Sunteți pe pagina 1din 10

Jurnal Penelitian Pendidikan

Vol. 30 Nomor 2 tahun 2013

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF


UNTUK MENGEMBANGKAN NILAI KARAKTER SISWA
SMP

Sarwi, Supriyadi, dan Sudarmin

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang


Email: arwimahmud@yahoo.com

Abstract. This research aims to obtain data on innovative learning models imple-
mented in science teaching by junior high school teacher, to describe the charac-
ter development of students in learning science, and to formulate recommenda-
tion for innovative learning.The research method used a survey. Area purposive
random sampling technique is used to determine the 30 science teachers in the
Semarang city Central Java. The subjects were learning device developed by
teachers of science. Data were collected by using a list of suitable instruments,
assessment formats, questionnaires, and interview guides. Data were analyzed
using descriptive-qualitative techniques and evaluative analysis. Results of this
research are a) applied the innovative learning of cooperative, problem based
learning, problem solving, and inquiry, b) the value of the character that was
developed includes honesty, cooperation, respect their opinions, critical think-
ing, c) the value of learning through teacher developed characters group work,
laboratory work, and make a report/portfolio. Conclusion of this research that
the teacher has implemented several innovative learning but has not been sys-
tematically and effectively less, and the character development of students have
done. Based on the results analysis of the research recommended that school
administrators need training for principals and superintendents about visionary
leadership and innovative learning and training needs for teachers of educa-
tional research related to effective implementation of innovative learning and
character development as well as it’s measurement.

Keywords: innovative learning, students character, science teaching

PENDAHULUAN memerlukan perhatian sungguh-sungguh un-


tuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
Kualitas pembelajaran pada jenjang pen-
didikan dasar dan menengah masih memer- pembelajaran. Pemenuhan persyaratan kuali-
lukan peningkatan baik dari aspek akademik, fikasi pendidikan minimal sarjana (S-1) untuk
sumber daya munusia maupun sarana/prasa- mengajar SMP atau pendidikan setingkat dan
rana termasuk peralatan laboratorium. Pem- peningkatan kompetensi guru, terus diseleng-
belajaran IPA (Sains) sampai sekarang masih garakan oleh pemerintah. Permasalahan kuali-

141
Sarwi, Supriyadi, dan Sudarmin Implementasi Model Pembelajaran Inovatif

tas guru yang terkait dengan pengembangan ta (real world learning), diskusi kelas terbuka
profesional guru mendesak untuk diupayakan (open-ended discussions), dan pe-nyelidikan
penyelesaiannya. Oleh karena itu, penelitian eksperimen berbasis inkuiri; merupakan cara
yang mengungkap mengenai masalah pro- untuk mengembangkan kemampuan berpikir
fesionalisasi guru mulai jenjang Pendidikan kritis.
Dasar (SD dan SMP) sampai Pendidikan Pembelajaran Sains memerlukan strategi
Menengah (SMA/SMK) khususnya perlu di- dan metode yang cocok untuk membelajarkan
lakukan. Sains kepada peserta didik. Menurut McDer-
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam mott dalam National Science Education Stan-
(IPA) atau Sains masih memiliki tugas berat, dards (NRC, 1996) mengemukakan bahwa
baik pada aspek proses pembelajaran maupun guru Sains perlu mempelajari konsep-konsep
hasil belajar siswa. Masih rendahnya prestasi Sains yang esensial melalui kegiatan inkuiri,
belajar siswa pada pelajaran Sains, dipandang sedangkan komunitas inkuiri dapat dijadi-
sebagai salah satu indikator rendahnya kuali- kan wahana mengembangkan aktivitas ber-
tas pendidikan Sains di sekolah. Hal ini didu- pikir kritis. Pembelajaran Sains penelitian ini
kung data keikutsertaan siswa SMP Negara menggunakan strategi pembelajaran inovatif
Indonesia pada kompetisi Sains tingkat inter- (contextual learning) dengan menghubung-
nasional, yakni “IEA’s Trends in Internation- kaitkan antara materi pelajaran Sains dan ge-
al Mathematics and Science Study (TIMSS) jala alam yang mengilustrasikan Sains yang
2011, pada bidang Sains menunjukkan bahwa dijumpai siswa sehari-hari (students’ in real
peringkat pendidikan Sains di Indonesia un- world). Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih
tuk level VIII (usia SMP) menduduki posisi mengenal dan mudah memahami materi Sains
40 dari 42 negara dengan skor 406 (Gonzales, yang sedang dipelajari. Pada kegiatan labora-
et al., 2012). Sejumlah siswa yang mewakili torium dilakukan dengan menggunakan cara
kompetisi ini merupakan perwakilan kemam- inkuiri terbimbing (guided inquiry). Cara ini
puan rata-rata siswa seluruh Indonesia. Hasil digunakan karena tingkat perkembangan kog-
kompetisi tersebut perlu dijadikan pendorong nitif siswa SMP masih berada pada tingkat
para calon guru dan guru untuk meningkatkan berpikir konkrit-abstrak. Dengan demikian
profesionalitas dalam melaksanakan tugas aktivitas pembelajaran dirancang mencakup
profesi guru. Berdasarkan alasan yang diurai- kompetensi untuk menguasai konsep konkrit
kan di atas, perlu dicari solusi yang difokuskan dan sebagian konsep abstrak.
pada implementasi model pembelajaran ino- Pengertian profesi guru adalah peker-
vatif IPA SMP yang berbasis pada dunia nyata jaan profesional, karena telah memenuhi per-
siswa, sehingga pembelajaran akan efektif, in- syaratan suatu profesi. Kita telah memahami
teraktif, produktif, dan menyenangkan siswa. bahwa guru adalah profesi. Profesi (pekerjaan)
Studi kasus longitudinal mengenai pem- ini mensyaratkan perilaku profesional. Jika
belajaran Sains menggunakan keterampilan seorang guru membiasakan dan mengembang-
berpikir tingkat tinggi yang difokuskan ber- kan syarat profesinya dalam melaksanakan tu-
pikir kritis telah dilakukan (Miri, et al., 2007). gas/pekerjaan sehari-hari, dikatakan guru telah
Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa ke- berbuat profesionalisasi. Selanjutnya, guru
lompok eksperimen memiliki kemajuan ket- seharusnya memiliki komitmen profesional-
erampilan berpikir kritis yang berbeda secara isme, yakni berpandangan untuk memperkaya
signifikan terhadap kelompok kontrol. Ber- pengetahuan dan memperkokoh keterampilan
dasarkan hasil ini, peneliti menyarankan untuk pedagogi yang menyokong profesinya secara
mengkaitkan pembelajaran dengan dunia nya- berkelanjutan (Buchori, 2007).

142
Sarwi, Supriyadi, dan Sudarmin Implementasi Model Pembelajaran Inovatif

Sementara, Yamin dan Maisah (2010) proses belajar melalui aktivitas mengidenti-
mendefinisikan guru profesional adalah guru fikasi masalah, merancang penyelesaian, dan
yang mengedepankan kualitas layanan dan menyelesaikan masalah serta mengevaluasi
produknya, memenuhi dan standar kebutu- pemecahan yang dilakukan siswa. Siswa akan
han masyarakat pengguna (stakeholder), serta menggunakan pengetahuan dan pengala-
memaksimalkan potensi peserta didik. Untuk man yang dimilikinya baik secara individual
mewujudkan guru profesional terlebih dahulu maupun kelompok untuk menemukan pe-
seorang guru pemula harus memenuhi syarat ngetahuan baru dan memperoleh penyelesai-
untuk mencapai guru bermutu, dengan ciri- an terbaik. Selanjutnya, siswa memanfaatkan
ciri utama yaitu: (1) merancang dan mengem- kembali dalam berbagai konteks di luar seko-
bangkan pembelajaran, (2) menguasai materi lah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata
bidang studi, (3) melaksanakan dan berinova- yang kompleks secara mandiri maupun ke-
si, (4) menerapkan pendekatan, metode, dan lompok.
media, dan (5) melakukan penilaian proses Pembelajaran inovatif didasarkan pada
dan hasil belajar (Yamin dan Maisah, 2010). pendekatan pembelajaran konstruktivisme
Guru profesional selalu mengembangkan menekankan terbentuknya pemahaman sen-
profesinya, yang berarti mengikuti perkem- diri secara aktif dan akomodatif berdasarkan
bangan bidang pendidikan dan tuntutan ma- pengetahuan terdahulu dan pengalaman bel-
syarakat pengguna. Salah satu kompetensi ajar yang bermakna. Model pembelajaran
pedagogi adalah penerapan pembelajaran inovatif juga melibatkan siswa secara aktif
inovatif yang telah teruji mampu mengatasi melakukan sharing (berbagi) pengetahuan
masalah dalam sistem instruksional. Masalah- antar teman dalam kelompok dan pada saat
masalah yang timbul dalam pembelajaran per- diskusi tingkat kelas (Slavin, 2005). Sejum-
lu dicarikan solusinya. Walaupun suatu model lah model pembelajaran telah dipublikasikan
yang baru dikembangkan di daerah lain telah melalui media tulis, diantaranya: Pembelajar-
teruji berhasil mengatasi suatu masalah bila an siswa aktif, Multiple Intellegence, Holistic
model itu diterapkan di daerah tertentu, namun Education, Experiencial Learning, Problem
jika diterapkan di tempat lain tidak berhasil Based Learning, Accelerated Learning, Co-
mengatasi masalah maka model tersebut bu- operative Learning, Collaborative Learning,
kan pembelajaran inovatif. Jadi faktor utama Mastery Learning, Contextual Learning, In-
pembelajaran inovatif yaitu ada hal kebaruan quiry Learning, dan Constructivism.
dan dapat mengatasi masalah pembelajaran. Sementara menurut Muslich (2009) me-
Pendapat lain menyatakan bahwa pem- nyatakan bahwa kunci pembelajaran inovatif
belajaran inovatif juga mengkaitkan peng- yaitu: (a) belajar dari kenyataan yang biasa
alaman siswa dengan melihat makna didalam diamati, dipraktikan, dan dialami dalam ke-
materi yang mereka pelajari dengan cara men- hidupan siswa (real world learning), (b) bel-
ghubungkan subyek akademik dengan kon- ajar melalui pengalaman nyata yang dilakukan
teks kehidupan mereka, mencakup konteks secara empiris, (c) menghasilkan pengetahuan
keadaan pribadi, sosial, dan budaya (Johnson, yang bermakna pada diri siswa (meaningful),
2002). Pembelajaran inovatif menekankan dan (d) menggunakan berbagai teknik pe-
pada proses keaktifan belajar siswa, yang nilaian (tidak hanya tes). Selain itu, Blanchard
difokuskan pada penerapan pengetahuan (2001) menegaskan bahwa pembelajaran
dalam kehidupan siswa, sehingga pembela- inovatif mencakup enam unsur yaitu: pem-
jaran lebih bermakna bagi diri siswa. Karak- belajaran bermakna, penerapan pengetahuan,
teristik pembelajaran ini merepresentasikan berpikir tingkat tinggi, kurikulum berdasarkan

143
Sarwi, Supriyadi, dan Sudarmin Implementasi Model Pembelajaran Inovatif

standar, responsif terhadap budaya, dan meng- gan dengan budaya manusia, yang ditunjukkan
gunakan penilaian autentik. pada perkembangan pembuatan dan peman-
Pembelajaran inovatif memerlukan ran- faatan bahan alam untuk membuat alat rumah
cangan materi yang menarik, menantang, tangga atau alat musik. Aikenhead dan Jegede
dan problematik, dengan menerapkan model (1999) menyatakan bahwa keberhasilan
pembelajaran yang sedang berkembang dan proses pembelajaran Sains di sekolah sangat
memberi solusi masalah. Strategi pembelajar- dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang
an yang digunakan hendaknya mengaktifkan dimiliki siswa atau masyarakat tempat seko-
siswa, sehingga siswa terlibat secara emosion- lah berada. Sementara, penemuan penelitian
al dan intelektual termasuk didalamnya ber- yang dilakukan Sarwi dan Khanafiyah (2010)
pikir kritis. Guru diharapkan mampu meng- menyatakan bahwa penggunaan open-inquiry
adaptasi dan memodifikasi model pembelajar- dapat meningkatkan kemandirian, keberanian
an sehingga siswa lebih tertarik dan merasa menyampaikan pendapat, dan berpikir kritis.
nyaman dalam belajrnya. Berdasarkan uraian Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
tersebut, pembelajaran IPA perlu dirancang se- latar belakang budaya yang dibawa oleh guru
cara inovatif dengan memasukkan sains yang dan siswa ke kelas (saat belajar Sains) dapat
bersumber budaya lokal (daerah) dan penerap- menentukan kondisi suasana pembelajaran
an sains (misal pada alat musik dan gamelan) lebih bermakna dan sesuai dengan pengalam-
dalam kehidupan siswa sehari-hari. an nyata siswa.
Melalui pembelajaran inovatif materi IPA Penggunaan model pembelajaran inova-
SMP disusun secara integratif dengan harapan tif memberi kesempatan kepada siswa untuk
peserta didik dapat membangun pengetahuan- terlibat secara aktif dan mengembangkan cara
nya melalui kerja ilmiah, bekerja sama dengan berpikir konseptual pada mata pelajaran yang
kelompok, belajar berinteraksi dan berkomu- sedang dipelajari. Strategi pembelajaran ino-
nikasi dengan teman. Konsekuensi logis pada vatif diterapkan dalam penyampaian materi
pembelajaran Sains sebagai produk, sikap, dengan mengkaitkan penomena yang terjadi
proses, dan aplikasi teknologi; dapat dipredik- dan yang sering dijumpai atau dialami siswa
si memberikan pemahaman Sains secara utuh dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang
bagi siswa, dan dapat memahami fenomena diungkap adalah bagaimana deskripsi tingkat
alam melalui kegiatan kerja ilmiah di labo- implementasi model pembelajaran inova-
ratorium. tif dan nilai karakter apa saja yang dapat di-
Menurut Budiman, dkk (2008), melalui tampilkan selama proses pembelajaran IPA.
penggunaan model pembelajaran latihan
Pentingnya penelitian adalah diperoleh infor-
inkuiri, prestasi siswa meningkat dalam pe-
masi yang dapat digunakan untuk menyusun
nguasaan konsep dan berpikir kreatif pada
rumusan kebijakan dalam upaya peningkatan
topik energi rumah tangga. Penelitian lain yang
profesionalitas guru IPA SMP, yang menca-
juga mendukung, menyatakan ada perbedaan
kup aspek pedagogi pembelajaran, pengua-
signifikan penggunaan model pembelajaran
saan konten bidang keilmuan, dan pengem-
kooperatif STAD dan pembelajaran konven-
bangan evaluasinya.
sional dalam mengembangkan berpikir kreatif
siswa SMP pada topik cahaya (Pramono, dkk., METODE PENELITIAN
2008).
Pembelajaran inovatif sangat berhubun- Penelitian ini dirancang dengan meng-

144
Sarwi, Supriyadi, dan Sudarmin Implementasi Model Pembelajaran Inovatif

gunakan metode survei-dokumentatif. Popu- HASIL DAN PEMBAHASAN


lasi penelitian adalah semua guru mata pe-
lajaran IPA SMP se Kota Semarang. Sampel Hasil yang dikumpulkan dari pene-
penelitian 30 guru ditentukan dengan meng- litian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu
gunakan teknik porpusive area random sam- data mengenai perangkat pembelajaran dan
pling (Sugiyono, 2006; Gall, 2003). Lokasi
pengembangan nilai karakter siswa SMP. Se-
penelitian adalah SMP Negeri dan Swasta di
Kota Semarang. Subjek penelitian adalah pe- cara terinci hasil penelitian disajikan pada ba-
rangkat pembelajaran (silabus, RPP, LKS, dan gian berikut.
instrumen evaluasi). Kegiatan penelitian ini 1. Kelengkapan Perangkat Pembelajaran
secara bertahap akan mencakup: a) melaku-
Kelengkapan pembelajaran dalam
kan studi pustaka secara komprehensif baik
secara teoritis maupun hasil penelitian/jurnal penelitian ini mencakup komponen sila-
yang mengungkap bidang IPA atau sains serta bus, RPP berdasarkan KTSP, RPP yang
aplikasinya; dan b) melakukan Focus Group bercirikan inovatif, RPP yang memuat
Discussion (FGD) yang menghadirkan per- nilai karakter, media/alat peraga yang
wakilan Dinas Pendidikan Kota Semarang,
perwakilan Kepala SMP Negeri dan Swasta, mengaktifkan siswa, buku pegangan
dan Tim Peneliti. guru dan atau siswa, lenbar kerja siswa
Perangkat pembelajaran IPA SMP SMP atau petunjuk laboratorium, dan alat eval-
meliputi analisis materi, panduan proses pem- uasi proses dan hasil pembelajaran.
belajaran (model, metode, dan media CD
Data tentang perangkat pembelajar-
simulasi), panduan kegiatan praktikum inkuiri
terbimbing serta instrumen asesmen/evaluasi an dapat dilihat pada Tabel 2.
digunakan dalam implementasi model. Data,
instrumen pengumpul data, teknik analisis
data, serta tujuan analisis dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Instrumen Pengumpul Data, Jenis Data, Teknik Analisis serta Tujuan
Pengumpul Data Data Penelitian Teknik Analisis Tujuan

silabus, tiga RPP, LKS, Untuk mengetahui kelengkapan


Daftar cocok Deskriptif -kualitatif
instrumen evaluasi perangkat pembelajaran

Sistematika, substansi/isi, Untuk menentukan profesionalitas


Lembar penilaian Deskriptif-kualitatif
cakupan dan kejelasan dari aspek penyusunan perangkat

Tanggapan guru, Untuk mendeskripsikan tanggapan


Kuesioner Deskriptif-kualitatif
tanggapan kepala sekolah guru dan kepala sekolah

Faktor kesulitan dan Untuk menentukan faktor-faktor


Wawancara kemudahan dalam Deskriptif-kualitatif kesulitan dan kemudahan guru
menyusun perangkat menyusun perangkat

145
Sarwi, Supriyadi, dan Sudarmin Implementasi Model Pembelajaran Inovatif

Tabel 2. Kelengkapan Perangkat Pembe- Data dalam tabel 2 memuat delapan


lajaran Guru IPA komponen yang diperlukan untuk pem-
belajaran agar proses belajar siswa me-
Perangkat Jumlah Guru Rerata
Pembelajaran
narik, aktif, menyenamgkan, dan efektif.
n %
2. Data tentang Penilaian Rencana Pelaksa-
Tidak ada 0 0,0 0
naan Pembelajaran (RPP)
Kurang Lengkap 9 30,0 2,1
Data tentang penilaian RPP dikelompok-
Lengkap 21 70,0 2,8
kan dalam tiga kategori ditunjukkan pada Ta-
Jumlah 30 100,0 2,6
bel 4.

Tabel 3. Komponen Perangkat Pembela- Tabel 4. Hasil Penilaian Pengalaman


jaran Mata Pelajaran IPA SMP Guru dalam Penyusunan Tiga
Jumlah Guru (%)
RPP dalam Tiga Kategori
Jenis perangkat
pembelajaran Tidak Kurang Penilaian Jumlah Guru Rerata
Lengkap
ada lengkap Pelaksanaan RPP n %
Silabus 0,0 30,0 70,0 Tidak baik 0 0,0 0
RPP 0,0 30,0 70,0 Cukup baik 22 73,3 3,3
RPP dg Baik 8 26,7 3,7
pembelajaran 0,0 56,7 43,3
inovatif Jumlah 30 100,0 3,4

RPP dg nilai
0,0 43,3 56,7
karakter Hasil pemberian skor untuk RPP
Media siswa aktif 0,0 36,7 63,3 yang disusun guru-guru yang mengajar
Buku pegangan 0,0 30,0 70,0 di 30 sekolah SMP Negeri dan Swasta,
LKS 0,0 43,3 56,7 dapat dinyatakan bahwa 22 guru (73,3%)
Evaluasi ranah termasuk kategori cukup baik dan 8 guru
kognitif, afektif & 0,0 76,7 23,3 (26,7%) termasuk kategori sangat baik.
psikomotor
Selanjutnya data pada tabel 4 diilustra-
sikan dengan menggunakan histogram
Jumlah guru yang memiliki keleng-
pada Gambar 1.
kapan perngkat pembelajaran dalam kat-
egori lengkap kurang lebih 2 kali diban-
ding yang kurang lengkap. Komponen
perangkat pembelajaran yang telah leng-
kap dimiliki oleh lebih dari 60 % guru
SMP adalah silabus, RPP, media pembe-
lajaran dan buku pegangan. Sedangkan
komponen RPP yang dilengkapi dengan
pembelajarn inovatif dan nilai-nilai ka-
rater, serta LKS dimiliki oleh 40 – 57
% guru. Evaluasi yang mencakup ranah
kognitif, afektif dan psikomotor 76,7 %
Gambar 1. Tiga Kategori Penilaian RPP
belum lengkap, baru sekitar 23,3 % sudah
yang disusun guru IPA
lengkap.

146
Sarwi, Supriyadi, dan Sudarmin Implementasi Model Pembelajaran Inovatif

Tabel 5. Sembilan Komponen dalam Penyusunan RPP Mata Pelajaran IPA berbasis Pembe-
lajaran Inovatif dan Berkarakter

Komponen RPP Pembelajaran Inovatif berbasis Jumlah Guru (%)


No
Karakter Tidak ada Kurang lengkap Lengkap
1 Sistematika dan komponen 0,0 46,7 53,3
2 Perumusan tujuan pembelajaran 6,7 56,7 36,7
3 Model/ multimetode pembelajaran inovatif 6,7 76,7 16,6
4 Nilai-nilai karakter 3,3 60,0 36,7
5 Pemilihan bahan ajar 9,0 60,0 31,0
6 Pemilihan media/ sumber belajar 20,0 53,3 26,7
7 Kejelasan skenario pembelajaran 13,3 63,3 23,4
8 Kesesuaian evaluasi dan tujuan 13,3 73,3 13,4
9 Kelengkapan instrumen evaluasi 16,7 66,7 16,7

Perangkat RPP secara komprehensif Tabel 6. Pengalaman Guru dalam Penyu-


memuat sembilan komponen ditunjuk- sunan RPP Mata Pelajaran IPA
kan pada Tabel 5. Komponen dalam RPP SMP dalam Persentase (dengan
mencakup sistematika dan kelengkapan, rentang skor 1-3)
tujuan, model/multimetode, nilai karak- Jumlah Jumlah
Pengalaman Skor Rerata
ter, bahan ajar, media, kejelasan skenario, Guru (%)
Penyusunan
kesesuaian alat evaluasi dengan tujuan, RPP n %
dan ketepatan evaluasi.
Komponen RPP dengan pembelajar- Tidak baik 0 0,0 0
an inovatif dan berbasis karakter yang
Cukup baik 3 10,0 2,2
lengkap terutama dari komponen sistema-
tika dan komponen, yang dimiliki lebih Baik 27 90,0 2,7
50 %. Delapan komponen lainnya lebih
Jumlah 30 100,0 2,6
dari 50 % sekolah baik negeri maupun
swasta belum memiliki RPP secara leng-
kap atau kurang lengkap,bahkan delapan Pengalaman menyusun perangkat
komponen tersebut tidak/ belum ada. RPP mata pelajaran IPA oleh guru dalam
3. Pengalaman Penyusunan RPP yang efek- kategori cukup baik dan baik. Jumlah guru
tif dengan memuat model Inovatif dan yang memiliki pengalaman tidak baik (ti-
siswa aktif dak berpengalaman) nol. Jumlah 3 guru
Pengalaman guru dalam menyusun termasuk kategori cukup dan 27 guru ter-
perangkat pembelajaran yang dapat men- masuk kategori baik. Dengan demikian
ciptakan pembelajaran kondusif. Data pengalaman guru dalam menyusun ke-
pengalaman guru yang diungkap dalam lengkapan perangkat sudah berpengala-
penelitian ini mencakup tujuh kompo- man. Selanjutnya data pengalaman guru
nen. Pengelompokkan pengalaman guru menyusun perangkat dijabarkan dalam 7
dalam tiga kategori ditunjukkan pada Ta- komponen seperti ditunjukkan pada Ta-
bel 6. bel 7.

147
Sarwi, Supriyadi, dan Sudarmin Implementasi Model Pembelajaran Inovatif

Tabel 7. Tujuh Komponen dalam Penyusunan RPP yang Inovatif dan Berkarakter Mata Pe-
lajaran IPA SMP

Jumlah guru (%)


No Jenis Pengalaman Penyusunan Perangkat Pembelajaran
Tidak baik Kurang baik Baik
1 Analisis kurikulum 10,0 0,0 90,0
2 RPP efektif memuat model inovatif dan siswa aktif 0,0 35,0 70,0
3 Aspek pengembangan pembelajaran 0,0 0,0 100,0
4 Aktivitas eksplorasi, elaborasi & konfirmasi 3,3 50,0 46,7
5 Media interaktif 0,0 50,0 50,0
6 Sumber belajar 3,3 30,0 66,7
7 Alat evaluasi 16,7 63,3 20,0

Pembahasan bidang studi, 3) melaksanakan dan berinovasi,


4) menerapkan pendekatan, metode, dan me-
Delapan perangkat pembelajaran IPA dia, dan 5) melakukan penilaian proses dan
mencakup delapan unsur, ada tiga unsur yang hasil belajar (Yamin dan Maisah, 2010).
memperoleh pesentase skor dibawah 30% Model pembelajaran inovatif baru di-
yaitu silabus, RPP, pengadaan buku pegang- penuhi 36% dari jumlah guru yang menjadi
an. Selanjutnya, data yang perlu diperhati- subjek penelitian. Sebagian guru masih meng-
kan adalah RPP yang bercirikan karakter dan alami kesulitan untuk menentukan ciri inovatif
pengembangan media, serta pembelajaran ber- dalam pembelajaran. Ciri pembelajaran inova-
cirikan inovatif. Media pembelajaran hanya tif diantaranya program yang dikembangkan
memperoleh skor 36%, oleh karena itu perlu mampu menyelesaikan masalah, dapat meli-
motivasi dan peningkatan keterampilan serta batkan siswa secara aktif, serta ada unsur ke-
kemampuan dalam merancang dan membuat baruan. Pembelajaran inovatif memuat model-
serta memanfaatkan media pembelajaran. Me- model pembelajaran yang mengaktifkan siswa
dia ini harus memenuhi syarat bila digunakan secara efektif. Pengetahuan para guru tentang
bekerja secara efektif, bercirikan komunikatif, inovatif masih mengalami kerancuan dan ke-
dan memuat konsep yang benar. Sementara, bingungan. Selain itu, sebagian guru belum
buku pegangan guru dan siswa baru dimiliki memahami model-model pembelajaran yang
30% (10 guru) dari 30 guru yang menjadi re- inovatif.
sponden. Berdasarkan data dan analisisnya, kom-
Dalam upaya mewujudkan guru profe- petensi pedagogik guru masih sangat perlu
sional, pemerintah memberikan dana hibah ditingkatkan baik dalam menyusun perang-
untuk peningkatan kualitas profesi guru. Me- kat pembelajaran terutama silabus, RPP yang
lalui lesson study, penelitian tindakan kelas menampilkan pembelajaran efektif, dan peng-
(classroom action research), DBE (desentral- gunaan berbagai metode mengajar dan media
ized based education) pemerintah memberi- yang berbasis teknologi. Dalam kompetensi
kan program-program yang bertujuan mening- profesional, guru disyaratkan dapat memiliki
katkan kompetensi guru. Untuk mewujudkan penguasaan konsep mata pelajaran IPA dan
guru profesional terlebih dahulu seorang guru menghubungkan dengan konsep mata pelajar-
pemula mencapai guru bermutu, dengan ciri- an lain yang serumpun. Sementara itu, ber-
ciri utama yaitu:1) merancang dan mengem- dasarkan UU RI nomor 14 tahun 2005, ten-
bangkan pembelajaran, 2) menguasai materi tang guru dan dosen dinyatakan bahwa profesi

148
Sarwi, Supriyadi, dan Sudarmin Implementasi Model Pembelajaran Inovatif

guru disyaratkan diantaranya memiliki kom- nen teknologi dalam PCK, sehingga menjadi
petensi pedagogi. Pada komponen ini diharap- TPCK telah dilakukan Koehler et al. (2007).
kan guru mampu menerapkan teknologi pem- Mereka membagi komponen-komponen ya-
belajaran. Pengertian lain yang searah (Mishra itu kompetensi konten pedagogi, kompetensi
dan Koehler, 2006) menyatakan pengetahuan konten teknologi, dan kompetensi pedagogi
konten pedagogi sebagai pengetahuan seorang teknologi. Kompetensi konten pedagogi men-
guru dalam menyediakan situasi belajar untuk cakup pengetahuan ilmiah, kurikulum sains/
membantu pebelajar dalam memahami kon- fisika, kesulitan belajar siswa, strategi belajar.
ten ilmu pengetahuan. Kedua peneliti tersebut Kompetensi konten teknologi mencakup sum-
menegaskan bahwa seorang guru seharusnya ber belajar dan alat untuk subjek fisika, keter-
menampilkan model penalaran secara pedago- ampilan teknis dan operasional ilmiah, trans-
gi sehingga mengkondisikan pebelajar lebih formasi ilmiah. Dan komponen ketiga yakni
mudah menguasai konten materi subjek dan kompetensi teknologi pedagogi yang mencak-
mengatasi kesulitan siswa dalam belajar. up ICT berbasis strategi belajar, peningkatan
Pada tabel 4 memuat sembilan kom- kemampuan inkuiri dengan ICT, kesulitan
ponen dalam RPP yang bercirikan inovatif. teknik pebelajar dalam menyelesaikan tugas.
Sembilan komponen termasuk dalam kategori
kurang baik dengan rincian empat komponen SIMPULAN DAN SARAN
hanya memperoleh skor dibawah 10%, dan
Simpulan
lima komponen memperoleh skor antara 10%
sampai 20%. Dalam kategori cukup baik di- Berdasarkan pada pembahasan hasil
capai oleh guru-guru skor antara 50% sampai penelitian disimpulkan beberapa hal yaitu: (1)
60%. Kategori menjadi baik hanya dicapai Guru mata pelajaran IPA menggunakan mod-
sekitar 15% dari jumlah guru yang bersedia el-model pembelajaran inovatif yakni koop-
informan. eratif, pembelajaran berdasarkan masalah, pe-
Dalam tabel 6 memuat tujuh komponen mecahan masalah, serta pembelajaran inkuiri,
dengan tiga kategori kurang baik, cukup, dan (2) RPP yang disusun guru dapat mengem-
kategori baik. Guru-guru yang telah menyu- bangkan nilai karakter siswa, yaitu kejujuran,
sun RPP dengan lengkap hanya sekitar 16%, menghargai pendapat, bekerjasama, berkerja
sedangkan sekitar lebih dari 50% telah men- keras, dan berpikir kritis, (3) Aktivitas belajar
capai hasil dalam kategori cukup baik. Pe- yang dapat mengembangkan nilai karakter
menuhan syarat RPP yang memuat kompo- yaitu bekerja kelompok, diskusi, mengerjakan
nen secara cukup lengkap dengan skor sekitar tugas laboratorium secara kelompok, dan
60% hanya diperoleh sekitar 5 komponen. membuat laporan/portofolio.
Dengan demikian, guru belum dapat membuat
rancangan pembelajaran secara sempurna, dan Saran
selanjutnya diperlukan peningkatan kemam-
puan dalam menyusun RPP yang inovatif. Berdasarkan analisis hasil penelitian
Terkait dengan inovasi pembelajaran, disarankan bahwa: (1) perlu diadakan diklat
Mishra dan Koehler (2006) menemukan bah- kepala sekolah dan pengawas sekolah tentang
wa pengaruh sangat positif pengetahuan PCK kepemimpinan yang visioner dan penerapan
pada program persiapan guru, pandangan dan model pembelajaran inovatif; (2) bagi guru
keterampilan calon guru yang diintegrasikan pelatihan tentang pelatihan penelitian pem-
pada ICT dalam pembelajaran sains. Pene- belajaran dan pengembangan karakter siswa
litian lanjutan yang memasukkan kompo- serta pengukurannya.

149
Sarwi, Supriyadi, dan Sudarmin Implementasi Model Pembelajaran Inovatif

DAFTAR PUSTAKA Miri, B. David, B.C. & Uri, Z. 2007. Pur-


posely Teaching for the Promotion of
Aikenhead, G.S., & Jegede, O.J. 1999. “Cross- Higher-order Thinking Skills: A Case of
cultural Science Education: a Cognitive Critical Thinking. Research
Explanation of a Cultural Phenom- Science Education. The Department of Educa-
enon”. Journal of Research in Science tion in Technology and Science. Tech-
Teaching. nion-Israel Institute Technology.
Blanchard, E.J. 2001. Contextual of Teaching Mishra, P & Koehler, M.J. 2006. Technologi-
and Learning. New Jersey: Englewood cal Pedagogical Content Knowledge:
Cliff.Inc. A Framework for Teacher Knowledge.
Bukhori, M. 2007. Evaluasi Pendidikan di In- Teacher College Record, 108 (6):1017-
donesia. Yogyakarta: INSIST Press. 1054.
Budiman, I., Tjiang, P. C., & D. Rusdiana. Muslich, M. 2007. KTSP, Pembelajaran Ber-
2008. Model pembelajaran latihan basis Kompetensi dan Inovatif. Jakarta:
inkuiri untuk meningkatkan penguasaan Bumi Aksara.
konsep energi rumah tangga dan keter- NRC. 1996. National Science Education Stan-
ampilan berpikir kreatif siswa SMP. Ju- dards. Washington: National Academy
rnal Penelitian Pendidikan IPA, vol. 2 Press.
(2), h. 134 – 142. Pramono, T., P C Tjiang, & I Hamidah. 2008.
Gall, M.D., Gall, J.P. & Borg, W.R. 2003. Ed- Model pembelajaran kooperatif tipe
ucational Research: An Introduction (7th STAD untuk meningkatkan konsep ca-
Ed.). Boston: Allynn and Bacon. haya dan keterampilan berpikir kreatif
Gonzales, P., Williams, T., Jocelyn, L., Roey, siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidi-
S., Kastberg, D., & Brenwald, S. 2008. kan IPA, 2(2): 203 – 212.
Highlights From TIMSS 2007: Mathe- Sarwi & Khanafiyah, S. 2010. Pengemban-
matics and Science Achievement of U.S. gan Keterampilan Komunikasi Ilmiah
Fourth-and Eighth –Grade Students in Calon Guru Fisika melalui Eksperimen
an International Context.Washington: Gelombang Open-inquiry. Jurnal Pen-
ies National Center for Education Sta- didikan Fisika Indonesia, 6(2): 153-160
tistics, Institut of Education Sciences. Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning:
Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Teori, Riset, dan Praktik. (Terjemah
Learning: What is and Why it’s here to oleh Nurulita). Bandung: Nusa Media.
stay. USA: Corwin Press. Inc. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidi-
Koehler, M.J., Mishra, P. & Yahya, K. 2007. kan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Tracing the development of teacher dan R & D. Bandung: Alfabeta.
knowledge in a design seminar: Inte- Yamin, M. & Maisah. 2010. Standarisasi
grating content, pedagogy and technol- Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada
ogy. Computers and Education, 49:740- Press.
762

150

S-ar putea să vă placă și