Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ABSTRACT
Background: Implementation of the Childbirth Planning and Complications Prevention Program (known as "P4K") at
Integrated Health Services Post has not been expectation in Mojokerto City, therefore we needed a study to assess how
implementing the Childbirth Planning and Complications Prevention Program. Objectives: This study aimed to describe the
characteristics of health cadres and to assess the role of health cadres in Childbirth Planning and Complications Prevention
Program (P4K). And this study was conducted in Mojokerto City year 2011. Methods: A cross sectional design with sample size
in this study was 67 health cadres whereas all data were analyzed descriptively using STATA 11SE. Results: It shows that the
role of health cadres that have been done improved in Mojokerto City were examining pregnant women (100%), putting the P4K
stickers (94.0%), utilizing the KIA book by pregnant women (88.1%), and counseling traditional birth attendants (73.1%) whereas
role of health cadres that have not been done improved were local area monitoring with midwives (59.7%); pregnant women
have not been obtained KIA book (25.4%); and it just referrs pregnant women to the Health Centers (62.7%). Conclusions:
Overall, the role of health cadres of P4K at integrated health services post involves counseling and targets have been applied
acceptably. Despite, there still were dimensions of health cadre's roles that must be improved as follows health cadres roles
for counseling the traditional birth attendants, and utilizing the technical guidance for Maternal and Neonatal Health including
applying referrals system of maternal health care services of Childbirth Planning and Complications Prevention Program.
Key words: Role, Childbirth Planning and Complications Prevention Program, Integrated Health Services Post, Health
Cadres
ABSTRAK
Latar Belakang: Pelaksanaan kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di
Posyandu belum sesuai dengan harapan masyarakat di Kota Mojokerto, sehingga diperlukan suatu studi untuk menilai
pelaksanaan P4K. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik kader kesehatan dan meng-ases
peran kader kesehatan dalam P4K. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Mojokerto tahun 2011. Metode: Desain potong lintang
dan besar sampel 67 kader kesehatan sedangkan data di analisis secara deskriptif menggunakan STATA 11SE. Hasil:
Menunjukkan bahwa peran kader kesehatan yang telah dilaksanakan adalah pemeriksaan kehamilan telah mencapai 100%;
pemasangan stiker P4K telah mencapai 94,0%; Penyimpanan buku KIA oleh Ibu hamil telah mencapai 88,1%; penyuluhan
pada dukun bayi baru mencapai 73,1%; PWS bersama bidan baru mencapai 59,7%; belum memberikan buku KIA kepada
ibu hamil masih 25,4%; dan merujuk ke Puskesmas mencapai 62,7%. Kesimpulan: Secara keseluruhan, peran kader
dalam kegiatan P4K di Posyandu terkait penyuluhan dan target telah berjalan dengan baik. Meskipun demikian, terdapat
1 Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan, dan Pemberdayaan Masyarakat - Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kemenkes RI, Jl. Indrapura No. 17 Surabaya 60176 Jawa Timur
Korespondensi: e-mail: naufal0817@yahoo.com
360
Peran Kader Kesehatan (Muhammad Agus Mikrajab, dan Tety Rachmawaty)
beberapa aspek peran kader kesehatan yang perlu ditingkatkan intensitasnya yaitu penyuluhan kepada dukun bayi, dan
pemanfaatan buku KIA serta penerapan sistem rujukan berjenjang pelayanan Kesehatan maternal dalam P4K.
Naskah Masuk: 23 September 2012, Review 1: 27 September 2012, Review 2: 27 September 2012, Naskah layak terbit: 30 Oktober 2012
361
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 4 Oktober 2012: 360–368
362
Peran Kader Kesehatan (Muhammad Agus Mikrajab, dan Tety Rachmawaty)
Tabel 1 menunjukkan bahwa usia kader posyandu kebanyakan dari tingkat SLTA/MA (61,2%). Untuk
terbanyak pada 41–50 tahun (40,3%) dan paling jenis pekerjaan terbanyak pada kategori Ibu RT
sedikit kader berusia ≥ 50 tahun. Jumlah ART dalam (80,5%) dan kebanyakan berpenghasilan tidak tetap
rumah kader posyandu paling banyak ≥4 orang (67,2%).
(85,1%). Sedangkan status sebagian besar sudah Tabel 2 menunjukkan peran yang tidak dilakukan
menikah (94,0%). Pendidikan kader posyandu oleh kader kesehatan masih cukup tinggi di Kota
363
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 4 Oktober 2012: 360–368
Mojokerto dalam penyuluhan kepada dukun bayi Tabel 5. Peran Kader Posyandu menurut kegiatan
(73,1%), tokoh agama (71,6%) dan tokoh masyarakat rujukan di Kota Mojokerto
(25,4%), usulan kepada Pemerintah desa agar
Kota Mojokerto (n = 67)
masyarakat dapat mengakses faskes dengan lebih Variabel
P (%) MR (%) MT (%) L (%) ST (%)
mudah (14,9%), mencari calon pendonor darah di Rujukan Kasus Komplikasi Kehamilan
sekitar posyandu (37,3%). Menyiapkan dan mencari 42 (62,7) 20 (29,9) 3 (4,5) 0 (0,0) 2 (3,0)
ambulans desa (25,4%), Sedangkan speran yang Sumber: Data Primer, 2012
tidak dilakukan oleh kader kesehatan khususnya di Ket. P= Merujuk ke Puskesmas, MR = Menunjukkan tempat
Kota Mojokerto yaitu memberikan buku KIA kepada pelayanan kesehatan rujukan, MT = Mengantar ke tempat rujukan,
Ibu Hamil masih rendah (25,4%). L = Lainnya, ST = Melakukan semua tahapan
Selanjutnya, menunjukkan peran yang dilakukan
oleh kader kesehatan cukup tinggi di Kota Mojokerto
dalam membuat PWS baik sendiri (40,3%) maupun sebanyak 62,7% dan paling sedikit yaitu melakukan
dengan bidan (59,7%). Kunjungan kader kesehatan semua tahapan mulai dari Puskesmas (PPK 1) sampai
dalam sebulan pada kunjungan ke-1 kali lebih pada RS. Rujukan (PPK 3) sesuai tingkat komplikasi,
tinggi dibandingkan kunjungan berikutnya (79,1%). infrastruktur yang tersedia serta kelas RS yaitu hanya
Pendataan Ibu Hamil di setiap dasa wisma mencapai 3,0%.
sangat tinggi (97,0%) dan pemasangan stiker P4K di
rumah Ibu Hamil (94,0%), sedangkan penyimpanan PEMBAHASAN
buku KIA sebagian besar telah disimpan oleh Ibu
Untuk meningkatkan proporsi yang masih rendah
Hamil (88,1%).
diperlukan peran kader posyandu yang lebih masif
Tabel 4. Menunjukkan peran yang tidak pernah
melalui upaya promosi pada sasaran dan kegiatan
dilakukan oleh kader kesehatan cukup tinggi yaitu
untuk mendukung pelaksanaan P4K terutama
pernah menemukan kasus komplikasi kehamilan cukup
penyuluhan ditujukan kepada dukun dan kemitraan
tinggi (44,8%). Sedangkan peran yang dilakukan oleh
antara kader, dan dukun mengenai program P4K
kader kesehatan tinggi yaitu mengingatkan bumil dan
di Posyandu yang meliputi pengetahuan mengenai
keluarganya untuk memanfaatkan buku KIA (91,0%),
komplikasi kehamilan, deteksi dini oleh tenaga
pencatatan dan pelaporan KIA tentang kehamilan
kesehatan gangguan kehamilan, kemitraan bidan
kepada nakes (95,5%), pencatatan dan pelaporan
dan dukun seperti kerja sama dalam merujuk ke bidan
KIA tentang persalinan kepada nakes (92,5%), dan
terdekat untuk pertolongan persalinan.
pencatatan dan pelaporan KIA tentang kematian
Karakteristik pendapatan keluarga, tingkat
kepada nakes (80,6%).
pendidikan, masa kerja kader, frekuensi pelatihan, dan
Tabel 5 menunjukkan peran yang dilakukan oleh
tingkat pengetahuan kader tidak berpengaruh terhadap
kader kesehatan di Kota Mojokerto paling banyak
pemanfaatan buku KIA. Namun, hasil penelitian lain
tanpa melalui pentahapan rujukan berjenjang yaitu
menyebutkan bahwa kepemilikan buku KIA di Provinsi
langsung merujuk ke Puskesmas terdekat saja dan
Jawa Timur menunjukkan masih rendah yaitu 51,6%,
langsung ke provider pelayanan Kesehatan lainnya
364
Peran Kader Kesehatan (Muhammad Agus Mikrajab, dan Tety Rachmawaty)
punya buku KIA dan tidak dapat menunjukkan yaitu tentang kegiatan posyandu dan perlunya jadwal
26,1% dan punya buku KIA dan dapat menunjukkan yang teratur dalam pelaksanaan kegiatan posyandu.
yaitu 22,3%. (Riskesdas, 2007). Sedangkan hasil Kader perlu dijelaskan tentang fungsi posyandu dan
rifaskes (2011) menyebutkan penerapan pedoman manfaat bagi kader dan ibu yang memanfaatkan
P4K di Jawa Timur telah mencapai 67,5%, dan kegiatan posyandu tersebut. Senada dengan
ketersediaan Buku KIA di Puskesmas telah mencapai Maisya & Putro (2011), Pranata et al. (2011)
94,4% menyatakan bahwa tidak ada kader posyandu
Usia Kader kebanyakan antara 41 sampai yang menggunakan prinsip pemberdayaan sebagai
50 tahun menunjukkan semakin matang dan upaya untuk melakukan pemberdayaan. Kegiatan
pengetahuan maupun pengalaman juga bertambah. pemberdayaan yang dilakukan posyandu lebih
Namun, Puspasari (2002) menyatakan bahwa usia berupaya untuk meningkatkan pengetahuan, bukan
kader Posyandu antara 25-35 tahun (45,5%), hal ini cepat mengambil keputusan dan memudahkan
berkaitan dengan adat ketimuran yang menyatakan akses ke pelayanan kesehatan, membuktikan masih
yang muda tidak boleh mengajari yang lebih tua tapi rendahnya penerapan pemberdayaan di Posyandu
kader muda lebih mudah menerima informasi seperti dalam pelaksanaan P4K.
perkembangan program posyandu dan hal-hal yang Kemudian penyuluhan kepada tokoh agama
berkaitan dengan posyandu. Sejalan dengan hal mengenai pengetahuan dasar tentang penanganan
tersebut, penelitian Widagdo dan Husodo (2009) rujukan Ibu Hamil, pentingnya menjaga kesehatan Ibu
mengenai pemanfaatan buku KIA menyatakan bahwa dan Anak masa kehamilan sampai pascanifas menurut
variabel yang berhubungan dengan penggalian buku agama, serta penyuluhan kepada tokoh masyarakat
KIA adalah karakteristik umur dan lama bekerja di mengenai pengetahuan mengenai penanganan
rumah berpengaruh terhadap pemanfaatan buku komplikasi masa hamil, pemeriksaan berkala di
KIA. Posyandu, merujuk ke bidan dan atau Puskesmas
Anggota Rumah Tangga kader kebanyakan 4 orang bila ditemukan kelainan (misalnya komplikasi). Peran
dengan status menikah. Menurut Hartoyo et al. (2000) kader berikutnya yang perlu ditingkatkan adalah
cit. Puspasari (2002) menyatakan bahwa masyarakat mencarikan calon pendonor darah yang tepat bagi
yang telah menikah dan memiliki Balita mempunyai Ibu yang membutuhkan darah saat melahirkan di
perhatian lebih terhadap Posyandu sehingga tidak sekitar wilayah kerja Posyandu dengan masyarakat
mengherankan bahwa mereka yang mempunyai setempat dan memeriksakan golongan darah calon
kepentingan dengan Posyandu mempunyai keinginan pendonor yang tepat baik di RS PMI setempat atau
untuk menjadi kader. Pendidikan SLTA/MA dari aspek laboratorium Puskesmas. Kemudian menyiapkan
pengetahuan, daya pikir dan keterampilan akan lebih dan mencarikan ambulans desa dengan cara gotong
baik dalam menjalankan tugas sebagai kader, Senada royong (swadaya) masyarakat menyiapkan dana untuk
dengan Hartoyo et al. (2000) cit. Puspasari (2002) memiliki ambulans desa pada saat dibutuhkan untuk
menyatakan pendidikan kader rata-rata SLTA (54,5%), kegiatan mobilisasi Ibu Hamil yang akan melahirkan di
sedangkan kader minimal pendidikan SLTP karena fasilitas kesehatan (Polindes, Puskesmas perawatan/
mempunyai pengetahuan dan daya pikir yang cukup PONED) dan tujuan rujukan ke fasilitas kesehatan
untuk menjalankan peran sebagai kader Posyandu yang lebih lengkap (RS PONEK).
dan pendidikan berhubungan dengan keterampilan Selanjutnya, penelitian Djuhaeni et al. (2010), dan
dalam pelaksanaan tugas-tugas di Posyandu oleh Tran et al. (2011) menyatakan bahwa memberikan
karena itu kinerja Posyandu sangat tergantung pada buku KIA kepada Ibu Hamil dengan cara Ibu dapat
kualitas kader. Kebanyakan yang menjadi kader memanfaatkan ketika berkunjung ke Posyandu yang
Posyandu pada Ibu yang berpenghasilan tidak tetap berisi perkembangan pelayanan ANC, pemeriksaan
dan status Ibu Rumah Tangga. Menunjukkan bahwa kehamilan, TB/BB Bayi, tumbuh kembang anak,
cenderung lebih bebas dan dapat mengatur waktu pelayanan PNC dan sebagai alat evaluasi dan cross
untuk kegiatan posyandu. check stiker P4K yang dilakukan oleh bidan dan kader
Widiastuti (2006) cit. Maisya & Putro (2011) ketika kunjungan rumah Ibu.
menyatakan bahwa untuk meningkatkan kemandirian Meningkatnya per sentase penyimpanan,
kader perlu dilakukan pelatihan, pembekalan kader penyediaan, dan pemanfaatan buku KIA oleh Ibu
365
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 4 Oktober 2012: 360–368
hamil menunjukkan bahwa dari sisi partisipatif para kesehatan guna mendorong dan mempertahankan
kader posyandu di Kota Mojokerto disebabkan oleh kader (misalnya kurangnya staf dan peralatan).
pengetahuan, informasi kegiatan posyandu, motivasi Persentase pemasangan stiker P4K di rumah ibu
internal seperti penghargaan, aktualisasi diri, prestasi, hamil yang dilakukan oleh kader di kedua wilayah
dan tanggung jawab sedangkan dari sisi Ibu hamil rata-rata di atas 90%. Adapun isi dari stiker P4K
disebabkan juga meningkatnya pengetahuan, informasi meliputi: Nama Ibu, Taksiran/perkiraan persalinan,
serta motivasi akan esensi pelayanan maternal Penolong persalinan, Tempat persalinan, pendamping
terutama antenatal merupakan bukti empiris. Dengan persalinan, transaportasi dan calon pendonor darah.
demikian, perlu dipertahankan serta ditingkatkan Metode pemasangan stiker P4K pada Ibu Hamil dapat
peran partisipatif kader kesehatan dan ibu hamil dilakukan dengan dua cara yaitu pada saat kunjungan
dalam utilisasi buku KIA melalui pemahaman secara ke rumah Ibu Hamil terkait kunjungan umum kader
lebih dalam mengenai pelayanan kesehatan maternal dan atau bidan (pelayanan umum dan P4K) serta
dipadukan dengan pelayanan P4K di Posyandu. pada saat kunjungan Ibu Hamil di Posyandu. Manfaat
Iswarawanti (2010) menyatakan bahwa Kader dari pemasangan stiker P4K yang ditempelkan di
diharapkan dapat menjembatani antara petugas/ahli rumah Ibu Hamil adalah setiap Ibu Hamil akan
kesehatan dengan masyarakat serta membantu tercatat, terdata dan terpantau secara cepat. Dengan
masyarakat mengidentifikasi dan menghadapi/ data dalam stiker, suami, keluarga, kader, dukun,
menjawab kebutuhan kesehatan mereka sendiri. bersama bidan di desa dapat memantau secara
Kader juga diharapkan dapat menyediakan informasi intensif keadaan dan perkembangan kesehatan Ibu
bagi pejabat kesehatan berwenang yang mungkin Hamil, untuk memperoleh pelayanan yang sesuai
tidak dapat mencapai masyarakat langsung, serta standar pada saat antenatal termasuk menurunkan
mampu mendorong para pejabat kesehatan di sistem angka ketidakcukupan pelayanan K1 sampai K4
kesehatan agar mengerti dan merespons kebutuhan (missed opportunity), persalinan dan nifas sehingga
masyarakat. Kader dapat membantu mobilisasi proses persalinan sampai nifas termasuk rujukan
sumber daya masyarakat, mengadvokasi masyarakat dapat berjalan dengan aman dan selamat sehingga
serta membangun kemampuan lokal. dapat mencegah kematian Ibu dan Bayi lahir selamat.
Bhattacharyya et al (2001) cit. Iswarawanti (2010) Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan buku
menyatakan bahwa lima faktor yang menghambat petunjuk teknis P4K sudah sesuai standar (Depkes
kinerja kader posyandu yaitu faktor finansial yang RI, 2008).
mendorong secara individu (misalnya remunerasi Ambrusso et al. (2009) menyatakan bahwa keluarga
yang tidak konsisten, adanya peluang menjadi dan masyarakat tidak menyediakan emergensi dengan
karyawan yang digaji, Insentif berubah secara nyata, dukungan finansial atau transportasi secara terpisah
distribusi insentif yang tidak sama dengan kader disebabkan kurangnya pemahaman mereka terhadap
lainnya), faktor non-finansial yang mendorong secara sistem asuransi kesehatan di tambah kurangnya
individu (misalnya bila kader bukan berasal dari jaminan asuransi dalam pelayanan ibu hamil. Di
masyarakat lokal, Kurangnya pelatihan penyegaran sini diperlukan suatu program terintegrasi antara
bagi kader, kurangnya supervisi, beban/waktu yang pelayanan P4K dengan jaminan pelayanan Kesehatan
berlebihan, kurangnya penghargaan dari petugas seperti meningkatkan kepesertaan bantuan sosial
kesehatan); Faktor di masyarakat yang memotivasi dalam bentuk jaminan persalinan bagi Ibu hamil
kader (misalnya proses pemilihan kader yang tidak sampai pelayanan KB.
tepat, Kurangnya keterlibatan masyarakat pada, Persentase deteksi kasus komplikasi kehamilan
pemilihan, pelatihan kader dan kurangnya dukungan baik yang dilakukan oleh kader kesehatan di Kota
masyarakat, keterlibatan masyarakat dalam pelatihan Mojokerto masih rendah sehingga banyak ditemukan
kader; Faktor yang memotivasi mendukung dan tidak terdeteksinya kasus komplikasi kehamilan
mempertahankan kader (misalnya harapan dan di Kota Mojokerto. Kurangnya pengetahuan dan
peranan yang tidak jelas (cara preventif versus kuratif), keterampilan serta belum teradopsinya piranti PWS
Perilaku kader yang tidak tepat, Tidak memperhatikan KIA, adapun kegiatan PWS KIA sebagai berikut
kebutuhan masyarakat); Faktor yang memotivasi staf Adapun kegiatan PWS KIA yang dilaksanakan baik
366
Peran Kader Kesehatan (Muhammad Agus Mikrajab, dan Tety Rachmawaty)
kader maupun bersama bidan adalah terutama PWS kader kesehatan dalam pelayanan KIA (maternal and
KIA yang meliputi identifikasi Wanita Usia Subur neonatal healthcare services) di Posyandu (Dinkes
(WUS), Register Ibu Hamil, Pemeriksaan Antenatal Kota Mojokerto, 2010).
Care (ANC), Persalinan Ibu, Bayi Baru Lahir (BBL), Pilkington et al (2012) menyatakan bahwa sekitar
Pemeriksaan Postnatal Care (PNC), Pemeriksaan 1/3 dari wanita memilih fasilitas bersalin berdasarkan
Neonatus, Bayi-Balita, Kematian Ibu dan Bayi dan kedekatan. Proporsi ini meningkat tajam karena suplai
kunjungan desa/kelurahan yang status KIA jelek yang terbatas. Jarak yang lebih besar antara fasilitas
termasuk catatan khusus dalam deteksi dini Ibu Hamil bersalin pertama dan kedua terdekat yang sangat
yang mengalami risiko tinggi kehamilan (high risks terkait dengan preferensi meningkat untuk kedekatan,
pregnancy) dengan kriteria usia ibu (kurang 23 tahun lebih dari 85% perempuan memilih fasilitas terdekat
dan lebih 35 tahun), riwayat kehamilan dan persalinan dan lebih dari 70% melaporkan bahwa kedekatan
sebelumnya kurang baik, Pre Eklampsia/Eklampsia, adalah alasan untuk pilihan mereka. Perempuan
telah memiliki anak lebih dari 4 orang, DM, HIV/AIDS, yang hidup pada jarak pendek ke fasilitas bersalin
kelainan letak janin dan bentuk panggul tidak normal, terdekat tampaknya lebih sensitif terhadap kenaikan
penyakit jantung serta anemia dan kondisi medis jarak antara fasilitas Kesehatan pertama dan kedua
lainnya seperti hipertensi, gangguan pernapasan, dan mereka paling dekat fasilitas bersalin yang tersedia.
gangguan ginjal, tidak terdatanya sasaran Ibu Hamil Pemilihan fasilitas Kesehatan tersebut juga terkait
serta kurangnya informasi dan laporan dari warga/ dengan karakteristik demografi dan sosial perempuan
masyarakat juga berkontribusi terjadinya kejadian dari rumah tangga di kelas pekerja pengguna memilih
tersebut. Penemuan kasus komplikasi yang sering fasilitas bersalin berdasarkan kedekatannya lebih
terjadi adalah abortus, hiperemesis gravidarum, sering dan juga pergi ke fasilitas terdekat bila
perdarahan per vaginam, ketuban pecah dini, dibandingkan dengan perempuan dari profesional
hipertensi kehamilan (eklampsi, per eklampsi), letak dan manajerial.
bayi sungsang dan kehamilan lewat waktu.
Peran kader kesehatan terkait rujukan kasus KESIMPULAN DAN SARAN
komplikasi kehamilan, persentase rujukan ke
Puskesmas rata-rata di atas 50%. Namun, masih Kesimpulan
terdapat persentase rujukan rata-rata 20% yang Peran Kader dalam upaya promotif di Posyandu
langsung menunjukkan lokasi pelayanan kesehatan dalam pengembangan peningkatan persentase dalam
rujukan baik pemberi pelayanan kesehatan tingkat penyuluhan pada dukun bayi, TOGA, dan TOMA.
1, pemberi pelayanan kesehatan tingkat 2 maupun Pencarian calon pendonor darah untuk kepentingan
pemberi pelayanan kesehatan tingkat 3 (mulai Ibu melahirkan, ketersediaan ambulans desa serta
dari Puskesmas sampai pada RS Rujukan). Hal ini ketersediaan buku pegangan KIA kepada Ibu Hamil.
menunjukkan masih belum efektifnya penanganan Pemantauan Wilayah Setempat secara berkala dengan
kasus komplikasi terutama masa kehamilan tidak mengadopsi piranti lunak PWS Kartini termasuk
melalui sistem rujukan berjenjang (referrals system) pencatatan dan pelaporan KIA terkait kematian Ibu dan
sehingga fungsi penapisan kasus sebagai salah satu Anak kepada tenaga kesehatan. Peran Kader dalam
strategi untuk meningkatkan indikator outcome dalam upaya preventif Posyandu dalam pengembangan
pelayanan KIA tidak dapat berjalan dengan baik. peningkatan persentase dalam deteksi dini kasus
Namun, di sisi lain pelayanan antenatal khususnya komplikasi kehamilan dan meningkatkan utilisasi
oleh bidan di Puskesmas melalui pelayanan sistem rujukan berjenjang.
Posyandu, sekitar 20% di antara ibu hamil yang Meningkatkan partisipasi aktif peran kader
ditemui, tergolong dalam kasus risiko tinggi yang kesehatan melalui: 1) Penyuluhan kepada kelompok
memerlukan pelayanan kesehatan rujukan dan sasaran terutama melalui kemitraan dengan dukun
meningkatnya persentase pertolongan persalinan bayi, tokoh agama, dan masyarakat; 2) Mengusulkan
oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan kepada pemerintah desa dan pihak posyandu agar
di Kota Mojokerto tahun 2010 telah mencapai 99,19%. masyarakat dapat mengakses faskes dengan lebih
Menunjukkan tingginya pencapaian tersebut tidak mudah; 3) Membantu mencarikan pendonor darah
terlepas dari kemitraan partisipatif antara bidan dan di sekitar wilayah kerja; 4) Menyiapkan dan mencari
367
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 4 Oktober 2012: 360–368
ambulans desa; 5) Membantu bidan dalam memberikan D'Ambruoso L, Adisasmita AE, Izati Y, Makowiecka K,
buku KIA kepada Ibu hamil; 6) Meningkatkan Hussein J. (2009) Assessing quality of care provided
kemampuan kader melalui pelatihan dalam membuat by Indonesian village midwives with a confidential
enquiry. Midwifery, 25(5): 528–39.
PWS KIA/Gizi, listing Ibu Hamil, metode mendeteksi
Depkes RI (2008) Pedoman Program Perencanaan
secara cepat rumah penduduk yang ada ibu hamil,
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Pusat
dan kasus komplikasi kehamilan. Komunikasi Publik Setjen Depkes. Jakarta.
Saran Dinas Kesehatan Kota Mojokerto (2010) Profil Dinas
Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010.
Meningkatkan pemberdayaan kader (health
Djuhaeni H., Gondodiputro S., & Suparman R. (2010)
cadres empowerment) terkait peran aktif dalam Motivasi Kader meningkatkan keberhasilan kegiatan
upaya revitalisasi posyandu melalui: 1) Penyuluhan Posyandu. MKB, 42(4): 140–8.
kepada kelompok sasaran terutama melalui kemitraan Iswarawanti DN (2010) Kader posyandu: Peranan
dengan dukun bayi, tokoh agama, dan masyarakat; dan Tantangan Pemberdayaannya dalam usaha
2) Membantu mencarikan calon pendonor darah di peningkatan gizi anak di Indonesia. JMPK, 13(4):
sekitar wilayah kerja Posyandu melalui pendataan 169–173.
pendonor darah yang sesuai; 3) Menyiapkan dan Kemenkes RI (2012) Perpres No. 74 Tahun 2012 tentang
Sistem Kesehatan Nasional, Biro Hukor, Jakarta.
mencari ambulans desa melalui usaha swadaya
Maisya IB, Putro G (2011) Peran Kader dan Klian Adat
masyarakat; 4) Membantu bidan dalam memberikan,
dalam upaya meningkatkan kemandirian posyandu
mendistribusikan serta menjelaskan manfaat buku di Provinsi Bali (Studi kasus di Kabupaten Badung,
KIA kepada Ibu hamil sesuai buku petunjuk teknis; Gianyar, Klungkung, dan Tabanan). Buletin Penelitian
5) Meningkatkan kemampuan kader melalui pelatihan Sistem Kesehatan, 14(1): 40–48.
dalam membuat PWS KIA/Gizi dan mengoperasikan Onasoga, Olayinka A, Afolayan, Joel A. & Bukola D. (2012)
piranti PWS Kartini, listing Ibu Hamil, metode Factors influencing utilization of ANC's among
mendeteksi secara cepat rumah penduduk yang ada pregnant women in Ife Centra Lga, Osun State
ibu hamil, dan kasus komplikasi kehamilan (sweeping); Nigeria. Advances in Applied Science Research,
3(3): 1309–1315.
6) Memfasilitasi Ibu hamil dalam program Mom’s
Pilkington H, Blondel B, Drewniak N, & Zeitlin J (2012)
Magic Car (MMC) untuk meningkatkan pengetahuan
Choice in maternity care: associations with unit supply,
seputar pelayanan kesehatan maternal yang meliputi geographic accessibility and user characteristics.
terapi musik klasik, internet online, dan CD Interaktif; International Journal of Health Geographics, 11; 35.
7) Membantu tenaga kesehatan (bidan dan dokter) Pranata S., Pratiwi NL, Rahanto S. (2011) Pemberdayaan
dalam menerapkan model rumah tunggu di Kota Masyarakat di bidang Kesehatan, Gambaran Peran
Mojokerto dengan Puskesmas untuk pencegahan Kader Posyandu dalam upaya penurunan AKI dan
terhadap komplikasi pada masa persalinan. AKB di Kota Manado dan Palangkaraya. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, 14(2): 174–182.
Keterbatasan Penelitian: Tidak dapat mengukur Puspasari A (2002) Faktor-faktor yang mempengaruhi
peran kader kesehatan terkait kepatuhan membawa kinerja kader Posyandu di Kota Sabang Propinsi
buku KIA (bringing rate) dan kelengkapan pengisian Nanggroe Aceh Darussalam, Skripsi. Jurusan GM
buku KIA (filling rate) pada Ibu hamil saat ke Posyandu dan SD Keluarga FP-IPB, Bogor.
Tran TK, Nguyen CTK, Nguyen HD, Eriksson B, Bondjers G,
serta tidak dapat mengukur tingkat kemandirian
Guttvall K, Acher H, & Petzold M. (2011) Urban-Rural
posyandu di Kota Mojokerto karena ketidakcukupan disparities in Antenatal Care Utilization: A study of two
data dalam instrumen kuesioner. cohorts of pregnant women in Vietnam. BMC Health
Services Research, 11; 120.
DAFTAR PUSTAKA Widagdo L, Husodo B.T. (2009) Pemanfaatan Buku KIA
oleh Kader Posyandu: Studi pada Kader Posyandu di
Badan Litbangkes (2007) Laporan Hasil Riskesdas- Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem Kabupaten
Indonesia Tahun 2007, Depkes. Jakarta. Bojonegoro. Makara Kesehatan, 13(1): 39–47.
(2012) Laporan Nasional Riset Fasilitas Kesehatan
Tahun 2011, Kemenkes. Jakarta.
368