Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh :
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah tugas Keperawatan
Medical Bedah dengan judul “asuhan keperawatan pneumotoraks” ini.
Makalah ini dibuat untuk dapat memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan
Medical Bedah 1 . Penyusunan makalah ini kami harapkan para mahasiswa
khususnya dan masyarakat umumnya dapat memahami tentang makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Terimakasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB 1 ................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
BAB 2 ................................................................................................................................. 5
2.1 Definisi...................................................................................................................... 5
2.2 Etiologi...................................................................................................................... 5
BAB 2 ............................................................................................................................... 13
BAB 3 ............................................................................................................................... 23
2
3.1 Kasus ....................................................................................................................... 23
BAB 4 ............................................................................................................................... 29
PENUTUP ........................................................................................................................ 29
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. untuk mengetahui definisi pneumotoraks
4
BAB 2
2.1 Definisi
Pneuomotoraks merupakan suatu keadan dimana terdapat akumulasi udara
ekstrapulmoner dalam rongga pleura,antara pleura visceral dan parinteral yang
dapat menyebabkan timbulnya kolaps paru. Pada keadaan normal rongga pleura
tidak berisi udara,supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada.
2.2 Etiologi
1. infeksi saluran napas
2. adanya rupture’bleb”pleura
4. acute lung injury yang disebabkan materi fisik yang terinhalasi dan
bahan kimia.
5. penyakit inflamasi paru akut dan kronis (penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK),TB paru,fibrosis paru,akses paru, kanker dan tumor metastase
ke pleura
5
1. Traumatik dapat dibagi menjadi
a. Pneumotoraks iatroganik
6
pneumonia) dan kadang-kadang gangguan langka atau herediter
(misalnya sindrom Marfan,fibrosis kistik).
2.3 Patofisiologi
Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan
kemampuan dilatasi alveoli menurun dan lama kelamaan mengakibatkan atelektasis
(layuhnya paru-paru). Apabila luka pada dinding dada tertutup dan klien masih
mampu bertahan,udara yang berlebihan dapat diserap hingga tekanan udara dalam
rongga pleura akan kembali normal. Karena adanya luka terbuka atau oleh
pecahnya dinding paru-paru kuman dapat terhisap dan berkoloni di dalam pleura
hingga terjadi inspeksi pleuritis. Jenis kuman penyebab radang yang terbanyak
adalah F ncchrophorum,chorincbacterium Spp,dan streptococcus spp. Oleh radang
akan terbentuk exudat yang bersifat pnukopurelent,purulent akan serosanguineus
yang disertai pembentukan jonjot jonjot fibrin.
Pada luka tembus dada,bunyi aliran udara terdengar pada area luka tembus.
Yang selanjutnya disebut “sucking chest wound” (luka dada menghisap ).
Jika tidak ditangani maka hipoksia mengakibatkan kehilangan kesadaran dan koma.
Selanjutnya pergeseran mediastinum ke arah berlawanan dari area cedera dapat
menyebabkan penyumbatan aliran vena kaca superior dan inferior yang dapat
mengurangi kardiak preload dan menurunkan cardiac output. Jika ini tidak
ditangani,pneumotoraks makin berat dapat menyebabkan kematian dalam beberapa
menit. Beberapa pneumothoraks spontan disebabkan pecahnya “blebs”, semacam
struktur gelembung pada permukaan paru yang pecah memnyebabkan udara masuk
dalam kavum pleura. Pneumotoraks robekan pada percabangan trakeobronkial
menyebabkan kolaps paru dan pergeseran mediastinum ke sisi yang sakit.
7
2.4 Pathway
Pneumotoraks spontan,traumatik,atrogenik
Mengurangi cardiac
Kemampuan dilatasi koma preload
alveoli menurun
Intoleran aktivitas
Menurunkan cardiac output
atelektasis
Hambatan mobilitas fisik
kematian
sesak
Intoleran aktivitas
Gangguan pola napas Nafsu makan menurun
4. Mudah lelah
8
5. Suara napas jauh atau tidak ada
a. bagian pneumotoraks akan tampak lusen,rata-rata dan paru yang kolaps akan
tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak
mebentuk garis,akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.
b. paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massaradio opaque yang
berada didaerah hilus. Keadaan ini menunjukan kolaps paru yang luas sekali. Besar
kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan ringan sesak napas yang dikeluhkan.
9
Foto Rontgen pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak panah
merupakan bagian paru yang kolaps
2. CT-scan thorax
2.7 Komplikasi
Tension Pneumotoraks dapat menyebakan pembuluh darah
kolaps,akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun.
Paru yang sehat juga dapat terkena dampaknya.
10
Pneumotoraks dapat menyebakan hipoksia dan dispnea berat. Kematian
menjadi akhir dari pneumotoraks jika tidak ditangani dengan cepat. Gambaran
ancaman terhadap kehidupan pada pasien ekstrim yaitu pertimbangan tension
pneumotoraks,nafas pendek,hipotensi,tachykardy,trakea berubah.
3. Pencabutan drain
11
4. tindakan bedah
2. Penatalaksaan tambahan
12
BAB 2
a. Penyakit sekarang
b. Penyakit dahulu
c. Penyakit keluarga
13
Tanda : Takipnea , bunyi napas menurun atau tidak ada ,
peningkatan kerja napas , fremitus menurun ,
hiperresonan(udara),bunyi pekak (cairan), gerakan dada tidak sama
, kulit : pucat,sianosis,berkeringat, krepitasi subkutan, terapi PEEP
g. Keamanan
Gejala : Adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk keganasan
h. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat faktor resiko keluarga : TBC, Kanker, Bukti
kegagalan membaik
14
3) Mata
a) Inspeksi kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya
b) Inspeksi daerah orbital adanya edema, kemerahan, atau jaringan
lunak dibawah bidang orbital.
c) Inspeksi konjungtiva dan sklera dengan menarik/ membuka
kelopak mata. Perhatikan warna, edema, dan lesi.
d) Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri
disamping klien dengan menggunakan sinar cahaya tidak langsung.
e) Inspeksi pupil terhadap sinar cahaya langsung dan tidak langsung.
Amati kesimetrisan, ukuran, bentuk, dan reflek terhadap cahaya
(nervus okulomotorius)
f) Inspeksi iris terhadap bentuk dan warna
g) Inspeksi dan palpasi kelenjar lakrimal adanya pembengkakakn dan
kemerahan.
h) Uji ketajaman penglihatan (visus), dengan menggunakan snellen
card/jari tangan pemeriksa. Pemeriksa berdiri 6 M dari pasien
(nervus optikus).
i) Uji lapang pandang dengan pasien berdiri atau duduk 60 cm dari
pemeriksa.
j) Uji gerakan mata pada delapan arah pandangan dengan
menggerakkan jari pemeriksa secara perlahan (nervus
okulomotorius, nervus trokhlearis, nervus abduscen
4) Hidung
a) Inspeksi hidung eksterna dengan melihat bentuk, kesimetrisan,
adanya deformitas atau lesi, dan cairan yang keluar.
b) Palpasi lembut batang dan jaringan lunak hudung adanya nyeri,
massa dan nyeri, massa dan penyipangan bentuk, serta palpasi
sinus-sinus hidung.
c) Periksa patensi neres dengan meletakkan jari di depan lubang
hidung dan minta pasien bernapas melalui hidung. Bandingkan
antara neres kanan dan kiri, kaji kemampuan pasien membau
(nervus olfaktorius).
15
d) Masukkan spekulum hidung dengan minta pasien mengangkat
kepala kebelakang. Dengan bantuan penlight amati warna, lesi,
cairan, massa, dan pembengkakan.
5) Telinga
a) Inspeksi kesimetrisan dan letak telinga
b) Inspeksi telinga luar, ukuran, bentuk, warna, dan adanya lesi.
c) Palpasi kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak. Tekan
tragus kedalam dan tulang telinga ke bawah daun telinga (bila
peradangan akan nyeri).
d) Palpasi tulang telinga (prosesus mastoideus)
e) Tarik daun teinga secara perlahan ke atas dan ke belakang. Pada
anak-anak daun telinga ditarik ke bawah, kemudian amati liang
telinga adanya kotoran, serumen, cairan, dan peradangan.
f) Uji fungsi pendengaran dengan menggunakan arloji, suara/ bisikan
dan garpu tala (tes Webber, Rinne, Swabacch). (nervus auditorius).
6) Mulut dan faring
a) Inspeksi warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainan koninetal
b) Minta pasien membuka mulut, jika pasien tidak sadar bantu dengan
sudup lidah. Inpeksi keberihan jumlah, dan adanya caries.
c) Minta pasien buka mulut, inpeksi lidah akan kesimetrisan, warna,
mukosa, lesi, gerakan lidah (nervus hipoglosus)
d) Inspeksi faring terhadap warna, lesi, peradangan tonsil
e) Melakukan pemeriksaan pembedaan rasa pada ujung lidah (nervus
fasialis)
f) Meminta pasien menelan dan membedakan rasa pada pangkal lidah
(nervus glosofaringeal).
g) Menguji sensasi faring (berkata ”ah”). (nervus vagus).
7) Leher
a) Inspeksi bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya
pembengkakakn, jaringan parut atau massa (muskulus
sternokleidomastoideus)
b) Inspeksi gerakan leher ke kanan dan ke kiri (nervus aksesorius)
16
c) Inspeksi kelenjar tiroid dengan minta pasien menelan dan amati
gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal (normalnya tidak
dapat dilihat)
d) Palpasi kelenjar limfe/kelenjar getah bening
e) Palpasi kelenjar tiroid
8) Thorak dan tulang belakang
a) Inspeksi kelainan bentuk thorak (barrel chest, pigeon chest, funnel
chest).
b) Inspeksi kelainan bentuk tulang belakang (skoliasis, kifosis,
lordosis).
c) Palpasi adanya krepitus pada kosta
d) Khusus pasien wanita dilakukan pemeriksaan inspeksi payudara:
bentuk, ukuran.
17
9) Paru posterior, lateral, anterior
a) Inspeksi kesimetrisan paru
b) Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan angka
atau huruf yang bergetar (contoh 777).Bandingkan paru kanan dan
kiri.
c) Palpasi pengembangan paru dengan meletakkankedua ibu jari
tangan ke prosesus xifoideus dan minta pasien bernapas panjang.
Ukur pergeseran kedua ibu jari.
d) Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari dari
pundak sampai dengan torakal
e) Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
f) Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler,
bronhovesikuler, bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing,
ronchi, krekles.
10) Jantung dan pembuluh darah
a) Inspeksi titik impuls maksimal, denyutan apical.
b) Palpasi area aorta pada interkosta ke-2 kanan, pulmonal pada
interkosta ke-2 kiri, dan pindah jari-jari ke interkosta 3, dan 4 kiri
daerah trikuspidalis, dan mitral pada interkosta 5 kiri. Kemudian
pindah jari dari mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri (denyut
apkal).
c) Perkusi untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-kiri).
d) Auskultasi bunyi jantung I dan II pada 4 titik (tiap katup jantung),
dan adanya bunyi jantung tambahan.
e) Periksa vaskularisasi perifer dengan meraba kekuatan denyut nadi.
11) Abdomen
a) Inspeksi dari depan dan samping pasien (adanya pembesaran, datar,
cekung, kebersihan umbilikus)
b) Auskultasi 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising
usus)
c) Palpasi: epigastrium, lien, hepar, ginjal, dan suprapubik.
d) Perkusi: 4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)
18
e) Melakukan pemeriksaan turgor kulit abdomen
f) Mengukur lingkar perut
1. Genitourinari
a) Inspeksi anus (kebersihan, lesi,massa,perdarahan) dan
lakukan tindakan rectal touche (khusus laki-laki untuk
mengetahui pembesaran prostat).
b) Inspeksi alat kelamin/genitalia wanita: kebersihan,
lesi,massa, keputihan, perdarahan, ciran, bau.
c) Inspeksi alat kelamin/genitalia pria: kebersihan, lesi,
massa, cairan, bau, pertumbuhan rambut , bentuk dan
ukuran penis, keabnormalan prepusium dan gland penis.
d) Palpasi skrotum dan testis sudah turun atau belum
12) Ekstremitas
a) Inspeksi ekstremitas atas dan bawah: kesimetrisan, lesi, massa
b) Palpasi: tonus otot, kekuatan otot
c) Kaji sirkulasi: akral hangat/dingin, warna, capillary reffil time,
danedema
d) Kaji kemampuan pergerakan sendi
e) Kaji reflek fisiologis: bisep, trisep, patela, arcilles
f) Kaji reflek patologis: reflek plantar (babinsky)
19
2.5 Rencana Keperawatan
1. Gangguan pola napas
Gangguan Manajemen jalan nafas Manajemen jalan nafas Commented [a1]: Ini bukan NOC
Commented [a2R1]: cek noc halaman 657
pola napas
Kriteria hasil : - Buka jalan nafas, gunakan Commented [a4]: cek isi
Commented [a3]: cek status pernafasan dan indikatornya di
teknik chim lift atau jaw thrust hal 556
-Mendemonstaksikan batuk
bila perlu
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan - Posisikan pasien untuk
dispnea memaksimalkan ventilasi
2. Terapi oksigen
- Atur peralatan
oksigenasi
20
2. Gangguan pola tidur
3.Intoleran Aktivitas
DIAGNOSA NOC NIC
21
- Peningkatan tidur
22
BAB 3
3.1 Kasus
1.Pengkajian
A. Biodata
Nama : Tn. R
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Lamongan
Pendidikan : Sma
Pekerjaan : Penambang
Diagnosa : Pneumothorak
No. Register : 135984
B. Keluhan Utama
Tn. R mengatakan sesak nafas dan tubuhnya terasa demam.
23
Klien mengeluh sesak napas terutama setelah naik tangga dan kepala pusing saat
bangun tidur.
I. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 38,50C
RR : 29 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Kepala Leher
24
pada kepala normal, tidak ada luka, bentuk simetris antara kanan
dan kiri dan tidak ada benjolan, pada leher normal tidak ada luka
b. Pemeriksaan Integumen / Kulit
warna kulit putih, tidak ada luka
c. Pemeriksaan payudara dan ketiak
tidak di kaji
d. Pemeriksaan thorak/dada
1.) Inspeksi thorak
Normal pada inspeksi thorak
2.) Jantung
Normal
3.) Paru-paru
Normal
e. Pemeriksaan abdomen
Tidak dikaji
f. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitar
1.) Genetalia
Tidak dilakukan
2.) Anus
Tidak ada henoroid
ANALISA DATA
Nama pasien : Tn. R
Umur : 50 Tahun
No DATA (DS/DO) Masalah Etiologi
25
1 DS : pasien mengatakan Gangguan pertukaran Ketidakseimbangan
sesak nafas dan sakit gas perfusi-ventilasi Commented [a7]: jika tdk ada hasil pemeriksaan analisa gas
darah gak bisa diambil, atau silahkan modifikasi kasus dg
kepala saat bangun tidur menambahkan data abnormalitas PaCO2 dan PaO2
DO : - TD : 100/60
- N : 88x / menit
- S : 38,5 C Commented [a6]: cek kembala di NANDA, data apakah bs
masuk
- RR : 29x / menit
- gelisah, nafas
cuping hidung
DO : TD : 100/60
N :88 x / menit
S : 38,5C
RR : 29 x / menit
- Nafas cuping hidung,
nafas bibir mencucu
DO : suhu tubuh
meningkat diatas rentang
normal
- TD : 100/60
- N : 88 x / menit
- S : 38,5 C
- RR : 29x / menit
26
DIAGNOSA
3 Hipertermia
INTERVENSI
- Tidak ada
demam
- Tidak ada
cemas
27
- Saturasi tinggi, manset yang
oksigen memiliki tekanan rendah
- Hasil rontgen - Bantu pemasangan tube
dada endotrakeal lewat jalur
- Keseimbangan orofaring, sesuai kebutuhan
fentilasi dan - Bantu trakeostomi darurat
perfusi dengan menyusun peralatan
- Dispnea yang dibutuhkan,
dengan memberikan
aktivitas pengobatan,menyediakan
ringan lingkungan yang steril,dan
Sianosis monitor adanya perubahan
pada kondisi pasien.
- Monitor status pernapasan
sesuai kebutuhan
28
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Paru-paru adalah organ yang penting bagi manusia karena digunakan untuk
bernafas.Paru-paru tersusun dari beberapa bagian diantaranya pleura, mediastenum,
lobus, bronkus, bronkiolus, dan alveoli. Pada paru-paru juga terdapat gangguan
yang dapat menyebabkan gangguan fungsi paru, salah satunya pneumothorax.
Pneumothorax adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam cavum atau
rongga pleura. Dengan adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka akan
menimbulkan penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat
mengembang dengan maksimal sebagaimana biasanya ketika bernapas
Pneumothorax disebabkan karena robekan pleura atau terbukanya dinding
dada. Pneumothorax menyebabkan paru kollaps, baik sebagian maupun
keseluruhan. Faktor predisposisi pada pneumothorax antara lain jenis kelamin,
merokok, umur, genetika, penyakit paru-paru, ventilasi mekanis, riwayat
pneumothorax, keadaan dan aktivitas tertentu. Pneumothorax dibagi ke dalam
beberapa jenis yaitu berdasarkan penyebabnya (pneumothorax spontan,
pneumothorax traumatik, pneumothorax karena tekanan), berdasarkan jenis
fistulanya (pneumothorax tertutup, pneumothorax terbuka, pneumothorax ventil),
berdasarkan luasnya paru yang mengalami kolaps (pneumothorax parsialis dan
pneumothorax totalis).
4.2 Saran
Pneumothorax merupakan salah satu penyakit pernafasan yang berbahaya.
Untuk itu hal yang perlu dilakukan agar menghindari penyakit ini ialah dengan
memiliki pengetahuan yang baik mengenai pneumothorax kemudian
mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki di kehidupan nyata. Selain itu
kita juga harus menjaga pola hidup kita agar segala sesuatu yang buruk pada
saluran pernafasan kita seperti pneumothorax dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA
29
Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Brunner and Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta: EGC
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga
Guyton. 2012. Fisiologi Manusia & Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC
Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC
30