Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
Sangat sukar untuk menetapkan secara tepat suhu bagian mana dari tubuh yang dapat
disebut suhu tubuh. Ada tiga cara untuk menentukan suhu tubuh yaitu :
Suhu tubuh yang dimaksud ialah suhu inti. Sedangkan suhu perifer digunakan bila
sedang dibahas proses pemindahan panas dari permukaan tubuh ke lingkungannya
atau sebaliknya. Suhu tubuh rata - rata digunakan apabila kita biarkan jumlah panas
yang disimpan dalam tubuh.
Pada manusia untuk mendapatkan gambaran suhu tubuh dilakukan pengukuran yang
dapat dipilih:
Dari hal – hal tersebut diatas dapat dimengerti bahwa suhu tubuh normal bukan
merupakan nilai pasti di satu angka.
Pada keadaan tertentu, misalnya demam, thermostat akan diubah ke nilai yang
tinggi misalnya 39 derajat celcius suhu tubuh yang semula normal menyesuaikan
dengan keadaan baru ini. Tubuh berusaha agar suhu sesuai dengan thermostat.
Dalam hal ini akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah kulit (penurunan
pengeluaran panas), sekresi epinefrin meningkat dan menggigil atau peningkatan
pembentukan panas yang disebut fase ras dingin pada keadaan demam
Apabila suhu tubuh telah sama dengan nilai yang ditentukan oleh thermostat
maka baik pembentukan panas maupun pengeluaran panas akan meningkat. Bila
karena suatu hal tiba – tiba termostart turun kembali ke suhu normal maka suhu
tubuh juga diturunkan ke nilai yang sama. Dalam hal ini akan terjadi vasodilatasi
dan banyak keringat (pengeluaran panas meningkat).
1. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan
ringan suhu sampai 39°C meningkatkan sistem imun tubuh.Demam juga
merupakan bentuk pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi
interferon (substansi yang bersifat melawan virus). Pola demam berbeda
bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen
berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda. Selama
demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah.
Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu.
Frekuensi jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh terhadap nutrient.Metabolisme yang meningkat
menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan.
3. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah
hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.Hipertermia malignan adalah
kondisi bawaan tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika
orang yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
4. Heat stroke
Penyinarana yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini
disebut heat stroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas yang tinggi.Klien beresiko termasuk yang masih sangat muda
atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme,
diabetes atau alkoholik.Yang termasuk beresiko adalah orang yang
mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk
mengeluarkan panas (mis:fenotiazin, antikolinergik, diuretik, amfetamin,
dan antagonis reseptor beta-adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan
olahraga atau kerja yang berat (mis:atlet, pekerja konstruksi dan
petani).Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium,
sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkontinensia.
Tanda lain yang paling penting adalah kulit yang hangat dan
kering.Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit
sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu yang lebih
besar dari 40,5°C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua
organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi
45°C, takikardia dan hipotensi.Otak mungkin merupakan organ yang
terlebih dahulu terkena karena sensitivitasnya terhadap keseimbangan
elektrolit. Jika kondisi terus berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil tidak
reaktif.Terjai kerusakan neurologis yang permanen kecuali jika tindakan
pendinginan segera dimulai.
5. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan
mengakibatakan hipotermia.Tingkatan hipotermia
a) Ringan 34,6 - 36,5°C per rectal
b) Sedang 28,0 - 33,5°C per rectal
c) Berat 17,0 - 27,5°C per rectal
d) Sangat berat 4,0 - 16,5°C per rectal
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui
selama beberapa jam.Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang
mengalami hipotermia mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang
ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah
34,4°c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika
hipotermia terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung,
kehilangan kesadaran, dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.Kita
dapat mengukur suhu tubuh pada tempat-tempat berikut:
1. ketiak/ axilae: termometer didiamkan selama 10-15 menit
2. anus/ dubur/ rectal: termometer didiamkan selama 3-5 menit
3. mulut/ oral: termometer didiamkan selama 2-3 menit
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
a) Jenis Pemeriksaan Diagnostik
3) Diagnosa Keperawatan
Hipertermia berhubungan dengan :
a. Proses penyakit
b. Penurunan kemampuan untuk berkeringat, sekunder akibat
(nama obat)
c. Pajanan terhadap panas, matahari
d. Pakaian yang tidak sesuai dengan iklim
e. Tidak terdapat akses untuk pendingin udara
f. Penurunan sirkulasi, sekunder akibat berat badan yang
ekstrem
g. Penurunan sirkulasi, sekunder akibat dehidrasi
h. Insufisiensi hidrasi untuk aktivitas yang berat
i. Ketidakefektifan regulasi suhu, sekunder akibat suhu
b) Perencanaan
1) Prioritas Diagnosa Keperawatan
Hipertermi karena jika hipertermi tidak cepat ditanggulangi
akan mengancam nyawa pasien.
2) Rencana asuhan Keperawatan
a. Lakukan pengkajian mengenai riwatyat pasien masuk rumah
sakit
b. Observasi TTV
c. Pantau masukan dan saluran serta berikan minuman kesukaan
d. Ajari pentingnya mempertahankan masukan cairan yang
adekuat
e. Kolaborasi pemberian obat paracetamol
f. Ganti baju yang berlebihan
g. Berikan kompres hangat
h. Ajarkan tanda-tanda dini hipertermia
3) Diagnosa keperawatan
Hipertermia berhubungan dengan :
a. Proses penyakit
b. Penurunan kemampuan untuk berkeringat, sekunder akibat
(nama obat)
c. Pajanan terhadap panas, matahari
d. Pakaian yang tidak sesuai dengan iklim
e. Tidak terdapat akses untuk pendingin udara
f. Penurunan sirkulasi, sekunder akibat berat badan yang
ekstrem
g. Penurunan sirkulasi, sekunder akibat dehidrasi
h. Insufisiensi hidrasi untuk aktivitas yang berat
i. Ketidakefektifan regulasi suhu, sekunder akibat suhu
4) Rencana Tujuan
Pasien akan mengalami keseimbangan termoregulasi
c) Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam asuhan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan
yang sudah direncanakan dalam rencana tindakan. mencangkup
tindakan mandiri (independen ) dan kolaborasi.
d) Evaluasi
a. Faktor resiko hipertermia dapat diatasi
b. Suhu tubuh pasien menjadi normal
c. Nadi dan RR dalam rentang normal
d. Tidak ada perubahan warna kulit
e) WOC
Infeksi
Pirogen eksogen dan pirogen endogen
Sel darah putih mengeluarkan zat kimia yg dinamakan pirogen endogen
Pirogen eksogen menstimulasi monosit, limfosit, dan neutrofil
hipotalamus anterior dirangsang oleh pirogen eksogen dan pirogen endogen
Prostaglandin
Terjadi mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil,
vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut.
Hipertermi
BAB III
TINJAUAN KASUS
c) Pola Kebiasaan
d) Pemeriksaan Fisik
e) Data Penunjang
B. Analisa Data
Analisa Data Pasien An.N dengan Hipertermi di Ruang Durian
RSUD Klungkung tanggal 16 Januari 2018
Proses Terjadinya :
5. Anjurkan pasien
5. Untuk mempercepat
menggunakan
proses penguapan panas.
pakaian yang
tipis dan
menyerap
keringat.
6. Dengan memberikan
6. Kolaborasi dalam
obat antipiretik tersebut
memberikan obat
dapat menetralkan panas
Antipiretik
tubuh
3 14:25 wita Dx1 Memberikan kompres hangat pada Ds : - ibu pasien mengatakan
daerah aksila dan lipatan femuralis. anaknya setuju untuk di kompes
hangat.
Do : - pasien teraba panas.
4 14:15 wita Dx2 Memonitor peningkatan berat dan Ds : - ibu pasien mengatakan
penurunan berat badan pasien. berat bana anaknya turun,
sebelum sakit 12 kg dan saat sakit
10 kg
Do : - berat badan pasien 10 kg
8 16:00 wita Dx 1 Memberikan makan dan minum per Ds : - ibu pasien mengatakan
oral anaknya hanya mampu
1
menghabiskan /2 porsi dari 1
porsi yang disediakan
Do : - pasien tampak
menghabiskan 1/2 porsi makanan
dari 1 porsi yang di sediakan
9. 16: 15 wita Dx 1 Mengobservasi tanda-tanda vital Ds : - Ibu pasien mengatakan
Pasien anaknya masih demam
Do : - Pasien tampak lemas
- Mukosa bibir tampak
kering
- Hasil TTV :
Suhu : 37,8 oC
Respirasi : 24x/mnt
Nadi : 90x/mnt
10 16: 20 wita Dx 1 Mengobservasi warna kulit pasien Do : - warna kulit pasien tampak
kemerahan
11 17.00 wita Dx 1 Pemberian obat oral paracetamol Ds : - Ibu pasien mengatakan
1cth anaknya masih demam
Do : - Pasien tampak menelan
obat yang diberikan
- Pasien tidak tampak
muntah
12. 17. 30 wita Dx 1 Memberikan kompres hangat pada Ds : - Ibu pasien mengatakan
daerah aksila dan lipatan femuralis anaknya setuju untuk di kompres
hangat
Do : - Pasien tampak berkeringat
- Pasien tidak teraba
hangat
13. 17 :35wita Dx 1 Menganjurkan pasien untuk minum Ds : - Ibu pasien mengatakan
air 20ml anaknya hanya menghabiskan ½
gelas air yang diberikan
Do : -Pasien hanya menghabiskan
½ gelas air yang diberikan
- Mukosa bibir terlihat
kering
14 18: 00wita Dx 1 Memberikan injeksi ampicilin 250 Ds : - Ibu pasien mengatakan
mg anaknya setuju untuk diberikan
obat melalui IV perset
Do : - Pasien tampak tenang
- Tidak tampak reaksi
alergi pada pasien.
15 20.00wita Dx 1 Mengobservasi tanda-tanda vital Ds : - ibu pasien mengatakan
pasien panas badan anaknya sudah
menurun.
Do : Hasil TTV:
S : 36,5 RR : 24x/menit
Nadi : 90x/menit
13 20.00wita Dx 1 Mengobservasi warna kulit pasien Do : - Warna kulit pasien
tampak normal
14 22.00wita Dx 1 Mengobservasi tanda- tanda vital Ds : - Ibu pasien mengatakan
pasien anaknya panas lagi
Do : - Tubuh pasien teraba
panas
Hasil TTV : S : 39oC RR :
27x/menit Nadi : 110x/menit
15 22.15wita Dx 1 Memberikan obat paracetamol 1cth Ds : - Ibu mengatakan anaknya
per oral masih demam
Do : - pasien tampak menelan
obat yang di berikan
16 22.30 wita Dx 1 Memberikan kompres hangat pada Ds : - Ibu pasien setuju
lipatan aksila,abdomen,dan lipatan anaknya di kompres hangat
paha Do : - Tubuh pasien masih
teraba hangat,pasien tampak
berkeringat
17 22.40 wita Dx 1 Menganjurkan pasien minum air Ds : - Ibu pasien mengatakan
sebanyak 200ml anaknya mampu menghabiskan
200ml air
Do : - Pasien tampak
menghabiskan 200ml air
18 23.00 wita Dx 1 Meganjurkan pasien menggunakan Ds : - Ibu pasien mengatakan
baju tipis dan menyerap keringat mengatakan yang dijelaskan oleh
perawat
Do : - Pasien tampak
berkeringat dan baju pasien basah
60 04.00 wita Dx1 Mengobservasi tanda- tanda vital Ds : - Ibu pasien mengatakan
badan anaknya tidak panas lagi
Do : - pasien tampak berkeringat
Hasul TTV : S : 37,5oC, N :
120x/mnt , RR : 28x/mnt
4.5 Evaluasi
a) Evaluasi formatif
Evaluasi Keperawatan Pada Pasien An.N Dengan Hipertermi
Di Ruang Durian RSUD Klungkung
Tanggal 16 Januari 2018 s/d 18 Januari 2018
No Hari/tgl/jam No Dx Kep Evaluasi
1. Selasa, 16 Dx1 S: -ibu pasien mengatakan anaknhya masih
Januari 2018 demam
14.00 wita O:
- Pasien teraba panas
- Kulit tampak kemerahan
- Mukosa mulut tampak kering
- TTV:
TD : -
RR : 49 x/ menit
N : 110 x/menit
S: 380C
A: tujuan 1,2, 3 tidak tercapai masalah
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
b) Evaluasi Sumatif
Evaluasi Keperawatan Pada Pasien An.N Dengan Hipertermi
Di Ruang Durian RSUD Klungkung
Tanggal 16 Januari 2018 s/d 18 Januari 2018
No Hari/tgl/jam No Dx Kep Evaluasi
Kamis, 18 S: ibu pasien mengatakan anaknya sudah
Januari 2018 Dx1 tidak teraba panas
14.00 wita O:
- Pasien tidak teraba panas
- Mukosa bibir lembab
- Pasien tidak tampak lemas
- Warna kulit tidak tampak
kemerahan
- TTV:
N: 120 x/menit
S: 36,5 0C
TD: -
RR:28x/menit
A: tujuan 1,2,3 tercapai, masalah teratasi
P: hentikan intervensi, pertahankan
kondisi pasien
Dalam Bab ini dibahas tentang kesenjangan antara konsep teori yang ada
dengan pernyataan yang terjadi dalam kasus, argumentasi atas kesenjangan yang
terjadi dan solusi atau pemecahan yang diambil untuk mengatasi masalah yang terjadi
saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien An.N dengan gangguan
peningkatan suhu tubuh di Ruang Durian RSUD Klungkung tanggal 16 Januari 2018
s/d 18 Januari 2018. Pada pembahasan ini meliputi pengkajian, diagnose,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
4.2 Diagnosa
4.3 Perencanaan
4.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tidakan keperawatan sebagai sosialisasi dan
perencanaan dimana telah di sesuaikan dengan kondisi pasien dan kebutuhan pasien
akan pelayanan keperawatan. Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan
waktu dan kondisi pasien. Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 16 Januari
2018 dan pelaksanaan di lakukan pada tanggal 16 Januari 2018 s/d 18 Januari 2018
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan tindakan
dilakukan oleh klp 18 dan bekerja sama dengan perawat ruang Durian dan keluarga
pasien sehingga intervensi dapat dilakukan.
4.5 Evaluasi
Evaluasi yang dilaksanakan merupakan akhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan dari asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien.
BAB V
PENUTUP
a) Kesimpulan
b) Saran