Sunteți pe pagina 1din 16

Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Keperawatan Dalam Pelayanan Kesehatan

DECISION MAKING, PROBLEM SOLVING DAN CRITICAL THINKING


DALAM KEPEMIMPINAN

Christiana Nindya Timur


22020118410017

MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan ijin – Nya,
penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Decision Making, Problem Solving Dan
Critical Thinking Dalam Kepemimpinan dengan baik.

Membuat keputusan dan memecahkan masalah dengan berpikir secara kritis


merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam menjalankan peran dan
fungsinya. Oleh karena itu, makalah ini dibuat agar pembaca dapat memahami konsep
decision making, problem solving dan critical thinking dan kaitannya dengan kepemimpinan.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan
makalah ini.

Semarang, April 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam budaya organisasi, pengambilan keputusan (decision making) dan
pemecahan masalah (problem solving) tidak bisa dilepaskan dari peran dan fungsi
kepemimpinan. Keduanya memiliki kaitan yang akan menjadi karakter dari seorang
pemimpin. Ciri seorang pemimpin yang berkualitas adalah mampu mengambil
keputusan yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Keputusan yang dibuat oleh
seorang pemimpin menjadi pedoman sebuah organisasi untuk berkembang, oleh
karena itu ketepatan dan keterampilan pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin
dalam menyelesaikan permasalahan sangat diperlukan dalam organisasi.
Pengambilan keputusan atau decision making merupakan sebuah proses
mencari pilihan terbaik dari beberapa pilihan untuk menghasilkan sebuah keputusan
yang tepat. Dalam proses pengambilan keputusan diperlukan suatu kemampuan
analisis, strategi dan keberanian dalam mengambil risiko oleh seorang pemimpin
untuk menghasilkan suatu keputusan yang tepat.
Pengambilan keputusan yang tepat berkaitan dengan cara pemimpin dalam
berpikir. Pemimpin yang memiliki kemampuan berpikir secara kritis akan
menghasilkan keputusan yang rasional dalam usahanya menyelesaikan suatu
permasalahan. Pengetahuan seorang pemimpin tentang proses pengambilan keputusan
sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuannya sebagai pemimpin. Oleh
sebab itu, konsep – konsep decision making, problem solving dan critical thinking
perlu dipelajari dan dipahami untuk menjadi seorang pemimpin yang berkualitas.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami konsep proses pengambilan keputusan atau decision
making, problem solving dan critical thinking dan hubungannya dengan peran dan
fungsi kepemimpinan

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami pengertian, dasar – dasar, proses dan faktor –
faktor yang mempengaruhi decision making

3
b. Mengetahui dan memahami pengertian dan langkah – langkah problem
solving
c. Mengetahui dan memahami pengertian dan ciri – ciri critical thinking
d. Mengetahui dan memahami peran dan fungsi kepemimpinan

BAB II
TINJAUAN TEORI

4
I. DECISION MAKING
A. Pengertian
Pengambilan keputusan adalah memilih satu alternatif yang memungkinkan
dari dua atau lebih alternatif tindakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
(Terry, 2003).
Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan satu alternatif tindakan
dari beberapa alternatif yang mungkin dipilih melalui mekanisme tertentu untuk
menghasilkan keputusan yang terbaik (Simon, 1993).
Pengambilan keputusan adalah proses memilih atau menentukan berbagai
kemungkinan dalam situasi yang tidak pasti. Seseorang dituntut dalam situasi yang
tidak pasti untuk memilih satu dari beberapa pilihan dan membuat prediksi kedepan
(Suharnan, 2005).
Berdasarkan uraian diatas, pengambilan keputusan atau decision making
adalah suatu proses menentukan alternatif tindakan dari beberapa alternative untuk
menyelesaikan masalah melalui mekanisme tertentu pada situasi tertentu untuk
mendapatkan keputusan yang terbaik.

B. Dasar – dasar pengambilan keputusan


Menurut Terry dalam Syamsi (2000), pengambilan keputusan oleh seseorang
didasari oleh :
1. Intuisi
Keputusan yang didasarkan pada intuisi atau perasaan bersifat subjektif sehingga
mudah terkena pengaruh luar karena keputusan dilakukan oleh satu orang saja
dan dalam waktu yang singkat.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman dapat dijadikan pedoman untuk
menyelesaikan masalah. Pengalaman memudahkan seseorang mengenal latar
belakang permasalahan dan arah penyelesaian masalahnya.

3. Fakta
Keputusan berdasarkan informasi yang akurat atau fakta akan menghasilkan suatu
keputusan yang baik, namun dalam proses pencarian informasi yang tepat sering
menemui kesulitan.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan yang didasari oleh wewenang sering diumpamakan
sebagai sikap diktator. Keputusan yang diambil terkadang tidak sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi.
5. Rasional

5
Keputusan yang didasari oleh pertimbangan rasional bersifat objektif dan
berkaitan dengan daya guna

C. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan


Menurut syamsi (2000), pengambilan keputusan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain :
1. Keadaan internal
Keputusan yang diambil disesuaikan dengan keadaan
2. Ketersediaan informasi
Informasi yang lengkap dan terpercaya serta sesuai dengan kebutuhan membantu
pengambil keputusan untuk mengambil keputusan yang baik
3. Keadaan ekstern
Pengambilan keputusan mempertimbangkan lingkungan luar seperti ekonomi,
budaya , politik dan lain – lain, sehingga keputusan yang dihasilkan tidak
bertentangan dengan peraturan yang berlaku
4. Kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan
Tingkat intelegensi, kecakapan, keterampilan, kapabilitas, kapasitas pengambil
keputusan akan mempengaruhi pengambilan keputusan
Menurut Arroba (1998), terdapat 5 faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan yaitu :
1. Informasi tentang permasalahan yang dihadapi
2. Tingkat pendidikan
3. Personality
4. Koping , dalam hal ini pengalaman hidup yang terkait dengan proses adaptasi
5. Culture
Kotler (2003), berpendapat bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan antara lain :
1. Faktor budaya, meliputi peran budaya, kelas sosial
2. Faktor sosial, meliputi kelompok acuan, keluarga dan status
3. Faktor pribadi, meliputi usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup,
kepribadian, konsep diri
4. Faktor psikologis, meliputi motivasi, pengetahuan, persepsi, pendirian dan
keyakinan

D. Proses pengambilan keputusan


Kotler (2000), merumuskan proses pengambilan keputusan sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
Pembuat keputusan mengidentifikasi permasalahan yang ada pada suatu keadaan
2. Pengumpulan dan analisis data
Pengambil keputusan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan
permasalahan yang terjadi dan menganalisis informasi tersebut untuk membantu
memecahkan masalah
3. Pembuatan alternatif – alternatif kebijakan

6
Setelah permasalahan diidentifikasi dan informasi yang berkaitan dengan
permasalahan dianalisis maka pengambil keputusan menyusun beberapa alternatif
keputusan untuk menyelesaikan masalah
4. Pemilihan salah satu alternatif terbaik
Memilih alternatif yang terbaik dari beberapa alternatif membutuhkan proses
yang lama karena harus melalui pertimbangan yang matang karena akan
menentukan berhasil tidaknya alternative tersebut
5. Pelaksanaan keputusan
Pelaksanaan keputusan akan menyebabkan seorang pengambil keputusan terkena
dampaknya baik dampak positif maupun negative. Bila terkena dampak negative,
seorang pengambil keputusan harus mempersiapkan alternative lainnya
6. Pemantauan dan evaluasi hasil pelaksanaan
Pengambil keputusan mengukur dampak yang ditimbulkan oleh keputusannya

Langkah – langkah pengambilan keputusan menurut Mintzberg, dkk (1976) :


1. Tahap identifikasi
Tahap ini merupakan tahap pengenalan masalah dan mendiagnosis masalah yang
ada. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data atau informasi yang diperlukan.
2. Tahap pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pencarian solusi penyelesaian masalah. Solusi yang
dicari bisa berupa prosedur standar atau mencari alternatif lainnya.
3. Tahap seleksi
Tahap menentukan alternatif yang paling baik yang memiliki risiko minimal
melalui proses penilaian dan analisis. Alternatif tindakan yang telah dipilih
kemudian diimplementasikan.
Simon (1977) dalam Turpin dan Marais (2004) mengemukakan terdapat 4
tahap pengambilan keputusan yang disebut IDCR yaitu :
1. Intelelligence : menemukan kesempatan untuk membuat keputusan
2. Design : kegiatan menciptakan, mengembangkan dan menganalisis
kemungkinan sejumlah tindakan
3. Choice : memilih tindakan tertentu dari alternatif yang tersedia
4. Review : menilai pilihan yang telah dibuat
Secara garis besar, tahapan pengambilan keputusan dimulai dari identifikasi
masalah, analisis masalah, merumuskan alternatif tindakan dan penentuan alternatif
yang akan dilakukan.

II. PROBEM SOLVING


A. Pengertian
Menurut Djamara (2006) problem solving adalah suatu proses berfikir untuk
menyelesaikan masalah yang dimulai dari pengumpulan data hingga menarik

7
kesimpulan. Menurut Polya (1973), problem solving adalah penyelesaian masalah
sebagai usaha untuk keluar dari kesulitan. Sedangkan menurut Girl dkk (2002),
pemecahan masalah merupakan suatu proses yang menggunakan pengetahuan dan
keterampilan untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan ketiga pendapat tersebut diatas maka problem solving atau
pemecahan masalah adalah suatu proses berfikir atau usaha untuk menyelesaikan
permasalahan agar keluar dari kesulitan dengan menggunakan tahapan dari
pengumpulan informasi hingga membuat kesimpulan untuk mencapai tujuan.
B. Tahap – Tahap Problem Solving
Menurut Polya (1973) terdapat 4 tahap pemecahan masalah yaitu : (1)
memahami masalah / understand the problem , (2) merencanakan pemecahan / devise
a plan , (3) melaksanakan rencana / carry out the plan , (4) memeriksa kembali / look
back , seperti yang terlihat pada diagram dibawah ini :

Kast dan Rosenzweig (1985) dalam Dongoran (2012) mengemukakan bahwa


proses pemecahan masalah dilakukan melalui 7 tahap sebagai berikut :
1. Problem sensing : Proses mengenali kesenjangan antara situasi yang terjadi
dengan situasi yang diharapkan
2. Refining the problem : Mendapatkan inti permasalahan yang dihadapi
3. The generation of alternative solutions : Proses berfikir dan analisis untuk
mendapatkan alternatif pemecahan masalah
4. The evaluation phase : Proses memilih alternatif yang terbaik dan antisipasi
dampak yang terjadi
5. Planning action steps : Merencanakan langkah – langkah untuk menerapkan
alternatif yang telah dipilih
6. Implementing action steps : Melaksanakan alternatif yang telah dipilih
7. Following up : Tindak lanjut
Stoner (1990), mengidentifikasi 4 tahap dalam proses penyelesaian masalah
yaitu (1) Selidiki situasi; (2) Kembangkan alternatif ; (3) Evaluasi alternatif dan
pilih yang terbaik; (4) Laksanakan dan adakan tindak lanjut.

8
Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut maka proses pemecahan masalah
secara umum dimulai dari proses pengenalan masalah atau identifikasi masalah,
mengembangkan alternatif penyelesaian masalah, memilih alternatif yang terbaik,
melaksanakan alternatif yang telah dipilih kemudian ditindaklanjuti melalui proses
evaluasi dan monitoring.

III. CRITICAL THINKING


A. Pengertian
Robert H. Ennis (1962 ) mendefinisikan critical thinking sebagai proses
berfikir secara reflektif yang berfokus pada apa yang harus dipercayai atau dilakukan.
Beyer (1985) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah kemampuan dalam (1)
menentukan kredibilitas suatu sumber, (2) membedakan antara yang relevan dari yang
tidak relevan, (3) membedakan fakta dari penilaian, (4) mengidentifikasi dan
mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, (5) mengidentifikasi bias yang ada, (6)
mengidentifikasi sudut pandang, dan (7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk
mendukung pengakuan.
Definisi berpikir kritis menurut Walker (1999) adalah suatu proses intelektual
dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau
mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman,
refleksi, di mana hasil proses ini diguanakan sebagai dasar saat mengambil tindakan.
Dari ketiga pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis
adalah proses berfikir secara reflektif dengan berfokus pada apa yang akan
dilakukan dan dipercayai dengan melakukan identifikasi, analisis dan evaluasi dari
berbagai sumber yang digunakan sebagai dasar untuk memutuskan tindakan.

B. Ciri – Ciri Berpikir Kritis


Beyer (1985) mengungkapkan bahwa seseorang yang berpikir kritis memiliki
ciri mampu : 1). Membedakan antara fakta dan nilai dari suatu pendapat; 2).
Menentukan reliabilitas sumber; 3). Menentukan akurasi fakta dari suatu pernyataan;
4). Membedakan informasi yang relevan dan yang tidak relevan; 5). Mendeteksi
penyimpangan; 6). Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan; 7).
Mengidentifikasi tuntutan dan pendapat yang tidak jelas ; 8). Mengakui perbuatan
yang keliru dan tidak konsisten; 9). Membedakan antara pendapat yang tidak dan
dapat dipertanggungjawabkan; 10). Menentukan kekuatan argumen.
Menurut Cece Wijaya (1991), kemampuan berpikir kritis memiliki ciri sebagai
berikut: pandai mendeteksi masalah, mampu membedakan ide yang relevan dengan

9
yang tidak relevan, mampu membedakan fakta dengan fiksi, mampu
mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau kesenjangan-kesenjangan informasi,
dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis, dapat membedakan kritik
membangun dan merusak, mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang
telah tersedia dengan data yang diperoleh dari lapangan, mampu membuat prediksi
dari informasi yang telah tersedia.
Alec Fisher (2009) menyebutkan ciri – ciri berpikir kritis adalah mengenal
masalah, menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah,
mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, mengenal asumsi-asumsi
dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan, memahami dan menggunakan bahasa yang
tepat, jelas dan khas, menilai fakta dan mengevalusai pernyataan-pernyataan,
mengenal adanya hubungan yang logis di antara masalah, menarik kesimpulan,
menguji kesimpulan , menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang
berdasarkan pengalaman yang lebih luas, membuat penilaian yang tepat tentang hal-
hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, secara umum ciri – ciri berpikir kritis adalah :
1. Mampu mengenal atau mengidentifikasi masalah
2. Mampu merumuskan masalah berdasarkan informasi – informasi yang benar
3. Mampu menarik kesimpulan
4. Mampu menyatakan pendapat

IV. KEPEMIMPINAN
A. Pengertian
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi kegiatan individu atau
kelompok untuk mencapai tujuan pada situasi tertentu (Hersey dan Blanchard,
1982). Scott (1962) mengungkapkan bahwa kepemimpinan merupakan proses
mempengaruhi kegiatan yang dilakukan dalam suatu kelompok untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan menurut pfiffner dan Presthus (1967)
kepemimpinan merupakan sebuah seni untuk memotivasi individu dan kelompok
untuk mencapai tujuan yang diinginkan ( Basuki, 2018 ).
Berdasarkan pengertian diatas maka kepemimpinan merupakan sebuah proses
atau seni mempengaruhi dan memotivasi individu dan kelompok untuk mencapai
tujuan.

B. Peran Kepemimpinan

10
Peran kepemimpinan merupakan suatu perilaku yang ditimbulkan karena
jabatan tertentu atau tugas – tugas yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam
hubungannya dengan bawahan (Thoha, 1995)
Adapun peran kepemimpinan antara lain :
1. Peran mencari dan memberi informasi
Informasi sangat penting untuk mencapai tujuan informasi. Kemampuan
seorang pemimpin untuk mencari dan menyampaikan informasi kepada
anggotanya sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan.
2. Peran mempengaruhi orang lain
Seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi orang lain dengan cara – cara
yang positif untuk mencapai tujuan organisasi
3. Peran membangun hubungan
Membangun hubungan dalam hal ini adalah proses memberi pengarahan kepada
orang lain melalui komunikasi yang baik dan memberikan penghargaan kepada
orang lain terhadap apa yang telah dilakukannya
4. Peran membuat keputusan
Pemimpin memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan dimana
ditangan seorang pemimpinlah keputusan ditetapkan.

C. Fungsi Kepemimpinan
Menurut siagian (2003), seorang pemimpin memiliki fungsi sebagai penentu
arah dalam usaha pencapaian tujuan, sebagai wakil dan juru bicara organisasi, sebagai
komunikator yang efektif, sebagai mediator dalam menangani konflik, sebagai
integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral.
Rivai (2002) mengelompokkan fungsi kepemimpinan dalam 2 dimensi yaitu :
dimensi yang berkaitan dengan kemampuan mengarahkan (direction) dan dimensi
yang berkaitan dengan tingkat dukungan (support) orang – orang yang dipimpin
dalam melaksanakan tugas – tugasnya.
Hamdani nawawi mengemukakan bahwa terdapat 5 fungsi kepemimpinan
yaitu :
1. Fungsi instruktif
Bersifat komunikasi satu arah, sebagai contoh : pemimpin menginstruksikan
anggotanya untuk melaksanakan keputusan yang telah ditetapkan
2. Fungsi konsultatif
Bersifat komunikasi dua arah. Pemimpin mendengarkan saran ataupun pendapat
dari bawahannya
3. Fungsi partisipasi
Pemimpin mengaktifkan orang – orang yang dipimpinnya untuk bersama – sama
melaksanakan tugas dan ikut serta dalam pengambilan keputusan
4. Fungsi delegasi

11
Pemimpin mempercayai bawahannya untuk melaksanakan tugas
5. Fungsi pengendalian
Pemimpin mampu mengatur anggotanya dalam melaksanakan tugas – tugasnya
untuk mencapai tujuan

BAB III
DECISION MAKING ,PROBLEM SOLVING DAN CRITICAL THINKING
DALAM KEPEMIMPINAN

Keberhasilan suatu organisasi tidak lepas dari peran dan tanggung jawab seorang
pemimpin. Peran seorang pemimpin adalah sebagai decision maker ( pengambil keputusan )
serta problem solver ( orang yang menyelesaikan masalah ). Pengambilan keputusan
merupakan cerminan dari karakter seorang pemimpin oleh karena itu pemimpin harus dapat
mengambil keputusan dengan analisis rasional dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang
sesuai dengan keadaan saat itu
Dalam pengambilan keputusan, pemimpin diharapkan memiliki kemampuan dalam
proses pengambilan keputusan, dimulai dari identifikasi masalah hingga menentukan
alternatif – alternatif tindakan dan memilih yang terbaik dari berbagai alternatif. Pemimpin
juga harus mampu mengkomunikasikan hasil keputusannya agar lebih mudah dipahami dan
diimplementasikan oleh anggota organisasi

12
Kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan dan keberanian mengambil risiko
oleh seorang pemimpin menunjukkan kompetensi dan kredibilitas seorang pemimpin. Untuk
itu diperlukan intuisi yang tajam dan kemampuan analisis yang baik agar keputusan yang
diambil efektif, efisien dan meminimalkan risiko.
Penyelesaian masalah (prolem solving) dan pengambilan keputusan (decision
making) merupakan dua hal yang saling berkaitan. Keterampilan seorang pemimpin dalam
mengambil keputusan sangat dibutuhkan dalam proses penyelesaian masalah. Pengambilan
keputusan merupakan bagian dari penyelesaian masalah karena proses penyelesaian masalah
tidak hanya sampai pada pengambilan keputusan saja tetapi sampai pada proses implementasi
hasil keputusan dan evaluasi.
Berpikir kritis ( critical thinking ) adalah proses berfikir yang berfokus pada apa yang
dipercayai dan yang dilakukan dengan melakukan analisis, sintesis terhadap informasi yang
tersedia. Kemampuan seorang pemimpin dalam berpikir kritis dapat membantu dirinya dalam
mengambil keputusan sehingga hasil keputusannya adalah keputusan yang rasional dan
objektif dan dapat digunakan sebagai dasar untuk menyelesaikan permasalahan.
Pelaksanaan pengambilan keputusan, penyelesaian masalah dan berpikir kritis dalam
kepemimpinan dapat diterapkan di area klinik rumah sakit seperti di unit rawat inap. Seorang
kepala ruang adalah pemimpin dan manajer bagi staff perawat yang berada di ruang yang
dipimpinnya. Kepala ruang harus mampu memberikan keputusan dan berpikir kritis apabila
terdapat permasalahan dalam ruangan tersebut. Sebagai contoh saat pembuatan jadwal dinas
pada hari raya natal. Karena kebanyakan perawat di ruangan tersebut merayakan natal,
mereka menginginkan untuk libur di hari tersebut. Kepala ruang sebagai pemimpin dan
manajer harus membuat keputusan untuk menyelesaikan permasalahan perihal siapa saja
yang boleh mendapatkan libur. Penyelesaian masalah oleh kepala ruang akan lebih efektif
apabila menggunakan proses pengambilan keputusan dengan berpikir kritis dimulai dari
identifikasi masalah, pengumpulan data hingga akhirnya keputusan final agar keputusan yang
diambil menjadi keputusan yang objektif bukan subjektif. Berbagai gaya kepemimpinan
dapat diimplementasikan pada saat proses pengambilan keputusan, adapun gaya
kepemimpinan yang diterapkan disesuaikan dengan keadaan pada saat itu.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengambilan keputusan, penyelesaian masalah, dan berpikir kritis merupakan tiga
hal yang berkaitan satu dengan lainnya. Peran dan fungsi pemimpin meliputi ketiga hal
tersebut. Kemampuan pemimpin dalam menerapkan pengambilan keputusan dan
penyelesaian masalah dengan berpikir kritis menunjukkan kualitas seorang pemimpin.

B. Saran
Peran dan fungsi seorang pemimpin adalah menjadi decision maker dan problem
solver. Untuk dapat menyelesaikan permasalahan pemimpin sebaiknya memahami proses
pengambilan keputusan dengan berpikir kritis agar keputusan yang dihasilkan tepat,
efektif, efisien dan memiliki risiko yang minimal.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Kotler P, dkk. 2000. Manajemen Pemasaran Perspektif Asia. Yogyakarta: Andi Offset.
2. Mintzberg, H,dkk. 1976. The Structure Of Unstructured Decision Process.
Administrative science quarterly,21,pp.246 – 275.
3. Simon, Herbert A. 1993. Decision Making: Rational, Nonrational and Irrational.
Jurnal Educational Administration Quarterly Vol.29 No.3.
4. Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.
5. Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
6. Terry, George R. 2003. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
7. Ennis, Robert H. 1962. A concept of critical thinking. Harvard Educational Review, Vol
32(1), 81-111.
8. Beyer, Barry K. 1985. Critical Thinking. Phi Delta Kappa, 408 N. Union, P.O. Box 789,
Bloomington, IN 47402-0789.
9. Walker, Paul & Finney, Nicholas. (1999). Skill Development and Critical Thinking in
Higher Education. Higher Education Research & Development Unit, University
College, London
10. Turpin, RS and Marais MA. 2004. Decision Making: Theory and Practice. In ORiON
Volume 20 (2) pp. 143-160

15
11. A, Cece. Wijaya. 1991. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung : PT Remaja Rosda karya
12. Alec Fisher. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga
13. Girl, T.A., Wah, L.K.M., Kang, G.Ng., & Sai, C.L. 2002. New Paradigm for Science
Education. A Perspective of Teaching Problem-Solving, Creative Teaching and
Primary Science Education. Singapore : Prentice Hall
14. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain.2002. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :
Rineka Cipta
15. Polya, G. 1980. On Solving Mathematical Problems in High School. New Jersey :
Princeton Univercity Press.
16. Stoner, James A.F. 1990. Manajemen Jilid 1. Terjemahan Alfonsus Sirait. Jakarta :
Penerbit Erlangga
17. Dongoran, Johnson. 2012. Pemecahan Masalah Dan Pengambilan Keputusan Oleh
SDM. Proceeding for call paper pekan ilmiah dosen FEB UKSW
18. Thoha, Miftah. 2012. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada
19. Siagian, Sondang P. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : PT Rineka Cipta
20. Basuki, Duwi. 2018. Buku Ajar Manajemen Keperawatan Untuk Mahasiswa Dan
Praktisi. Sidoarjo : Indomedia Pustaka

16

S-ar putea să vă placă și