Sunteți pe pagina 1din 18

MAKALAH ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

“SISTEM MUSKULOSKELETAL (RANGKA)”

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK II

SINAR

A.ASRAYANI

MUH.JUSDAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

STKIP MUHAMMADIYAH BULUKUMBA

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang , yang telah memberikan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
kelompok pada mata kuliah Anatomi Fisiolgi Manusia. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada pengarang buku maupun artikel yang
telah membantu kami dengan tulisannya .

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah


memberikan kesempatan untuk menyusun makalah ini, serta teman - teman
yang telah memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Terima Kasih

Bulukumba, 14 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ........................................................................................................

Kata Pengantar ...........................................................................................................

Daftar Isi ....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................

A. Latar Belakang ................................................................................................

B. Rumusan Masalah ...........................................................................................

C. Tujuan ..............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................

A. Defenisi Muskuloskeletal ...............................................................................

B. Tulang ..............................................................................................................

C. Sendi ................................................................................................................

D. Otot ..................................................................................................................

BAB III SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................

A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................

Daftar pustaka ..................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Manusia memiliki kemampuan untuk bergerak dan melakukan aktivitas,
seperti berjalan, berlari, menari dan lain-lain. Bagaimana manusia dapat melalakukan
gerakan ? Kemampuan melakukan gerakan tubuh pada manusia didukung adanya
sistem gerak, yang merupakan hasil kerja sama yang serasi antar organ sistem gerak,
seperti rangka (tulang), persendian, dan otot. Fungsi rangka (tulang) adalah sebagai
alat gerak pasif, yang hanya dapat bergerak bila dibantu oleh otot. Berdasarkan
bentuknya tulang dibedakan menjadi tulang pipa, tulang pipih, tulang pendek,
sedangkan berdasarkan pada zat penyusun dan sturkturnya tulang dibedakan menjadi
tulang rawan dan tulang keras.
Fungsi persendian adalah menghubungkan antara tulang yang satu dengan
tulang yang lainnya.
Fungsi otot adalah sebagai alat gerak aktif, yang dapat menggerak- kan organ
lain sehingga terjadi suatu gerakan.
Untuk lebih jelasnya dalam membahas system gerak ini, akan diuraikan satu
persatu, sebagai berikut yaitu rangka (tulang), sendi dan otot.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang disebut dengan muskoloskeletal ?
2. Bagaimanakah klasifikasi sistem rangka / tulang, persendian, dan otot?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui defenisi muskoloskeletal ?
2. Untuk mengetahui klasifikasi sistem rangka / tulang, persendian, dan otot?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Muskuloskeletal

Muskuloskeletal terdiri dari kata: Muskulo : Otot, Skeletal : tulang.


Menurut Ilmu Myologi Muskulo atau Muskular adalah jaringan otot-otot
tubuh. Menurut ilmu Osteologi Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka
tubuh. Muskuloskeletal adalah sistem kompleks yang melibatkan otot-otot
dan kerangka tubuh, dan termasuk sendi, ligamen,tendon, dan saraf. Sistem
tubuh yang terdiri dari otot ( muskulo) dan tulang –tulang yang membentuk
rangka (skelet).

Jadi muskuloskeletal adalah sistem yang memberikan dukungan


bagi tubuh yang bertanggung jawab terhadap pergerakan yang terdiri dari
otot ( muskulo ) dan tulang –tulang yang membentuk rangka ( skelet).
Sistem musculoskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus
pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang
dan jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot
menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot
rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini.
Sistem rangka pada manusia dan hewan tingkat tinggi adalah tulang dan otot.
Tulang disebut alat gerak pasif, sedangkan otot disebut alat gerak aktif karena
kemampuannya berkontraksi sehingga dapat menggerakkan tulang.
B. Tulang
Tulang-tulang dalam tubuh manusia menyusun suatu sistem kerangka.
Tulang-tulang yang menyusun rangka mempunyai struktur yang beraneka ragam,
sesuai dengan fungsinya. Secara umum fungsi rangka adalah:
 menegakkan tubuh
 sebagai alat gerak pasif
 tempat melekatnya otot-otot rangka
 melindungi alat-alat yang vital seperti otak, jantung, paru-paru dan lain
sebagainya
 tempat pembentukan sel-sel darah
 tempat deposit kalsium dan fosfat
a. Macam-macam Tulang
Tulang dapat dibedakan atas beberapa macam, baik berdasarkan jenisnya
maupun berdasarkan bentuknya. Berdasarkan jenisnya, tulang dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu:
1) Tulang rawan (kartilago)
Tulang rawan (kartilago) terdiri atas sel-sel tulang rawan (kondrosit) yang
mengeluarkan matriks yang disebut kondrin. Tulang rawan bersifat bingkas atau
lentur. Tulang rawan pada anak berbeda dengan tulang rawan pada orang dewasa,
karena tulang rawan pada anak berasal dari mesenkim dan lebih banyak mengandung
sel tulang, sedangkan pada orang dewasa berasal dari perikondrium (selaput tulang
rawan) yang mengandung calon sel tulang rawan (kondroblas).
2) Tulang keras / sejati (osteon)
Tulang keras dibentuk oleh sel-sel tulang keras (osteosit) yang mengeluarkan
matriks yang mengandung senyawa kapur dan fosfat. Penimbunan senyawa ini dalam
matriks menyebabkan tulang menjadi keras. Osteosit yang meyusun tulang keras
menempati suatu bagian yang disebut lakuna. Lakuna ini dihubungkan dengan
lakuna-lakuna lain oleh suatu saluran kecil yang disebut kanalikuli. Lakuna yang
berisi osteosit ini membentuk suatu struktur konsentris yang berpusat pada bagian
tengan yang disebut saluran Havers. Pada saluran ini terdapat sistem saraf dan
pembuluh darah yang bertugas mensuplai oksigen dan nutrisi bagi osteosit.
Berdasar matriksnya dikenal dua macam tulang, yaitu :
 tulang keras atau tulang kompak, bila matriks tulang rapat dan padat,
misalnya:tulang pipa
 tulang spons, bila matriksnya berongga, misalnya: tulang pendek, tulang pipih
Berdasarkan bentuknya tulang dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
 tulang pipa, misalnya tulang paha, tulang betis, tulang kering, tulang hasta,
dan tulang pengumpil
 tulang pipih, misalnya tulang rusuk, tulang belikat, dan tulang tengkorak
 tulang pendek, misalnya tulang pangkal lengan, tulang pangkal kaki, dan ruas-
ruas tulang belakang
b. Osifikasi (proses penulangan)
Tulang pipa terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian ujung disebut epifise,
bagian tengahnya yang tersusun atas tulang keras disebut diafise, dan antara diafise
dan epifise terdapat cakra epifise, yang terdiri atas tulang rawan dan banyak
mengandung osteoblas (calon osteosit). Pada orang yang masih dalam pertumbuhan
bagian inilah yang dapat bertambah panjang. Di dalam tulang pipa terdapat rongga.
Rongga ini terjadi karena aktivitas osteoklas yang berfungsi merombak sel-sel
tulang. Selanjutnya rongga itu berisi sumsum tulang. Sumsum ini berwarna
kuning, yang merupakan campuran antara lemak dan sumsum merah.
Osifikasi adalah proses perubahan tulang rawan menjadi tulang keras. Rangka
manusia telah terbentuk pada akhir bulan kedua, atau awal bulan ketiga pada waktu
perkembangan embrio. Yang mula-mula terbentuk adalah tulang rawan. Kartilago
berasal dari jaringan ikat embrional atau mesenkim.
Di dalam kartilago terdapat rongga yang mengandung osteoblas.
Peristiwa pengerasan tulang ini urutannya sebagai berikut:
1. tulang rawan pada embrio banyak mengandung osteoblas,
terutama pada bagian tengah epifise dan bagian tengah
diafise serta pada jaringan ikat pembungkus tulang rawan
2. osteoblas kemudian akan membentuk osteosit, (sel-sel
tulang keras), yang tersusun melingkar membentuk suatu
sistem Havers, yang banyak mengandung pembuluh darah
serta serabut saraf
3. osteosit mensekresikan zat protein yang akan menjadi
matriks tulang, dan setelah mendapatkan tambahan senyawa
Ca dan P, maka tulang akan mengeras
4. terjadinya penulangan pada bagian epifise dan diafise akan
menyebabkan terbentuknya daerah antara yang tidak
mengalami penulangan yang disebut cakra epifise yang
berupa tulang rawan yang banyak mengandung osteoblas
5. bagian cakra epifise terus mengalami penulangan, sehingga
bagian inilah yang dapat menyebabkan tulang tumbuh
memanjang
6. di bagian tengah tulang pipa terdapat osteoklas yang merombak sel-sel tulang
yang telah terbentuk, sehingga terbentuk rongga yang berisi sumsum tulang
c. Hubungan Antar tulang (Artikulasi)
Tulang-tulang di dalam tubuh ada yang saling berhubungan dengan erat ada
pula yang tidak. Hubungan antar tulang ini disebut artikulasi. Hubungan antara
tulang yang satu dengan lainnya (persendian tulang) dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu sinartrosis dan diartrosis.
 Sinartrosis, yaitu hubungan antartulang yang tidak memungkinkan adanya
gerak. Pada jenis artikulasi ini penghubungnya adalah jaringan ikat yang
kelak akan mengalami osifikasi. Misalnya hubungan antar tulang tengkorak
(sutura)
 Amfiarthrosis yaitu hubungan antartulang yang memungkinkan sedikit gerak
karena antartulang dihubungkan oleh tulang rawan. Misalnya ruas tulang
belakang (vertebrae) dan hubungan antara tulang belakang dengan tulang
rusuk.
 Diartrosis, yaitu hubungan antartulang yang memungkinkan timbulnya gerak,
sering disebut dengan sendi.
C. Sendi
persendian. Terjadi saat permukaan dari dua tulang bertemu, adanya
pergerakan atau tidak bergantung pada sambungannya.

1. Sendi kaku, kedua ujung tulang agak rata, sehingga menghasilkan gerakan geser
dan tidak berporos. Contohnya,hubungan antartulang karpal (tulang pergelangan
kaki).
2. Sendi engsel, ujung tulang yang bergerak membentuk lekukan. Gerakan ini
berporos satu. Misalnya, hubungan tulang pada siku, lutut dan ruas antar jari.
3. Sendi ovoid, di mana kedua ujung tulang yang satu berbentuk oval, dan masuk
ke dalam suatu lekuk yang berbentuk elips. Misalnya, persendian antara
pergelangan tangan dan tulang pengumpil. Sendi ini memungkinkan berporos
dua dengan gerak ke kiri dan ke kanan, maju-mundur dan muka-belakang.
4. Sendi putar, ujung tulang yang satu dapat mengitari ujung tulang yang lain.
Gerakan ini memungkinkan adanya gerakan rotasi yang berporos satu. Misalnya,
hubungan antara tulang kepala dan tulang atlas.
5. Sendi pelana, kedua ujung tulang membentuk sendi pelana berporos dua.
Misalnya, hubungan antara ruas jari tangan dengan tulang tapak tangan.
6. Sendi peluru (endartrosis), apabila ujung tulang yang satu berbentuk bonggol
masuk ke tulang yang berbentuk cekungan. Hubungan ini berporos tiga.
Misalnya, tulang lengan atas dengan tulang belikat, tulang paha dengan tulang
pinggul.
D. Otot
Otot disebut juga alat gerak aktif karena memiliki kemampuan berkontraksi
sehingga dapat menggerakkan tulang. Sifat otot ada tiga yaitu: kontraktibilitas
(kemampuan memendek), elastisitas (kemampuan kembali ke bentuk semula), dan
ekstensibilitas (kemampuan memanjang).
Setiap otot memiliki dua atau lebih tendon (ujung otot). Tendon yang melekat
pada tulang yang bergerak disebut insersio, sedang yang melekat pada tulang yang
tidak bergerak disebut origo. Otot dibungkus oleh selaput yang disebut fasia
superfisialis, sebenarnya disusun oleh kumpulan serabut otot yang dibungkus oleh
selaput fasia propia. Satu serabut otot dibungkus oleh selaput sarkolemma, dan
dibentuk oleh banyak miofibril. Satu miofibril disusun oleh
banyak sarkomer dimana tiap sarkomer tersusun dari aktin dan miosin.
Beginilah struktur otot manusia

Rangsang yang datang dari otak akan diteruskan ke otot oleh asetilkolin,
suatu zat yang berfungsi menghantarkan rangsang (impuls). Rangsang yang tiba di
otot akan menyebabkan terbentuknya ikatan antara aktin dan miosin membentuk
aktomiosin.
1. Arah gerak otot
Otot-otot yang menimbulkan arah gerak yang berlawanan disebut otot
antagonis. Arah gerakan yang antagonis dapat berupa:
1. ekstensor (meluruskan) x fleksor (membengkokkan)
2. abduktor (menjauhi badan) x adduktor (mendekati badan)
3. depresor (menurunkan) x elevator (mengangkat)
4. supinasi (menengadah) x pronasi (menelungkup)
Contoh otot antagonis adalah otot bisep (otot ber-origo dua) dan otot trisep (otot ber-
origo tiga). Otot-otot yang bekerjasama untuk menimbulkan suatu gerak searah
disebut otot sinergis. Contoh gerak sinergis adalah gerak pronasi (menelungkupkan
telapak tangan) yang timbul karena kerja sama otot pronator teres dan pronator
kuadratus.

2. Energi untuk kontraksi otot


Energi untuk kontraksi otot diperoleh dari penguraian ATP (Adenosin
trifosfat). Sewaktu kontraksi ATP terurai menjadi ADP (Adenosin difosfat) dan
melepaskan energi yang digunakan untuk mengikatkan aktin dan miosin. Selanjutnya
ADP masih dapat dipecah lagi menjadi AMP dan melepaskan energi. Bila ATP dan
ADP dalam otot telah habis, maka otot tidak mampu lagi berkontraksi. Untuk dapat
berkontraksi kembali maka ATP harus dibentuk lagi.
Energi untuk membentuk kembali ATP berasal dari hasil penguraian glikogen.
Glikogen akan diubah dulu menjadi laktasidogen lalu diubah menjadi glukosa
(bentuk gula yang larut dalam darah). Glukosa akan dioksidasi secara aerob dan
menghasilkan energi untuk mengikatkan gugus P pada ADP sehingga terbentuk ATP
yang siap kembali digunakan untuk sumber energi bagi
kontraksi otot. Proses respirasi aerob ini dilepaskan CO2 dan H2O.
Bila otot bekerja amat keras diperlukan banyak ATP yang tidak bisa tercukupi
dengan respirasi aerob saja. Untuk itu selain respirasi aerob, juga berlangsung
respirasi anaerob dimana glukosa dipecah tanpa oksigen menghasilkan energi dan
CO2 dengan hasil samping asam laktat yang menyebabkan lelah dan linu pada otot.
Kelainan dan gangguan pada sistem gerak
Tulang sebagai organ tubuh sering mengalami gangguan ataupun kelainan.
Kelainan ini dapat disebabkan oleh serangan kuman, kekurangan zat, hormon,
vitamin, atau karena sebab-sebab lain.
 Arthritis eksudatif, infeksi sendi oleh kuman (gonorhoeo atau sifilis)
 Arthritis sika, berkurangnya minyak sendi, sehingga seakan-akan sendi
menjadi kering. Pada waktu sendi digerakkan, sendi seperti berderik dan
menimbulkan rasa nyeri
 Memar, terjadi karena sobeknya selaput sendi. Bila sobeknya selaput sendi ini
diikuti oleh lepasnya ujung tulang dari sendi maka disebut urai sendi
 Layuh semu, adalah keadaan di mana tulang tidak bertenaga. Hal ini misalnya
disebabkan oleh infeksi sifilis pada anak sejak dalam kandungan. Infeksi ini
menyebabkan rusaknya cakra epifise, sehingga tulang menjadi layuh.
 Fraktura / fisura, adalah patah / retaknya tulang. Dibedakan menjadi dua, yaitu
patah tulang terbuka dan patah tulang tertutup. Patah tulang tertutup terjadi
apabila tulang yang patah tetap terlindungi oleh otot dan kulit. Sedang patah
tulang terbuka terjadi apabila tulang yang patah, merobek otot dan kulit
sehingga mencuat ke permukaan
 Nekrosa, adalah matinya sel tulang. Biasanya hal ini disebabkan oleh
kerusakan periosteum (selaput pembungkus tulang keras) yang bertugas
menumbuhkan tulang.
 Gangguan pada ruas-ruas tulang belakang (vertebrae), jika ruas-ruas tulang
belakang dilihat dari samping tampak terlalu bengkok ke depan disebut
lordosis, dan bila terlalu bengkok ke belakang disebut kifosis, dan bila ruas-
ruas tulang belakang bengkok ke samping disebut skoliosis.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Otot dan rangka adalah bagian penting untuk bergerak bagi


manusia, manusia tidak bisa bergerak tanpa adanya rangka, dan rangka
tidak bisa bergerak tanpa adanya otot. Hal ini semua berkaitan. Dengan
adanya kerjasama antara rangka dan otot, manusia dapat berjalan,
melompat, berlari dan sebagainnya.

B. Saran

Untuk semua mahasiswa disarankan agar belajar lebih


memahami dan mendalami lagi tentang sistem muskuloskeletal. Karena,
lebih banyak belajar kita lebih banyak tau lagi tentang struktur tubuh
manusia atau penyusunan tubuh manusia. Dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Syaifuddin, AMK. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi


3. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ethel Sloane. 1995. Anatomi Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Evelyn C. Pearce. Anatomi dan Fisiologi. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.

Irianto, K. 2004. Sistem Rangka pada manusia.Jakarta .Yrama widya.

Pratiwi.D.A dkk, 2007.Biologi.Jakarta .penerbit Erlangga.

S-ar putea să vă placă și