Sunteți pe pagina 1din 7

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BASIS HPMC 4000 TERHADAP STABILITAS

FISIK GEL MIKROEMULSI NATRIUM DIKLOFENAK

Karlina Amir Tahir, Surya Ningsi, Rizky Fauziah


Jurusan Farmasi FKIK, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Jl. H.M Yasin Limpo, No.36 Samata Gowa, Indonesia
Email : nilalfath@gmail.com

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Variasi Konsentrasi Basis HPMC 4000
terhadap Stabilitas Fisik Gel Mikroemulsi Natrium Diklofenak. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variasi konsentrasi basis HPMC 4000 terhadap stabilitas fisik sediaan
gel dalam sistem mikroemulsi tipe o/w. Mikroemulsi dibuat dengan surfaktan (Tween 80) :
Kosurfaktan (Etanol 95%) = 4 : 1. Formulasi gel menggunakan perbandingan konsentrasi
basis HPMC 4000 yaitu F1 (2%), F2 (3%), F3 (4%), dan F4 (5%). Uji stabilitas fisik
ditentukan berdasarkan pengamatan organoleptik meliputi warna, bau dan bentuk,
pemeriksaan pH, pemeriksaan homogenitas, uji daya sebar, dan penentuan viskositas. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa semua formula memiliki stabilitas yang baik. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai (p>0,05) yang berarti bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan
terhadap sediaan sebelum dan setelah kondisi penyimpanan dipercepat.

Kata Kunci : Stabilitas fisik, Mikroemulsi, Natrium diklofenak, Gel, HPMC 4000

PENDAHULUAN
Natrium diklofenak adalah agen non- Natrium diklofenak memiliki koefisien
steroid yang umum digunakan dan sangat partisi (P) sebesar 13,4 (Log P = 1,13)
efektif sebagai anti inflamasi digunakan (Budavari, 1996). Berdasarkan nilai
untuk kondisi akut dari inflamasi dan nyeri, koefisien partisi tersebut dapat diketahui
gangguan muskoletal dan artritis. Obat ini bahwa natrium diklofenak cenderung
terikat 99% pada protein plasma dan bersifat liofil, sehingga penggunaannya
mengalami metabolisme lintas pertama lebih optimal bila digunakan dalam sistem
sebesar 40-50%, serta menyebabkan dua fase, contohnya emulsi w/o. Tetapi
gangguan gastrointestinal (Wilmana, emulsi memiliki kelemahan antara lain
1995). tidak stabil secara termodinamik (Allen,
Untuk mengurangi efek pada saluran 1997).
cerna, dan meningkatkan kepatuhan Untuk meningkatkan efektifitas dan
dalam penggunaan maka pendekatan stabilitas emulsi maka dibuat sistem
yang dilakukan dengan membuat sediaan mikroemulsi. Sediaan mikroemulsi natrium
transdermal yaitu sistem penghantaran diklofenak memiliki kelemahan yaitu
yang memanfaatkan kulit sebagai tempat sediaan yang encer maka mudah mengalir
masuknya obat. Oleh sebab itu dibuat saat digunakan sehingga pelepasan obat
dalam bentuk sediaan topikal (Hendriadi, melewati kulit terganggu. Masalah ini
2012). dapat diatasi dengan digunakannya gelling
JF FIK UINAM Vol.5 No.4 2017 270
agent untuk memperbaiki sifat rheologi Pembuatan sediaan mikro-emulsi
mikro-emulsi (Hendriadi, 2012). Pembuatan sistem mikro-emulsi adalah
Sediaan gel yang baik dapat Tween 80, VCO, dan etanol 95%
diperoleh dengan cara mem-formulasikan dimasukkan langsung ke dalam beker
beberapa jenis bahan pembentuk gel, glass 50,0 ml kemudian diaduk sampai
namun yang paling penting untuk homogen dengan menggunakan magnetic
diperhatikan adalah pemilihan gelling stirrer dengan kecepatan 100 rpm selama
agent. HPMC dapat membentuk gel yang 15 menit kemudian ditambahkan aqua
jernih dan bersifat netral serta memiliki destillata diaduk dengan magnetic stirrer
viskositas yang stabil pada penyimpanan dengan kecepatan 100 rpm selama 15
jangka panjang (Rowe, 2009). Hasil menit hingga terbentuk sistem mikroemulsi
penelitian Madan & Singh (2010) (tampilan = jernih). Natrium diklofenak
menyebutkan basis HPMC memiliki dilarutkan pada larutan mikroemulsi
kemampuan daya sebar yang lebih baik diaduk dengan magnetic stirrer dengan
dari karbopol, metilselulosa, dan sodium kecepatan 150 rpm sampai larut dan
alginat sehingga mudah diaplikasian ke homogen selama 60 menit.
kulit. Gel yang baik mempunyai waktu
penyebaran yang singkat. Tabel 1. Formulasi mikroemulsi
Bahan Kegunaan (%) b/v
METODE PENELITIAN Natrium Zat aktif 5
A. Pembuatan sistem mikroemulsi diklofenak
VCO Fase minyak 5
Optimasi pembuatan mikroemulsi Tween 80 Surfaktan 28
Optimasi sediaan dilakukan dengan Etanol Kosurfaktan 7
Aqua destillata Pelarut Ad 100
penentuan jumlah surfaktan-kosurfaktan
yang diperlukan untuk dapat membentuk
B. Pembuatan basis Gel HPMC
sistem mikro-emulsi. Penentuan jumlah
Sebelum membuat sediaan, dibuat
surfaktan dan kosurfaktan diawali dengan
basis gel terlebih dahulu ditimbang HPMC
penentuan perbandingan keduanya dalam
4000 dan didispersikan dalam
sistem mikroemulsi. Setelah dilakukan
aquademineralisata bebas CO2 20 kali
penentuan perbandingan surfaktan-
beratnya dan didiamkan selama 1 jam,
kosurfaktan dalam hal ini Tween 80 dan
kemudian digerus sampai terbentuk
Etanol 95%, kemudian dilakukan
massa gel. Setelah terbentuk massa gel
penentuan jumlah keduanya dalam
dilakukan penambahan propilen glikol,
sediaan. Hasil yang didapatkan kemudian
aduk sampai homogen, terakhir
digunakan untuk pembuatan mikro-emulsi.
ditambahkan aqua-demineralisata bebas
CO2 sampai berat yang diinginkan.
JF FIK UINAM Vol.5 No.4 2017 271
C. Pembuatan sediaan mikro-emulsi dibuat kemudian dicatat nilai yang
dalam basis gel HPMC ditunjukkan oleh pH meter (Rawlins,
Sediaan mikroemulsi dalam basis 2003). Pengukuran pH dilakukan terhadap
gel HPMC 4000 dibuat dalam konsentrasi sediaan gel yang telah dibuat sebelum
natrium diklofenak 1%. Tahapan dan setelah diberi kondisi penyimpanan di-
pembuatan sediaan mikro-emulsi natrium percepat yaitu pada suhu 5oC dan 35oC
diklofenak dalam basis gel HPMC 4000: masing-masing selama 12 jam sebanyak
mikroemulsi natrium diklofenak ditimbang 10 siklus.
sesuai dengan kebutuhan untuk mem- 3. Pengukuran viskositas
bentuk sediaan dengan konsentrasi Pengukuran viskositas dilakukan
natrium diklofenak 1% kemudian dengan menggunakan viscometer
dimasukkan kedalam basis gel dan diaduk Brookfield dengan spindel no 7 dengan
sampai homogen hingga terbentuk kecepatan 50 rpm ke dalam sediaan gel
sediaan mikroemulsi natrium diklofenak kemudian diamati dan dihitung
dalam basis gel HPMC 4000. viskositasnya (Septiani, 2011).
Tabel 2. Formulasi Gel Mikroemulsi Pengukuran viskositas di-lakukan
Formula terhadap sediaan gel yang telah dibuat
Nama Bahan
F1 F2 F3 F4 sebelum dan setelah diberi kondisi
Mikroemulsi (ml) 4 4 4 4
penyimpanan di-percepat yaitu pada suhu
HPMC 4000 %(b/b) 2 3 4 5
Propilen glikol %(b/b) 15 15 15 15
5oC dan 35oC masing-masing selama 12

Aquademineralisata jam sebanyak 10 siklus.


20 20 20 20
ad (g) d. Pemeriksaan homogenitas
Gel yang diuji dioleskan pada
D. Uji Stabilitas Fisik sediaan sebuah kaca objek untuk diamati
1. Pengamatan organoleptis homogenitasnya. Apabila tidak
Pengamatan organoleptik mengandung butiran-butiran kasar di atas
dilakukan dengan mengamati perubahan kaca objek, maka gel yang diuji homogen.
bentuk, warna, dan bau dari sediaan gel Pemeriksaan homoge-nitas dapat
mikroemulsi natrium diklofenak. dilakukan secara visual (Paye, dkk, 2001).
Pengamatan organoleptik dilakukan Uji homogenitas dilakukan dengan
terhadap sediaan gel yang telah dibuat pemeriksaan secara visual setelah gel
sebelum dan setelah diberi kondisi berada dalam wadah, dengan melihat
penyimpanan dipercepat yaitu pada suhu bentuk atau penampakan dan adanya
 o
5 C dan 35 C. agregat. Syarat homogenitas adalah tidak
2. Pengukuran pH boleh mengandung bahan kasar yang
Dilakukan dengan mencelupkan pH dapat teraba (Syamsuni, 2005). Uji
meter ke dalam sediaan gel yang telah
JF FIK UINAM Vol.5 No.4 2017 272
dilakukan terhadap sediaan gel yang telah sampel menggunakan spektrofotometer
dibuat sebelum dan setelah diberi kondisi uv-vis pada 502 nm
penyimpanan dipercepat yaitu pada suhu Turbiditas dihitung dengan
5oC dan 35oC masing-masing selama 12 persamaan: turbiditas (%) x lebar kuvet
jam sebanyak 10 siklus. (cm) = 2,303 x absorbansi. Hal ini
e. Daya sebar menunjukkan bahwa sediaan mikro-emulsi
Sebanyak 0,5 gram sampel gel yang dibuat telah memenuhi persyaratan
diletakkan di atas kaca bulat berdiameter turbiditas dengan nilai dibawah 1% .
15cm, kaca lainnya diletakkan di atas gel (Fletcher dan Suhling, 1998).
dan dibiarkan selama 1 menit. Diameter F. Analisis Statistik
sebar diukur. Setelah itu ditambahkan 150 Analisis data dilakukan secara
gram beban tambahan dan didiamkan statistik dengan metode analisis
selama 1 menit lalu diukur diameter yang independent sample test dengan
konstan (Astuti, 2010). Diameter yang menggunakan program SPSS dengan
didapatkan kemudian dimasukkan didalam derajat kepercayaan 95%.
perhitungan untuk mengetahui daya sebar
sediaan menggunakan rumus (Garg, HASIL DAN PEMBAHASAN
2002) Dalam penelitian ini, optimasi setiap
π
S1 = d tahapan dalam formulasi perlu dilakukan
4
Keterangan: untuk memperoleh formula yang paling
S1 = daya sebar sediaan baik. Pertama-tama dilakukan penentuan
d = diameter yang dihasilkan
jumlah surfaktan-kosurfaktan yang
Pengukuran daya sebar dilakukan diperlukan untuk dapat membentuk sistem
terhadap sediaan gel yang telah dibuat mikro-emulsi. Penentuan jumlah surfaktan
sebelum dan setelah diberi kondisi dan kosurfaktan diawali dengan
penyimpanan dipercepat yaitu pada suhu penentuan perbandingan keduanya dalam
5oC dan 35oC masing-masing selama 12 sistem mikroemulsi. Dibuat beberapa
jam sebanyak 10 siklus. perbandingan Surfaktan:Kosurfaktan yaitu
E. Karakteristik Mikro-Emulis 1:1, 2:1, 3:1, 4:1, 5:1 dan 6:1. Dari
Karakterisasi mikroemulsi dilakukan percobaan yang telah dilakukan dilihat
dengan cara melakukan pengujian bahwa sediaan mikroemulsi yang jernih
turbiditas pada sediaan mikroemulsi untuk dengan penggunaan Tween 80 paling
mengetahui tingkat kekeruhan sediaan. sedikit adalah dengan perbandingan
Formula yang dihasilkan ditandai dengan Tween 80 dan etanol 95% (4:1). Setelah
tingkat jernih (transparan) dan memiliki dilakukan penentuan perbandingan Tween
nilai turbiditas kurang dari 1%. Turbiditas 80 dan etanol 95% dalam sediaan,
ditentukan dengan mengukur absorbansi
JF FIK UINAM Vol.5 No.4 2017 273
kemudian dilakukan penentuan jumlah sediaan sebelum dan sesudah
keduanya dalam sediaan. Hasil dari penyimpanan dipercepat menunjukkan
penentuan tersebut menyatakan bahwa bahwa data signifikan dari nilai pH (p >
penggunaan tween 80 - etanol 95% 0,05) yang menyatakan bahwa tidak
sebanyak 28% - 7% dihasilkan terdapat perbedaan nyata antara formula
mikroemulsi yang jernih dan stabil. Hal ini sebelum dan sesudah penyimpanan
dikarenakan konsentrasi surfaktan yang dipercepat. Hasil pemeriksaan
digunakan cukup untuk membentuk homogenitas sediaan gel, pada kondisi
lapisan pelindung yang menghalangi sebelum dan setelah penyimpanan pada
penggabungan tetesan-tetesan fase semua formula menunjukkan sifat yang
dalam (Rieger,1994). homogen.
Dari hasil pengukuran nilai turbiditas Uji daya sebar dilakukan untuk
mikroemulsi didapatkan hasil sebesar mengetahui kemampuan peyebaran
0,1266 %. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan pada kulit (Voight, 1971).
sediaan mikro-emulsi yang dibuat telah Hasil pengujian daya sebar sebelum
memenuhi persyaratan turbiditas dengan penyimpanan yaitu, untuk 24,515 cm2
nilai dibawah 1% . (Fletcher dan Suhling, (F1), 27,550 cm2(F2), 25,250 cm2(F3), dan
1998). 22,503 cm2(F4). Sedangkan setelah
Sediaan diuji terhadap terjadinya penyimpanan nilai uji daya sebar untuk
perubahan organoleptik, pH, homogenitas, 26,755 cm2(F1), 29,895 cm2 (F2 ), 28,26
daya sebar dan viskositas. cm2 (F3) dan 19,645 cm2 (F4).
Hasil pengamatan organoleptis Analisis statistik daya sebar sediaan
terhadap gel mikroemulsi natrium sebelum dan sesudah penyimpanan
diklofenak menunjukkan bentuk, warna, dipercepat menunjukkan bahwa data
dan bau yang tidak berbeda setelah signifikan dari daya sebar (p > 0,05) yang
kondisi penyimpanan di-percepat. menyatakan bahwa tidak terdapat
Nilai pH sediaan gel mikroemulsi perbedaan nyata antara formula sebelum
natrium diklofenak sebelum penyimpanan dan sesudah penyimpanan dipercepat.
yaitu untuk 4,7(F1), 6,0(F2), 6,4(F3), dan Uji viskositas dilakukan untuk
6,7(F4) dan setelah penyimpanan mengetahui besarnya suatu viskositas dari
dipercepat, sediaan mengalami perubahan sediaan, dimana nilai viskositas tersebut
pH yaitu untuk 6,5(F1), 6,5(F2), 6,7(F3) menyatakan besarnya tahanan suatu
dan 6,8(F4). Formulasi sediaan gel cairan untuk mengalir. Pengukuran
menunjukkan pH yang sesuai dengan pH viskositas gel dilakukan menggunakan
kulit yaitu berkisar antara 5 - 6,8 (Ansari, viscometer Brookfield. Nilai viskositas
Dkk. 2009). Analisis statistik nilai pH sebelum dan setelah penyimpanan

JF FIK UINAM Vol.5 No.4 2017 274


dipercepat mengalami penurunan. Hal ini KEPUSTAKAAN
dikarenakan pengujian stabilitas dilakukan Allen, L. V., Jr. The Art and Technology Of
Pharmaceutical Compounding.
dengan merubah suhu lingkungan sediaan
American Pharmaceutical
gel. Nilai viskositas sediaan gel yang baik Association. Washington DC. 1997.
adalah 2000-4000 cP (Garg, 2002).
Ansari, S.A. Skin Ph And Skin Flora. In
Analisis statistik dilakukan dengan Handbook of Cosmetics Science and
Technology edisi ketiga. New York:
membandingkan nilai viskositas sediaan
Informa Healthcare USA. 2009.
sebelum dan sesudah penyimpanan
Astuti, I. Y., D. Hartanti, dan A. Aminiati.
dipercepat. Hasil analisis menunjukkan
Peningkatan Aktivitas Antijamur
bahwa data signifikan dari viskositas (p > Candida albicans Salep minyak atsiri
(Piper bettle L.) Melalui
0,05) yang menyatakan bahwa tidak
Pembentukan Kompleks Inklusi
terdapat perbedaan nyata antara dengan β-siklodekstrin. Majalah
Obat Tradisional. 2010.
viskositas formula sebelum dan sesudah
penyimpanan dipercepat. Budavari, S. The Merck Index 13th Edition..
Meck & Co Inc. New Jersey, USA.
Berdasarkan hasil pengujian
1996.
tersebut diatas, menunjukkan bahwa
Ditjen POM. Formularium Kosmetika
semua formula memiliki stabilitas yang
Indonesia. Jakarta: Departemen
baik. Hal ini ditunjukkan dengan tidak Kesehatan RI. 1985.
terjadi perubahan yang signifikan terhadap
Fletcher, P.D.I dan Suhling, K. Interactions
sediaan sebelum dan setelah kondisi between weakly charged oil-in-
water-microemulsion droplets.
penyimpanan dipercepat.
Langmuir. 1998.

Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., dan


KESIMPULAN
Sigla, A.K. Spreading Of Semisolid
Berdasarkan hasil penelitian yang Formuation: An Update
Pharmaceutical Technology. 2002.
telah dilakukan terhadap sediaan gel
mikroemulsi natrium diklofenak, maka Hendriadi, Esti. Karakterisasi Sediaan dan
Uji Pelepasan Natrium Diklofenak
dapat disimpulkan bahwa:
Dengan Sistem Mikroemulsi Dalam
a. Gel dengan menggunakan basis Basis Gel HPMC.
Pharmacients,Vol.1., No.2. 2012.
HPMC pada berbagai konsentrasi
memiliki kestabilan fisik.yang baik. Madan, J., & Singh, R. Formulation and
Evaluation of Aloevera Topical Gels,
b. Pengaruh konsentrasi HPMC sebagai
Int.J.pPh.Sci.,2(2). 2010.
basis gel mikroemulsi natrium
Paye, M., et al. Handbook Of Cosmetic
diklofenak tidak memberikan
Science and Technology. Marcel
pengaruh signifikan terhadap Dekker, Inc. New York. 2001.
kestabilan fisik sediaan gel.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn,
M.E. Handbook of Pharmaceutical

JF FIK UINAM Vol.5 No.4 2017 275


Excipients edisi ke-6. Italy: (Gnetum gnemon Linn.) Jurnal
L.E.G.O.S.p.A. 2009. Universitas Padjajaran. 2011.

Rawlins, E.A. Bentleys of Pharmaceutics. Syamsuni, H. Farmasetika Dasar dan


Edisi Kedelapan belas. Baillierre Hitungan Farmasi. EGC. Jakarta.
Tindal. London. 2003. 2005.

Rieger, M.M. Emulsi. Dalam: Lachman L., Voight, R. Buku Pelajaran Teknologi
H. Lieberman & J.L. Kaning. Teori Farmasi. Gajah Mada University
dan Praktek Farmasi Industri Vol 1. Press. Yogyakarta. 1995.
UI Press. Jakarta. 1994.
Wilmana, P.F. Analgesik – Antipiretik
Septiani S, Wathoni N, Mita SR. Formulasi Analgesik Anti-Inflmasi Steroid dan
Sediaan Masker Gel Antioksidan Obat Pirai. Dalam : Ganiswarna,
Dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo S.G. Farmakologi dan Terapi Edisi
ke-4. Jakarta. 1995

JF FIK UINAM Vol.5 No.4 2017 276

S-ar putea să vă placă și