Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya deteksi dini penyandang DM. Maka
dianjurkan pada mereka yang mempunyai resiko tinggi agar dilakukan
pemeriksaan penyaring glukosa darah. Dengan demikian mereka yang
mempunyai resiko tinggi DM dapat terjaring untuk diperiksa dan kemudian
yang dicurigai DM akan dapat ditindak lanjuti, sampai diyakini benar mereka
mengidap DM. Jika mereka yang sudah didiagnosis menderita DM maka
dilakukan pencegahan dan mnghambat penyakit penyulit lebih lanjut (Waspadji,
dkk, 2007).
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum
mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan Obat
Hipoglikemik Oral (OHO) dan atau suntikan insulin (PERKENI, 2011).
a. Yang kerjanya cepat yaitu Regular Insulin (RI) dengan masa kerja
2-4 jam.
b. b. Yang kerjanya sedang yaitu NPN dengan masa kerja 6-12 jam.
c. Yang kerjanya lambat yaitu PZI (Protamme Zinc Insulin) dengan
masa kerja 18-24 jam.
Untuk pasien yang pertama kali akan dapat insulin, sebaiknya dimulai
dengan dosis rendah (8-20 unit) disesuaikan dengan reduksi urin dan
glukosa darah (Riyadi dan Sukarmin, 2008). Pada penderita DM tipe 1
harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme
karbohidrat di dalamtubuhnya agar berjalan normal. Ini
diakibatkan karena sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita
rusak, sehingga tidak dapat memproduksi insulin (Depkes, 2005). Pada
pasien DM tipe 2 dapatdimulai antara lain untuk pasien dengan
kegagalan terapi oral, kendali kadar glukosadarah yang buruk
(HbA1C > 7,5% atau kadar glukosa darah puasa > 250 mg/dL),
riwayat pankreatektomi, atau disfungsi pankreas, riwayat fluktuasi
kadar glukosa darah yang lebar, riwayat ketoasidosis, riwayat
penggunaan insulin lebih dari 5 tahun dan penyandang DM
lebih dari 10 tahun (PERKENI, 2008).
3 Pencegahan Tersier
DM temasuk kedalam pencegahan tersier. Upaya ini terdiri dari 3 tahap yaitu: