Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun Oleh:
Wildan Sanjaya
1610505015
Artikel Ilmiah ini telah diperiksa oleh Clinical Instruktur (CI) Instalasi
Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dan telah disetujui untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan IV prodi Diploma III Radiologi
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Mengetahui
Sutrisno, S.ST
NIP: 197901092003121003
“PENGUJIAN LEAD APRON DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD
DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN”
E-mail: sanjayawildan123@gmail.com
ABSTRACT
Lead apron testing aims to ensure that radiation protection equipment can
provide optimal protection when used. The frequency of lead apron tests is carried
out once a year and if needed. Storage or placement of the lead apron should not be
folded and not hung because it can cause damage so that it can reduce its function as
radiation protection equipment. If the lead apron is not used, it should be stored on a
special apron rack with a supine lead apron position (KEMENKES, No. 1250, 2009).
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri
dan orang di sekelilingnya. Alat pelindung diri atau perlengkapan proteksi yang biasa
digunakan oleh pekerja radiasi adalah lead apron, gonad shield, sarung tangan,
thyroid shield dan kacamata Pb (BAPETEN No.8 Tahun 2011).
Salah satu Alat Pelindung Diri (APD) yang sering digunakan adalah lead
apron. Lead apron adalah sejenis baju pelindung yang dipakai oleh personil atau
petugas yang bekerja dengan radiasi pengion guna melindungi dari radiasi sekunder.
Lead apron biasanya terbuat dari campuran karet dan timbal yang memiliki ketebalan
0,25 mm atau 0,50 mm. Lead apron mempunyai fungsi yang penting untuk
melindungi dan menjaga keselamatan personil atau petugas radiasi. Oleh karena itu,
penggunaan yang tepat dan kondisi penyimpanan yang baik merupakan hal sangat
penting (Orhan dan Arzu, 2012).
Menurut Lambert(2001) kerusakan pada lead apron masih layak jika daerah
yang mengalami kerusakan tidak lebih dari 670 mm2 atau setara dengan lubang
berdiameter 29 mm pada daerah yang tidak sensitif radiasi dan tidak layak apa bila
kerusakan lead apron yang terjadi lebih dari 670 mm2 atau setara dengan lubang
berdiameter 29 mm. Kerusakan lead apron yang terjadi pada daerah sensitif radiasi
masih layak digunakan apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dari 15 mm 2 atau
setara dengan lubang berdiameter 4,3 mm, dan lead apron dinyatakan tidak layak
apabila kerusakan pada daerah yang sensitif radiasi lebih dari 15 mm2 atau setara
dengan lubang berdiameter 4,3 mm. Menurut KEMENKES, No. 1250, 2009
frekuensi uji lead apron dilakukan setahun sekali dan jika diperlukan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan
pendekatan observasional, yaitu penulis melakukan pengujian dan pengukuran(jika
terdapat lubang pada lead apron) di Instalasi Radiologi RSUD dr.Soehadi
Prijonegoro Sragen. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Februari 2019
dan dilakukan pada 3 buah lead apron. Dalam pengumpulan data, penulis melakukan
observasi dan pengujian terhadap lead apron. Data yang diperoleh kemudian
dianalisa dan ditarik kesimpulan.
Hasil pengujian berupa data deskriptif yang diuji pada lead apron di Instalasi
Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dengan menggunakan pesawat DR.
Jumlah lead apron yang digunakan pada pengujian ini sebanyak 3 buah lead apron.
Gambar 1. Apron 1 Gambar 2. Hasil pengujian apron 1
Pada apron 1 terdapat perbedaan densitas di bagian atas apron, dan terdapat 4
lubang yang berdiameter 0.9mm,4.2mm,0.9mm, dan 2,6mm. Pada bagian bawah lead
apron terdapat 3 lubang yang berdiameter 1.6mm,3.6mm,dan 4,9mm. Dari hasil
tersebut, apron 1 masih layak digunakan dikarenakan lubang yang tersebut tidak
melebihi batas.
395.2mm
Pada bagian atas dan bagian bawah apron 2 terdapat perbedaan densitas
dikarenakan adanya perekat pada apron dibagian tengah, tidak terdapat lubang tetapi
pada bagian bawah apron terdapat adanya lekukan yang membentuk garis horizontal
sepanjang 395.2mm.
Gambar 5. Apron 3 Gambar 6. Hasil pengujian apron 3
Hasil pengujian apron 3 menunjukan adanya lekukan pada bagian atas apron
yang membentuk garis vertical sepanjang 274.0mm dan garis horizontal sepanjang
361.9mm, adanya perbedaan densitas. Pada apron 3 tidak terdapat lubang atau pun
patahan-patahan.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengujian pada lead apron secara keseluruhan bahwa lead
apron di Instalasi Radiologi RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen masih layak
digunakan dengan kondisi lead apron 1 terdapat lubang , lead apron 2 dan 3 terdapat
lekukan.
SARAN
Sebaiknya pengujian lead apron di Instalasi Radiologi RSUD dr.Soehadi
Prijonegoro Sragen dilakukan pengujian dan perawatan secara rutin dengan tujuan
untuk melihat kerapatan dan kondisi fisik lead apron tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Kent, Lambert and Mckeon,Tara “Inspection of Lead Aprons:Criteria for Rejection”,
Operational Radiation Safety, Supplement to Health Physics, 80, suppl 5 May
2001, S67-S69.
KEMENKES, surat keputusan No. 1250 Tahun 2009 Tentang Pedoman Kendali
Mutu (Quality Control
Oyar, Orhan dan Arzu. 2012. How Protective Are The Lead Aprons We Use Against
Ionizing Radiation?. Izmir. Diagn Interv Radiol 2012;18: 147-152