) Setiap calon Presiden atau Wakil
Setiap orang yang menggunakan anggaran Presiden yang dengan sengaja
pemerintah, pemerintah daerah, badan mengundurkan diri setelah penetapan
usaha milik negara, badan usaha milik calon Presiden dan Wakil Presiden
daerah (BUMD), Pemerintah Desa atau sampai dengan pelaksanaan
sebutan lain dan badan usaha milik desa pemungutan suara putaran pertama,
untuk disumbangkan atau diberikan kepada dipidana dengan pidana penjara paling
pelaksana kampanye sebagaimana lama 5 (lima) tahun dan denda paling

315
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima tingkat pusat sampai pada tingka


puluh miliar rupiah).
TPS
(2) Pimpinan Partai Politik atau gabungan
pimpinan Partai Politik yang dengan b. Panitia Pengawas Pemilu
sengaja menarik calonnya dan/atau
(Panwaslu) sebagai pihak
pasangan calon yang telah ditetapkan
oleh KPU sampai dengan pelaksanaan pengawas mulai tingkat pusat
pemungutan suara putaran pertama,
sampai pada tingkat
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling Desa/Kelurahan
banyak Rp50.000.000.000,00 (lima
c. Pemerintah (Pemerintah Pusat dan
puluh miliar rupiah).
sampai Pemerintah Daerah
Pasal 553
2. Peserta Pemilihan Umum, yaitu:
(1) Setiap calon Presiden atau Wakil
Presiden yang dengan sengaja Peserta pemilihan umum (Pemilu)
mengundurkan diri setelah
adalah pihak yang mempunyai
pemungutan suara putaran pertama
sampai dengan pelaksanaan kepentingan langsung dalam
pemungutan suara putaran kedua,
pelaksanaan Pemilu, adapun peserta
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan denda paling pemilu:
banyak Rp 100.000.000.000,00
a. Partai Politik
(seratus miliar rupiah).
(2) Pimpinan Partai Politik atau gabungan b. Calon sebagai peserta pemilu:
pimpinan Partai Politik yang dengan
a. Calon Presiden dan Wakil Presiden
sengaja menarik calonnya dan/atau
pasangan calon yang telah ditetapkan b. Calon Perorangan yaitu Dewan
oleh KPU sampai dengan pelaksanaan
Perwakilan Daerah
pemungutan suara putaran kedua,
dipidana dengan pidana penjara paling c. Calon DPR, DPRD Provinsi dan
lama 6 (enam) tahun dan denda paling
Kabupaten/Kota.
banyak Rp I00.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah). c. Masyarakat baik posisi sebagai
pemilih dan masyarakat yang di
Dari ketentuan dalam pasal-pasal
tunjuk sebagai TIM atau ditugas
yang diatur dalam Undang-Undang
untuk ikut aktif dalam pemilu
Pemilu, bahwa pelanggaran Tindak Pidana
(TIM Kampanye).
Pemilu sangat jelas. Adapun pihak yang
dapat disangkakan terhadap tindak pidana
PENUTUP
pemilu adalah.
Dari hasil uraian dan pembahasan
1. Penyelengara Pemilu yaitu:
diatas tentang Analisis Yuridis Penerapan
a. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
dan Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Pemilu
sebagai penyelenggara mulai dari

316
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2. Tindak Pidana Pemilu dapat


2017, dapat disimpulkan sebagai berikut: dimasukkan dalam pidana khusus
1. Pemilihan umum merupakan yaitu pidana pemilu dan
perintah dari Undang-Undang pelanggaran baik diatur dalam
Dasar 1945 untuk melaksanakan Kitab Undang-Undang Hukum
asas kedaulatan rakyat yang Pidana (KUHP) dan diatur dalam
dilaksanakan lima tahun sekali di Undang-Undang Nomor 7 Tahun
Negara Republik Indonesia 2017 tentang Pemilihan Umum.
dengan tujuan: Adapun para pihak yang dapat
a. Menyusun Lembaga disangkahkan terhadap tidak
Permusyawaratan Rakyat pemilu adalah:
yang dijiwai semangat a. Penyelengara Pemilu (KPU,
Pancasila dan Undang- Bawaslu, Pemerintah).
Undang Dasar Republik b. Peserta Pemilihan Umum
Indonesia. (Partai Politik, Calon DPR,
b. Memilih wakil-wakil rakyat DPD, DPRD, Calon
dan Presiden dan Wakil Presiden dan Wakil
Presiden dalam melanjutkan Presiden).
perjuangan mempertahankan c. Masyarakat sebagai subjek
dan mengembangkan tujuan hukum (sebagai pemilih,
dari negara. Tim Sukses termasuk
c. Pemilihan umum adalah suatu Masyarakat yang mengajak
alat melaksanakan demokrasi tidak menggunakan hak
untuk menegakan tegaknya suaranya).
Pancasila dan
DAFTAR PUSTAKA
mempertahankan Undang-
Buku
Undang Dasar Republik
Kemenenterian dalam Negari, (2011),
Indonesia 1945.
Demokrasi dan Kebangsaan
d. Untuk menjamin Indonesia (Orientasi
kesinambungan pemerintah Kepemimpinan dan
lima tahun dan mengisi Penyelenggaraan Pemerintah
daerah), Jakarta: Badan Diklat dan
pembangunan nasional. Pelatihan Mendagri

317
Al’Adl, Volume IX Nomor 3, Desember 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Parulian Donald, (1997), Menggugat


Pemilu, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Sintong Silaban (1992) Tindak Pidana
Pemilu (suatu tinjauan dalam
rangka mewujudkan pelaksanaan
pemilu yang jujur dan adil),
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sundari dan M.G Endang Sumiarmi
(2015), Politik Hukum & Tata
hukum Indonesia, Yogyakarta:
Cahaya Atma Pustaka. (cetakan
kelima).

Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) Republik Indonesia
Undang-undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945.
Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 16
Tahun 2009 Tentang Pedoman
Beracara dalam Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
Peratutan Mahkamah Konstitusi Nomor 17
Tahun 2009 Tentang Pedoman
Beracara Dalam Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
Tentang Pemilihan Umum.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011
Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2003
Tentang Mahkamah Konstitusi.

318

S-ar putea să vă placă și