Sunteți pe pagina 1din 4

Definisi

Etiologi: Faktor-faktor prenatal,


Kejang demam adalah bangkitan kejang LAPORAN PENDAHULUAN Malformasi otak congenital, Faktor
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh KEJANG DEMAM PADA ANAK genetika, Penyakit infeksi (ensefalitis,
(suhu mencapai >380C). kejang demam
meningitis), Demam, Gangguan
dapat terjadi karena proses intracranial
metabolisme, Trauma, Neoplasma,
maupun ekstrakranial. Kejang demam Toksik ,trauma Penyakit infeksi ekstracranial dll toksin, Gangguan sirkulasi, Penyakit
terjadi pada 2-4% populasi anak
degeneratif susunan saraf dan Respon
berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun
alergi atau keadaan imun yang abnormal
(Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC,
Merangsang hipotalamus untuk meningkatkan suhu (Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC,
2011-2012)
tubuh 2011-2012)

Tanda gejala
Ada 2 bentuk kejang demam Komplikasi
(menurut Lwingstone), yaitu: HIPERTERMI Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
1. Kejang demam sederhana kejang demam antara lain:
(Simple Febrile Seizure), dengan 1. Dapat terjadi perlukaan misalnya lidah
ciri-ciri gejala klinis sebagai Pengeluaran mediator kimia epinefrin dan tergigit atau akibat gesekan dengan gigi.
berikut : prostaglandin 2. Dapat terjadi perlukaan akibat terkena
benda tajam atau keras yang ada di
a. Kejang berlangsung
sekitar anak.
singkat, < 15 menit
Merangsang peningkatan potensi aksi pada 3. Dapat terjadi perlukaan akibat terjatuh.
b. Kejang umum tonik
dan atau klonik
neuron
Selain bahaya akibat kejang,
c. Umumnya berhenti risiko komplikasi dapat terjadi akibat
sendiri pemberian obat antikonvulsan yang dapat
Merangsang perpindah ion K+ dan ion N+
terjadi di rumah sakit. Misalnya:
d. Tanpa gerakan fokal secara cepat dari luar sel menuju ke 1. Karena kejang tidak segera berhenti
atau berulang dalam 24 jam dalam sel padahal telah mendapat fenobarbital
kemudian di berikan diazepam maka
2. Kejang demam komplikata
dapat berakibat apnea.
(Complex Febrile Seizure), dengan
Meningkatkan fase depolarisasi neuron 2. Jika memberikan diazepam secara
ciri-ciri gejala klinis sebagai
intravena terlalu cepat juga dapat
berikut : dengan cepat
menyebabkan depresi pusat pernapasan
a. Kejang lama > 15
(Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC,
menit 2011-2012)
b. Kejang fokal atau
KEJANG
parsial satu sisi, atau kejang
umum didahului kejang parsial Spasme
Spasme otot Bronkus
ekstermitas Penurunan
kesadaran
Kekakuan otot
Resiko cidera pernafas

Pola nafas tidak


efektif

Ridha, Nabiel. 2014


Penatalaksanaan
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra vectal.
Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang
demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai
sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap
hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif: Bebaskan jalan napas, Beri zat asam, Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit danPertahankan tekanan
darah (Wilkinson, Judith M. 2012.)
2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang
disertai demam.
b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata. Dapat digunakan : (Fero barbital=5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis)
c. , (Fenitorri=2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis), (Klonazepam=(indikasi khusus) (Ridha, Nabiel. 2014)

No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Manfaat


1 Elektro encephalograft Gelombang normal Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang
mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal
tidak dapat digunakan untuk menduga
kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang
demam yang berulang dikemudian hari.
2 Pemeriksaan cairan Bakteri ( - ) Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan
cerebrospinal kemungkinan adanya meningitis, terutama pada
pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi
yang masih kecil seringkali gejala meningitis
tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal
pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6
bulan dan dianjurkan untuk yang berumur
kurang dari 18 bulan.
3 Darah a. Glukosa Darah (N a. Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang
< 200 mq/dl)
b. BUN: 5-20ml/dl b. Peningkatan BUN mempunyai potensi
kejang dan merupakan indikasi nepro toksik
akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit: Kalium c. Ketidakseimbangan elektrolit merupakan
(N 3,80 – 5,00 predisposisi kejang
meq/dl), Natrium
(N 135 – 144
meq/dl)
(Wilkinson, Judith M. 2012)

DIANGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


Dx 1: Hipertermi Dx 2: Pola napas tidak efektif Dx 3: Risiko cedera
NOC: NOC: NOC:
Termoregulation, dengan kriteria Status pernapasan, dengan Kontrol risiko, dengan kriteria
hasil: suhu tubuh dalam rentang kriteria hasil: frekuensi dalam hasil: tidak ada melaporkan
normal, Nadi dan RR dalam rentang normal saturasi O2 dalam terjadinya cedera
rentang normal dan tidak ada rentang normal dan kepatenan
perubahan warna kulit dan tidak jalan napas terjaga. NIC:
ada pusing NIC: - Environment Manajemen
- Monitor pernapasan (monitor (Manajemen lingkungan)
NIC: irama, kedalaman dan ada
- Vital sign monitoring nya otot bantu napas serta
(monitor ttv dan untuk suhu monitor saturasi O2)
setiap minimal 2 jam) - Manajemen jalan napas
- Temperature regulation (pemasangan OPA,
(tingkatkan intake cairan, miringkan tubuh pasien)
pakaian yang tipis)
- Fever treatment (kompres
dingin dan kolaborasi
pemberian antipiretik)

(Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2011-2012)

Daftar Pustaka
Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2011-2012. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta :
Primamedika.
Ridha, Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC.

S-ar putea să vă placă și