Sunteți pe pagina 1din 29

INHIBISI EKSTRAK ETANOL KUMIS KUCING, PEGAGAN,

SAMBILOTO, DAN TEMPUYUNG TERHADAP AKTIVITAS


ENZIM PENGUBAH ANGIOTENSIN I SECARA IN VITRO

LANY YULINDA

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ABSTRAK

LANY YULINDA. Inhibisi Ekstrak Etanol Kumis Kucing, Pegagan, Sambiloto,


dan Tempuyung terhadap Aktivitas Enzim Pengubah Angiotensin I secara In Vitro.
Dibimbing oleh DYAH ISWANTINI PRADONO dan LATIFAH K.
DARUSMAN.
Kumis kucing, pegagan, sambiloto, dan tempuyung merupakan tanaman obat
yang berpotensi sebagai antihipertensi. Ekstrak etanol 30% tanaman ini diteliti
daya inhibisinya terhadap aktivitas enzim pengubah angiotensin I (ACE) secara in
vitro. Penelitian dilakukan pada kondisi optimum (suhu 32 °C, pH 8.3, dan
konsentrasi ACE 25 mU/mL) menggunakan ekstrak tunggal dengan konsentrasi
14, 25, 50, dan 100 ppm serta ekstrak gabungan dengan komposisi tertentu.
Hasilnya dibandingkan dengan kaptopril sebagai kontrol positif. Uji inhibisi ACE
dengan ekstrak tunggal menunjukkan bahwa ekstrak tunggal kumis kucing 50
ppm, pegagan 100 ppm, sambiloto 100 ppm, dan tempuyung 14 ppm, memiliki
daya inhibisi terbesar, berturut-turut sebesar 76.98, 58.69, 53.74, dan 62.89%.
Gabungan ekstrak kumis kucing, pegagan, dan tempuyung dengan komposisi
25:50:7 memiliki inhibisi sebesar 76.87%, lebih besar daripada kaptopril.

ABSTRACT

LANY YULINDA. In Vitro Inhibition of Ethanol Extract of Kumis Kucing,


Pegagan, Sambiloto, and Tempuyung towards Angiotensin I Converting Enzyme
Activity. Supervised by DYAH ISWANTINI PRADONO and LATIFAH K.
DARUSMAN
Kumis kucing, pegagan, sambiloto, and tempuyung are medicinal plants
potential as antihypertension. Thirty percent ethanol extracts of these plants were
investigated towards angiotensin I converting enzyme (ACE) inhibition activity in
vitro. The research was conducted at the optimum condition (32 °C of incubation
temperature, pH 8.3, and 25 mU/mL of ACE concentration) by using 14, 25, 50,
and 100 ppm of single extract concentration, and combined extract with specific
compositions. The results were compared with captopril as positive control.
Inhibition test of ACE with single extracts showed that 50 ppm of kumis kucing,
100 ppm of pegagan, 100 ppm of sambiloto, and 14 ppm of tempuyung have the
highest inhibition of 76.98, 58.69, 53.74, and 62.89%, respectively. Combined
extract of kumis kucing, pegagan, and tempuyung of 25:50:7 ratio showed 76.87%
inhibition, higher than captopril.
INHIBISI EKSTRAK ETANOL KUMIS KUCING, PEGAGAN,
SAMBILOTO, DAN TEMPUYUNG TERHADAP AKTIVITAS
ENZIM PENGUBAH ANGIOTENSIN I SECARA IN VITRO

LANY YULINDA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul : Inhibisi Ekstrak Etanol Kumis Kucing, Pegagan, Sambiloto, dan
Tempuyung terhadap Aktivitas Enzim Pengubah Angiotensin I secara In
Vitro
Nama : Lany Yulinda
NIM : G44086007

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Dyah Iswantini Pradono, MAgr Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS
NIP 19670730 199103 2 001 NIP 19530824 197603 2 001

Mengetahui:
Ketua Departemen Kimia,

Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS


NIP 19501227 197603 2 002

Tanggal Lulus :
PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan karya ilmiah. Karya
ilmiah ini disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni
sampai November 2010 bertempat di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Dyah Iswantini Pradono,
MAgr dan Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS selaku pembimbing yang telah
memberi banyak arahan, motivasi, saran, dan solusi dari setiap permasalahan yang
dihadapi penulis selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pusat Studi Biofarmaka melalui
penelitian KKP3T atas materi dan bantuan dana yang diberikan pada penelitian ini.
Penulis juga berterima kasih kepada Ibu Nunuk, Mba Ina, Mba Dina, Bapak Didi,
Wiwi, Endi dan Nio di Pusat Studi Biofarmaka yang telah membantu penulis
dalam pemakaian alat dan bahan di laboratorium tersebut.
Ungkapan terima kasih kepada Ibu dan kakak atas dukungannya baik secara
rohani maupun material. Tak lupa, ungkapan terima kasih penulis sampaikan
kepada teman-teman seperjuangan di kelas penyelenggaraan khusus angkatan
2008, teman satu bimbingan (Anggi, Mba Rani, dan Eka) dan teman satu
laboratorium (Paul, Ayu, Mitha, Irul, Danang) yang telah memberikan semangat
dan motivasi dalam menyusun karya ilmiah ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Agustus 2011

Lany Yulinda
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 19 Juli 1986 dari Ayah (Alm)
Khaidir dan Ibu Tisnawati. Putri kedua dari dua bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 1
Cikampek pada tahun 2000 dan pada tahun yang sama, lulus seleksi masuk
Akademi Kimia Analisis Bogor (AKA). Setelah lulus dari AKA pada tahun 2006,
bekerja sebagai staf Quality Assurance (QA) di PT Kalbe Morinaga Indonesia
selama periode tahun 2007˗2008. Pada tahun 2008 melanjutkan kembali
pendidikan di Institut Pertanian Bogor Kelas Penyelenggaraan Khusus Program
Studi Kimia.
Selama perkuliahan di AKA penulis pernah mengikuti kegiatan praktik kerja
lapangan di Laboratorium Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Cibinong selama periode bulan Juli˗Agustus 2006.
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii


DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vii
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi................................................................................................... 1
Enzim Pengubah Angiotensin I (ACE) ....................................................... 2
Kumis Kucing ............................................................................................ 2
Pegagan...................................................................................................... 2
Sambiloto ................................................................................................... 3
Tempuyung ................................................................................................ 3
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ........................................................................................... 3
Metode Penelitian ...................................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Flavonoid ......................................................................................... 5
Kadar Air ................................................................................................... 6
Ekstraksi .................................................................................................... 6
Uji Toksisitas Larva Udang ........................................................................ 6
Inhibisi Ekstrak Tunggal terhadap Aktivitas ACE secara In Vitro ............... 7
Inhibisi Ekstrak Gabungan terhadap Aktivitas ACE secara In Vitro ............ 8
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan .................................................................................................... 9
Saran .......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9
LAMPIRAN ................................................................................................... 12
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Reaksi yang dikatalisis oleh ACE............................................................. 2


2 Tanaman kumis kucing ............................................................................ 2
3 Tanaman pegagan .................................................................................... 2
4 Tanaman sambiloto .................................................................................. 3
5 Tanaman tempuyung ................................................................................ 3
6 Nilai LC50 ekstrak etanol kumis kucing, pegagan, sambiloto dan
tempuyung terhadap A. salina .................................................................. 7
7 Persen inhibisi ekstrak etanol kumis kucing, pegagan, sambiloto
dan tempuyung terhadap aktivitas enzim ACE ......................................... 8
8 Persen inhibisi kontrol positif dan gabungan ekstrak kumis kucing
(K), pegagan (P), sambiloto (S), dan tempuyung (T) terhadap aktivitas
enzim ACE .............................................................................................. 8
9 Struktur kaptopril ..................................................................................... 9
10 Struktur ACE ........................................................................................... 9

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Bagan alir penelitian ................................................................................ 13


2 Kurva standar kuersetin ........................................................................... 14
3 Kadar flavonoid kumis kucing, pegagan, sambiloto, dan tempuyung ........ 15
4 Kadar air kumis kucing, pegagan, sambiloto, dan tempuyung .................. 16
5 Aktivitas ekstrak sampel terhadap larva A. salina setelah 24 jam.............. 17
6 Contoh perhitungan nilai LC50 ekstrak sampel menggunakan
metode probit ........................................................................................... 18
7 Kurva standar asam hipurat ...................................................................... 19
8 Hasil uji aktivitas ekstrak sampel terhadap enzim ACE secara
in vitro ..................................................................................................... 20
9 hasil uji aktivitas ekstrak gabungan terhadap enzim ACE secara
in vitro ..................................................................................................... 21
PENDAHULUAN yang pertama kalinya di Indonesia. Daya
inhibisi yang diperoleh masih relatif rendah,
Indonesia dikelilingi oleh 17 000 pulau sehingga perlu dilakukan kembali penelitian
dan merupakan negara kepulauan terbesar di berbagai tanaman obat sebagai inhibitor ACE,
dunia. Hampir 60% wilayahnya tertutup oleh dengan terlebih dahulu melakukan uji
hutan, sehingga menjadi rumah bagi sekitar kuantitatif senyawa flavonoid. Dalam
90% spesies tanaman obat di kawasan Asia penelitian ini, daya inhibisi ekstrak etanol dari
Tenggara (Handa et al. 2006). Berbagai kumis kucing, pegagan, sambiloto, dan
macam tanaman obat telah diteliti untuk tempuyung yang mempunyai kandungan
diketahui aktivitasnya terhadap berbagai flavonoid tertinggi terhadap enzim ACE diuji
macam penyakit. Salah satu penyakit yang secara in vitro.
mengancam masyarakat sekarang ini adalah
hipertensi. TINJAUAN PUSTAKA
Obat antihipertensi yang sekarang ini
banyak digunakan adalah inhibitor enzim Hipertensi
pengubah angiotensin I (ACE). Inhibitor ACE
bekerja dengan cara menurunkan atau Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah
mencegah pembentukan angiotensin II yang kenaikan tekanan arteri melebihi normal dan
dapat meningkatkan tekanan darah. Hansen et tekanan itu bertahan. Menurut WHO, definisi
al. (1995) meneliti berbagai tanaman obat hipertensi ialah arus tekanan darah sistolik
yang berasal dari India, Cina, dan Cili melalui 140 mmHg atau lebih atau arus tekanan darah
pendekatan terhadap ACE, begitu pula diastolik 90 mmHg atau lebih. Pada
Yingsukpisarn (2005) yang meneliti berbagai kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat
tanaman di Thailand. Tanaman lain yang juga pemeriksaan fisik karena penyakit tertentu,
telah diteliti sebagai inhibitor ACE antara lain sehingga sering disebut sebagai “the silent
Ruellia praetermissa oleh Salah et al. (2001) killer” dan tanpa disadari, penderita
dan Lee et al. (2004) yang meneliti sejenis mengalami komplikasi pada organ-organ vital
jamur Tricholoma giganteum sebagai inhibitor seperti jantung, otak, atau ginjal. Hipertensi
ACE. menjadi penyebab kematian nomor 3 setelah
Pegagan, kumis kucing, sambiloto, dan strok dan tuberkulosis, yakni mencapai 6.7%
tempuyung telah dikenal sebagai obat-obatan dari populasi kematian pada semua umur di
herbal alami. Kumis kucing dan sambiloto Indonesia (Depkes RI 2009).
telah lama digunakan oleh masyarakat Asia Flavonoid merupakan senyawa kimia
sebagai tanaman obat tradisional untuk polifenol yang dapat dicirikan melalui
mengobati hipertensi (Hembing 1997; aktivitas farmakologi seperti antioksidan,
Jarukamjorn dan Nemoto 2008; BIT-LIPI antihelmintik, antiradang, antivirus, dan
2009). Pegagan serta tempuyung juga telah antitumor. Kebanyakan aktivitas tersebut
diteliti oleh Darusman et al. (2009) sebagai karena kemampuan flavonoid untuk
tanaman yang berpotensi menjadi obat menghambat enzim seperti tripsin, protein
antihipertensi. Oleh karena itu, keempat kinase, dan topoisomerase (Barolli et al.
tanaman tersebut dipilih untuk diteliti daya 2000). Penelitian-penelitian lain secara umum
inhibisinya terhadap ACE. Selain telah memperlihatkan bahwa senyawa aktif untuk
dipercaya sebagai antihipertensi, tanaman ini antihipertensi berasal dari senyawa golongan
mengandung senyawa golongan flavonoid flavonoid, di antaranya flavan-3-ol dan
(Olah et al. 2003; Krishnaiah et al. 2009; Roy prosianidin (Actis-Goretta et al. 2003).
et al. 2010; Sriningsih et al. 2005). Senyawa aktif kuersetin menjadi salah satu
Pendekatan aktivitas senyawa golongan senyawa flavonoid yang telah diuji
flavonoid terhadap ACE belum banyak diteliti antihipertensi secara in vitro (Duarte et al.
di Indonesia. Sementara hasil penelusuran 2001; Perez-Viscaino et al. 2009).
dokumen paten di Kantor Paten pada tanggal
6 Juli 2010 menunjukkan telah terdapat paten Enzim Pengubah Angiotensin I (ACE)
mengenai senyawaan flavonoid sebagai
antihipertensi, di antaranya kuersetin (Jalili Enzim pengubah angiotensin I (ACE)
2004), flavonoid dari tanaman Passiflora sp. adalah glikoprotein peptidildipeptida hidrolase
(Foo et al. 2006), dan flavonol glikosida dan termasuk kelas zink protease yang
(Verhoeyen dan Wiseman 2008). membutuhkan zink dan klorida agar menjadi
Penelitian Darusman et al. (2009) terhadap aktif. ACE berperan di dalam tubuh pada
tanaman pegagan dan tempuyung merupakan proses pengaturan tekanan darah. Jenis
peptida ini pada dasarnya mengatalisis reaksi polifenol, yaitu sinesetin, eufatorin,
angiotensin I menjadi angiotensin II, dengan rosmarinat, kikhorat, dan asam kafeat.
memecah dipeptida histidil-leusina dari Berdasarkan pengujian farmakologi, ekstrak
ujung˗C angiotensin I menghasilkan etanol 50% memiliki kemampuan yang lebih
angiotensin II dan asam hipurat (Gambar 1) baik sebagai diuretik dan urikosurik.
(Actis-Goretta et al. 2003). Jika hidrolisis Penelitian untuk membandingkan kumis
angiotensin I berlebihan, maka tekanan darah kucing dengan tanaman lain juga telah
akan meningkat (Shalaby et al. 2004). dilakukan. Tanaman kumis kucing
dibandingkan dengan tanaman dalam famili
yang sama, tanaman ground ivy atau
Glechoma hederacea L, dalam hal
kemampuan sebagai antioksidan. Kedua
tanaman ini diuji dalam bentuk ekstrak kasar
maupun fraksi menggunakan berbagai pelarut.
Hasil yang diperoleh menunjukkan keduanya
merupakan antioksidan yang efisien. Tanaman
kumis kucing bekerja lebih baik dalam bentuk
Gambar 1 Reaksi yang dikatalisis oleh ACE ekstrak kasar dibandingkan dengan tanaman
(Chusman dan Cheung 1971). ground ivy yang perlu melalui tahapan
fraksionasi untuk meningkatkan
Potensi inhibitor ACE sebelumnya telah kemampuannya sebagai antioksidan
dilaporkan oleh Salah et al. (2001) pada (Matkowski 2008).
tanaman R. praetermissa, oleh Lee et al.
(2004) pada sejenis jamur yaitu, T. giganteum, Pegagan
dan secara in vivo oleh Zhao et al. (2007) pada
hidrolisat gelatin yang berasal dari timun laut. Tanaman pegagan (Gambar 3) berdasarkan
Di Indonesia sendiri penelitian tentang ilmu taksonomi termasuk famili Apiaceae,
inhibisi ACE telah dilakukan oleh Darusman marga Centella, dan jenis Centella asiatica L.
et al. (2009) pada tanaman pegagan dan Tanaman ini biasa digunakan sebagai sayuran
tempuyung. tradisional di Cina, India, Srilanka, dan
Indonesia, dan telah dibudidayakan di
Kumis Kucing berbagai negara berkembang.

Kumis kucing (Gambar 2) termasuk famili


Lamiaceae dengan marga Orthosiphon dan
memiliki nama Latin Orthosiphon stamineus
Benth. Tanaman kumis kucing adalah salah
satu tanaman obat yang populer, digunakan
secara turun-temurun di kawasan Asia
Tenggara dalam pengobatan bermacam-
macam penyakit. Gambar 3 Tanaman pegagan.

Krishnaiah et al. (2009) telah meneliti


komponen-komponen yang terdapat pada 6
tanaman obat, salah satunya pegagan. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa
pegagan mengandung alkaloid, tanin, saponin,
flavonoid, dan fenol. Zainol et al. (2008)
meneliti lebih jauh lagi kandungan senyawa
Gambar 2 Tanaman kumis kucing. aktif yang terdapat pada tanaman pegagan,
dan diketahui tanaman tersebut mengandung
Olah et al. (2003) melakukan penelitian senyawa aktif utama asiatikosida,
untuk mengetahui komponen-komponen madekasosida, dan asam asiatat.
utama yang terkandung di dalam tanaman Pegagan berperan antara lain sebagai
kumis kucing dengan menggunakan 2 pelarut antimikrob dan antioksidan. Ullah et al.
yang berbeda, etanol 50% dan etanol 70%. (2009) menyatakan bahwa hasil fraksionasi
Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa tanaman pegagan berpotensi sebagai
pada kedua ekstrak terdapat senyawa
antioksidan, dan juga berpotensi sebagai
antimikrob serta antifungi.

Sambiloto

Sambiloto (Gambar 4) termasuk famili


Acanthaceae, marga Andrographis, dan jenis
Andrographis paniculata Nees. Bagian yang
digunakan umumnya seluruh bagian tanaman. Gambar 5 Tanaman tempuyung.
Sifat khas tanaman ini adalah pahit,
mendinginkan dan membersihkan darah. Sriningsih et al. (2005) meneliti herba
tempuyung untuk mengetahui jenis flavonoid
yang terkandung di dalamnya menggunakan
pelarut metanol. Hasil yang diperoleh
menunjukkan kandungan senyawa flavonoid
golongan flavon, yakni 7,4’-hidroksiflavon.
Tanaman tempuyung dikenal memiliki
efek diuretik. Pada tahun 2006, Imelda dan
Andani meneliti efek diuretik tanaman ini
dibandingkan dengan furosemida. Furosemida
Gambar 4 Tanaman sambiloto.
merupakan obat diuretik kuat yang telah teruji
secara medis ilmiah dengan kemampuan 60%
Andrografolida merupakan senyawa aktif
pada sambiloto yang berpotensi sebagai lebih tinggi dibandingkan dengan diuretik
yang lain, dan hasil penelitian tersebut
antibakteri dan antidiabetes. Peranan
membuktikan tanaman tempuyung
sambiloto sebagai antioksidan juga telah
banyak diteliti, salah satunya oleh Ojha et al. mempunyai efek diuretik yang lebih baik
(2009) dengan menggunakan pelarut metanol. daripada furosemida pada dosis tertentu.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan
sambiloto memiliki kemampuan sebagai BAHAN DAN METODE
antioksidan. Sambiloto dalam ekstrak
kloroform menunjukkan fungsi sebagai Bahan dan Alat
antimikrob, antara lain pada Escherichia coli
dan Salmonella typhymurium. Berdasarkan Bahan-bahan yang digunakan adalah
hasil tersebut, dilakukan analisis komponen simplisia pegagan, sambiloto, kumis kucing,
yang terkandung pada ekstrak tanaman dan tempuyung yang diperoleh dari 3 tempat
sambiloto, dan diketahui tanaman tersebut berbeda, yaitu Bogor (Kebun Percobaan
mengandung senyawa fenol, asam karboksilat Biofarmaka), Sukabumi (Kebun Percobaan
aromatik, dan ester (Roy et al. 2010). Cicurug), dan Bandung (Kebun Percobaan
Manoko), etanol 96%, aseton, HCl, AlCl 3, air,
Tempuyung etanol 30%, telur udang Artemia salina, air
laut, Tween-80, hipuril-L-histidil-L-leusina
Tempuyung (Gambar 5) termasuk tanaman (Sigma), NaCl, NaOH, bufer HEPES (Sigma),
obat asli Indonesia dari famili Asteraceae, ACE (Sigma), kaptopril, dan etil asetat.
marga Sonchus, dan jenis Sonchus arvensis L. Alat yang digunakan adalah
Tempuyung tumbuh liar di tempat terbuka spektrofotometer ultraviolet-tampak (UV-Vis)
yang terkena sinar matahari atau sedikit Hitachi, penguap putar, oven, pengering
terlindung. Tumbuhan yang berasal dari vakum, vial uji, dan inkubator.
Eurasia ini bisa ditemukan pada daerah yang
banyak turun hujan pada ketinggian 50˗1.650 Metode Penelitian
m dpl (BIT-LIPI 2009).
Tempuyung mengandung banyak senyawa Metode penelitian yang dilakukan terdiri
kimia, seperti golongan flavonoid, kumarin, dari 5 tahap, yakni analisis kandungan
taraksasterol, dan asam fenolat bebas. Pustaka flavonoid secara kuantitatif, penetapan kadar
lain menyebutkan daun tempuyung air, ekstraksi sampel yang memiliki
mengandung senyawa kimia antara lain kandungan flavonoid tertinggi, pengujian
luteolin, flavon, flavonol, dan auron. toksisitas ekstrak (LC50), dan pengujian daya
inhibisi ekstrak terhadap aktivitas ACE.
Bagan alir penelitian ditunjukkan pada penimbangan sampel dilakukan lagi setiap 1
Lampiran 1. jam sampai diperoleh bobot konstan.

Analisis Kandungan Flavonoid Secara Ekstraksi Sampel (Darusman et al. 2009)


Kuantitatif (Depkes RI 2000)
Serbuk kering simplisia kumis kucing,
Analisis kandungan flavonoid dilakukan pegagan, sambiloto, dan tempuyung, yang
terhadap simplisia pegagan, kumis kucing, memiliki kandungan flavonoid tertinggi,
sambiloto, dan tempuyung dari 3 tempat masing-masing sebanyak 1 000 g dimaserasi
berbeda. Setiap 5 g simplisia diekstraksi dengan pelarut etanol 30% (2×24 jam), lalu
dengan cara maserasi dengan etanol 96% (24 disaring. Filtrat yang diperoleh dipekatkan
jam), selanjutnya direfluks selama 6 jam pada dengan penguap putar hingga diperoleh
suhu 70 °C dan pelarut diuapkan dengan ekstrak pekat, kemudian dikeringkan dengan
penguap putar. pengering vakum dan disimpan pada suhu -20
Ekstrak ditimbang setara dengan 200 mg °C sampai dilakukan analisis.
simplisia lalu dimasukkan ke dalam labu alas
bulat. Sistem hidrolisis ditambahkan ke Uji Toksisitas Larva Udang (Meyer et al.
dalamnya: 1.0 mL larutan heksametilena- 1982)
tetramina 0.5% (b/v), 20.0 mL aseton, dan 2.0
Telur udang A. salina ditetaskan dalam
mL larutan HCl 25%, kemudian dipanaskan
gelas piala yang berisi air laut yang telah
sampai mendidih selama 30 menit, dan
disaring. Penetasan dibantu oleh aerasi agar
disaring menggunakan kapas. Selanjutnya
kadar oksigen terlarut dalam air tercukupi
ditambahkan kembali aseton sebanyak 20 mL
sehingga telur udang tersebut menetas
untuk dididihkan kembali selama 30 menit.
menjadi larva. Larutan ekstrak dibuat menjadi
Pengerjaan dilakukan sebanyak 2 kali.
2 000 ppm, yaitu sebanyak 0.02 g ekstrak
Seluruh filtrat dikumpulkan ke dalam labu
dilarutkan dalam 10 mL air laut. Ekstrak yang
takar. Setelah labu mendingin, volume
sukar larut dapat dibantu dengan penambahan
ditepatkan dengan aseton sampai 100 mL dan
Tween-80. Setelah 48 jam, sebanyak 10 ekor
dikocok hingga tercampur sempurna.
larva udang dan 1 000 µL air laut dimasukkan
Filtrat hasil hidrolisis diambil sebanyak 20
ke dalam vial uji. Selanjutnya diikuti dengan
mL, dimasukkan ke dalam corong pemisah,
penambahan 1 000 µL larutan ekstrak
ditambahkan akuades sebanyak 20 mL,
sehingga konsentrasi akhir dalam vial adalah
kemudian ditambahkan 15 mL etil asetat
1 000 ppm. Penambahan 500 µL larutan
untuk pengocokan pertama dan 10 mL etil
ekstrak dan 1 500 µL air laut dilakukan untuk
asetat untuk pengocokan kedua dan ketiga.
konsentrasi 500 ppm, 100 µL larutan ekstrak
Fraksi etil asetat dikumpulkan ke dalam labu
dan 1 900 µL air laut untuk 100 ppm, dan 10
ukur 50 mL dan ditambahkan etil asetat
µL larutan ekstrak dan 1 990 µL air laut untuk
sampai tepat 50 mL. Sepuluh mL filtrat yang
10 ppm. Setiap konsentrasi dilakukan 3 kali
dihasilkan dipindahkan ke dalam labu takar 25
pengulangan. Kontrol dilakukan tanpa
mL, kemudian ditambahkan 1 mL larutan 2 g
penambahan larutan ekstrak. Setelah 24 jam,
AlCl3 dalam 100 mL asam asetat glasial 5%
larva udang yang mati dihitung.
(v/v). Larutan asam asetat glasial 5% (v/v)
lalu ditambahkan secukupnya sampai tepat 25
Penentuan Daya Inhibisi Terhadap
mL. Absorbans diukur dengan menggunakan
Aktivitas ACE Secara In Vitro (Chusman
spektrofotometer pada panjang gelombang
dan Cheung 1971)
370.8 nm dengan kuersetin sebagai standar.
Aktivitas inhibisi ACE diukur dengan
metode Chusman dan Cheung (1971) dengan
Penetapan Kadar Air (AOAC 1984)
sedikit modifikasi pada komposisi substrat.
Cawan porselen yang bersih dipanaskan ke Larutan sampel sebanyak 50 μL dengan 50 μL
dalam oven bersuhu (105+3) °C selama 30 larutan ACE (25 mU/mL) di pra-inkubasi
menit dan ditimbang hingga diperoleh bobot pada 32 oC selama 10 menit, kemudian
konstan cawan kosong. Serbuk simplisia campuran diinkubasi dengan 50 μL substrat
kering ditimbang sebanyak +3 g ke dalam (Hip-His-Leu 8 mM dalam bufer HEPES 50
cawan tersebut dan dipanaskan kembali dalam mM yang mengandung NaCl 300 mM pada
oven (105+3) °C selama 3 jam. Setelah itu, pH 8.3) selama 30 menit pada suhu yang
cawan dipindahkan ke dalam desikator selama sama. Reaksi diakhiri dengan penambahan
15 menit lalu ditimbang. Pengeringan dan HCl 1 M (200 μL). Larutan diekstraksi dengan
penambahan 1.5 mL etil asetat, dan Hasil analisis kadar flavonoid dari
disentrifugasi (4000×g) selama 15 menit. Satu keseluruhan sampel dapat dilihat pada Tabel
mL supernatan dipindahkan ke tabung reaksi 1. Penggunaan simplisia dari 3 tempat
yang lain dan diuapkan pada suhu kamar berbeda memungkinkan adanya perbedaan
selama 2 jam dalam vakum atau pengering kandungan hara. Kadar flavonoid tertinggi
oven. Setelah kering, dilarutkan dalam 3 mL yang diperoleh pada masing-masing jenis
air distilasi dan absorbans ditentukan pada tanaman dapat digunakan sebagai rujukan
panjang gelombang 228 nm menggunakan untuk pembudidayaan tanaman dari segi
spektrofotomer UV-Vis. kandungan flavonoid. Variasi hasil yang
diperoleh mencerminkan variasi informasi
HASIL DAN PEMBAHASAN kimiawi contoh yang timbul akibat perbedaan
asal dan kondisi lingkungan. Chew et al.
Kadar Flavonoid (2004) menyatakan bahwa asal contoh yang
berbeda memiliki pengaruh yang dominan
Tanaman obat sebanyak 16 sampel dari 4 terhadap variasi kandungan kimia contoh.
jenis tanaman yang berbeda diuji kadar Day dan Underwood (1981)
flavonoidnya untuk mengetahui pengaruh menggolongkan perolehan analit hasil analisis
kadar flavonoid terhadap nilai inhibisi ACE, kuantitatif dalam 3 kelompok, yaitu analit
karena senyawa flavonoid diduga berperan yang merupakan penyusun utama, penyusun
sebagai inhibitor ACE. Perbedaan sampel minor dan penyusun kelumit. Analisis
dijumpai pada jenis tanaman kumis kucing kuantitatif pada seluruh ekstrak simplisia
dan pegagan asal Sukabumi dan Bandung. memperlihatkan keberadaan flavonoid sebagai
Kumis kucing yang diuji kadar flavonoid penyusun minor karena kadar yang dimiliki
ada 2 jenis yang berbeda, yaitu kumis kucing berada di antara 0.01 dan 1%. Dengan
bunga putih dan bunga ungu. Sementara demikian, walaupun flavonoid pada tanaman
tanaman pegagan yang diuji ada beberapa berperan strategis dalam mekanisme
jenis yang dibedakan dengan nomor harapan, pengobatan, jumlahnya dalam seluruh
yaitu nomor jenis tanaman pegagan yang tanaman tersebut tidak begitu banyak.
berpotensi sebagai obat antihipertensi. Lampiran 2 memberikan persamaan kurva
Pemberian nomor harapan pada pegagan standar kuersetin yang digunakan untuk
diawali dengan kata CASI, yang berarti menentukan kadar flavonoid, sedangkan
Centella asiatica. perhitungan kadar flavonoid terdapat pada
Lampiran 3

Tabel 1 Kadar flavonoid dan kadar air tanaman

Simplisia Kadar flavonoid×10-1 (%) Kadar air (%)


Kumis kucing putih Bogor 1.6049 8.35
Kumis kucing putih Sukabumi 2.1189 11.15
Kumis kucing ungu Sukabumi 1.1881 10.77
Kumis kucing putih Bandung 1.5350 5.90
Kumis kucing ungu Bandung 1.9052 7.71
Pegagan Bogor 1.4850 12.00
CASI 007 Sukabumi 1.1201 12.84
CASI 008 Sukabumi 1.0102 13.15
CASI 016 Sukabumi 1.0817 12.46
CASI 007 Bandung 0.8935 7.52
CASI 008 Bandung 0.7547 6.51
Sambiloto Bogor 0.4855 6.65
Sambiloto Sukabumi 0.5597 10.72
Tempuyung Bogor 0.4484 8.07
Tempuyung Sukabumi 0.5410 11.10
Tempuyung Bandung 0.4521 8.33
Kadar Air kumis kucing bunga putih asal Sukabumi,
pegagan asal Bogor, dan sambiloto asal
Kandungan air dalam suatu bahan Bogor.
memengaruhi daya tahannya terhadap Rendemen ekstrak etanol kumis kucing,
serangan mikrob, sehingga dapat diperkirakan pegagan, sambiloto, dan tempuyung berturut-
cara penanganan terbaik bagi sampel dalam urut adalah 6.82, 5.96, 7.12 dan 9.05%. Hasil
hal tempat dan waktu penyimpanan. Data tersebut menunjukkan bahwa pelarut etanol
kadar air ditunjukkan pada Tabel 1, sedangkan 30% bekerja lebih efektif pada simplisia
perhitungannya di Lampiran 4. tanaman tempuyung, mungkin dikarenakan
Kadar air yang diperoleh dari masing- perbedaan kandungan senyawa dari masing-
masing serbuk tanaman bergantung pada asal masing simplisia tanaman tersebut.
tanaman tersebut diperoleh. Menurut Winarno
(1997), apabila kadar air yang terkandung Uji Toksisitas Larva Udang
dalam suatu bahan kurang dari 10%, maka
kestabilan optimum bahan akan tercapai dan Nilai konsentrasi letal 50% (LC50) yang
pertumbuhan mikrob dapat dikurangi. dihasilkan dari uji letalitas larva udang
Menurut Fardiaz (1989), air dapat (BSLT) secara umum memberikan indikasi
memengaruhi penampakan, tekstur, serta cita adanya senyawa toksik yang terkandung
rasa makanan. Air juga akan memengaruhi dalam suatu bahan alam. Larva udang yang
daya tahan bahan pangan terhadap serangan digunakan adalah yang berada pada kondisi
mikrob yang dinyatakan dengan aw, yaitu paling peka terhadap kondisi lingkungannya.
jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh Membran kulitnya yang sangat tipis,
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. memungkinkan terjadinya difusi zat dari
Berdasarkan kadar air yang diperoleh pada lingkungan yang memengaruhi metabolisme
penelitian, serbuk tanaman dari daerah Bogor dalam tubuhnya. Biasanya dipilih larva
dan Bandung relatif stabil terhadap serangan berumur 2 hari atau 48 jam. Jika berumur
mikrob, sedangkan serbuk tanaman dari lebih dari 48 jam, dikhawatirkan kematian
daerah Sukabumi dengan nilai kadar air di larva bukan disebabkan toksisitas ekstrak,
atas 10% mungkin dikarenakan kelembapan melainkan oleh terbatasnya persediaan
yang lebih di daerah tersebut atau hasil makanan (Meyer et al. 1982).
pengukuran yang belum konstan. Serbuk Uji toksisitas diperlukan untuk mengetahui
tanaman dengan nilai kadar air lebih dari 10% konsentrasi yang dapat menyebabkan
harus langsung digunakan agar tidak terjadi keracunan sehingga dapat diketahui jumlah
penyimpangan, atau dapat dikeringkan penggunaan yang tepat. LC50 adalah
kembali untuk menghindari aktivitas mikrob. konsentrasi dari suatu bahan yang dapat
menyebabkan 50% kematian dalam suatu
Ekstraksi populasi, dalam hal ini A. salina. Jumlah larva
udang yang mati dihitung setelah penambahan
Ekstraksi digunakan untuk memperoleh ekstrak selama 24 jam (Lampiran 5). Contoh
kandungan senyawa yang larut dalam pelarut. perhitungan nilai LC50 menggunakan metode
Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan probit diberikan pada Lampiran 6.
menggunakan pelarut etanol 30% selama Gambar 6 menunjukkan nilai LC50 ekstrak
2×24 jam. Maserasi merupakan metode etanol pegagan di bawah 1 000 ppm,
ekstraksi komponen dengan merendam contoh sedangkan ekstrak etanol kumis kucing,
dalam pelarut yang sesuai selama waktu sambiloto, dan tempuyung berada di atas 1
tertentu. Maserasi cocok digunakan untuk 000 ppm. Ekstrak etanol pegagan diduga
senyawa yang belum diketahui sifat-sifatnya, mempunyai senyawa metabolit sekunder yang
karena dapat menjaga kandungan senyawa lebih aktif dan toksik, sedangkan pada ekstrak
dalam sampel yang tidak tahan panas agar etanol kumis kucing, sambiloto, dan
tidak rusak, sehingga ekstrak diperoleh dalam tempuyung mungkin ada beberapa senyawa
jumlah yang besar. metabolit sekunder yang menghambat
Etanol 30% dipilih sebagai pelarut metabolit sekunder lain yang aktif. Nilai LC50
ekstraksi berdasarkan penelitian sebelumnya masing-masing ekstrak dapat dijadikan
yang dilakukan oleh Darusman et al. (2009): sebagai batas konsentrasi tertinggi pada
ekstrak etanol 30% memiliki aktivitas inhibisi penentuan ragam konsentrasi ekstrak dalam
yang optimum. Simplisia tanaman yang uji aktivitas ACE, sebab formulasi obat akan
diektraksi adalah yang memiliki kandungan lebih aman jika konsentrasinya dibuat di
flavonoid setara kuersetin tertinggi, yaitu bawah LC50 (Setiawan 2006). .
nilai R2 sebesar 0.999 (Lampiran 7). Nilai y
1500 1254.833 1211.178 1211.178 adalah absorbans asam hipurat yang terukur
LC50 (ppm)
dan x adalah konsentrasi asam hipurat
1000
tersebut. Hasil uji (Lampiran 8) menunjukkan
485.675 bahwa semua ekstrak yang diuji berpotensi
500
menghambat aktivitas ACE, kecuali ekstrak
0 tempuyung pada konsentrasi 50 dan 100 ppm.
Kedua konsentrasi tersebut menghasilkan nilai
negatif, berturut-turut sebesar ˗26.30% dan
˗141.01%. Hasil negatif pada inhibisi ACE
tidak berarti bahwa tanaman tersebut tidak
bekerja sebagai obat, sebaliknya mungkin
Gambar 6 Nilai LC50 ekstrak etanol kumis dapat bekerja pada mekanisme reaksi
kucing, pegagan, sambiloto dan hipotensi (Hansen et al. 1995). Daya inhibisi
tempuyung terhadap A. salina. ekstrak tidak selalu mengalami peningkatan
seiring dengan meningkatnya onsentrasi
Inhibisi Ekstrak Tunggal terhadap ekstrak, hal ini mungkin dikarenakan
Aktivitas ACE secara In Vitro ketidakstabilan ACE.
Gambar 7 menunjukkan daya inhibisi dari
Seluruh ekstrak tanaman yang telah variasi konsentrasi masing-masing ekstrak
diperoleh nilai toksisitasnya diuji aktivitas etanol kumis kucing, pegagan, sambiloto, dan
ACE secara in vitro menggunakan metode tempuyung. Terlihat bahwa masing-masing
Chusman dan Cheung (1981) dengan sedikit ekstrak memiliki daya inhibisi terbesar di
modifikasi pada komposisi substrat (Hip-His- konsentrasi yang berbeda-beda. Ekstrak etanol
Leu 8 mM dalam buffer HEPES 50 mM yang kumis kucing memiliki inhibisi terbesar pada
mengandung NaCl 300 mM pada pH 8.3). konsentrasi 50 ppm, pegagan pada konsentrasi
Konsentrasi yang digunakan pada pengujian 100 ppm, sambiloto 100 ppm, dan tempuyung
berada di bawah nilai LC50 dari masing- 14 ppm. Hasil yang diperoleh pada ekstrak
masing ekstrak, maka menurut LC50 yang etanol pegagan dan tempuyung sesuai dengan
diperoleh, dipilih konsentrasi terendah hingga penelitian sebelumnya (Darusman et al.
mencapai 400 ppm. Namun, konsentrasi 2009). Senyawa metabolit sekunder dalam
ekstrak di atas 100 ppm membuat ACE sangat ekstrak etanol kumis kucing, pegagan,
tidak stabil yang akan berpengaruh pada hasil sambiloto, dan tempuyung yang diduga dapat
yang diperoleh. Karena itu, dalam pengujian menginhibisi aktivitas ACE adalah flavonoid.
digunakan konsentrasi 14, 25, 50, dan 100 Namun, berdasarkan data kadar flavonoid,
ppm. inhibisi pegagan seharusnya lebih besar
Pengujian pada konsentrasi bervariasi ini daripada tempuyung. Diperoleh hasil
dimaksudkan untuk melihat pengaruh sebaliknya, hal ini menunjukkan bahwa hasil
penambahan konsentrasi ekstrak terhadap inhibisi tidak bergantung pada besarnya
peningkatan daya inhibisi. Pengujian kandungan flavonoid pada tanaman.
dilakukan dengan blangko (tanpa penambahan Flavonoid merupakan kelas utama
ekstrak) dan kontrol positif (kaptopril pada senyawa polifenol yang menunjukkan
konsentrasi 14 dan 100 ppm). Hasil yang berbagai aktivitas farmakologi. Senyawa ini
diperoleh berupa absorbans. Semakin rendah menarik bagi para peneliti dan farmakologis
nilai absorbans yang dihasilkan, semakin karena beberapa alasan, di antaranya sebagian
besar daya inhibisi terhadap aktivitas ACE. besar bahan makanan yang kaya akan
Uji enzimatik dilakukan pada kondisi flavonoid seperti teh, anggur, bawang putih,
optimum, yakni pada suhu inkubasi 32 °C, pH apel, dan cokelat hitam secara umum
8.3, konsentrasi enzim ACE 25 mU/mL, dan diketahui memiliki efek terhadap
waktu inkubasi 30 menit. Panjang gelombang kardiovaskular sehingga tanaman obat yang
maksimum yang digunakan sebesar 228 nm mengandung senyawa flavonoid banyak
(Darusman et al. 2009). Absorbans yang digunakan sebagai obat-obatan (Perez-
terukur berasal dari sisa asam hipurat hasil Vizcaino et al. 2009). Senyawa bioaktif
reaksi antara substrat dan ACE yang tidak flavonoid yang telah diteliti dapat mencegah
dihambat oleh ekstrak tanaman. Absorbans ini terjadinya hipertensi melalui pendekatan
kemudian diubah menjadi konsentrasi asam terhadap aktivitas ACE adalah flavan-3-ol,
hipurat berdasarkan persamaan linear kurva prosianidin Actis-Goretta et al. 2003) dan
standar, yakni y = 0.0547x + 0.0068 dengan kuersetin (Duarte et al. 2001).
100
76.98
75 62.89 58.69
50
% inhibisi
53.74
25
0
-25 14 25 50 100

-50
Konsentrasi (ppm)
Kumis kucing Pegagan Sambiloto Tempuyung

Gambar 7 Persen inhibisi ekstrak etanol kumis kucing, pegagan, sambiloto dan tempuyung
terhadap aktivitas enzim ACE.

Berdasarkan rekomendasi JNC VII (2003), terhadap aktivitas ACE secara in vitro.
mekanisme obat yang dapat digunakan Gambar 8 menunjukkan daya inhibisi dari
sebagai antihipertensi adalah diuretik, kontrol positif kaptopril dan berbagai
penyekat-β, inhibitor ACE, antagonis kalsium gabungan ekstrak dengan nisbah yang
(CCB), dan penghambat reseptor angiotensin bervariasi (Lampiran 9). Penggabungan
(ARB). Inhibitor ACE menyebabkan ekstrak tunggal dimaksudkan untuk
penurunan angiotensin II dan kenaikan mendapatkan persen inhibisi yang lebih
bradikinin, senyawa vasodilator yang tinggi. Selain itu, diharapkan diperoleh
potensial, sehingga menyebabkan efek formulasi obat yang lebih efisien jika
samping hiperkalemia, angiodema, dan batuk diaplikasikan dalam skala industri. Gabungan
kering, akibat dari kenaikan bradikinin ekstrak etanol kumis kucing, pegagan, dan
(Walker 2007). tempuyung dengan komposisi 25:50:7
mempunyai daya inhibisi terbesar, yakni
Inhibisi Ekstrak Gabungan terhadap 76.87%. Darusman et al. (2009) menyatakan
Aktivitas ACE secara In Vitro bahwa gabungan ekstrak pegagan dan
tempuyung menghasilkan daya inhibisi
Ekstrak etanol tunggal yang memiliki daya sebesar 51.27% dengan komposisi 1:2 pada
inhibisi terbesar, yaitu kumis kucing 50 ppm, konsentrasi 14 ppm. Dari kedua hasil ini
pegagan 100 ppm, sambiloto 100 ppm, dan terlihat bahwa komposisi 3 ekstrak tanaman
tempuyung 14 ppm, digabungkan menjadi menghasilkan nilai inhibisi lebih baik.
beberapa gabungan dan diuji daya inhibisinya

90
76.87 73.65 71.31 73.23
80
70 59.27 59.14 55.51
60 54.78
49.07
% inhibisi

50
40 30.49
30 22.87 25.34
20
10
0

Kontrol positif dan gabungan ekstrak


Gambar 8 Persen inhibisi kontrol positif dan gabungan ekstrak kumis kucing (K), pegagan (P),
sambiloto (S) dan tempuyung (T) terhadap aktivitas enzim ACE.
Penelitian terhadap pegagan telah gugus karboksil seperti pada inhibitor
dilakukan sebelumnya oleh Hansen et al. lainnya, tetapi oleh gugus –SH. Ternyata hal
(1995) melalui reaksi penghambatan ACE. ini mengakibatkan potensi kaptopril sebagai
Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa obat antihipertensi menjadi 1 000 kali lebih
tanaman pegagan memiliki daya inhibisi kuat (Chusman dan Ondetti 1999).
terbesar dibandingkan dengan tanaman lain Mekanisme yang terjadi pada inhibitor ACE
yakni sebesar 50% dalam ekstrak etanol dapat dijadikan rujukan mekanisme inhibisi
96%. Inhibisi oleh gabungan ekstrak yang mungkin terjadi pada ekstrak tanaman,
tanaman lebih besar dibandingkan dengan namun harus dibuktikan dengan penelitian
ekstrak tunggalnya maupun dengan kontrol lebih lanjut.
positif (kaptopril 14 dan 100 ppm), yaitu
sebesar 22.87 dan 30.49%. Kaptopril SIMPULAN DAN SARAN
(Gambar 9) merupakan obat yang lazim
diberikan pada penderita hipertensi. Simpulan
Kaptopril memiliki afinitas yang tinggi
terhadap ACE dan berkompetisi dengan Kadar flavonoid tertinggi terdapat pada
angiotensin I, sebagai substrat alami, untuk ekstrak tanaman kumis kucing bunga putih
mencegah terjadinya angiotensin II. Pada asal Sukabumi (0.21%), pegagan asal Bogor
penelitian digunakan substrat hipuril-L- (0.15%), sambiloto asal Bogor (0.056%) dan
histidil-L-leusina sebagai pengganti tempuyung asal Sukabumi (0.054%).
angiotensin I. Ekstrak etanol 30% tunggal kumis kucing 50
ppm, pegagan 100 ppm, sambiloto 100 ppm,
dan tempuyung 14 ppm memiliki daya
inhibisi terbesar untuk masing-masing jenis
sampel berturut-turut sebesar 76.98, 58.69,
53.74, dan 62.89%. Gabungan ekstrak kumis
kucing, pegagan dan tempuyung dengan
komposisi 25:50:7 memiliki persen inhibisi
sebesar 76.87%.
Gambar 9 Struktur kaptopril (Jurca dan
Laura 2010). Saran

Chusman dan Ondetti telah melakukan Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
berbagai penelitian sejak 1967 mengenai untuk mengetahui senyawa spesifik yang
inhibitor ACE. Hasil-hasil penelitian yang memengaruhi daya inhibisi terhadap
diperoleh membawa keduanya kepada aktivitas ACE.
simpulan bahwa inhibitor ACE bekerja
dengan cara mengikat tapak aktif dari ACE, DAFTAR PUSTAKA
yaitu S1, S1' dan S2 (Gambar 10).
Actis-Goretta L, Ottaviani JI, Keen CL,
Fraga CG. 2003. Inhibition of
angiotensin converting enzyme (ACE)
activity by flavan-3-ols and procyanidin.
FEBS Lett 555:597-600.

[AOAC]. 1984. Official Methods of


Analysis Virginia: AOAC Int.

Barolli MG, Werner AR, Slep LD, Pamillo


AB. 2000. Formation of complexes of
flavonoids and metals, determination of
Gambar 10 Struktur ACE (Chusman dan the stochiometry and stability constants.
Ondetti 1999). Molecules 5:516-517.

Pengikatan ACE oleh kaptopril [BIT-LIPI] Balai Informasi Teknologi


dilakukan pada ketiga tapak aktif ACE, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
namun pengikatan Zn tidak dilakukan oleh 2009. Hipertensi [terhubung berkala].
http://www.bit.lipi.go.id/pangan_kesehat Foo LY, Lu Y, Watson RR, penemu; New
an/artikel_hipertensi/tanaman_obat.pdf Zealand Patent. 24 Jun 2008. Extract of
[27 Mei 2010]. passion fruit and uses there of. US
7390517 B2.
Chew OS, Hamdan MR, Ismail Z, Ahmad
MN. 2004. Assessment of herbal Handa SS, Rakesh DD, Vasisht K. 2006.
medicine by chemometrics: assisted Compendium of Medicinal and Aromatic
interpretation of FTIR spectra. Malaysia: Plants Asia. Italia: United Nations
Universiti Sains Malaysia. Industrial Development Organization and
The International Centre for Science and
Cushman DW, Cheung HW. 1981. High Technology.
Spectrophotometric assay and properties
of the angiotensin converting enzyme of Hansen K et al. 1995. In vitro screening of
the rabbit lung. Biochem Pharmacol traditional medicines for anti-
20:1637-1648. hypertensive effect based on inhibiton of
the angiotensin converting enzyme
Chusman DW, Ondetti MA. 1999. Design of (ACE). J Ethnopharmacol 48:43-51.
angiotensin converting enzyme
inhibitors. Nat America Inc 5:1110-1113. Hembing. 1997. Hidup Sehat Cara
Hembing. Jakarta: Elex Media
Darusman LK, Iswantini D, Indariani S. Komputido.
2009. Formulasi dan mikroenkapsulasi
ekstrak pegagan (Centella asiatica) dan Imelda ER, Andani. 2006. Perbandingan
tempuyung (Sonchus arvensis) sebagai efek diuretika serta kadar natrium dalam
antihipertensi: Daya inhibisinya terhadap darah antara pemberian ekstrak etanol
angiotensin I converting enzyme (ACE) daun tempuyung (Sonchus arvensis
secara in vitro [laporan penelitian]. Linn) dengan furosemida. J Sains Teknol
Bogor: Pusat Studi Biofarmaka. Farm 11:76-80.

Day RA, Underwood AL. 1981. Analisa Jalili, penemu; Neddle & Rosenberg. 31 Jan
Kimia Kuantitatif. Soendoro R, 2008. Quercetine supplementation to
Widaningsih, Rahadjeng S, penerjemah. treat hypertension. US 0026076 A1.
Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari:
Quantitative Analysis. Jarukamjorn K, Nemoto N. 2008.
Pharmacological aspect of Andrographis
[Depkes RI] Departemen Kesehatan paniculata on health and its major
Republik Indonesia. 2000. Penentuan diterpenoid constituent andrographolide.
Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. J Health Sci 54:370-381.
Jakarta: Depkes RI.
[JNC] Joint National Committe. 2003. The
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Seventh Report of the Joint National
Republik Indonesia. 2009. Hipertensi Committee on Prevention, Detection,
penyebab kematian nomor tiga Evaluation, and Treatment of High
[terhubung berkala]. Blood Pressure. Maryland: NIH
http://www.depkes.go.id/index.php/berit Publication No. 03-5233.
a/press-release/810-hipertensi-penyebab-
kematian-nomor-tiga.html [2 April Jurca T, Vicas L. 2010. Complexes of the
2010]. ACE-inhibitor captopril. Farmacia
58:198-202.
Duarte J et al. 2001. Antihypertensive
effects of the flavonoid quercetin in Krishnaiah, Devi, Bono, Sarbatly. 2009.
spontaneously hypertensive rats. Brit J Studies of phytochemical constituents of
Pharmacol 133:177-124. six Malaysian medicinal plants. J Med
Plan 3:067-072.
Fardiaz S. 1989. Analisis Mikrobiologi
Pangan. Jakarta: Raja Grapindo Persada. Lee DH, Kim JH, Park JS, Choi YJ, Lee JS.
2004. Isolation and characterization of a
novel angiotensin I-converting enzyme
inhibitory peptide derived from the Sriningsih et al. 2005. Analisa senyawa
edible mushroom Tricholoma giganteum. golongan flavonoid herba tempuyung
Peptides 25:621-627. (Sonchus arvensis L.). Jakarta:
Universitas Pancasila.
Matkowski A. 2008. Antioxidant activity of
extract and different solvent fraction of Ullah MO, Sultana S, Haque A, Tasmin S.
Glechoma hederacea L. and Orthosiphon 2009. Antimicrobial, cytotoxic and
stamineus (Benth.) Kudo. Adv Clin Exp antioxidant activity of Centella asiatica.
Med 615-624. Eur J Sci 30:260-264.

Meyer BN et al. 1982. Brine shrimp: A Verhoeyen ME, Wiseman SA. penemu;
convenient general bioassay for active Unilever Intelectual Property Group. 8
plant constituents. Planta Med 45:31-34. Mei 2008. Use of plants with increased
levels of flavonol glycosides in reducing
Ojha SK, Nandave M, Kumari S, Arya DS. hypertension. US 0107792 A1.
2009. Antioxidant activity of
Andrographis paniculata in ischemic Walker L. 2007. Antihypertensive drugs
myocardium of rats. Glo J Pharm 3:154- [terhubung berkala].
157. http://www.drexelmed.edu/documents/ph
armacology_physiology/lectures/nov-20-
Olah N-K, Radu L, Mogosan C, Hanganu D, 07.pdf [27 Mei 2010].
Gocan S. 2003. Phytochemical and
pharmacological studies on Orthosiphon Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
stamineus Benth. (Lamiaceae) Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
hydroalcoholic extract. J Pharm Biomed
Anal 33:117-123. Yingsukpisarn S. 2005. Angiotensin
converting enzyme inhibition activity
Perez-Vizcaino F, Duarte J, Jimenez R, and antihypertensive effect of Thai
Santos-Buelga C, Osuna A. 2009. medical plants [tesis]. Thailand: Faculty
Antihypertensive effects of the flavonoid of Graduate Studies, Mahidol University.
quercetin. Pharm Rep 61:67-75.
Zainol NA, Voo SC, Sarmidi MR, Aziz RA.
Roy S, Rao K, Bhuvaneswari Ch, Giri A, 2008. Profiling of Centella asiatica (L.)
Mangamoori LK. 2010. Phytochemical urban extract. Malay J Anal Sci 12:322-
analysis of Andrographis paniculata 327.
extract and its antimicrobial activity.
World J Microbiol Biotechnol 26:85-91. Zhao Y et al. 2007. Antihypertensive effect
and purification of an ACE inhibitory
Salah AM, Dongmo AB, Kamanyi A, peptide from sea cucumber gelatin
Bopelet M, Wagner H. 2001. hydrolysate. Process Biochem 42:1586-
Angiotensin-converting enzyme- 1591.
inhibitory effect by Ruellia praetermissa.
Pharm Biol 39:16-19.

Setiawan MP. 2006. Inhibisi ekstrak air dan


etanol sambiloto (Andographis
paniculata [Burm.f.] Ness) terhadap
aktivitas tirosin kinase [skripsi]. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Shalaby SM, Zakora M, Otte J. 2006.
Performance of two commonly used
angiotensin-converting enzyme
inhibition assays using FA-PGG and
HHL as substrates. J Dairy Res 73:178-
186.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Kumis kucing, pegagan, sambiloto, dan tempuyung

Evaluasi kandungan flavonoid secara kuantitatif

Simplisia dengan kandungan flavonoid


tertinggi

Penentuan kadar air, ekstraksi semua sampel, dengan


etanol 30% dan penentuan nilai LC50 semua ekstrak

Penentuan daya inhibisi ekstrak tunggal dan


gabungan terhadap ACE secara in vitro
Lampiran 2 Kurva standar kuersetin

Konsentrasi Absorbans
kuersetin (ppm) (λ = 370.8 nm)
0 0.000
1 0.027
3 0.090
6 0.177
12 0.353
24 0.713
50 1.329

1,600
1,400 y = 0.026x + 0.016
R² = 0.996
1,200
Absorbans

1,000
0,800
0,600
0,400
0,200
0,000
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi kuersetin (ppm)
Lampiran 3 Kadar flavonoid kumis kucing, pegagan, sambiloto, dan tempuyung

Sampel Kadar flavonoid (ppm) Kadar flavonoid × 10-1 (%) Rerata kadar flavonoid × 10-1 (%)
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2
Sampel asal Bogor
Kumis kucing bunga putih 12.8209 12.8582 1.6026 1.6072 1.6049
Pegagan 11.9254 12.2612 1.4643 1.5056 1.4850
Sambiloto 3.8657 3.9030 0.4832 0.4879 0.4855
Tempuyung 2.9701 3.0075 0.4455 0.4513 0.4484
Sampel asal Sukabumi
Kumis kucing bunga putih 16.8134 17.2239 2.0933 2.1444 2.1189
Kumis kucing bunga ungu 9.5000 9.5373 1.1857 1.1904 1.1881
CASI 007 9.2388 9.2015 1.1223 1.1178 1.1201
CASI 008 8.1194 8.1567 1.0079 1.0125 1.0102
CASI 016 8.7910 8.8284 1.0794 1.0840 1.0817
Sambiloto 4.3881 4.5746 0.5480 0.5713 0.5597
Tempuyung 4.3881 4.4761 0.5480 0.5340 0.5410
Sampel asal Bandung
Kumis kucing bunga putih 12.2985 12.2612 1.5373 1.5327 1.5350
Kumis kucing bunga ungu 15.2836 15.3209 1.9028 1.9075 1.9052
CASI 007 7.1866 7.2239 0.8912 0.8958 0.8935
CASI 008 6.0672 6.1045 0.7524 0.7570 0.7547
Tempuyung 3.0448 3.0821 0.4494 0.4549 0.4521

Kadar flavonoid (%) =


Lampiran 4 Kadar air kumis kucing, pegagan, sambiloto, dan tempuyung

Sampel Bobot sampel (g) Bobot sampel kering (g) Kadar air (%) Rerata kadar air (%)
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2
Sampel asal Bogor
Kumis kucing bunga putih 2.0004 2.0004 1.8325 1.8342 8.39 8.31 8.35
Pegagan 2.0003 2.0005 1.7613 1.7577 11.95 12.04 12.00
Sambiloto 2.0007 2.0004 1.8672 1.8677 6.67 6.63 6.65
Tempuyung 2.0003 2.0002 1.8383 1.8394 8.10 8.04 8.07
Sampel asal Sukabumi
Kumis kucing bunga putih 2.0002 1.9999 1.7779 1.7762 11.11 11.19 11.15
Kumis kucing bunga ungu 2.0003 2.0004 1.7841 1.7859 10.81 10.72 10.77
CASI 007 2.0008 2.0006 1.7429 1.7448 12.89 12.79 12.84
CASI 008 2.0001 2.0003 1.7350 1.7392 13.25 13.05 13.15
CASI 016 2.0004 2.0004 1.7506 1.7510 12.45 12.47 12.46
Sambiloto 2.0005 2.0000 1.7853 1.7867 10.76 10.67 10.72
Tempuyung 2.0008 2.0007 1.7785 1.7790 11.11 11.08 11.10
Sampel asal Bandung
Kumis kucing bunga putih 2.0005 2.0006 1.8815 1.8836 5.95 5.85 5.90
Kumis kucing bunga ungu 2.0002 2.0002 1.8457 1.8464 7.72 7.69 7.71
CASI 007 2.0009 2.0007 1.8502 1.8505 7.53 7.50 7.52
CASI 008 2.0006 2.0009 1.8712 1.8704 6.49 6.52 6.51
Tempuyung 2.0009 2.0003 1.8349 1.8333 8.30 8.35 8.33

Kadar air (%)


Lampiran 5 Aktivitas ekstrak sampel terhadap larva A. salina setelah 24 jam

Nilai LC50 ekstrak kumis kucing bunga putih asal Cicurug


Konsentrasi (ppm) Jumlah larva udang yang mati
Ulangan 1 Ulangan 2
0 0 0
10 0 0
100 0 0
500 0 0
1000 1 1

Nilai LC50 ekstrak pegagan asal Bogor


Konsentrasi (ppm) Jumlah larva udang yang mati
Ulangan 1 Ulangan 2
0 0 0
10 0 0
100 3 3
500 5 5
1000 9 9

Nilai LC50 ekstrak sambiloto asal Bogor


Konsentrasi (ppm) Jumlah larva udang yang mati
Ulangan 1 Ulangan 2
0 0 0
10 0 0
100 0 0
500 2 2
1000 3 3

Nilai LC50 ekstrak tempuyung asal Bogor


Konsentrasi (ppm) Jumlah larva udang yang mati
Ulangan 1 Ulangan 2
0 0 0
10 0 0
100 0 0
500 2 2
1000 3 3
Lampiran 6 Contoh perhitungan nilai LC50 ekstrak sampel menggunakan metode
probit

Confidence Limits

95% Confidence Limits for


Probability VAR00002
Lower Upper
Estimate Bound Bound
PROBIT .010 801.305 . .
.020 853.283 . .
.030 886.262 . .
.040 911.070 . .
.050 931.250 . .
.060 948.426 . .
.070 963.487 . .
.080 976.971 . .
.090 989.235 . .
.100 1000.524 . .
.150 1047.262 . .
.200 1084.409 . .
.250 1116.277 . .
.300 1144.895 . .
.350 1171.415 . .
.400 1196.579 . .
.450 1220.926 . .
.500 1244.887 . .
.550 1268.848 . .
.600 1293.194 . .
.650 1318.359 . .
.700 1344.878 . .
.750 1373.497 . .
.800 1405.365 . .
.850 1442.511 . .
.900 1489.250 . .
.910 1500.539 . .
.920 1512.802 . .
.930 1526.287 . .
.940 1541.347 . .
.950 1558.523 . .
.960 1578.703 . .
.970 1603.512 . .
.980 1636.491 . .
.990 1688.469 . .
Lampiran 7 Kurva standar asam hipurat

Konsentrasi asam Absorbans


hipurat (ppm) (λ = 228 nm)
0 -0.001
2 0.110
4 0.225
6 0.340
8 0.454
10 0.558
12 0.832
25 1.367

1,6
1,4 y = 0.054x + 0.006
R² = 0.999
1,2
1
0,8
Absorbans

0,6
0,4
0,2
0
-0,2 0 5 10 15 20 25 30

Konsentrasi asam hipurat (ppm)


Lampiran 8 Hasil uji aktivitas ekstrak sampel terhadap ACE secara in vitro

Konsentrasi asam Inhibisi Rerata


hipurat (ppm) (%) inhibisi
Sampel (%)
Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 1 2
Ekstrak kumis kucing
14 ppm 0.9543 1.0457 60.21 56.40 58.31
25 ppm 0.9909 1.0274 58.69 57.16 57.93
50 ppm 0.5338 0.5704 77.74 76.22 76.98
100 ppm 1.9598 2.0512 18.29 14.48 16.39
Ekstrak pegagan
14 ppm 1.3931 1.3565 41.42 43.44 42.68
25 ppm 1.2561 1.2834 47.25 46.49 46.87
50 ppm 1.1554 1.1371 51.83 52.59 52.21
100 ppm 0.9360 1.0457 60.98 56.40 58.69
Ekstrak sambiloto
14 ppm 1.3382 1.3382 44.21 44.21 44.21
25 ppm 1.3784 1.3931 42.68 41.92 42.30
50 ppm 1.3748 1.2651 42.68 47.25 44.97
100 ppm 1.0640 1.1554 55.64 51.83 53.74
Ekstrak tempuyung
14 ppm 0.8446 0.9360 64.79 60.98 62.89
25 ppm 1.9598 1.8684 18.29 22.10 20.20
50 ppm 3.0937 2.9853 -28.96 -23.63 -26.30
100 ppm 5.8720 5.6892 -144.82 -137.20 -141.01
Kaptopril
14 ppm 1.8684 1.8318 22.10 23.63 22.87
100 ppm 1.6856 1.6490 29.73 31.25 30.49

Persen inhibisi =
Lampiran 9 Hasil uji aktivitas ekstrak gabungan terhadap ACE secara in vitro

Konsentrasi asam Inhibisi Rerata


Sampel hipurat (ppm) (%) inhibisi (%)
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2
K-P-S-T 4.2084 4.0622 60.32 58.21 59.27
K-P-T 2.2717 2.4351 78.58 77.04 77.81
K-S-T 2.4539 2.5265 76.87 76.18 76.53
P-S-T 7.8830 7.9561 25.68 24.99 25.34
K-P 1.7952 1.7038 58.07 60.21 59.14
K-S 1.9049 1.9049 55.51 55.51 55.51
K-T 1.1005 1.1540 74.30 73.05 73.68
P-S 1.2102 1.2468 71.73 70.87 71.30
P-T 1.1188 1.1737 73.87 72.58 73.23
S-T 5.1956 5.1042 42.84 39.33 41.08

Keterangan :
Sampel Keterangan
K-P-S-T Gabungan ekstrak 25:50:50:7
K-P-T Gabungan ekstrak 25:50:7
K-S-T Gabungan ekstrak 25:50:7
P-S-T Gabungan ekstrak 50:50:7
K-P Gabungan ekstrak 1:2
K-S Gabungan ekstrak 1:2
K-T Gabungan ekstrak 25:7
P-S Gabungan ekstrak 1:1
P-T Gabungan ekstrak 50:7
S-T Gabungan ekstrak 50:7

S-ar putea să vă placă și