Sunteți pe pagina 1din 8

PENGUJIAN LEAD APRON DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD

DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN


Artikel Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek Kerja
Lapangan Quality Control di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen

Disusun Oleh:

Wildan Sanjaya
1610505015

PROGRAM STUDI DIPLOMA III RADIOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Artikel Ilmiah ini telah diperiksa oleh Clinical Instruktur (CI) Instalasi
Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dan telah disetujui untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan IV prodi Diploma III Radiologi
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Nama : WILDAN SANJAYA


Nim : 1610505015

Judul :“PENGUJIAN LEAD APRON DI INSTALASI


RADIOLOGI RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN”

Sragen, Februari 2019

Mengetahui

Dosen Pembimbing Pembimbing Artikel

Widya Mufida, M. Tr.ID Sutrisno, S.ST


NIP : 16.03.345 NIP: 197901092003121003
Clinikal Instruktur

Sutrisno, S.ST
NIP: 197901092003121003
“PENGUJIAN LEAD APRON DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD
DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN”

”LEAD APRON EXAMINATION IN THE INSTALLATION OF


RADIOLOGY DR. SOEHADI PRIJONEGORO HOSPITAL OF
SRAGEN”

Wildan sanjaya1),Sutrisno,S.ST 2),Widya Mufida, M.Tr.ID3)


1)Mahasiswa Program Studi D-III Radiologi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
2)Clinical Instruktur RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
3)Dosen Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

E-mail: sanjayawildan123@gmail.com

ABSTRACT

Lead apron testing aims to ensure that radiation protection equipment can
provide optimal protection when used. The frequency of lead apron tests is carried
out once a year and if needed. Storage or placement of the lead apron should not be
folded and not hung because it can cause damage so that it can reduce its function as
radiation protection equipment. If the lead apron is not used, it should be stored on a
special apron rack with a supine lead apron position (KEMENKES, No. 1250, 2009).

The type of testing used is a quantitative type with a descriptive method of


testing the lead apron found in the Radiology Installation of Dr. Soehadi Hospital
Prijonegoro of Sragen using a Digital Radiography (DR). the results obtained from
these tests that lead apron is still feasible to use with apron 1 lead conditions there are
holes, lead apron 2 and 3 there are curve.

KEYWORD: Lead apron, Digital Radiography, Dr. Soehadi Hospital Prijonegoro of


Sragen

ABSTRAK

Pengujian lead apron bertujuan untuk menjamin bahwa peralatan proteksi


radiasi dapat memberikan perlindungan yang optimal ketika digunakan. Frekuensi uji
lead apron dilakukan setahun sekali dan jika diperlukan. Penyimpanan atau
peletakkan lead apron sebaiknya tidak dilipat dan tidak digantung karena dapat
meyebabkan kerusakan sehingga dapat mengurangi fungsinya sebagai peralatan
proteksi radiasi. Apabila lead apron tidak digunakan, maka sebaiknya disimpan di
rak khusus apron dengan posisi lead apron terlentang (KEMENKES, No. 1250,
2009).

Jenis pengujian yang digunakan adalah jenis kuantitatif dengan metode


deskriptif melakukan pengujian lead apron yang terdapat di Instalasi Radiologi
RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen menggunakan pesawat Digital Radiografi
(DR). hasil yang didapatkan dari pengujian tersebut bahwa lead apron masih layak
digunakan dengan kondisi lead apron 1 terdapat lubang , lead apron 2 dan 3 terdapat
lekukan.

KATA KUNCI: Lead apron, Digital Radiografi, RSUD dr.Soehadi Prijonegoro


Sragen.

PENDAHULUAN
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri
dan orang di sekelilingnya. Alat pelindung diri atau perlengkapan proteksi yang biasa
digunakan oleh pekerja radiasi adalah lead apron, gonad shield, sarung tangan,
thyroid shield dan kacamata Pb (BAPETEN No.8 Tahun 2011).

Salah satu Alat Pelindung Diri (APD) yang sering digunakan adalah lead
apron. Lead apron adalah sejenis baju pelindung yang dipakai oleh personil atau
petugas yang bekerja dengan radiasi pengion guna melindungi dari radiasi sekunder.
Lead apron biasanya terbuat dari campuran karet dan timbal yang memiliki ketebalan
0,25 mm atau 0,50 mm. Lead apron mempunyai fungsi yang penting untuk
melindungi dan menjaga keselamatan personil atau petugas radiasi. Oleh karena itu,
penggunaan yang tepat dan kondisi penyimpanan yang baik merupakan hal sangat
penting (Orhan dan Arzu, 2012).

Pengujian lead apron bertujuan untuk menjamin bahwa peralatan proteksi


radiasi dapat memberikan perlindungan yang optimal ketika digunakan. Frekuensi uji
lead apron dilakukan setahun sekali dan jika diperlukan. Penyimpanan atau
peletakkan lead apron sebaiknya tidak dilipat dan tidak digantung karena dapat
meyebabkan kerusakan sehingga dapat mengurangi fungsinya sebagai peralatan
proteksi radiasi. Apabila lead apron tidak digunakan, maka sebaiknya disimpan di
rak khusus apron dengan posisi lead apron terlentang (KEMENKES, No. 1250,
2009).

Menurut Lambert(2001) kerusakan pada lead apron masih layak jika daerah
yang mengalami kerusakan tidak lebih dari 670 mm2 atau setara dengan lubang
berdiameter 29 mm pada daerah yang tidak sensitif radiasi dan tidak layak apa bila
kerusakan lead apron yang terjadi lebih dari 670 mm2 atau setara dengan lubang
berdiameter 29 mm. Kerusakan lead apron yang terjadi pada daerah sensitif radiasi
masih layak digunakan apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dari 15 mm 2 atau
setara dengan lubang berdiameter 4,3 mm, dan lead apron dinyatakan tidak layak
apabila kerusakan pada daerah yang sensitif radiasi lebih dari 15 mm2 atau setara
dengan lubang berdiameter 4,3 mm. Menurut KEMENKES, No. 1250, 2009
frekuensi uji lead apron dilakukan setahun sekali dan jika diperlukan.

Seluruh lead apron yang ada di Instalasi Radiologi RSUD dr.Soehadi


Prijonegoro Sragen belum pernah dilakukan pengujian sejak pembelian lead apron
hingga saat ini maupun pengujian secara rutin. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan
untuk melihat adanya kebocoran atau tidak pada lead apron.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan
pendekatan observasional, yaitu penulis melakukan pengujian dan pengukuran(jika
terdapat lubang pada lead apron) di Instalasi Radiologi RSUD dr.Soehadi
Prijonegoro Sragen. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Februari 2019
dan dilakukan pada 3 buah lead apron. Dalam pengumpulan data, penulis melakukan
observasi dan pengujian terhadap lead apron. Data yang diperoleh kemudian
dianalisa dan ditarik kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian berupa data deskriptif yang diuji pada lead apron di Instalasi
Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dengan menggunakan pesawat DR.
Jumlah lead apron yang digunakan pada pengujian ini sebanyak 3 buah lead apron.
Gambar 1. Apron 1 Gambar 2. Hasil pengujian apron 1

Pada apron 1 terdapat perbedaan densitas di bagian atas apron, dan terdapat 4
lubang yang berdiameter 0.9mm,4.2mm,0.9mm, dan 2,6mm. Pada bagian bawah lead
apron terdapat 3 lubang yang berdiameter 1.6mm,3.6mm,dan 4,9mm. Dari hasil
tersebut, apron 1 masih layak digunakan dikarenakan lubang yang tersebut tidak
melebihi batas.

395.2mm

Gambar 3. Apron 2 Gambar 4. Hasil pengujian apron 2

Pada bagian atas dan bagian bawah apron 2 terdapat perbedaan densitas
dikarenakan adanya perekat pada apron dibagian tengah, tidak terdapat lubang tetapi
pada bagian bawah apron terdapat adanya lekukan yang membentuk garis horizontal
sepanjang 395.2mm.
Gambar 5. Apron 3 Gambar 6. Hasil pengujian apron 3

Hasil pengujian apron 3 menunjukan adanya lekukan pada bagian atas apron
yang membentuk garis vertical sepanjang 274.0mm dan garis horizontal sepanjang
361.9mm, adanya perbedaan densitas. Pada apron 3 tidak terdapat lubang atau pun
patahan-patahan.

Pada hasil pengujian 3 buah lead apron dengan menggunakan pesawat DR di


Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen didapatkan hasil yang
beragam yaitu adanya perbedaan densitas, adanya lipatan, dan adanya lubang pada
lead apron. Menurut Lambert(2001) lead apron yang masih layak digunakan jika
daerah yang mengalami kerusakan tidak lebih dari 670 mm2 atau setara dengan
lubang berdiameter 29 mm pada daerah yang tidak sensitif radiasi. Dan jika pada
daerah sensitif radiasi masih layak digunakan apabila kerusakan yang terjadi tidak
lebih dari 15 mm2 atau setara dengan lubang berdiameter 4,3 mm.

KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengujian pada lead apron secara keseluruhan bahwa lead
apron di Instalasi Radiologi RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen masih layak
digunakan dengan kondisi lead apron 1 terdapat lubang , lead apron 2 dan 3 terdapat
lekukan.

SARAN
Sebaiknya pengujian lead apron di Instalasi Radiologi RSUD dr.Soehadi
Prijonegoro Sragen dilakukan pengujian dan perawatan secara rutin dengan tujuan
untuk melihat kerapatan dan kondisi fisik lead apron tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Kent, Lambert and Mckeon,Tara “Inspection of Lead Aprons:Criteria for Rejection”,
Operational Radiation Safety, Supplement to Health Physics, 80, suppl 5 May
2001, S67-S69.

KEMENKES, surat keputusan No. 1250 Tahun 2009 Tentang Pedoman Kendali
Mutu (Quality Control

Republik Indonesia. 2011. Keputusan Kepala BAPETEN No. 8 Tahun 2011.


Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi
diagnostik dan Intervensional. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta

Oyar, Orhan dan Arzu. 2012. How Protective Are The Lead Aprons We Use Against
Ionizing Radiation?. Izmir. Diagn Interv Radiol 2012;18: 147-152

S-ar putea să vă placă și