Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1
7. Apa Pemeriksaan Dari Pneumonia?
8. Apa Penanganan Dari Pneumonia?
9. Apa Pencegahan Dari Pneumonia?
10. Apa Pengobatan Dari Pneumonia?
11. Apa saja Pengkajian Dari Pneumonia?
12. Apa saja Diagnosa Keperawatan Dari Pneumonia?
13. Apa saja Intervensi keperawatan Dari Pneumonia?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka didapatkan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui Definisi Dari Pneumonia.
2. Mengetahui Etiologi Dari Pneumonia.
3. Mengetahui Patofisiologi Pneumonia Dari Pneumonia.
4. Mengetahui Klasifikasi Pneumonia Dari Pneumonia.
5. Mengetahui Manifestasi Klinis Dari Pneumonia.
6. Mengetahui Komplikasi Dari Pneumonia.
7. Mengetahui Pemeriksaan Dari Pneumonia.
8. Mengetahui Penanganan Dari Pneumonia.
9. Mengetahui Pencegahan Dari Pneumonia.
10. Mengetahui Pengobatan Dari Pneumonia.
11. Mengetahui apa saja Pengkajian Dari Pneumonia.
12. Mengetahui apa saja Diagnosa Keperawatan Dari Pneumonia.
13. Mengetahui apa saja Intervensi keperawatan Dari Pneumonia.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Peradangan pada paru yang tidak saja mengenai jaringan paru tapi dapat
juga mengenai bronkhioli (taufan nugroho, 2011).
2.2 Etiologi
3
kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun
karena sakit, tua, atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri
dan menyebabkan kerusakan.
b. Pneumonia oleh virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.
Saat ini makin banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi. Meski
virus ini kebanyakan menyerang saluran pernafasan bagian atas
terutama pada balita, gangguan ini bisa memicu pneumonia.
c. Pneumonia Mikoplasma
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda fisiknya bila
dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu,
pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan
ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal atau atypical
pneumonia.
d. Pneumonia jenis lain
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pneumonia
(PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur.
3. Sedangkan dari sudut pandang sosial, penyebab pneumonia menurut
Depkes RI (2005) antara lain :
a. Status gizi bayi
b. Imunisasi tidak lengkap
c. Lingkungan
d. Kondisi sosial ekonomi orang tua
2.3 Klasifikasi Pneumonia
Berdasarkan pedoman MTBS (2000), pneumonia dapat diklasifikasikan
secara sederhana berdasarkan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukanlah
merupakan diagnose medis dan hanya bertujuan untuk membantu para
petugas kesehatan yang berada di lapangan untuk menentukan tindakan yang
perlu diambil, sehingga anak tidak terlambat penanganan. Klasifikasi tersebut
adalah:
1. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala :
4
a. Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek,
selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis/tidak sadar.
b. Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
c. Terdapat stridor ( suara napas bunyi ‘grok-grok’ saat inspirasi )
2. Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat, batasan nafas cepat
adalah :
a. Anak usia 2 – 12 bulan apabila frekuensi napas 50 x/menit atau lebih.
b. Anak Usia 1 – 5 tahun apabila frekuensi napas 40 x/menit atau lebih.
c. Batuk bukan Pneumonia, apabila tidak ada tanda – tanda atau penyakit
sangat berat.
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu,
ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, merintih dan
sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring
pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Tanda
Pneuomonia berupa retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi nafas, perkusi
pekak, fremitrus melemah. Suara napas melemah, dan ronkhi.
(Mansjoer,2000)
Gejala penyakit pneumonia berupa napas cepat dan sesak napas, karena
paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi
pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan
sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1
tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak
dikenal diagnosis pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk
juga disertai kesukaran bernafas, napas sesak atau penarikan dinding dada
sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun.
Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat, dengan gejala
pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai
gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.
5
Menurut Muttaqin (2008) pada awalnya keluhan batuk tidak produktif,
tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus
purulen kekuningan, kehijauan, kecoklatan atau kemerahan, dan sering kali
berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan
menggigil (onset mungkin tiba – tiba dan berbahaya ). Adanya keluhan nyeri
dada pleuritis, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas dan
nyeri kepala.
6
2.5 Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari
bayi sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang
dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun
kekebalan tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri
pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat
pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu
mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan
yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh
bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel
system pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun
dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan
dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima
lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi
terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman
yang paling umum sebagai penyebab pneumonia. (Sipahutar, 2007).
7
2.6 Pathway
Mikroorganisme
Pneumonia
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
MRS
8
Tindakan Perpisahan Lingkungan Kurang informasi Krisis situasi
Invasif baru
9
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik
napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah
40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding
dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan
dinding dada kedalam akan tampak jelas.
b. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin
mengalami peningkatan atau tachycardia.
c. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
d. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan
telinga ke hidung / mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan
terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara
napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah
pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni,
kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).
2. Pemeriksaan laboraturium
a. Leukosit 18.000 – 40.000 / mm3
b. Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri.
c. LED meningkat
d. X-foto dada
Terdapat bercak – bercak infiltrate yang tersebar (bronco pneumonia)
atau yang meliputi satu/sebagian besar lobus/lobule (Mansjoer,2000).
10
2.9 Penatalaksanaan Pneumonia
Menurut Mansjoer (2000) Penanganan pneumonia berdasarkan
klasifikasi pneumonia :
11
g. Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam
perawatan, misalnya, pemberian obat serta pengenalan tanda dan
gejala inefektivitas pola napas.
h. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
2. Devisit volume cairan, intervensi yang diperlukan adalah :
a. Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan.
b. Catat secara akurat intake dan output.
c. Kaji dan catat tanda vital serta gejala kekurangan cairan.
d. Periksa dan catat BJ urine tiap 4 jam atau sesuai advis.
e. Lakukan perawatan mulut sesuai dengan kebutuhan.
f. Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam
monitoring intake dan output serta dalam mengenali tanda dan gejala
kekurangan volume cairan.
g. Ciptakan situasi yang nyaman.
2.10 Pencegahan Pneumonia
Menurut Theresia (2009), Pencegahan Pneumonia dapat dilakukan
dengan cara hidup bersih dan sehat dan memberikan nutrisi yang baik pada
balita. Disamping itu, perlu diberikan vaksin pneumokokus pada bayi dan
anak sedini mungkin.
Menurut Raymondnelson dan Bambang (2009), Pencegahan
pneumonia dapat dilakukan dengan cara :
1. Memberikan vaksinasi pneumokokus atau sering juga disebut sebagai
vaksin IPD.
2. Memberikan imunisasi pada anak sesuai waktunya.
3. Menjaga keseimbangan nutrisi anak.
4. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara cukup istirahat dan juga
banyak olahraga.
5. Mengusahakan agar ruangan tempat tinggal mempunyai udara yang
bersih dan ventilasi yang cukup.
12
2.11 Pengobatan Pneumonia
Menurut Mansjoer (2000), pengobatan pneumonia dapat dilakukan dengan
cara pemberian antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
1. Untuk kasus pneumonia community base :
a. Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
b. Klorampenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
2. Untuk pneumoni hospital base :
a. Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
b. Amikasin 10 – 15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
13
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
14
8) Sianosis : perhatikan distribusi ( perifer, perioral, fasial, batang
tubuh serta wajah), derajat, durasi, berhubungan dengan aktivitas.
9) Nyeri dada : mungkin merupakan keluhan anak yang lebih besar,
perhatikan lokasi dan situasi : terlokalisir atau menyebar, dari dasar
leher atau abdomen, dangkal atau tajam, dalam atau superfisisal,
berhubungan dengan pernapasan cepat, dangkal, atau mengorok.
10) Sputum : anak-anak yang lebih besar dapat menberikan sampel
sputum; perhatikan volume, warna, viskositas.
11) Pernapasan buruk : dapat berhubungan dengan beberapa infeksi
pernapasan.
3. Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetik.
a. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1) Antenatal
atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru
c. Riwayat Alergi
15
Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena
Panjang Badan = 8 + 2n cm
Keterangan n = jumlah umur dalam tahun
Berat Badan, umur:
- Berat Badan Lahir Rata-Rata : 3,25 Kg
- Berat Badan Usia 3–12 bulan,menggunakan rumus :
umur (bulan) 9 n 9
2 2
Berat Badan usia 1-6 tahun menggunakan rumus :
16
(umur (tahun) x 2 ) + 8 = 2n + 8
Keterangan : n adalah usia anak
2) Perkembangan
Skala Yaumil-mimmi
a) Dari lahir sampai 3 bulan
Belajar mengangkat kepala, belajar mengikuti objek dengan
matanya, melihat ke muka dengan tersenyum, bereaksi terhadap
suara, mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman,
pendengaran dan kontak, menahan barang yang di pegangnya,
mengecoh spontan atau bereaksi dengan spontan.
b) Dari 3-6 bulan
Mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada dan
menopang tangan mulai belajar meraih benda-benda yang ada
dalam jangkauan atau luar jangkauannya, menaruh benda-benda
di mulutnya, tertawa dan menjerit karna gembira bila di ajak
bermain.
c) Dari 6-9 bulan
Dapat duduk tanpa bantuan, dapat tengkurap dengan berbalik
sendiri, dapat merangkak meraih benda atau mendeteksi
seseorang, memindahkan benda dari satu tangan ke tangannya
lainnya, memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk, mengenal
muka anggota keluarga dan takut kepada orang asing atau orang
lain, mulai berpartisipasi di dalam permainan tepuk tangan dan
sembuyi-sembunyian.
d) Dari 9-12 bulan
Dapat berdiri sendiri tanpa di bantu, dapat berjalan dengan di
tuntun, menirukan suara, mengulang bunyi yang di dengar,
belajar mengatakan satu atau dua kata, mengerti perintah
sederhana, memperlihatkan minat yang besar dalam
17
mengeksplorasi sekitarnya, memasukkan benda ke dalam
mulutnya.
18
larang, mengenal 4 warna, menaruh minat kepada aktifitas orang
dewasa.
19
aktivitasnya, dan apabila pada tahap ini anak dilarang maka akan
tumbuh rasa bersalah pada diri anak.
20
Pada tahap ini kepuasaan dan kesenangan, kenikmatan dapat melalui
dengan cara menghisap, mengigit, mengunyah atau bersuara,
ketergantungan sangat tinggi dan selalu minta untuk dilindungi
untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang diperoleh pada tahap
ini adalah masalah menyapih dan makan.
2. Tahap Anal (1 – 3 Tahun)
Kepuasaan pada fase ini yaitu saat pengeluaran tinja, anak akan
menunjukan keakuannya dan sikapnya sangat narsistik yaitu cinta
terhadap dirinya sendiri dan sangat egoistik. Pada fase ini tugas yang
dapat di laksanakan anak yaitu bersifat obsesif atau gangguan
pikiran, pandangan sempit, yaitu membuka diri, tidak rapi, kurang
pengendalian diri.
3. Tahap Oedipal atau Phalik (3 – 5 Tahun)
Kepuasaan pada anak terletak pada rangsangan autoerotik yaitu
meraba – raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah
erogennya, suka pada lain jenis. Anak laki – laki cenderung suka
pada ibunya dari pada ayahnya demikian sebaliknya anak perempuan
lebih suka pada ayahnya.
4. Tahap laten (5 – 12 Tahun)
Dengan perkembangan sebagai berikut kepuasaan anak mulai
terintegrasi, anak masuk dalam masa pubertas dan berhadapan
langsung dengan tuntunan sosial seperti suka hubungan dengan
kelompoknya atau sebaya, dorongan libido mulai mereda.
5. Tahap Genetalia (>12 Tahun)
Pada perkembangan ini kepuasaan anak akan kembali bangkit dan
mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.
21
3.2 Diagnosa keperawatan
d. Analisa data
Symtom Etiologi Problem
DS : Pneumonia Bersihan jalan napas
- Dispnea ↓ tidak efektif
DO: Terbentuk eksudat
- Suara napas tambahan dan serous
- Sputum belebihan ↓
Masuk ke alveoli
melalui PD
↓
Leukosit mengisi
alveoli
↓
Leukosit dan fibrin
mengalami
konsolidasi dalam
paru
↓
Peningkatan
produksi sputum
Peningkatan
produksi sputum
22
Konsolidasi
jaringan paru
Penurunan ekspansi
dada
23
- Penentuan tugas
- Ketersediaan
ketanggapan dan
keintiman yang efektif
- Ketersediaan
dukungan emosi
- Pola komunikasi
- Keefektifan dalam
menyelesaikan tugas
yang di berikan
- Ekspresi konflik
dengan atau isolasi
dari sumber- sumber
komunitas
- Ekspresi konflik
dalam keluarga
- Saling mendukung
- Partisipasi dalam
menyelesaikan
masalah
- Pola dan ritual
- Gabungan kekuatan
- Keluhan somatik
- Perilaku penurunan
stress
e. Rumusan diagnosa
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
mekanis, inflamasi, dan peningkatan sekresi, nyeri.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
5. Takut / cemas berhubungan dengan kesulitan bernapas , prosedur dan
lingkungan yang tidak di kenal (rumah sakit).
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit atau
hospitalisasi anak.
24
3.3 Intervensi Keperawatan
25
larutan dan alat yang perkusi, vibrasi
tepat, sesuai ketentuan. dan drainase
postural untuk
menpermudah
drainase sekresi.
2. Setelah dikaukan 1. Posisikan untuk 1) Beri posisi yang
tindakan ventilasi yang nyaman
keperawatan selama maksimun (misalnya (misalnya posisi
.. jam diharapkan jalan nafas terbuka dan tripod pada
masalah pola nafas kemungkinan ekspansi anak dengan
tidak efektif teratasi paru yang maksimun). epiglotitis atau
dengan kriteria hasil 2. Periksa posisi anak pertahankan
: dengan sering untuk keninggian
a. Pasien memastikan bahwa kepala sedikit
menunjukkan anak tidak merosot 30 derajat).
fungsi pernafasan untuk mehindari 2) Hindari pakaian
normal. penekanan diafragma. atau bedung
b. Anak bernafas 3. Ajarkan pada anak dan yang ketat.
dengan mudah. keluarga tentang
tindakan yang
menpermudah upaya
pernapasan (misalnya
pemberian posisi yang
tepat).
3) Untuk
kebanyakan
penyakit
pernapasan
gunakan cool
mist humidifler
26
dalam ruagan
anak
.
3. Setelah dilakukan 1. Intervensi : jelaskan 1) Ciptakan
tindakan selama .. prosedur dan peralatan hubungan anak
jam masalah cemas yang tidak di kenal dan orang tua.
teratasi dengan pada anak dengan
kriteria hasil : istilah yang sesuai
a. Pasien dengan tahap
mengalami perkembangan.
penuruna rasa 2. Anjurkan perawatan 2) Berikan objek
takut / cemas. yang berpusat pada kedekatan
b. Anak tidak keluarga dengan (misalnya
menenjukkan peningkatan kehadiran mainan keluarga
tanda-tanda orang tua dan bila dan selimut).
distres mungkin , keterlibatan
pernapasan atau orang tua.
ktidaknyamanan 3. Kaji dan 3) Cobalah untuk
fisik. implementasikan terapi mehindari
penatalaksanaan nyeri prosedur
yang tepat (misalnya intrusif atau
sedatif dan analgesic). yang
menimbulkan
nyeri.
27
(misalnya
bronkodilator
dan
ekspektoran).
28
dengan tenang
serta terlibat
secara positif
dalam perawatan
anak.
5. Setelah dilakukan 1. Tentukan pengetahuan 1) Untuk
belajar pasien
tindakan selama .. menentukan
2. Lakukan penilaian
jam masalah kurang terhadap tingkatan intervensi
pengetahuan teratasi pengetahuan pasien saat selanjutnya.
ini
dengan kriteria hasil 3. Tentukan kemampuan 2) Mengetahui
: pasien untuk tingkat
mempelajari inpormasi
a. pengetahuan kusus
pengetahuan
keluarga mengenai
pasien.
penyakit ananknya.
4. Tentukan motifasi
3) Agar pasie
pasien untuk
mempelajari inpormasi mengetahui
tertentu tentang penyakit
5. Kaji gaya belajar
keluarga pasien yang di derita
4) Untuk
mengetahui
sejauh mana
pasien
memahami
imformasi
tentang
penyakitnya
5) Untuk menilai
teta cara
memahami
informasi
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat
konsolidasi dan terjadi pengisian alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh
bakteri, virus, dan benda – benda asing. Pneumonia terbilang penyakit
berbahaya karena cara penularannya yang sangat mudah. Penyakit
pneumonia dapat menular melalui percikan ludah yang menyebar lewat
udara saat bersin batuk, ataupun bicara. Pencegahan Pneumonia dapat
dilakukan dengan cara hidup bersih dan sehat dan memberikan nutrisi yang
baik pada balita. Disamping itu, perlu diberikan vaksin pneumokokus pada
bayi dan anak sedini mungkin.
30
DAFTAR PUSTAKA
Raymondnelson.2009.Waspadapneumonia.http://pencegahan.pneumonia.c
om/read/2009.htm. di akses tanggal 28 Mei 2014 jam 18.33 wib
Sipahutar.2007.KonsepPneumonia.http://www.medicastore.com/med/detai
l_pyk.php?id. di akses tanggal 29 Mei 2014 jam 20.15 wita.
31