Sunteți pe pagina 1din 20

ASUHAN KEPERAWATAN PENANGANAN HEPATITIS

PADA KOMUNITAS

Disusun Oleh :

1. Dwi Anita
2. Isti Aisah
3. Kintan Dewi Ariyani
4. Yosi Yulinda Dwi A.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ANNUR
PURWODADI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan Penanganan Hepatitis pada
Komunitas.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Asuhan Keperawatan Asuhan
Keperawatan Penanganan Hepatitis pada Komunitas ini dapat memberikan
manfaat terhadap pembaca.

Purwodadi, Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II KONSEP TEORI ........................................................................................ 2
A. Definisi Hepatitis .......................................................................................... 2
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS .......................................... 12
A. Analisa Data ................................................................................................. 12
B. Penampisan Masalah .................................................................................... 14
C. Prioritas Masalah ......................................................................................... 15
D. Intervensi Keperawatan Komunitas ............................................................. 16
E. Implementasi Keperawatan Komunitas ....................................................... 17
F. Evaluasi ........................................................................................................ 18
BAB IV PENUTUP ................................................................................................. 20
A. Kesimpulan .................................................................................................. 20
B. Saran ............................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak sekali penyakit yang dapat menyerang tubuh kita, salah satunya
adalah infeksi virus atau bakteri. Infeksi adalah invasi tubuh oleh pathogen
atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (Potter & Perry,
2005).
Di dunia ini banyak sekali macam penyakit infeksi, salah satu penyakit
infeksi yang mudah sekali dalam penularannya adalah infeksi hepatitis.
Hepatitis adalah inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada
kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar
oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen
virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus
akut (Monica Ester, 2002).
Secara global, lebih dari 350 juta orang terinfeksi virus hepatitis B.
Diperkirakan bahwa lebih dari sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi virus
hepatitis B. Sekitar 5% dari populasi adalah carrier kronis HBV, dan secara
umum hampir 25% carrier dapat mengalami penyakit hati yang lebih parah
seperti hepatitis kronis, sirosis, dan karsinoma hepatoseluler primer.
Prevalensi nasional di tiap Negara di dunia berkisar antara 0,5% di AS dan
Eropa Utara sampai 10% di daerah Asia. Infeksi HBV menyebabkan lebih dari
satu juta kematian setiap tahun. Pada tahun 2010, prevalensi penyakit infeksi
virus hepatitis A mencapai angka 9,3% dari total penduduk 237.6 juta jiwa. Di
sumsel tahun 2007 dengan jumlah penduduk 7.019.964 jiwa, prevalensi
hepatitis A adalah 0,2 - 1,9%. Indonesia adalah negara dengan prevalensi
hepatitis B dengan tingkat endemisitas tinggi yaitu lebih dari 8 persen yang
sebanyak 1,5 juta orang Indonesia berpotensi mengidap kanker hati. Selama
periode itu telah terkumpul 5.870 kasus hepatitis di Indonesia. Dari pendataan
itu, Depkes memperoleh data kasus hepatitis C di Indonesia yang menjadi

2
proyek percontohan menurut umur, yaitu terbanyak pada usia 30-59 tahun
dengan puncak pada usia 30-39 tahun yang berjumlah 1.980 kasus.
Di Indonesia jumlah penderita Hepatitis B dan C saat ini diperkirakan
mencapai 30 juta orang, sekitar 15 juta orang dari penderita Hepatitis B dan C
berpotensi mengalami chronic liver disease. hasil Riskesdas tahun 2013
Informasi yang di peroleh dari Riskesdas 2013, prevalensi hepatitis 2013
adalah 1,2 persen, dua kali lebih tinggi dibandingkan 2007. Lima provinsi
dengan prevalensi hepatitis tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (4,3%),
Papua (2,9%), Sulawesi Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%) dan Maluku
(2,3%). Bila dibandingkan dengan Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur
masih merupakan provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi.
Oleh karena itu, dibutuhkan peran perawat komunitas dalam mencegah
dan menanggulangi serta penanganan dalam penyebaran virus hepatitis ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang di angkat dari makalah ini adalah tentang
asuhan keperawatan penanganan hepatitis pada komunitas?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Mengetahui konsep asuhan keperawatan penanganan hepatitis pada
komunitas.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar penyakit hepatitis.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan penanganan
hepatitis pada komunitas.

3
BAB II
KONSEP TEORI

A. Definisi Komunitas
Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver).
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap
virus, obat atau alkohol (Sudoyo, 2007). Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh
virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Wening,
2008).
Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh
infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker
hati (Corwin, 2001). Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang
meluas atau menyebar, hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan.

B. Epidemiologi Hepatitis
Insiden hepatitis virus yang terus meningkat semakin menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Penyakit tersebut penting karena mudah ditularkan,
memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari
sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama.
Menurut Riskesdas pada tahun 2013, menunjukan bahwa jumlah orang
yang terdiagnosa hepatitis di fasilitas pelayanan kesehatan mengalami
peningkatan dua kali lipat daripada tahun 2007. Lima provinsi dengan
prevalensi hepatitis tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (4,3%), Papua
(2,9%), Sulawesi Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%) dan Maluku
(2,3%).
Pada tahun 2013 terjadi total 495 Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A
yang terjadi di 6 Provinsi di Indonesia. Provinsi-provinsi yang mengalami
KLB tersebut antara lain Kepulauan Riau (87 kasus), Lampung (11 kasus),
Sumatra Barat (58 kasus), Jambi (26 kasus), Jawa Tengah (26 kasus), dan
Jawa Timur (287 kasus).

4
C. Etiologi Hepatitis
Menurut Tambayong (2000, dalam Amin Huda Nur Arif dan Hadhi
Kusuma (2016)), penyebab dari hepatitis dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu :
1. Transmisi secara enterrik terdiri dari Virus Hepatitis A (HAV) dan Virus
Hepatitis E (HEV) yang penularannya bisa melalui :
a. Pencemaran air minum
b. Makanan yang tidak dimasak
c. Makanan yang tercemar
d. Sanitasi yang buruk
e. Personal hygiene yang rendah/buruk
2. Transmisi melalui darah terdiri dari Virus Hepatitis B (HBV), Virus
Hepatitis D (HDV), dan Virus Hepatitis C (HCV) yang penularannya bisa
melalui :
a. Transfusi darah
b. Jarum suntik
c. Transplantasi organ
d. Hubungan seks

D. Patofisiologi Hepatitis
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan
kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena
memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada
hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah
normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari
tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan
menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang

5
memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal
ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di uluh hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal,
tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka
terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu
juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak
sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat
kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini
terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan
eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat
dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih
berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai
peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan
gatal-gatal pada ikterus.

E. Manifestasi Klinis Hepatitis


Menurut Arif mansjoer (2001), manifestasi klinis merupakan suatu gejala
klinis tentang suatu penyakit yang diderita oleh pasien. Berikut adalah gejala
klinis dari penyakit hapatitis.
1. Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit
kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan
nyeri di perut kanan atas. Urin menjadi lebih cokelat.
2. Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula
terlihat pada sclera,kemudian padakulit seluruh tubuh.keluhan-keluhan
berkurang, tetapi pasien masih lemah, anoreksia, dan muntah. Tinja

6
mungkin berwarna kelabu atau kuning muda.Hati membesar dan nyeri
tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan
tinja menjadi normal lagi.Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari
orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang
biasanyaberbeda.
Menurut Sriana Azis (2002) Gejala-gejala klinis lain yang dapat dilihat,
sebagai berikut.
1. Gejala yang ditimbulkan oleh virus A, B, C, D, E, dan virus lain-lain
meliputi letih, lesu, lemas dan mata menjadi kuning, urin seperti teh, rasa
tidak enak di perut dan punggung, hati bengkak, bangun tidur tetap letih,
lesu, dan lain-lain. Bila sakitnya berkepanjangan dapat berubah menjadi
kronis dan berkelanjutan menjadi kanker.
2. Virus B dan C cenderung menjadi kronis (menahun atau gejala menjadi
tetap ada sampai 6 bulan), bila dibiarkan hati menjadi keriput (sirosis)
kemudian menjadi kanker. Komplikasi sirosis meliputi muntah darah,
kanker hati dan koma.
3. Virus C tidak mempunyai gejala awal langsung akut.
4. Gagal hepatitis meliputi sindrom kholaemi : tremor, refleks berlebihan,
kejang otot, gerakan khoreiform, kejang-kejang, kemudian meninggal.

F. Pemeriksaan Penunjang Hepatitis


Pemeriksaan penunjang pada hepatitis menurut Grace dan Borley (2007,
dalam Amin Huda Nurarif dan Hadhi Kusuma (2016)) yaitu :
1. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : meningkat pada
kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infark miokard.
2. Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonjugasi
3. Bilirubin indirek : meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom
gilbert
4. Bilirubin serum total : meningkat pada penyakit hepatoseluler
5. Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati

7
6. Masa protrombin : meningkat pada penurunan sintesis protrombin akibat
kerusakan sel hati
7. Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada
obstruksi duktus biliaris

G. Penatalaksanaan Hepatitis
Menurut Arif mansjoer (2001) Dalam penatalaksanaan untuk penderita
hepatitis dapat harus dilakukan sesuai dengan sifat-sifat dari hepatitis.
1. Hepatitis Akut
a. Istirahat
Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan untuk istirahat.
Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan.
Kecuali diberikan kepada mereka dengan umur tua dan keadaan umum
yang buruk.
b. Diet
Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah
sebaiknya di berikan infus. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan
makanan yang cukup kalori (30 – 35 kalori/kg BB) dengan protein
cukup (1 gr/kg BB). Pemberin lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi.
c. Medikalmentosa
Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan
bilirubin darah. Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestatis yang
berkepanjangan, dimana transamenase serum sudah kembali normal
tetapi bilirubin masih tinggi.Pada keadaan ini dapat diberikan
prednisone 3 x 10 mg selama 7 hari kemudian dilakukan tapering off.
1) Berikan obat – obat yang bersifat melindungi hati.
2) Antibiotic tidak jelas kegunaannya.
3) Jangan diberikan antiemetic. Jika perlu sekali dapat diberikan
golongan fenotiazin.

8
4) Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan
perdarahan. Bila pasien dalam keadaan prekoma atau koma,
penanganan seperti koma hepatik.
2. Hepatitis Kronik
Obat yang dinilai bermanfaat untuk pengobatan hepatitis kronik adalah
interferon (IFN). Obat tersebut adalah suatu protein selular stabil dalam
asam yang diproduksi oleh sel tubuh kita akibat rangsangan virus atau
akibat induksi mikroorganisme, asam nukleat, anti gen, mitogen, dan
polimer sintetik. Interferon mempunyai efek antivirus, imunomodulasi,
dan antiproliferatif.
a. Hepatitis B
Pemberian interferon pada penyakit ini ditujukan untuk
menghambat replikasi virus hepatitis B, menghambat nekrosis sel hati
oleh karena reaksi radang, dan mencegah transformasi maigna sel-sel
hati. Di indiksikan untuk pasien berikut ini.
1) Pasien dengan HbeAG dan HBV-DNA positif
2) Pasien hepatitis kronik aktif berdasarkan pemeriksaan histopatologi
3) Dapat dipertimbangkan pemberian interferon pada hepatitis
fulminan akut meskipun belum banyak dilakukan penelitian pada
bidang ini.
Diberikan IFN leukosit pada kasus hepatitis kronik aktif dengan
dosis sedang 5-10 MU/m2/hari selama3-6 bulan. Dapat juga pemberian
IFN limfoblastoid 10MU/m2 3kali seminggu selama 3 bulan lebih.
Sebagian pasien hepatitis B kronik memberi respon terhadap terapi
interferon, ditandai dengan hilangnya HBV DNA dan serokonversi
HbeAG/Anti Hbe, serokonversi HbsAG/Anti HBs terjadi pada 7%
pasien. Terapi ini harus dilakukan minimal selama 3 bulan.
b. Hepatitis C
Pemberian interferon bertujuan mengurangi gejala, mengusahakan
perbaikan parameter kimiawi, mengurangi peradangan dalam jaringan
hati, menghambat progresi histopatologi, menurunkan infektivitas,

9
menurunkan resiko terjadinya hepatoma, dan memperbaiki harapan
hidup. Respon tergantung dari lamanya penyakit dan kelainan
histologi. Dosis standar yang bisa dipakai adalah interferon α dengan
dosis 3 x 3 juta unit/minggu selama 6 bulan. Masih belum jelas
menambah waktu pengobatan di atas 9 bulan dapat meningkatkan
resppon dan menurunkan angka kambuh.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PENANGANAN HEPATITIS PADA
KOMUNITAS DI KELURAHAN KURIPAN, KECAMATAN
PURWODADI JAWA TENGAH

Data yang didapat dari hasil pendataan yang dilakukan mulai tanggal 17 juli
2019, dianalisis dan diperoleh masalah keperawatan komunitas, kemudian
dilakukan penapisan untuk menentukan prioritas masalah keperawatan. Berikut
asuhan keperawatan penanganan hepatitis pada komunitas menurut T. Heather
Herdman (2015).

A. Analisis Data
No Masalah
Data Subjektif Data Objektif
Kesehatan
1 1. Beberapa warga Kelurahan 1. Beberapa warga Pengabaian diri
Kuripan, Kecamatan menunjukkan
Purwodadi Jawa Tengah tangan dengan
tidak mencuci tangan kondisi kuku yang
sebelum makan, makanan panjang dan
dimasak tidak matang, kotor, makanan
tangan kotor, dan makanan yang dikonsumsi
tidak bersih. tidak dalam
2. Beberapa warga melakukan keadaan kurang
MCK pada tempat yang terjaga
sama. kebersihannya
sehingga
dihinggapi lalat.
2. Di lingkungan
tempat tinggal
warga, segala
aktivitas rumah
tangga seperti
memasak dan
MCK,
menggunakan

11
sumber air yang
sama.
2. 1. Ibu E, warga Kelurahan 1. Warga terlihat Ketidakefektifan
Kuripan, Kecamatan tidak peduli dan pemeliharaan
Purwodadi Jawa Tengah menganggap kesehatan
hepatitis sebagai
mengatakan jika terkena
penyakit biasa
penyakit hepatitis dibiarkan sehingga ketika
saja. timbul gejala
2. Warga mengatakan tidak hepatitis, hanya
ada penyuluhan dari dibiarkan.
petugas. 2. Warga tidak
mengetahui apa
itu penyakit
hepatitis, tanda
gejala serta
penanganannya.
3. 1. Beberapa warga Kelurahan 1.Tidak tersedianya Defisiensi
Kuripan, Kecamatan program untuk kesehatan
Purwodadi Jawa Tengah mengatasi dan komunitas
mengatakan bahwa tidak mengurangi
ada petugas, petugas kurang masalah hepatitis
peduli, petugas jarang di kelurahan
penyuluhan, pernah ada tersebut.
penyuluhan 1 kali, petugas
tidak rutin datang, tidak ada
penyuluhan.

12
B. Penampisan Masalah
Dari hasil analisis data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penampisan masalah untuk menentukan prioritas masalah,
adapun penampisan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
No. Masalah Kesehatan Kriteria Jumlah Keterangan
A B C D E F
1. Pengabaian diri 5 5 4 3 2 3 22 A : Risiko terjadinya masalah
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan 4 5 5 2 2 3 21 B : Risiko keparahan masalah
3. Defisiensi kesehatan komunitas 4 4 4 3 2 3 20 C : Potensi untuk dilakukan pendidikan
kesehatan
D : Kesadaran komunitas terhadap masalah
E : Tersedianya tenaga ahli untuk mengatasi
masalah
F : Kecepatan masalah dapat diselesaikan

Keterangan pembobotan :
1. Sangat rendah 2. Rendah 3. Cukup 4. Tinggi 5. Sangat tinggi

13
C. Prioritas Masalah Keperawatan
Berdasarkan skoring diatas, maka prioritas masalah keperawatan komunitas di
Kelurahan Kuripan, Kecamatan Purwodadi Jawa Tengah adalah :
No. Masalah Kesehatan Jumlah
1. Pengabaian diri 22
2. Ketidakefektifan pemeliharaan 21
kesehatan
3. Defisiensi kesehatan komunitas 20

D. Intervensi Keperawatan Komunitas


Diagnosa
NOC NIC
Data Keperawatan
Kode Diagnosa Kode Hasil Kode Intervensi
Data Subjektif 000193 Pengabaian 0313 Status 5395 Peningkatan
1. Beberapa warga diri perawatan efikasi diri
Kelurahan Kuripan, diri 6480 Manajemen
Kecamatan
2006 Status lingkungan
Purwodadi Jawa
Tengah tidak kesehatan 5230 Peningkatan
mencuci tangan pribadi koping
sebelum makan, 2002 Kesejahtera 5326 Peningkatan
makanan dimasak an pribadi kecakapan
tidak matang, hidup
tangan kotor, dan 4480 Fasilitasi
makanan tidak
tanggung
bersih.
2. Beberapa warga jawab diri
melakukan MCK
pada tempat yang
sama.
Data Objektif
1. Beberapa warga
menunjukkan
tangan dengan
kondisi kuku yang
panjang dan kotor,
makanan yang

14
dikonsumsi tidak
dalam keadaan
kurang terjaga
kebersihannya
sehingga dihinggapi
lalat.
2. Di lingkungan
tempat tinggal
warga, segala
aktivitas rumah
tangga seperti
memasak dan
MCK,
menggunakan
sumber air yang
sama.
Data Subjektif 00099 Ketidakefek 1823 Pengetahua 5230 Peningkatan
1. Ibu E, warga tifan n : promosi koping
Kelurahan Kuripan, pemeliharaa kesehatan 5510 Pendidikan
Kecamatan n kesehatan 1805 Pengetahua kesehatan
Purwodadi Jawa
n : perilaku 5520 Fasilitasi
Tengah mengatakan
jika terkena kesehatan pembelajaran
penyakit hepatitis 1842 Pengetahua 5240 Konseling
dibiarkan saja. n: 7110 Peningkatan
2. Warga mengatakan manajemen keterlibatan
tidak ada infeksi keluarga
penyuluhan dari
petugas.
Data Objektif
1. Warga terlihat tidak
peduli dan
menganggap
hepatitis sebagai
penyakit biasa
sehingga ketika
timbul gejala
hepatitis, hanya
dibiarkan.
2. Warga tidak
mengetahui apa itu
penyakit hepatitis,

15
tanda gejala serta
penanganannya.
Data Subjektif 00215 Defisiensi 2701 Status 5510 Pendidikan
1. Beberapa warga kesehatan kesehatan kesehatan
Kelurahan Kuripan, komunitas komunitas 5515 Peningkatan
Kecamatan 2802 Control kesadaran
Purwodadi Jawa
risiko kesehatan
Tengah mengatakan
bahwa tidak ada komunitas : 8700 Pengembanga
petugas, petugas penyakit n program
kurang peduli, menular 8530 Manajemen
petugas jarang Kompetens imunisasi/vak
penyuluhan, pernah 2700 i komunitas sinasi
ada penyuluhan 1 8500 Pengembanga
kali, petugas tidak
n kesehatan
rutin datang, tidak
ada penyuluhan. komunitas
Data Objektif 6484 Manajemen
1. Tidak tersedianya lingkungan :
program untuk komunitas
mengatasi dan 8820 Manajemen
mengurangi penyakit
masalah hepatitis di
menular
kelurahan tersebut

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit infeksi (infectious disease) yang juga dikenal sebagai communicable
disease atau transmissible diseae merupakan penyakit yang terjadi akibat dari
infeksi, keberadaan dan pertumbuhan agen biologik patogenik pada organisme
host individu. Dalam hal tertentu, penyakit infeksi dapat berlangsung sepanjang
waktu.
Secara umum, ada beberapa jenis penyakit yang paling menular di Indonesia
adalah Tuberkulosis, Hepatitis, Malaria, Cacar air, dan Influenza.
Hepatitis merupakan peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus
hepatotropik yang dapat menyebabkan hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV),
hepatitis C (HCV), delta hepatitis (HDV), hepatitis E (HEV), hepatitis F dan
hepatitis G. Hepatitis dibagi menjadi 2 tahapan yaitu hepatitis akut dan kronis.
Asuhan keperawatan komunitas pada hepatitis di awali dengan analisa data,
penampisan masalah, menentukan prioritas masalah, intervensi, implementasi,
dan evaluasi.

B. Saran
Semoga makalah yang kami susun dapat di manfaatkan secara maksimal,
sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan
kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, di perlukan lebih banyak
refrensi untuk menunjang proses pembelajaran.

17
DAFTAR PUSTAKA

Azis, Sriana. 2002. Kembali Sehat dengan Obat. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Corwin, E. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Ester, M. 2002. Book of Nursing Diagnosis Edisi 10. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma, (eds). 2016. Asuhan Keperawatan
Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam
Berbagai Kasus, edisi revisi, jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta : EGC.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Daerah 2013. In: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, editor. Jakarta.
Sudoyo, A. W. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Edisi 4 Jilid 1. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Wening, S. 2008. Care Your Self Hepatitis . Jakarta: Penebar Plus.

18

S-ar putea să vă placă și