Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun oleh :
Wulandea putrinika. F (03201213045)
Sinta muji. D (03201213047)
Fanani Syafrudin (03201213098)
Nismawati (03201213101)
Mareta Anggraeni (03201213118)
Yuliatul fitriyah (03201213026)
Nurul Laili (03201213096)
Ninis Dahlia (03201213
MOJOKERTO
2013/2014
A. Konsep Dasar Asma
1. Pengertian
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne
: 2001).
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan
oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski :
1996).
Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
2. Etiologi
Penyebab hipersensitifitas saluran pernapasan pada kasus asma banyak yang di
akibatkan oleh faktor genetik. Sedangkan faktor pemicu timbulnya hipersentifitas
saluran pernapasan dapat berupa:
a. Hirupan debu yang di dapatakan di jalan raya maupun debu rumahtangga
b. Hirupan asap kendaraan, asap rokok, asap pembakaran
c. Hirupan aerosol ( asap pebrik yang bercampur gas buangan seperti nitrogen )
d. Pajanan hawa dingin
e. Bulu binatang
f. Stress yang berlebihan
Selain factor – factor diatas kadang juga individu yang sensitif terhadap factor
pemicu diatas tetapi penderita lain tidak
3. Patofisiologi
Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)
Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper
↓
IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas
↓
Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan
diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit
↓
Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan
mediator radang (histamin)
↓
Peningkatan permeabilitas kapiler ( edema bronkus )
↓
Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis ( N.X )
↓
Hiperresponsif jalan napas
↓
Asma
KOMPLIKASI
Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul makin
banyak dan makin berat, antara lain : barrel chest, sianosis, gangguan kesadaran,
takikardi, peningkatan tekanan darah, dan pernafasan yang cepat dan dangkal.
Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari dan dapat menimbulkan
berbagai macam komplikasi, seperti status asmatikus, atelektasis, hipoksemia,
pneumothoraks, emfisema, deformitas toraks, dan gagal nafas.
5. Manifestasi klinik
Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan di luar serangan. Artinya pada saat
serangan, penderita asma bisa kelihatan amat menderita (banyak batuk,sesak nafas
hebat,dan bahkan sampai tercekik),tetapi di luar serangan dia terlihat sehat-sehat saja
(bisa main-main,jalan-jalan dll).
1. Intermintten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali
dalam seminggu dan gejala asma malam berkurang dari 2 kali dalam
sebulan.Jika seperti itu yang terjadi,berarti faal paru masih baik.
2. Persisten ringan,yaitu gejala asma lebih dari 1 kali dalam seminggu dan
serangannya sampai mengganggu aktivitas,termasuk tidur.Gejala asma malam
lebih dari 2 kali dalam sebulan,semua ini membuat faal paru relatif menurun.
3. Persisten sedang,yaitu gejala asma terjadi setiap hari dan serangan sudah
mengganggu aktivitas,serta terjadinya 1-2 kali seminggu.Gejala asma malam
lebih dari 1 kali dalam seminggu.Faal paru menurun.
4. Persisten berat,yaitu gejala asma terjadi terus menerus.Gejala asma malam
dapat terjadi hampir setiap malam akibatnya faal paru sangat menurun.
Obat – obtan yang disebutkan itu diberikan jika sedang mendapat seranan.
Obat untuk pencegahan serangan asma dapat:
Bronkodilator
Kortikosteroid
Ketotifen ( zaditen )
DSCG ( intal )
Mukolitik
7. Penatalaksanaan
1. Terapi awal
Pasamg oksigen 2-4 liter/menit dan pasang infuse RL atau D5
Bronkodilator (salbutamol 5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi dan
pemberian dapat diulang dalam 1 jam.
Aminofilin bolus intravena 5-6 mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat
inidalam 12 jam sebelumnya cukup diberikan setengah dosis.
Anti inflamasi (kortikosteroid)menghambat inflamasi jalan nafas dan
mempunyai efek supresi pirolaksis
2. Ekspektoran: adanya mucus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran
pernafasan menjadi salah satu pemberat serangan asma. Oleh karenanya harus
diencerkan dan dikeluarkan, misalnya dengan obat batuk hitam (OBH), obat batuk
putih (OBP), gliseril guaiakolat (GG)
3. Antibiotik : hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh
rangsangan infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang meninggi .
Antibiotika yang efektif adalah:
1. Pengobatan berdasarkan saat serangan
a. Reliever/pelega:
Golongan andrenergik:
- Adrenalin /epineprin 1: 1000 . 0,3 cc/sc
- Ephenedrin : oral Short Acting beta 2-agonis (SABA)
- Salbutamol (ventolin) : oral, injeksi, inhalasi
- Terbutaline (Bricasma) :oral, injeksi, inhalasi
- Fenoterol (Berotec) : inhalasi
- Procaterol (Meptin): oral, inhalasi
- Orciprenaline (Alupent): oral, inhalasi
Golongan Methylxantine:
Golongan Antikolinergik:
- Atropin: injeksi
- Ipratropium bromide: inhalasi
Golongan Steroid:
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah.
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu
serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
2. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai
berikut:
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
3. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
4. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu:
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB
(Right bundle branch block).
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan
VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
5. Scanning Paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
7. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan
spirometri tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting
untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.
h) Pola peran-hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya
maupun yang lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama
dengan orang terdekat orang tua.
i) Pola seksualitas-reproduktif
Pada kondisi sakit dan anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang
sudah mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan menstruasi pada
wanita tetapi bersifat sementara dan biasanya penundaan.
j) Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah anak
sering menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang dominan adalah
mudah tersinggung dan suka marah.
k) Pola nilai-keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk
mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. bronkospasme, yang d.d bunyi nafas
mengi, dispnea, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
2) Kerusakan pertukaran gas b.d. gangguan suplai oksigen (spasme bronkus),
yang d.d dispnea, bingung, dan gelisah.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. dispnea dan anoreksia,
yang d.d penurunan berat badan dan ketidakmampuan untuk makan.
3. Intervensi
Diagnosa 1 :Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan
akumulasi mukus.
Tujuan : Jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil : 1) Sesak berkurang
2) Batuk berkurang
3) Dapat mengeluarkan sputum
4) Wheezing berkurang/hilang
5) Tanda vital dalam batas norma,l keadaan umum baik.
Intervensi Rasional
Auskultasi bunyi nafas, catat Beberapa derajat spasme bronkus
adanya bunyi nafas, misalnya : terjadi dengan obstruksi jalan nafas.
wheezing, ronkhi. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi
mengi (empysema), tak ada fungsi
nafas (asma berat).
Kaji / pantau frekuensi pernafasan Takipnea biasanya ada pada
catat rasio inspirasi dan ekspirasi. beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan selama
strest/adanya proses infeksi akut.
Pernafasan dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi memanjang
dibanding inspirasi.
Kaji pasien untuk posisi yang Peninggian kepala tidak
aman, misalnya : peninggian mempermudah fungsi pernafasan
kepala tidak duduk pada dengan menggunakan gravitasi.
sandaran.
Kolaborasi
- Berikan oksigen Memaksimalkan bernafas dan
tambahan menurunkan kerja nafas
- Berikan humidifikasi Memberikan kelembaban pada
tambahan misalnya : membran mukosa dan membantu
nebulizer pengenceran sekret.
Kolaborasi
Konsul dengan tim gizi/tim menentukan kalori individu dan
mendukung nutrisi. kebutuhan nutrisi dalam
pembatasan.
defisiensi vitamin dapat Vitamin B squrb 2×1.
terjadi bila protein dibatasi.
Antiemetik rantis 2×1 untuk menghilangkan mual /
muntah.
DAFTAR PUSTAKA
Betz Cecily, Linda A Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Capernito, Lynda J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta:
EGC
Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1.Jakarta: Penerbit CV
Sagung Seto