Sunteți pe pagina 1din 31

Makalah Keperawatan Medical Bedah

“Asuhan Keperawatan Pneumotoraks”

Oleh :

Camillo Belo Cabral :1711013

Lutfi huzaini : 1711006

Miftackul Nikmah : 1711011

Nur Asizah Yulianti : 1711010

Pristanti Wiji Y.A :1711016

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Patria Husada Blitar

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah tugas Keperawatan
Medical Bedah dengan judul “asuhan keperawatan pneumotoraks” ini.
Makalah ini dibuat untuk dapat memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan
Medical Bedah 1 . Penyusunan makalah ini kami harapkan para mahasiswa
khususnya dan masyarakat umumnya dapat memahami tentang makalah ini.

Dalam penyelesaian makalah ini penulis mendapat bantuan dari beberapa


pihak. Penulis menghaturkan terima kasih atas bimbingan, arahan, kritik, serta
saran yang telah diberikan kepada kami.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Terimakasih.

Blitar, September 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2

BAB 1 ................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4

1.1 Latar belakang ........................................................................................................... 4

1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 4

BAB 2 ................................................................................................................................. 5

KONSEP DASAR PENYAKIT ......................................................................................... 5

2.1 Definisi...................................................................................................................... 5

2.2 Etiologi...................................................................................................................... 5

2.3 Patofisiologi .............................................................................................................. 7

2.4 Pathway ..................................................................................................................... 8

2.5 Manifestasi klinis ...................................................................................................... 8

2.6 Pemeriksaan diagnostik ............................................................................................ 9

2.7 Komplikasi .............................................................................................................. 10

2.8 Penatalaksanaan Medis ........................................................................................... 11

BAB 2 ............................................................................................................................... 13

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................................... 13

2.1 Data dasar pengkajian pasien .................................................................................. 13

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ....................................................................... 13

2.3 Pemeriksaan Fisik Head To Toe : ........................................................................... 14

2.4 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................... 19

2.5 Rencana Keperawatan ............................................................................................. 20

BAB 3 ............................................................................................................................... 23

APLIKASI KASUS SEMU .............................................................................................. 23

2
3.1 Kasus ....................................................................................................................... 23

3.2 Asuhan Keperawatan .............................................................................................. 23

BAB 4 ............................................................................................................................... 29

PENUTUP ........................................................................................................................ 29

4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 29

4.2 Saran ....................................................................................................................... 29

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Paru-paru adalah organ yang penting bagi manusia karena digunakan untuk
bernafas. Paru-paru tersusun dari beberapa bagian diantaranya pleura,
mediastenum, lobus, bronkus, bronkiolus, dan alveoli. Pada paru-paru juga terdapat
gangguan yang dapat menyebabkan gangguan fungsi paru, salah satunya
pneumothorax. Pneumothorax adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam
cavum atau rongga pleura. Dengan adanya udara dalam rongga pleura tersebut,
maka akan menimbulkan penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak
dapat mengembang dengan maksimal sebagaimana biasanya ketika bernapas

Pneumothorax disebabkan karena robekan pleura atau terbukanya dinding


dada. Pneumothorax menyebabkan paru kollaps, baik sebagian maupun
keseluruhan. Faktor predisposisi pada pneumothorax antara lain jenis kelamin,
merokok, umur, genetika, penyakit paru-paru, ventilasi mekanis, riwayat
pneumothorax, keadaan dan aktivitas tertentu. Pneumothorax dibagi ke dalam
beberapa jenis yaitu berdasarkan penyebabnya (pneumothorax spontan,
pneumothorax traumatik, pneumothorax karena tekanan).

1.2 Tujuan
1. untuk mengetahui definisi pneumotoraks

2. untuk mengetahui etiologi pneumotoraks

3. untuk mengetahui manifestasi klinis pneumotoraks

4. untuk mengetahui asuhan keperawatan pneumotoraks

4
BAB 2

KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Definisi
Pneuomotoraks merupakan suatu keadan dimana terdapat akumulasi udara
ekstrapulmoner dalam rongga pleura,antara pleura visceral dan parinteral yang
dapat menyebabkan timbulnya kolaps paru. Pada keadaan normal rongga pleura
tidak berisi udara,supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada.

2.2 Etiologi
1. infeksi saluran napas

2. adanya rupture’bleb”pleura

3. traumatik misalnya pada luka tusuk

4. acute lung injury yang disebabkan materi fisik yang terinhalasi dan
bahan kimia.

5. penyakit inflamasi paru akut dan kronis (penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK),TB paru,fibrosis paru,akses paru, kanker dan tumor metastase
ke pleura

Pneumotoraks dapat diklasifikasikan menjadi spontan dan traumatik

5
1. Traumatik dapat dibagi menjadi

a. Pneumotoraks iatroganik

Terjadi karena akibat komplikasi tindakan medis dan jenis ini di


bedakan menjadi dua yaitu :

1. Pneuomotoraks traumatik iatroganik aksidental ini terjadi


akibat tindakan medis karena kesalahan/komplikasi
tindakan tersebut,misal pada tindakan parasentesis
dada,biopsy pleura,biopsy transbronkial,byopsy/aspirasi
paru perkutaneus.

2. Pneumotoraks traumatic iatrogonik artificial (deliberate)


merupakan pneumotoraks yang sengaja dilakukan
dengan cara mengisi udara kedalam rongga pleura
melalui jarum dengan suatu alat maxwell box. Biasanya
untuk terapi tuberkulosis (sebelum era antibiotik) atau
untuk menilai permukaan paru.

b. Pneumotoraks non iatrogenik (accidental)

2. Pneomotoraks spontan dapat dibagi lagi mejadi primer dan sekunder.

1. Pneumotoraks spontan primer (PSP)

Keadaan ini disebabkan oleh ruptur kista kecil udara


supleura di apeks (“bleb”) tetapi jarang menyebabkan gangguan
fisiologis yang signifikan. Biasanya menyerang laki laki (L:P 5:1)
muda (20-40 tahun). PSP merupakan jenis paling sering pada
pneumotoraks.

2. Pneumotoraks spontan sekunder (SP)

Merupakan penyakit respirasi yang merusak arsitektur


paru,paling sering bersifat obstruktif (misalnya penyakit paru
obstruktif kronik/PPOK,ASMA), fibrotik atau infektif(misalnya

6
pneumonia) dan kadang-kadang gangguan langka atau herediter
(misalnya sindrom Marfan,fibrosis kistik).

2.3 Patofisiologi
Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan
kemampuan dilatasi alveoli menurun dan lama kelamaan mengakibatkan atelektasis
(layuhnya paru-paru). Apabila luka pada dinding dada tertutup dan klien masih
mampu bertahan,udara yang berlebihan dapat diserap hingga tekanan udara dalam
rongga pleura akan kembali normal. Karena adanya luka terbuka atau oleh
pecahnya dinding paru-paru kuman dapat terhisap dan berkoloni di dalam pleura
hingga terjadi inspeksi pleuritis. Jenis kuman penyebab radang yang terbanyak
adalah F ncchrophorum,chorincbacterium Spp,dan streptococcus spp. Oleh radang
akan terbentuk exudat yang bersifat pnukopurelent,purulent akan serosanguineus
yang disertai pembentukan jonjot jonjot fibrin.

Pada luka tembus dada,bunyi aliran udara terdengar pada area luka tembus.
Yang selanjutnya disebut “sucking chest wound” (luka dada menghisap ).

Jika tidak ditangani maka hipoksia mengakibatkan kehilangan kesadaran dan koma.
Selanjutnya pergeseran mediastinum ke arah berlawanan dari area cedera dapat
menyebabkan penyumbatan aliran vena kaca superior dan inferior yang dapat
mengurangi kardiak preload dan menurunkan cardiac output. Jika ini tidak
ditangani,pneumotoraks makin berat dapat menyebabkan kematian dalam beberapa
menit. Beberapa pneumothoraks spontan disebabkan pecahnya “blebs”, semacam
struktur gelembung pada permukaan paru yang pecah memnyebabkan udara masuk
dalam kavum pleura. Pneumotoraks robekan pada percabangan trakeobronkial
menyebabkan kolaps paru dan pergeseran mediastinum ke sisi yang sakit.

7
2.4 Pathway

Pecahnya blebs Trauma/cidera Luka tembus Intervensi Med

Pneumotoraks spontan,traumatik,atrogenik

Udara masuk ke dalam Sucking chest wound Pergeseran mediastinum


kavum pleura

hipoksia Penyumbatan aliran vena


Meningkatkan kava superior dan inferior
tekanan intrapleura Kehilangan kesadaran

Mengurangi cardiac
Kemampuan dilatasi koma preload
alveoli menurun
Intoleran aktivitas
Menurunkan cardiac output
atelektasis
Hambatan mobilitas fisik
kematian
sesak

Intoleran aktivitas
Gangguan pola napas Nafsu makan menurun

Gangguan pola tidur


Ketidakseimbangan Nutrisi
Intoleran aktivitas
kurang dari kebutuhan tubuh

2.5 Manifestasi klinis


1. Nyeri mendadak pada daerah dada akibat trauma pleura.

2. Pernapasan yang cepat dan dangkal (takipnea) serta sidpnea umum


terjadi.

3. Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.

4. Mudah lelah

8
5. Suara napas jauh atau tidak ada

6. Perkusi dada menghasilkan suara hipersonan

2.6 Pemeriksaan diagnostik


1. foto rontgen

Gambaran radiologis yang tampak pada fotorontgent kasus pneumotoraks


antara lain:

a. bagian pneumotoraks akan tampak lusen,rata-rata dan paru yang kolaps akan
tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak
mebentuk garis,akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.

b. paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massaradio opaque yang
berada didaerah hilus. Keadaan ini menunjukan kolaps paru yang luas sekali. Besar
kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan ringan sesak napas yang dikeluhkan.

c. jantungdan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat,spatinum intercostals


melebar,diagfragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila ada pendorong
jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kumungkinan besar telah terjadi
pneumotoraks ventil dengan tekanan intrapleura yang tinggi.

d. pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan sebagai


berikut

1. pneumomediastinum,terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung,


mulai dari basis sampai keapeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel mengarah
mendekati hilus,sehingga udara yang dihasilkan akan terjebak di mediatinum.

2. bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura,maka akan tampak


permukaan cairan sebagai garis datar diagfragma.

9
Foto Rontgen pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak panah
merupakan bagian paru yang kolaps

2. CT-scan thorax

CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa


dengan pneumotoraks,batas anatara dengan cairan intra dan ekstrapulmoner dan
untuk membedakan antara pneumotoraks spontan dan sekunder.

3. Pemeriksaan sinar-x biasanya dapat mendekati paru yang kolaps.

2.7 Komplikasi
Tension Pneumotoraks dapat menyebakan pembuluh darah
kolaps,akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun.
Paru yang sehat juga dapat terkena dampaknya.

10
Pneumotoraks dapat menyebakan hipoksia dan dispnea berat. Kematian
menjadi akhir dari pneumotoraks jika tidak ditangani dengan cepat. Gambaran
ancaman terhadap kehidupan pada pasien ekstrim yaitu pertimbangan tension
pneumotoraks,nafas pendek,hipotensi,tachykardy,trakea berubah.

2.8 Penatalaksanaan Medis


1. tindakan dekompresi

a. Membuat jarum melalui dinding pada dada hingga masuk ke rongga


pleura dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan
berubah menjadi negatif. Hal ini disebabkan karena udara keluar melalui
jarum tersebut. Cara lainnya adalah melakuakan penusukan jarum ke
rongga pleura transfusion set.

b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontraventil

1. Menggunakan pipa water sealed drainage (WSD).

Pipa khusus kateter thoraks steril,dimasukan ke rongga pleura dengan


perantara trokar atau dengan bantuan klem penjepit (pen) pemasukan pipa
plastic (kateter thoraks ) dapat juga dilakukan melalui celah yang telah
dibuat dengan bantuan insisi kulit dari sela iga ke 4 dari garis axial tengah
atau garis axial belakang.

2. pengisapan kontinu (continous suction)

Pengisapan dilakukan secara kontinu apabila tekanan intrapleura tetap


positif. Pengisapan ini dilakukan dengan cara memberi tekanan negatif
sebesar 10-20 cm H20. Tujuannya adalah agar paru cepat dengan memberi
tekanan negatif perlekatan anatara pleura viseralis dan pleura parietalis

3. Pencabutan drain

Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura


sudah negatif kembali drain dapat dicabut. Sebelum drain dicabut, drain
ditutup dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap
mengembang penuh, drai dapat dicabut.

11
4. tindakan bedah

Pembukaan dinding thoraks dengan cara operasi, maka dapat dicari


lubang yang menyebakan terjadinya pneumothoraks, lalu lubang tersebut
dijahit.

2. Penatalaksaan tambahan

1. terhadap proses Tb paru, diberi OAT

2. Untuk mencegah obstipasi dan memperlancar dekekasi, penderita diberi


obat laksatif ringan, dengan tujuan agar saat defekasi,penderita tidak perlu
mengejan terlalu keras.

12
BAB 2

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Data dasar pengkajian pasien


1. Data Demografi
Identitas pasien: nama, alamat, umur (semua usia), jenis kelamin (laki-
laki dan perempuan).
2. Riwayat penyakit

a. Penyakit sekarang
b. Penyakit dahulu
c. Penyakit keluarga

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Fisik
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : dispnea
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia , frekuensi tak teratur / disritmia , irama jantung
gallop. Nadi apical berpindah , hipertensi, hipotensi
c. Integritas Ego
Tanda : Ketakutan , gelisah , bingung , ansietas
d. Makanan / Cairan
Tanda : Adanya pesangan IV vena sentral/ infuse tekanan
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada unilateral , meningkat karena pernafasan,
batuk, tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan . Tajam dan
nyeri , menusuk yang diberat oleh napas dalam
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit , perilaku distraksi, dan
mengerutkan wajah
f. Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas , Batuk , riwayat bedah dada/trauma ,
inflamasi/ infeksi paru , pneumothorak spontan sebelumnya ,PPom

13
Tanda : Takipnea , bunyi napas menurun atau tidak ada ,
peningkatan kerja napas , fremitus menurun ,
hiperresonan(udara),bunyi pekak (cairan), gerakan dada tidak sama
, kulit : pucat,sianosis,berkeringat, krepitasi subkutan, terapi PEEP
g. Keamanan
Gejala : Adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk keganasan
h. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat faktor resiko keluarga : TBC, Kanker, Bukti
kegagalan membaik

2.3 Pemeriksaan Fisik Head To Toe :


1) Kulit, rambut, dan kuku
a) Inspeksi warna kulit, jaringan parut, lesi dan vaskularisasi
b) Inspeksi dan palpasi kuku tentang warna, bentuk, dan catat adanya
abnormalitas
c) Palasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur
(halus/kasar)edema, dan massa
2) Kepala:
a) Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi, massa)
b) Palpasi dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah
dari tengah garis kepala ke samping. Untuk mengetahui adanya
bentuk kepala, pembengkakan, massa, dan nyeri tekan, kekuatan
akar rambut.

14
3) Mata
a) Inspeksi kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya
b) Inspeksi daerah orbital adanya edema, kemerahan, atau jaringan
lunak dibawah bidang orbital.
c) Inspeksi konjungtiva dan sklera dengan menarik/ membuka
kelopak mata. Perhatikan warna, edema, dan lesi.
d) Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri
disamping klien dengan menggunakan sinar cahaya tidak langsung.
e) Inspeksi pupil terhadap sinar cahaya langsung dan tidak langsung.
Amati kesimetrisan, ukuran, bentuk, dan reflek terhadap cahaya
(nervus okulomotorius)
f) Inspeksi iris terhadap bentuk dan warna
g) Inspeksi dan palpasi kelenjar lakrimal adanya pembengkakakn dan
kemerahan.
h) Uji ketajaman penglihatan (visus), dengan menggunakan snellen
card/jari tangan pemeriksa. Pemeriksa berdiri 6 M dari pasien
(nervus optikus).
i) Uji lapang pandang dengan pasien berdiri atau duduk 60 cm dari
pemeriksa.
j) Uji gerakan mata pada delapan arah pandangan dengan
menggerakkan jari pemeriksa secara perlahan (nervus
okulomotorius, nervus trokhlearis, nervus abduscen
4) Hidung
a) Inspeksi hidung eksterna dengan melihat bentuk, kesimetrisan,
adanya deformitas atau lesi, dan cairan yang keluar.
b) Palpasi lembut batang dan jaringan lunak hudung adanya nyeri,
massa dan nyeri, massa dan penyipangan bentuk, serta palpasi
sinus-sinus hidung.
c) Periksa patensi neres dengan meletakkan jari di depan lubang
hidung dan minta pasien bernapas melalui hidung. Bandingkan
antara neres kanan dan kiri, kaji kemampuan pasien membau
(nervus olfaktorius).

15
d) Masukkan spekulum hidung dengan minta pasien mengangkat
kepala kebelakang. Dengan bantuan penlight amati warna, lesi,
cairan, massa, dan pembengkakan.
5) Telinga
a) Inspeksi kesimetrisan dan letak telinga
b) Inspeksi telinga luar, ukuran, bentuk, warna, dan adanya lesi.
c) Palpasi kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak. Tekan
tragus kedalam dan tulang telinga ke bawah daun telinga (bila
peradangan akan nyeri).
d) Palpasi tulang telinga (prosesus mastoideus)
e) Tarik daun teinga secara perlahan ke atas dan ke belakang. Pada
anak-anak daun telinga ditarik ke bawah, kemudian amati liang
telinga adanya kotoran, serumen, cairan, dan peradangan.
f) Uji fungsi pendengaran dengan menggunakan arloji, suara/ bisikan
dan garpu tala (tes Webber, Rinne, Swabacch). (nervus auditorius).
6) Mulut dan faring
a) Inspeksi warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainan koninetal
b) Minta pasien membuka mulut, jika pasien tidak sadar bantu dengan
sudup lidah. Inpeksi keberihan jumlah, dan adanya caries.
c) Minta pasien buka mulut, inpeksi lidah akan kesimetrisan, warna,
mukosa, lesi, gerakan lidah (nervus hipoglosus)
d) Inspeksi faring terhadap warna, lesi, peradangan tonsil
e) Melakukan pemeriksaan pembedaan rasa pada ujung lidah (nervus
fasialis)
f) Meminta pasien menelan dan membedakan rasa pada pangkal lidah
(nervus glosofaringeal).
g) Menguji sensasi faring (berkata ”ah”). (nervus vagus).
7) Leher
a) Inspeksi bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya
pembengkakakn, jaringan parut atau massa (muskulus
sternokleidomastoideus)
b) Inspeksi gerakan leher ke kanan dan ke kiri (nervus aksesorius)

16
c) Inspeksi kelenjar tiroid dengan minta pasien menelan dan amati
gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal (normalnya tidak
dapat dilihat)
d) Palpasi kelenjar limfe/kelenjar getah bening
e) Palpasi kelenjar tiroid
8) Thorak dan tulang belakang
a) Inspeksi kelainan bentuk thorak (barrel chest, pigeon chest, funnel
chest).
b) Inspeksi kelainan bentuk tulang belakang (skoliasis, kifosis,
lordosis).
c) Palpasi adanya krepitus pada kosta
d) Khusus pasien wanita dilakukan pemeriksaan inspeksi payudara:
bentuk, ukuran.

17
9) Paru posterior, lateral, anterior
a) Inspeksi kesimetrisan paru
b) Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan angka
atau huruf yang bergetar (contoh 777).Bandingkan paru kanan dan
kiri.
c) Palpasi pengembangan paru dengan meletakkankedua ibu jari
tangan ke prosesus xifoideus dan minta pasien bernapas panjang.
Ukur pergeseran kedua ibu jari.
d) Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari dari
pundak sampai dengan torakal
e) Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
f) Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler,
bronhovesikuler, bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing,
ronchi, krekles.
10) Jantung dan pembuluh darah
a) Inspeksi titik impuls maksimal, denyutan apical.
b) Palpasi area aorta pada interkosta ke-2 kanan, pulmonal pada
interkosta ke-2 kiri, dan pindah jari-jari ke interkosta 3, dan 4 kiri
daerah trikuspidalis, dan mitral pada interkosta 5 kiri. Kemudian
pindah jari dari mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri (denyut
apkal).
c) Perkusi untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-kiri).
d) Auskultasi bunyi jantung I dan II pada 4 titik (tiap katup jantung),
dan adanya bunyi jantung tambahan.
e) Periksa vaskularisasi perifer dengan meraba kekuatan denyut nadi.
11) Abdomen
a) Inspeksi dari depan dan samping pasien (adanya pembesaran, datar,
cekung, kebersihan umbilikus)
b) Auskultasi 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising
usus)
c) Palpasi: epigastrium, lien, hepar, ginjal, dan suprapubik.
d) Perkusi: 4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)

18
e) Melakukan pemeriksaan turgor kulit abdomen
f) Mengukur lingkar perut
1. Genitourinari
a) Inspeksi anus (kebersihan, lesi,massa,perdarahan) dan
lakukan tindakan rectal touche (khusus laki-laki untuk
mengetahui pembesaran prostat).
b) Inspeksi alat kelamin/genitalia wanita: kebersihan,
lesi,massa, keputihan, perdarahan, ciran, bau.
c) Inspeksi alat kelamin/genitalia pria: kebersihan, lesi,
massa, cairan, bau, pertumbuhan rambut , bentuk dan
ukuran penis, keabnormalan prepusium dan gland penis.
d) Palpasi skrotum dan testis sudah turun atau belum
12) Ekstremitas
a) Inspeksi ekstremitas atas dan bawah: kesimetrisan, lesi, massa
b) Palpasi: tonus otot, kekuatan otot
c) Kaji sirkulasi: akral hangat/dingin, warna, capillary reffil time,
danedema
d) Kaji kemampuan pergerakan sendi
e) Kaji reflek fisiologis: bisep, trisep, patela, arcilles
f) Kaji reflek patologis: reflek plantar (babinsky)

2.4 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan pola napas (D:4,K:4 bagian 3)
2. Gangguan Pola Tidur (D:4,K:1 Hal:229)
3. Intoleransi Aktivitas (D:4,K:4 Hal:241)

19
2.5 Rencana Keperawatan
1. Gangguan pola napas

DIAGNOSA NOC NIC

Gangguan Manajemen jalan nafas Manajemen jalan nafas Commented [a1]: Ini bukan NOC
Commented [a2R1]: cek noc halaman 657
pola napas
Kriteria hasil : - Buka jalan nafas, gunakan Commented [a4]: cek isi
Commented [a3]: cek status pernafasan dan indikatornya di
teknik chim lift atau jaw thrust hal 556
-Mendemonstaksikan batuk
bila perlu
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan - Posisikan pasien untuk
dispnea memaksimalkan ventilasi

Menunjukan jalan nafas yang - Identifikasi pasien perlunya


paten (klien tidak merasa pemasangan alat jalan nafas
tercekik, irama nafas,
buatan
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal)
- Pasang mayo bila perlu

- Lakukan fisioterapi dada jika


perlu

- Keluarkan sekret dengan


batuk atau suction

2. Terapi oksigen

- Bersihkan mulut, hidung, dan


secret trakea

- Pertahankan jalan nafas yang


paten

- Atur peralatan
oksigenasi

20
2. Gangguan pola tidur

DIAGNOSA NOC NIC

Gangguan - Tidur -ciptakan lingkungan yang


pola tidur nyaman dalam pasien Commented [a5]: cek noc nic belum sesuai
-- - jam tidur
-sediakan tempat tidur dengan
- tempat tidur yang nyaman
ketinggian yang rendah,yang
-Suhu ruangan yang sesuai
nyaman -berikan kamar terpisah seperti
-efisiensi tidur diindikasikan

-Perasaan segar setelah tidur -batasi pengunjung


-menipulasi pencayahaan
manfaat terapeutik

3.Intoleran Aktivitas
DIAGNOSA NOC NIC

Inteloran Toleransi terhadap Terapi aktifitas


aktivitas aktivitas
- Peningkatan mekasnika tubuh
-saturasi oksigen ketika
beraktivitas - Perawatan jantung atau
-frekuensi nadi ketika rehabilitasi
beraktivitas
- Manajemen energi
-brekuensi pernapasan
ketika beraktivitas - Manajemen lingkungan
-kemudahan bernapas
- Peningkatan latihan
ketika beraktivitas
- Bantuan pemeliharaan rumah

- Manajemen alam perasaan

- Bantuan perawatan diri

21
- Peningkatan tidur

22
BAB 3

APLIKASI KASUS SEMU

3.1 Kasus

Tn. R 50 tahun dirawat dengan keluhan demam, menggigil dan


berkeringat jika malam hari. Klien juga mengeluh sesak napas terutama setelah
naik tangga. Nyeri pada pleura juga dirasakan klien. Pada klien telah dilakukan
pemasangan WSD dengan hasil cairan jernih, terdapat peningkatan protein,
leukosit, terutama limfosit serta penurunan glukosa. Vital sign klien TD : 110/70
mmHg, N : 88x/ menit, RR: 29x/menit ,suhu: 38,5o C.

3.2 Asuhan Keperawatan

1.Pengkajian

A. Biodata
Nama : Tn. R
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Lamongan
Pendidikan : Sma
Pekerjaan : Penambang
Diagnosa : Pneumothorak
No. Register : 135984

B. Keluhan Utama
Tn. R mengatakan sesak nafas dan tubuhnya terasa demam.

C. Riwayat Penyakit Sekarang

23
Klien mengeluh sesak napas terutama setelah naik tangga dan kepala pusing saat
bangun tidur.

D. Riwayat Penyakit Masa Lalu


Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit serius sebelumnya.

E. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit ini sebelumnya.

F. Riwayat Psikososial Dan Sosial


Klien merasa mungkin penyakitnya disebabkan karena sering terkena debu dan
sering naik tangga.

G. Klien Aktivitas Sehari-Hari


Klien merasa terganggu saat bekerja ketika klien merasakan sesak nafas

H. Keadaan / Penampilan / Kesan Umum Pasien


Klien mengalami kesulitan dalam berbicara karena gangguan suara yang alami,
mulai dari suara serak hingga hilangnya suara. Klien mengalami kesulitan
bersosialisasi, karena gangguan pita suara yang dialaminya, yang dalam
kebanyakan kasus menyebabkan kehilangan suara sepenuhnya. Komunikasi klien
dengan keluarga terganggu.

I. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 38,50C
RR : 29 x/menit

2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Kepala Leher

24
pada kepala normal, tidak ada luka, bentuk simetris antara kanan
dan kiri dan tidak ada benjolan, pada leher normal tidak ada luka
b. Pemeriksaan Integumen / Kulit
warna kulit putih, tidak ada luka
c. Pemeriksaan payudara dan ketiak
tidak di kaji
d. Pemeriksaan thorak/dada
1.) Inspeksi thorak
Normal pada inspeksi thorak
2.) Jantung
Normal
3.) Paru-paru
Normal
e. Pemeriksaan abdomen
Tidak dikaji
f. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitar
1.) Genetalia
Tidak dilakukan
2.) Anus
Tidak ada henoroid

ANALISA DATA
Nama pasien : Tn. R
Umur : 50 Tahun
No DATA (DS/DO) Masalah Etiologi

25
1 DS : pasien mengatakan Gangguan pertukaran Ketidakseimbangan
sesak nafas dan sakit gas perfusi-ventilasi Commented [a7]: jika tdk ada hasil pemeriksaan analisa gas
darah gak bisa diambil, atau silahkan modifikasi kasus dg
kepala saat bangun tidur menambahkan data abnormalitas PaCO2 dan PaO2

DO : - TD : 100/60
- N : 88x / menit
- S : 38,5 C Commented [a6]: cek kembala di NANDA, data apakah bs
masuk
- RR : 29x / menit
- gelisah, nafas
cuping hidung

2 DS : Pasien mengatakan Ketidakefektifan pola Penurunan tekanan


tubuhnya demam dan nafas insprasi-ekspirasi
sesak nafas

DO : TD : 100/60
N :88 x / menit
S : 38,5C
RR : 29 x / menit
- Nafas cuping hidung,
nafas bibir mencucu

3 DS : pasien mengatakan Hipertermia Penyakit atau


tubuhnya demam trauma
menggigil

DO : suhu tubuh
meningkat diatas rentang
normal
- TD : 100/60
- N : 88 x / menit
- S : 38,5 C
- RR : 29x / menit

26
DIAGNOSA

Nama Pasien : Tn. R


Umur : 50 Tahun
No Diagnosa
1 Gangguan pertukaran gas

2 Ketidak efektifan pola nafas

3 Hipertermia

INTERVENSI

Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
Gangguan Status respirasi : a. Menejemen jalan napas.
pertukaran gas kepatenan jalan b. Penurunan kecemasan
nafas dengan skala c. Aspiration precautions
d. Fisioterapi dada
(1-5) setelah
e. Latih batuk efektif
diberikan f. Terapi oksigen Commented [a8]: aktifitasnya mana??
perawatan
selama...hari,
dengan kriteria :

- Tidak ada
demam
- Tidak ada
cemas

Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
Ketidak efektifan Ketidakefektifan pola - Masukan esophageal
pola nafas nafas obturator airway (EOA),
sesuai dengan kebutuhan
Indikator: - Pilih jalan nafas buatan
yang memiliki volume

27
- Saturasi tinggi, manset yang
oksigen memiliki tekanan rendah
- Hasil rontgen - Bantu pemasangan tube
dada endotrakeal lewat jalur
- Keseimbangan orofaring, sesuai kebutuhan
fentilasi dan - Bantu trakeostomi darurat
perfusi dengan menyusun peralatan
- Dispnea yang dibutuhkan,
dengan memberikan
aktivitas pengobatan,menyediakan
ringan lingkungan yang steril,dan
Sianosis monitor adanya perubahan
pada kondisi pasien.
- Monitor status pernapasan
sesuai kebutuhan

Diangnosa NOC NIC


Keperawatan
Hipertermia Tingkat Ketidaknyamanan: - Monitor suhu
paling tidak setiap
- Mengigil 2 jam sesuai
- Nyeri kebutuhan
- Tidak dapat - Gunakan matras
beristirahat penghangat,
- Sesak napas selimut hangat dan
hangatkan
lingkungan sekitar
untuk
meningkatkan
suhu tubuh sesuai
kebutuhan
- Monitor teklanan
darah, nadi dan
respirasi sesuai
kebutuhan
- Monitor suhu dan
warna kulit

28
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Paru-paru adalah organ yang penting bagi manusia karena digunakan untuk
bernafas.Paru-paru tersusun dari beberapa bagian diantaranya pleura, mediastenum,
lobus, bronkus, bronkiolus, dan alveoli. Pada paru-paru juga terdapat gangguan
yang dapat menyebabkan gangguan fungsi paru, salah satunya pneumothorax.
Pneumothorax adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam cavum atau
rongga pleura. Dengan adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka akan
menimbulkan penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat
mengembang dengan maksimal sebagaimana biasanya ketika bernapas
Pneumothorax disebabkan karena robekan pleura atau terbukanya dinding
dada. Pneumothorax menyebabkan paru kollaps, baik sebagian maupun
keseluruhan. Faktor predisposisi pada pneumothorax antara lain jenis kelamin,
merokok, umur, genetika, penyakit paru-paru, ventilasi mekanis, riwayat
pneumothorax, keadaan dan aktivitas tertentu. Pneumothorax dibagi ke dalam
beberapa jenis yaitu berdasarkan penyebabnya (pneumothorax spontan,
pneumothorax traumatik, pneumothorax karena tekanan), berdasarkan jenis
fistulanya (pneumothorax tertutup, pneumothorax terbuka, pneumothorax ventil),
berdasarkan luasnya paru yang mengalami kolaps (pneumothorax parsialis dan
pneumothorax totalis).

4.2 Saran
Pneumothorax merupakan salah satu penyakit pernafasan yang berbahaya.
Untuk itu hal yang perlu dilakukan agar menghindari penyakit ini ialah dengan
memiliki pengetahuan yang baik mengenai pneumothorax kemudian
mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki di kehidupan nyata. Selain itu
kita juga harus menjaga pola hidup kita agar segala sesuatu yang buruk pada
saluran pernafasan kita seperti pneumothorax dapat dicegah.

DAFTAR PUSTAKA

29
Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Brunner and Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta: EGC
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga
Guyton. 2012. Fisiologi Manusia & Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC
Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC

30

S-ar putea să vă placă și