Sunteți pe pagina 1din 32

Sistem Perkemihan

( ASUHAN KEPERAWATAN BATU URETER )

Oleh Kelompok V

Minanlel Bembuain

Rachel Matulessy

Priscillya Thelessy

Psyche Latupeirissa

Sanry Zusana Komsary

Stela Tutupoly

Vivien Pasinau

Kelas : C

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas Kesehatan

Universitas Kristen Indonesia Maluku

i
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan penyertaanya kelompok
kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Batu Ureter pada mata kuliah Sistem
Perkemihan ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari harapan ibu dosen dan para pembaca,
namun kami berharap bahwa makalah ini dapat diterima agar menjadi pembelajaran bagi kami
dalam menyusun makalah tentang Asuhan Keperawatan berikutnya.

Kami menyampaikan terimakasih kepada semuayang telah membantu kami dalam


menyelesaikan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ambon, 29 April 2018

Penulis

Kelompok V kelas C

i
Daftar Isi

Kata Pengantar...............................................................................................................................i

Daftar Isi.........................................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan.......................................................................................................................1

BAB II Pembahasan......................................................................................................................3

Asuhan Keperawatan.....................................................................................................................15

Bab III Penutup...........................................................................................................................28

Daftar Pustaka.............................................................................................................................29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Ureter adalah suatu saluran muskuler 79103 berbentuk silinder yang


menghantarkan urin dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30 cm
dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm di dekat kandung kemih dan berjalan dari hilus
ginjal menuju kandung kemih. Ureter dibagi menjadi pars abdominalis, pelvis,dan intravesikalis.
Dinding ureter terdiri dari mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot polos sirkuler dan
longitudinal yang dapat melakukan gerakan kontraksi guna mengeluarkan urin ke buli-buli.

Ureter dibagi menjadi dua bagian yaitu; ureter pars abdominalis, berada dari pelvis
renalis sampai menyilang vasa iliaka dan ureter pars pelvika, berada dari mulai persilangan vasa
iliaka sampai masuk ke buli-buli. Secara radiologis, ureter dibagi menjadi 3 bagian: (1) ureter 1/3
proksimal mulai dari pelvis renalis dsampai batas atas sakrum (2) ureter 1/3 medial mulai dari batas
atas sakrum sampai batas bawah sakrum (3) ureter 1/3 distal mulai batas bawah sakrum sampai
masuk ke buli-buli.

Ureter merupakan bagian dari sistem urinarius yaitu sistem tubuh yang berperan dalam proses
pembentukan dan pembuangan sisa metabolisme dan kelebihan cairan dalam bentuk urin disebut
juga sistem perkemihan. Sebelum mengetahui fungsi ureter, sebaiknya kita mengetahui embriologi
serta anatomi ureter. Secara embriologi sistem urinarius berasal dari metanefros yang terdiri dari
bagian dorsal mesonefros dan tonjol ureter. Metanefros ini kemudian membentuk kaliks ginjal,
jaringan parenkim ginjal, pielum, dan ureter. Struktur ini kemudian naik ke arah dorsokranial selama
perkembangannya pada saat minggu ke delapan dan menyatu dengan blastema dan mengalami rotasi
sehinga akhirnya pielum dan hilus ginjal akan terletak di sebelah medial.

Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder atau pipa yang menghubungkan ginjal
dengan kandung kemih. Ureter merupakan lanjutan dari pelvis renalis yang berjalan dari hillus ginjal
menuju distal dan kemudian bermuara pada kandung kemih. Ureter terdiri dari 2 saluran pipa di
sebelah kanan dan kiri yang menghubungkan ginjal kanan dan kiri dengan kandung kemih. Ureter
memiliki panjang sekitar 20 – 30 cm dengan diameter rata – rata sekitar 0,5 cm dan diameter
maksimal sekitar 1,7 cm yang berada di dekat kandung kemih. Berdasarakan letak anatomisnya

1
ureter ini dibagi menjadi ureter pars abdominalis yang berada di dalam rongga abdomen dan ureter
pars pelvis yang berada di dalam rongga pelvis. Ureter memiliki tiga lapisan dinding yang terdiri
dari Jaringan ikat (jaringan fibrosa) pada lapisan luar, otot polos sirkuler dan longitudinal pada
lapisan tengah, sel – sel transisional pada lapisan mukosa sebelah dalam.

 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Struktur anatomi dan fisiologi dari Sistem Perkemihan?


2. Bagaimana Defenisi dari Batu Ureter ?
3. Apa Etiologi dari Batu Ureter?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala dari Batu Ureter?
5. Bagaimana Patofisiologi dari Batu Ureter?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Batu Ureter?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pasien dengan Batu Ureter?

 Tujuan

1. Mengetahui Struktur anatomi dan fisiologi dari Sistem Perkemihan.


2. Mengetahui Defenisi dari Batu Ureter.
3. Mengetahui Etiologi dari Batu Ureter.
4. Mengetahui Tanda dan Gejala dari Batu Ureter.
5. Mengetahui Patofisiologi dari Batu Ureter.
6. Mengetahui Penatalaksanaan Batu Ureter.
7. Mengetahui Asuhan Keperawatan pasien dengan Batu Ureter.

2
BAB II

PEMBAHASAN

 Anatomi Fisiologi
(Anonymus, 2011)

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh.
Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

3
Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :

1. Ginjal
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan,
ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan
pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Satuan struktural dan
fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler
dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan
kapiler peritubuler yang mengitari tubuli.
Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus
kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang
terdapat pada medulla. Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan
lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak
juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur
sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar
dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok
– belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut
ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke
korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
a. Bagian-bagian ginjal

Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga
bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal
(pelvis renalis).
1. Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang
disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler –
kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus
dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai
bownman disebut badan malphigi.

4
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai
bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman.
Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan
dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

2. Sumsum Ginjal (Medula)


Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal.
Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis,
mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya
disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena
terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid
terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini
berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di
dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah
dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.

3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)


Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar.
Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga
disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks
minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung
urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke
pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
b. Fungsi Ginjal:
1. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen,
misalnya ammonia.
2. Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan
berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.

c. Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari :


1. Tes untuk protein albumin

5
Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke dalam
urine.
2. Mengukur konsentrasi urenum darah
Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas kadar
normal (20 – 40) mg%.
3. Tes konsentrasi
Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi berat
jenisnya naik.

d. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal

Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis,
yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian
menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi
kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang
disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah
yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava
inferior.

Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas
ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon
yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.

2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak
dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari :


a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

6
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang
akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh
pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf
sensorik.

3. Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )


Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan
ligamentum vesika umbikalis medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari :


1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari
rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika
seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar),
tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada
dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih

7
(proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat
yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus
dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter
bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila
saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin
(kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari
sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi
spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung
kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung
kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian
distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju
duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

4. Uretera
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian
menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.

Uretra pada laki – laki terdiri dari


1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa

Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas,
panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar),

8
lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah
dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan
uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.

Urine (Air Kemih)


1. Sifat – sifat air kemih
- Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta
faktor lainnya.
- Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
- Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
- Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
- Berat jenis 1.015 – 1.020.
- Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
2. Komposisi air kemih
- Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
- Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin
- Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
- Pigmen (bilirubin, urobilin)
- Toksin
- Hormon
3. Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml
filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L
filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai
kemih, dan sebagian diserap kembali.

4. Tahap – tahap Pembentukan Urine


a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari
permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring
adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh
simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke seluruh ginjal.

9
b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan
beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator
reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah
terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap
kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal
dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.

c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul.
Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga
terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter.
Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan
tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine
dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

5. Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih.,
keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung
kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine.
Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat
– pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot
abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.

Ciri – ciri Urine Normal


Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan
yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya
sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.

10
 Defenisi

Batu ureter atau Ureterolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi
(batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam
saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang
terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan
urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam
diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada
pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah.
(Brunner and Suddarth, 2002: 1460).
Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin
dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa
sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar.
Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan
hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan
kolik.
(R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027).
Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut batu ginjal. Batu
dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal. 1595).
Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam
urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai campuran
kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%),
dan sistin (1%).
( Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006, ILMU BEDAH, hal. 171).
Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih, yang dimulai
dari kaliks sampai dengan uretra anterior.
(DR. Nursalam, M. Nurs & Fransica B.B, Sistem Perkemihan, hal. 76).

 Etiologi
(Anonymus, 2011)

Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor
predisposisi terjadinya batu ureter :

11
1. Ginjal: Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu
2. Immobilisasi: Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan penimbunan kalsium.
Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan pembentukan batu.
3. Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan menjadi inti
pembentukan batu.
4. Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu.
5. Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan batu
dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.
6. Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan pemasukan cairan
kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di ruang mesin menyebabkan
banyak keluar keringat, akan mengurangi produksi urin.
7. Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi terbentuknya batu
saluran kemih.
8. Makanan: kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju, kacang polong,
kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti
: bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.

 Patofisiologi
(Price, Sylvia Anderson, Ph.D., R.N (1995))

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis belum
diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain :
Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga peningkatan
bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk
pembentukan batu.

Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung
pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan
jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu
asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat
mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin
yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.

12
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan terhambat.
Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk
tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini
semakin kompleks sehingga terjadi batu.

Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu yang
besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada
saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan
obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks
urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.

Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-organ
dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya
secara normal.

Maka dapat terjadi penyakit GGK yang dapat menyebabkan kematian.

 Tanda dan Gejala

Gejala batu kandung kemih dapat dirasakan oleh kebanyakan penderitanya ketika batu tersebut
menyumbat saluran urine atau melukai dinding kandung kemih. Beberapa gejala tersebut,
diantaranya adalah:

1. Rasa nyeri saat buang air kecil.


2. Darah dalam urine.
3. Urine terlihat lebih pekat dan gelap.
4. Kesulitan buang air kecil.
5. Buang air kecil tidak lancar atau tersendat-sendat.
6. Perut bagian bawah terasa nyeri.
7. Pada pria, penis tidak nyaman atau sakit.

13
 Penatalaksanaan
(Anonymus, 2011)
1. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan, morfin diberikan
untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air hangat di area panggul dapat
bermanfaat. Cairan yang diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal
jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan
tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu sehingga mendorong passase batu tersebut ke
bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan
urine dan menjamin haluaran urine yang besar.
2. Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral kecil untuk
menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika mungkin), akan segera mengurangi
tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.
3. Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur noninvasive yang digunakan
untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang kecil
seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan
4. Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi menggabungkan keterampilan ahli
radiologi dan urologi untuk mengankat batu renal tanpa pembedahan mayor.
5. Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan suatu alat ureteroskop
melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik,
atau ultrasound kemudian diangkat.
6. Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai
alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain, dan menolak metode
lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
7. Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal secara bedah
merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan
nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau nefrektomi, jika ginjal tidak
berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di piala ginjal diangat dengan pielolitotomi,
sedangkan batu yang diangkat dengan ureterolitotomi, dan sistostomi jika batu berada di
kandung kemih., batu kemudian dihancur dengan penjepit alat ini. Prosedur ini disebut
sistolitolapaksi.

14
ASUHAN KEPERAWATAN

 Pengkajian

Identitas Pasien:
Nama : Tn. W
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 45 tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Supir
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Talake

Identitas Penanggung Jawab Pasien:


Nama : Ny. V
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 32 tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Talake
Hubungan : Istri Pasien

Tanggal: -
Jam: -
Nama Pengkaji: Perawat X

15
 Riwayat Kesehatan:

- Keluhan utama:
Nyeri yang luar biasa pada perut bagian atas.

- Riwayat kesehatan sekarang:

Sudah beberapa bulan tn.w merasakan nyeri yang luar biasa pada perut bagian atas. Tn.w mual
muntah dan demam. Tn.w juga mengatakan bahwa ia sering buang air kecil dan merasakan
sakit waktu buang air kecil. Diagnosa sementara adalah batu ureter.

- Riwayat kesehatan dahulu:


Tn.w pernah menderita infeksi saluran kemih.

- Riwayat kesehatan keluarga:


Salah seorang keluarga pernah menderita urolitiasis.

- Riwayat Psikososial:
a. Pola konsep diri:
Ideal diri:
tn.w mengatakan ingin cepat sembuh dan berkumpul bersama keluarganya.
Identitas diri:
tn.w adalah seorang supir.
b. Harga diri:
tn.w merasa pasrah dengan penyakitnya.
c. Gambaran diri:
tn.w mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya adalah cobaan dari Tuhan Yang Maha
Esa.
d. Pola koping:
tn.w nampak lemas dan gelisah dengan penyakitnya.
d. Pola kognitif:
Daya pikir dan daya ingat tn.w baik.
e. Pola interaksi:
Selama interaksi, tn.w menunjukkan sikap kooperatif dan perilaku bersahabat baik dengan
perawat.

16
Pola kebutuhan dasar (ADL)

Pola persepsi dan manajemen keperawatan:


Tn.w mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka segera dibawa ke tempat pelayanan terdekat.
Saat Tn.w sakit, ia berusaha untuk mendatangi tempat pelayanan kesehatan guna kesembuhan dirinya.

Pola nutrisi metabolik:


Sebelum sakit: Tn.w mengatakan makan 3x sehari dengan baik. Namun, kurang minum air putih
( 4-6 gelas/hari).
Saat sakit: Tn.w mengatakan menghabiskan makanan yang disedikan. Namun sering mual dan
muntah

Pola eliminasi:
Sebelum sakit: Tn.w mengatakan tidak ada gangguan saat BAB dan BAK. BAB 1x/hari dan BAK
4x/hari
Saat sakit: Tn.w mengatakan tidak ada gangguan saat BAB. Namun BAK mengalami gangguan dan
tidak lancar.

Pola aktifitas:
Sebelum sakit: Tn.w mengatakan melakukan aktivitas seperti biasa yaitu bekerja, dan melakukan
kegiatan yang lain sesuai dengan rutinitasnya.
Saat sakit: Tn.w mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa karena terasa nyeri pada
perut bagian atas.

 Pemeriksaan Fisik

a. Sistem persepsi sensori


Pendengaran : normal
Penglihatan : normal
Pengecap / penghidu : normal
Peraba : normal
b. Sistem pernafasan
Frekuensi : 18x / menit

17
Suara nafas : normal
Lain-lain :-
c. Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 80x/menit irama : normal
Kekuatan : normal akral : normal
Pengisian Kapiler : normal edema : normal
Lain-lain :-
d. Sistem syaraf pusat
Kesadaran : normal GCS : normal
Bicara : normal
Pupil : normal
Orientasi waktu :- Orientasi tempat :-
Orientasi orang : -
e. Sistem gastrointestinal
Nafsu makan : normal
Mulut dan tenggorokan : normal
Kemampuan mengunyah : normal
Kemampuan menelan : normal
Perut : normal
Colon dan rectum
BAB : normal
Lain-lain :-
f. Sistem muskoloskeletal
Rentang gerak : normal
Keseimbangan dan cara jalan : normal
Kemampuan memenuhi aktivitas : normal
sehari-hari
genggaman tangan : normal
otot kaki : normal
g. Sistem integumen
Warna kulit : pigmentasi normal
Turgor : buruk
Memar :-

18
Kemerahan : kemerahan
h. Sistem reproduksi
Infertile :-
i. Sistem perkemihan
Vesica urinaria
BAK : tidak normal
Warna : kuning kemerahan dan keruh

 Pemeriksaan Diagnostik

1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel darah
merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta serpihan, mineral,
bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan
magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat.
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.
3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus,
proteus,klebsiela,pseudomonas).
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan
elektrolit.
5. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder
terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat
menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia.
8. Sel darah merah : biasanya normal.
9. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong presipitas
pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).
10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang reabsorbsi
kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).
11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang ureter.
12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul.
Menunjukan abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.

19
13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu dan
efek obstruksi.
14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter, dan distensi
kandung kemih.
15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

 Terapi
(Anonymus, 2011)

Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu ginjal. Masukan
cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama
pembentuk batu(mis.kalsium), efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Minum paling sedikit 8 gelas sehari untuk mengencerkan
urine, kecuali dikontraindikasikan.
a. Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat membantu
mencegah pembentukan batu lebih lanjut.
b. Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang memiliki batu fosfat, untuk
mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium hidroksida dapat diresepkan karena agens ini
bercampur dengan fosfor, dan mengeksikannyamelalui saluran intensial bukan ke system
urinarius.
c. Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah purin, untuk mengurangi
ekskresi asam urat dalam urine.
d. Batu oksalat, urine encer dipertahankan dengan pembatasan pemasukan oksalat. Makanan yang
harus dihindari mencakup sayuran hijau berdaun banyak, kacang,seledri, coklat,the, kopi.
e. Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi, modaritas penanganan
mencakup terapi gelombang kejut ekstrakorporeal, pengankatan batu perkutan, atau
uteroroskopi.

20
 Analisa Data

No. Symptom Etiologi Problem

1. DS: peningkatan frekuensi


tn.w mengatakan merasakan nyeri yang / dorongan kontraksi
luar biasa pada perut bagian atas. uretral Nyeri

DO: - nyeri

2. DS:
tn.w mengatakan bahwa ia sering buang Iritasi uretra Perubahan eliminasi
air kecil dan merasakan sakit waktu urine
buang air kecil.
Sakit ketika berkemih
DO:
Warna urine kuning kemerahan dan
keruh

3. DS:- Obstruksi mekanik


4. Kekurangan volume
DO: cairan
tn.w mual dan muntah Gangguan fungsi
gastrointestinal

21
 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretral.


2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal
atau uretral.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah.
4. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan adanya batu pada saluran kemih (ginjal).

22
 Intervensi, Implementasi, Evaluasi Keperawatan

No. Hari/ Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


tanggal
Waktu

1. 13 april Nyeri - Melaporkan - Catat lokasi, - Membantu - mencatat lokasi, S:


2018 berhubungan nyeri lamanya mengevaluasi lamanya pasien tidak
dengan hilang/berkuran intensitas (0- tempat abstruksi intensitas (0- mengeluh
10.00 peningkatan g dengan 10) dan dan kemajuan 10) dan nyeri
WIT
frekuensi / spasme penyebaran gerakan kalkulus penyebaran
O:
dorongan terkontrol - Jelaskan - Berikan - menjelaskan Wajah pasien
kontraksi - Tampak rileks penyebab kesempatan penyebab nyeri tampak relaks.
uretral. mampu nyeri dan untuk pemberian dan pentingnya
tidur/istirahat pentingnya analgesic sesuai melaporkan A:
dengan tepat. melaporkan waktu tentang Masalah nyeri
tentang (membantu perubahann teratasi.
perubahann dalam kejadian /
kejadian / meningkatkan karakyeristik
karakyeristik koping pasien nyeri. P:
Intervensi
nyeri. dan dapat - memberikan
dihentikan
- Berikan menurunkan tindakan
tindakan ansietas). nyaman contoh
nyaman - Menaikkan pijatan
contoh pijatan relaksasi punggung
punggung menurunkan lingkungan
lingkungan tegangan otot dan istirahat.
istirahat. menaikkan - memperhatikan
- Perhatikan koping. keluhan/meneta
keluhan/menet - Obstruksi p nya nyeri
ap nya nyeri lengkap ureter abdomen.
abdomen. dapat - memberikan
- Berikan menyebabkan banyak cairan

23
banyak cairan perforasi dan bila tidak ada
bila tidak ada ekstravasasi urine mual, lakukan
mual, lakukan ke dalam area dan
dan perineal. pertahankan
pertahankan - Cairan membantu terapi IV yang
terapi IV yang membersihkan diprogramkan
diprogramkan ginjal dan dapat bila mual dan
bila mual dan mengeluarkan muntah terjadi.
muntah batu kecil. - mendorong
terjadi. - Gerakan dapat aktivitas sesuai
- Dorong meningkatkan toleransi,
aktivitas pasase dari berikan
sesuai beberapa batu analgesic dan
toleransi, kecil dan anti emetic
berikan mengurangi urine sebelum
analgesic dan statis. bergerak bila
anti emetic Kenyamanan mungkin.
sebelum meningkatkan
bergerak bila istirahat dan
mungkin. penyembuhan
mual disebabkan
oleh peningkatan
nyeri.

2. 14 april Perubahan - Berkemih - Awasi - Memberikan - mengawasi S:


2018 eliminasi dengan jumlah pemasukan dan informasi tentang pemasukan dan pasien tidak
normal dan keluaran serta fungsi ginjal, dan keluaran serta mengeluh sakit
urine
10.0 IT adanya karakteristik pada saat
berhubungan pola biasanya karakteristik
berkemih
dengan situasi - Tidak urine komplikasi contoh urine
kandung mengalami - Tentukan pola infeksi dan - meneentukan O:
kemih oleh tanda berkemih perdarahan pola berkemih Wajah pasien
batu,iritasi obstruksi normal dan - Kalkulus dapat normal dan tampak relaks.
ginjal atau perhatikan menyebabkan perhatikan
uretral. variasi ekstibilitas yang variasi

24
- Dorong menyebabkan - mendorong A:
meningkatjkan sensasi kebutuhan meningkatjkan Masalah saat
pemasukan berkemih segera pemasukan berkemih
cairan - Peningkatan cairan teratasi
- periksa semua hidrasi membilas - memeriksa
urine catat bakteri,darah dan semua urine catat P:
adanya keluaran debris dan dapat adanya keluaran Intervensi
batu dan kirim membantu batu dan kirim ke dihentikan
ke laboratorium lewatnya batu. laboratorium
untuk analisa - Penemuan batu untuk analisa
- Observasi memungkinkan - mengobservasi
perubahan identifikasi tipe perubahan status
status batu dan mental,perilaku
mental,perilaku mempengaruhi atau tingkat
atau tingkat pilihan terapi kesadaran
kesadaran - Akumulasi sisa - mengawasi
- Awasi uremik dan pemeriksaan
pemeriksaan ketidak laboratorium,con
laboratorium,co seimbangan toh
ntoh elektrolit dapat BUN,elektrolit,kr
BUN,elektrolit, menjadi toksik di eatinin
kreatinin SSP.
- Peninggian
BUN,kreatinin
dan elektrolit
mengidentifikasik
an disfungsi
ginjal.
.
3. 15 april Kekurangan - Mempertahankan - Awasi intake - Membandingkan - mengawasi intake S:
2018 volume cairan keseimbangan dan Output keluaran actual dan Output pasien tidak
berhubungan cairan - Catat insiden dan yang - mencatat insiden mengeluh
10.00 dengan mual / - Membran mukosa muntah,diare muntah,diare mual-muntah
diantisifikasi
WIT
muntah. lembab perhatikan membantu dalam perhatikan
O:
- Turgor kulit baik karakteristik dan evaluasi adanya / karakteristik dan Wajah pasien
frekuensi mual / derajat statis / frekuensi mual / tampak relaks.

25
muntah dan kerusakan ginjal. muntah dan diare.
diare. - Mual / muntah, - mengawasi Hb A:
- Awasi Hb /Ht, diare secara umum /Ht, elektrolit Masalah mual-
elektrolit berdasarkan baik - memberikan muntah teratasi
- Berikan cairan kolik ginjal karena cairan IV
IV saraf ganglion - memberikan diet P:
- Berikan diet seliaka pada kedua tepat,cairan Intervensi
tepat,cairan ginjal dan lambung jernih,makanan dihentikan
jernih,makanan - Mengkaji hidrasi lembut sesuai
lembut sesuai dan efektifian / toleransi.
toleransi. kebutuhan
intervensi.
- Mempertahankan
volume sirkulasi /
bila pemasukan
oral tidak cukup,/
menaik fungsi
ginjal.
- Makanan mudah
cerna menurunkan
aktivitas GI /
iritasi dan
membantu
mempertahankan
cairan dan
keseimbangan
nutrisi.

4. 16 april Resiko tinggi - Fungsi ginjal -PantauUrine - Untuk deteksi dini -memantau urine S:
2018 terhadap dalam batas berwarna,bau / terhadap masalah berwarna,bau / pasien tidak
cidera normal tiap 8 - Untuk tiap 8 mengeluh sakit
- Urine berwarna jam, Masukan jam, Masukan dan pada saat
berhubungan mendaptakan data-
10.00 berkemih
dengan kuning / kuning dan haluaran tiap data keluarnya haluaran tiap 8
WIT
adanya batu jernih 8 jam,PH urine , batu,perubahan jam,PH urine , O:
pada saluran - Tidak nyeri TTV setiap 4 jam diet yang didasari TTV setiap 4 jam Wajah pasien
kemih waktu berkemih. - Saring semua oleh komposisi -menyaring semua tampak relaks.

26
(ginjal). urine,observasi batu. urine,observasi
terhadap kristal. - Temuan-temuan terhadap kristal.
Simpan kristal ini menunjukkan Simpan kristal
untuk dilihat perkembangan untuk dilihat A:
Masalah saat
dokter kirim ke obstruksi dan dokter kirim ke
berkemih
laboratorium kebutuhan laboratorium teratasi
-Konsultasi intervensi -mengkonsultasi
dengan dokter progresif. dengan dokter bila
bila pasien sering - Dengan perubahan pasien sering P:
berkemih,jumlah PH urine / berkemih,jumlah Intervensi
urine sedikit dan peningkatan urine sedikit dan dihentikan
terus keasamaan / terus
menerus,perubah alkalinitas,factor menerus,perubaha
an urine. solubilitas untuk n urine.
-Berikan obat- batu dapat di -memberikan obat-
obatan sesuai control obatan sesuai
program untuk program untuk
mempertahankan mempertahankan
PH urine tepat. PH urine tepat.

27
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang
banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih
bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari.
Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.

Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum
terungkap (idiopatik)

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih
yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik, meliputi:

1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.


2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.

Faktor ekstrinsik, meliputi:

1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah
lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
2. Iklim dan temperature
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan
insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktivitas fisik (sedentary life).

28
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth’s (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (Edisi kedelapan). Jakarta :
EGC.

Anonymus, 2011

Baradero, Mary, MN, SPC,Dkk,(2005). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn E, RN. BSN, MA, CS (2000). Rencana Asuhan Keperawatan.(Edisi ketiga).
Jakarta : EGC.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.(Buku 3).
Bandung : IAPK Padjajaran.

Noer, H.M, Sjaifoellah (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Jilid kedua, Edisi ketiga). Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.

Nursalam, DR. M.Nurs,dkk.(2006). System Perkemihan. Jakarta : salemba medika

Price, Sylvia Anderson, Ph.D., R.N (1995).Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. (Edisi
keempat). Jakarta : EGC.

29

S-ar putea să vă placă și