Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
perjanjian asuransi harus memiliki posisi yang setara. Dalam UUPK juga diatur hak dan
kewajiban dari pelaku usaha, dalam hal ini adalah penanggung dalam asuransi, sebagaimana
dikemukakan dalam Pasal 6, yaitu hak pelaku usaha adalah:
1. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi
dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
2. hak untuk mendpt perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak
baik;
4. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
2. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
3. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
7. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa
yang dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
1. UMUM
Ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13; Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3467 tidak lagi cukup untuk menjadi dasar
pengaturan dan pengawasan industri perasuransian yang telah berkembang. Penyempurnaan
terhadap peraturan perundang-undangan mengenai perasuransian harus dilakukan untuk
menciptakan industri perasuransian yang lebih sehat, dapat diandalkan, amanah, dan
kompetitif serta meningkatkan perannya dalam mendorong pembangunan nasional.
Upaya untuk menciptakan industri perasuransian yang lebih sehat, dapat diandalkan,
amanah, dan kompetitif secara umum dilakukan, baik dengan penetapan ketentuan baru
maupun dengan penyempumaan ketentuan yang telah ada. Upaya tersebut diwujudkan
antara lain dalam bentuk :
1. penetapan landasan hukum bagi penyelenggara. Usaha Asuransi Syariah dan Usaha
Reasuransi Syariah;
2. penetapan status badan hukum bagi Perusahaan Asuransi berbentuk usaha bersama
yalg telah ada pada saat Undang-Undang ini diundangkan;
4. pemberian amanat lebih besar kepada Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Asuransi
Syariah untuk mengelola kerja sama dengan pihak lain dalam rangka pemasaran
layanan jasa asuransi dan asuransi syariah, termasuk kerja sama keagenan; dan
Pasal 1 =
1. Asuransi
2. Asuransi Syariah
3. Prinsip Syariah
4. Usaha Perasuransian
7. Usaha Reasuransi
17. Pihak
23. Tertanggung
24. Peserta
29. Premi
30. Kontribusi
31. Afiliasi
37. Pemerintah
38. Menteri
Pasal 2 =
3. Perusahaan Reasuransi
Pasal 3 =
Pasal 4 =
1. Pialang Asuransi
2. Pialang Reasuransi
Pasal 5 =
Pasal 6 =
2. PT
3. Koperasi
4. Usaha bersama
Pasal 7 =
Pasal 8 =
3. anggaran dasar
4. susunan organisasi
5. modal disetor
6. dana jaminan
7. kepemilikan
8. aset kekayaan
9. kemampuan dan kepatutan direksi
Pasal 9 =
Pasal 10 =
Pasal 11 =
Pasal 12 =
Pasal 13 =
Pasal 14 =
1. Pengendali di dalam perusahaan harus dilaporkan pada OJK
Pasal 15 =
Pasal 16 =
Pasal 17 =
Pasal 18 =
Pasal 19 =
Pasal 20 =
1. Perusahaan perasuransian wajib bentuk dana jaminan dalam jumlah yang ditentukan
oleh OJK
Pasal 21 =
1. Kekayaan dan kewajiban dengan hak pemegang polis, dsb wajib dipisahkan dari
kekayaan perusahaan
2. Untuk asuransi jiwa syariah kewajiban peserta untuk keperluan saling menolong dalam
menghadapi risiko wajib dipisahkan dari kekayaan perusahaan
Pasal 22 =
4. Perusahaan wajib menyediakan info mengenai keadaan keuangan dan risiko yang
dihadapi pada pihak yang berkepentingan sesuai dengan aturan berlaku
5. Perusahaan perasuransian wajib umumkan laporan keuangan telah diaudit paling lama
1 bulan setelah batas waktu penyampaian laporan keuangan pada OJK
Pasal 23 =
1. Laporan tertentu dan hasil analisis atas laporan tak dapat dibuka oleh OJK pada pihak
lain kecuali pada
5. bank indonesia
6. pihak lainnya
Pasal 24 =
1. Penutupan asuransi pada objek asuransi harus berdasarkan asas kebebasan memilih
Pasal 25 =
Objek asuransi dapat diasuransikan bila dapat izin usaha dari OJK, kecuali dalam hal ini
1. tak ada perusahaan yang menahan atau mengelola risiko dari objek asuransi yang
bersangkutan
2. tak ada perusahaan yang bersedia melakuakan penutupan asuransi atas objek asuransi
yang bersangkutan
Pasal 26 =
2. polis
3. premi
5. penyelesaian klaim
7. distribusi produk
Pasal 27 =
2. Pialang dan agen harus punya pengetahuan dan kemampuan yang cukup tentang
asuransi
Pasal 28 =
3. Pertanggungan mulai berlaku dan mengikat sejak premi diterima oleh agen
8. Perusahaan asuransi wajib membayar imbalan jasa perantara pada agen setelah
menerima premi
Pasal 29 =
1. Premi dapat dibayar langsung oleh pemegang polis pada perusahaan asuransi atau
melalui perusahaan pialang
2. Premi dapat dibayar langsung oleh pemegang polis pada perusahaan reasuransi atau
melalui perusahaan pialang
5. Premi dibayar melalui pialang wajib diserahkan premi pada perusahaan asuransi
Pasal 30 =
Pasal 31 =
1. Agen, pialang harus ahli, perhatian, dan cermat dalam melayani transaksi dengan
pemegang polis
2. Agen, pialang, harus memberikan informasi yang benar, tak palsu, terkait risiko,
manfaat, kewajiban, dll terkait dengan produk yang ditawarkan
3. Perusahaan asuransi wajib menangani klaim dan keluahn melalui proses yang cepat,
sederhana, mudah diakses, dan adil
Pasal 32 =
1. Perusahaan asuransi wajib menerapkan kebijakan anti pencucian uang dan mencegah
pendanaan teroris
Pasal 33 =
Pasal 34 =
Anggota yang berwewenang menandatangani polis yang dikenai sanksi batas kegiatan usaha
BAB VI Tata Kelola Usaha Perasuransian Berbentuk Koperasi dan Usaha Bersama
Pasal 35 =
1. Perusahaan asuransi dapat menyelenggarakn jasa asuransi bagi anggotanya
2. Tiap anggota dari perusahaan asuransi wajib jadi pemegang polis dari perusahaan yang
bersangkutan
4. Anggota dari perusahaan wajib menanggung seluruh kerugian dari kegiatan usaha
BAB VII Peningkatann Kapasistas Asuransi, Asuransi Syariah, Reasuransi, dan Reasuransi
Syariah dalam Negeri.
Pasal 36 =
Pasal 37 =
Pemerintah dan OJK mendorong peningkatan kapasitas usaha perasuransian dalam negeri
Pasal 38 =
Pemerintah dapat beri fasilitas fiskal pada perseorangan dsb untuk mendorong manfaat jasa
asuransi
Pasal 39 =
3. cakupan peserta
5. premi
6. manfaat
8. krteria penyelenggara
13. Penyelenggara program asuransi dilarang memaksa pemegang polis untuk menerima
tawaran manfaat tambahan
Pasal 40 =
3. Ketentuan perusahaan yang punya usaha sejenis atas perusahaan induk yang sejenis
Pasal 41 =
Pasal 42 =
Pasal 43 =
1. Izin usaha perusahaan perasuransian yang udah dicabut untuk menghentikan kegiatan
usaha
Pasal 44 =
1. Paling lama 30 hari untuk mencabut izin usaha perusahaan perasuransian
Pasal 45 =
2. Tim likuidasi wewenang mewakili perusahaan dalam segala hal yang berkaitan untuk
menyelesaikan perkara
Pasal 46 =
2. Semua pemegang harta perusahaan wajib beri data dan informasi lengkap yang
diperlukan
Pasal 47 =
Pasal 48 =
Pasal 49 =
Pasal 50 =
Pasal 51 =
2. OJK beri keputusan pada kreditor paling lama 30 hari secara lengkap
3. OJK menolak kreditor secara tertulis dan alasan
Pasal 52 =
Pasal 53 =
Pasal 54 =
4. Kesepakatan mediasi
Pasal 55 =
2. konsultan aktuaria
3. akuntan publik
4. penilai
Pasal 56 =
Pasal 57 =
Pasal 58 =
Pasal 59 =
Pasal 60 =
6. membatalkan pernyataan
7. penyampaian laporan
8. melakukan pemeriksaan
9. menetapkan pengendali
Pasal 61 =
2. OJK dapat menugaskan pihak lain atas nama OJK untuk melaksanakan pemeriksaan
Pasal 62 =
4. pertimbangan OJK pada perusahaan yang tak melunasi kewajiban yang jatuh tempo
5. perusahaan perasuransian melakukan kegiatan usaha yang tak sesuai dan tak sehat
11. mengajukan usulan pada OJK untuk mencabut izin usaha perusahaan
16. Direksi nonaktif dialarang mengundurkan diri ketika pengurusan diganti oleh statuter
Pasal 63 =
5. Wewenang statuter
6. membatalkan perjanjian
7. melakukan pengalihan
Pasal 64 =
Pasal 65 =
1. Putusan OJK pada Pengendali
Pasal 66 =
Pasal 67 =
Pasal 68 =
Pasal 69 =
Pasal 70 =
OJK berhak beri sanksi administratif pada pihak yang melakukan pelanggaran
Pasal 71 =
2. Sanksi administratif
3. peringatan tertulis
12. Perusahaan yang membahayakan tertanggung akan dikenakan sanksi dari OJK
Pasal 72 =
1. OJK dapat beri sanksi peringatan dan tertulis pada perusahaan perasuransian
2. penambahan modal
3. penggantian direksi
7. OJK berhak mencabut izin usaha pada perusahaan yang tak dapat mengatasi keuangan
Pasal 73 =
1. Ketentuan pidana terhadap pihak yang melakukan usaha perasuransian tanpa izin
2. Ketentuan pidana terhadap pihak yang melakukan usaha pialang perasuransian tanpa
izin
3. Ketentuan pidana terhadap pihak yang melakukan usaha penilai kerugian perasuransian
tanpa izin
Pasal 74 =
1. Tindak pidana pada pihak yang dengan sengaja memberikan laporan tak benar
Pasal 75 =
Tindak pidana pada pihak yang sengaja tidak memberikan informasi yang tidak benar kepada
pemegang polis
Pasal 76 =
Pasal 77 =
Tindak pidana pada pihak yang menggelapkan dengan cara apapun untuk mengurangi aset
Perusahan Perasuransian
Pasal 78 =
Pasal 79 =
Tindak pidana pada pihak yang menandatangani polis baru dari Perusahaan Perasuransian
Pasal 80 =
Pihak yang ditunjuk oleh OJK menggunakan informasi apapun yang bersifat rahasia kepada
pihak lain, kecuali dalam rangka pelaksanaan yang berdasarkan keputusan OJK atau diwajibkan
oleh UU
Pasal 81 =
1. Tindak pidana Pasal 73, 75, 76, 77, 78 atau 80 dilakukan oleh korporasi
Pasal 82 =
Pidana yang dijatuhkan terhadap korporasi adalah paling banyak denda 600 Milyar Rupiah
Pasal 83 =
1. Perusahaan Perasuransian yang sudah mendapat izin usaha saat UU ini berlaku, maka
telah dapat izin
2. Perusahaan agen asuransi yang sudah mendapat izin usaha saat UU ini berlaku, maka
telah dapat izin
Pasal 84 =
1. Perusahaan konsultan aktuaria yang sudah mendapat izin usaha saat UU ini berlaku,
maka telah dapat izin
2. Dengan berlaku UU ini, maka izin usaha, pembinaan, dan pengawasan perusahaan
konsultan aktuaria dilakukan oleh menteri
Pasal 85 =
Pasal 86 =
Pasal 87 =
Pasal 88 =
1. Perusahaan Perasuransian yang belum memenuhi ketentuan dalam Pasal 7 ayat 1 huruf
a, wajib menyesuaikan dengan mengalihkan kepemilikan saham pada warga negara
Indonesia atau melakukan perubahan kepemilikan melakui mekanisme penawaran
umum paling lama 5 tahun
Pasal 89 =
Ketentuan aturan untuk mewajibkan penutupan asuransi dan asuransi syariah disesuaikan
dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini
Pasal 90 =
1. Dicabut dan tidak berlaku lagi Undang-Undang No 2 tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian (Lembaran Negara RI Tahun 1992 No 13, Tambahan Lembaran Negara RI
No 3467)
2. Dicabut dan tidak berlaku lagi ketentuan mengenai permohonan pernyataan pailit oleh
Menteri Keuangan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (5) UU No 37 Tahun 2014
tetang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara RI
Tahun 2014 No 131, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4443)
Pasal 91 =
Pelaksanaan dari peraturan Undang-Undang ditetapkan
Pasal 92 =