Sunteți pe pagina 1din 10

Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 135-144 135

ANALISIS KINERJA USAHATANI PERKEBUNAN


KELAPA SAWIT RAKYAT MELALUI POLA KEMITRAAN DI
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Suharno1, Yuprin A.D., dan Betrixia Barbara


Tirtayasa Palangkaraya Institute for Land and Agricultural Research (PILAR)
Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya
e-mail : 1)suharno_unpar@yahoo.com
 

ABSTRACT
There are three models of partnership in the development of smallholders plantation of palm oil in Center
of Kalimantan Province, those are: (1) inti-plasma model that is managed by cooperative; (2) inti-plasma
model that is managed by company; (3) inti-plasma model that is managed by individual farmers. This
research aims to find the best partnership model amongst them. This research has been done in
Kotawaringin Barat District for the first and the third type of models and in Katingan District for the
second type. Collecting data and informations was done by Focus Group Discussion (FGD) and
interviewed to the farmer respondents. A random sampling of 30 farmers was chosen for the first and the
second models. For the second model, all of the farmers who follow the program as many as 20 farmers was
chosen as this research respondent. The research found that the first type of those models is the best amongst
of the partnership models because of following reasons: (1) highest productivity, about 20 tonnes
FFB/ha/year; (2) highest farmer income about Rp 15,682,711/ha/year; (3) business risks are shared by all
of the cooperative members; (4) there is guarantee of the input supply and marketing of farming yied from
company as a business partner; (5) farmers have some opportunities to increase their household income as
company workers or through the other activities. This research recommends to the Government of
Kalimantan Tengah Province to oblige the plantation companies to implement an inti-palsma partnership
model that is managed by cooperative for whom obligation to develop about 20% of their plantation area
for smallholders.

Keywords: palm oil, smallholder, partnership, farming performance.

PENDAHULUAN melibatkan sekitar 85.000 kepala keluarga


petani pekebun (BPS, 2014).
Struktur perekonomian Provinsi
Secara garis besar ada dua bentuk
Kalimantan Tengah masih didominasi oleh
pengembangan perkebunan kelapa sawit
sektor pertanian, dimana kontribusi sektor
rakyat di daerah ini, yaitu perkebunan kelapa
pertanian terhadap Produk Domestik
sawit rakyat yang dikelola oleh masyarakat
Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2012
secara mendiri/swadaya dan perkebunan
sebesar 27,99%. Penyumbang terbesar
kelapa sawit rakyat yang dikelola melalui
terhadap PDRB dari sektor pertanian tersebut
model kemitraan.
berasal dari sub sektor perkebunan, yaitu
Ada tiga model kemitraan yang
sebesar 12,36% dari total PDRB (BPS Provinsi
berkembang, yaitu (1) model kemitraan inti-
Kalimantan Tengah, 2013).
plasma yang dikelola oleh koperasi; (2) model
Tanaman perkebunan di Provinsi
kemitraan inti-plasma yang dikelola oleh
Kalimantan Tengah didominasi oleh
perusahaan inti; dan (3) model kemitraan inti-
perkebunan kelapa sawit. Total luas tanaman
plasma yang dikelola oleh petani secara
perkebunan kelapa sawit pada tahun 2013
individu.
adalah sebesar 1.168.451 ha dan diperkirakan
Permasalahan utama yang dihadapi
pada tahun 2014 sebesar 1.187.181 ha. Luas
pada perkebunan kelapa sawit rakyat adalah
perkebunan kelapa sawit rakyat pada tahun
rendahnya produktivitas tanaman yang
2013 sebesar 181.136 ha dan pada tahun 2014
merupakan akibat dari praktik pengelolaan
diperkirakan sebesar 181.379 ha, yang
perkebunan yang kurang baik. Hal

Analisis Kinerja Usahatani Perkebunan… Suharno, Yuprin A. D., dan Betrixia Barbara
136 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 135-144

disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan Kecamatan Pangkalan Banteng, dengan


kemampuan teknis usahatani, dan kurangnya perusahaan inti adalah PT. Astra. Sedangkan
modal yang dikuasi petani. Menurut hasil untuk model kemitraan yang dikelola oleh
kajian Institut Pertanian Bogor (2012) terdapat perusahaan inti (Model II), lokasi penelitian di
kesenjangan produktivitas yang relatif tinggi Kecamatan Katingan Hulu Kabupaten
antara perkebunan kelapa sawit rakyat Katingan dengan perusahaan inti PT. BW.
dengan perkebunan besar swasta, yaitu Pengumpulan data dan informasi di
berkisar antara 41%-64% dari produktivitas lapangan dilakukan melalui Focused Group
perkebunan yang mencapai 7-20 ton Discussion (FGD) dengan para pemimpin dan
TBS/ha/tahun. Hasil penelitian tersebut juga tokoh masyarakat setempat dan wawancara
menunjukkan bahwa petani kecil mandiri secara langsung dengan petani responden.
kurang produktif secara signifikan dibanding Untuk kepentingan analisis kinerja usaha-
petani kecil yang bekerja dalam kemitraan taninya, maka petani yang dipilih sebagai
dengan perusahaan inti. sampel responden adalah petani yang
Berdasarkan permasalahan di atas, maka kebunnya sudah menghasikan, yaitu masing-
perlu dikaji suatu model bisnis perkebunan masing untuk kemitraan Model I dan Model
kelapa sawit rakyat melalui model kemitraan II sebanyak 30 orang petani yang dipilih
yang memberikan pendapatan terbesar dan secara acak (random sampling) dari seluruh
risiko terendah bagi para petani. petani yang memenuhi kriteria di atas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Sedangkan untuk model III, yaitu kemitraan
membandingkan dan mencari model inti-plasma yang dikelola oleh petani secara
kemitraan terbaik diantara ketiga model individu, karena jumlah petani yang
kemitraan tersebut, agar dapat diberikan mengikuti program tersebut terbatas hanya
saran atau rekomendasi yang tepat kepada sebanyak 20 orang petani, maka seluruh
Pemeperintah Provinsi Kalimantan Tengah petani tersebut ditetapkan sebagai sebagai
dalam rangka pengembangan perkebunan responden dalam penelitian ini.
kelapa sawit rakyat di daerah ini. Analisis kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran umum model
kemitraan dalam pengelolaan perkebunan
METODE PENELITIAN
kelapa sawit rakyat dengan perusahaan besar
Penelitian ini merupakan penelitian sebagai mitra (inti), dan pengkajian
survei, dimana data yang dikumpulkan pengelolaan risiko. Sedangkan analisis
diperoleh dari sampel responden terpilih, kuantitatif ditujukan untuk analisis finansial
kecuali untuk model kemitraan inti-plasma yang meliputi penerimaan, biaya dan
yang dikelola oleh petani secara individu, pendapatan petani.
dimana petani respondenya adalah seluruh
petani yang mengituki program tersebut,
karena jumlahnya terbatas. HASIL PENELITIAN DAN
Penelitian dilaksanakan pada tahun PEMBAHASAN
2014, dimana pengumpulan data di lapangan
DESKRIPSI MODEL KEMITRAAN
dilaksanakan pada bulan Juli sampai
September 2014, berlokasi di Kabupaten Kemitraan Inti-Plasma yang Dikelola oleh
Kotawaringin Barat untuk model kemitraan Koperasi
inti-plasma yang dikelola oleh koperasi - Koperasi dikelola sebagai sebuah entitas
(Model I), tepatnya pada Koperasi Karya Tani produksi, setiap anggota atau pemilik
di Kecamatan Pangkalan Lada, dengan lahan berkontribusi dan mendapat
perusahaan inti adalah PT. Medco, dan model keuntungan dari seluruh kebun yang
kemitraan inti-plasma yang dikelola oleh dikelola oleh koperasi, tidak hanya dari
petani secara individu (Model III) berlokasi di luas lahan miliknya.

Suharno, Yuprin A. D., dan Betrixia Barbara Analisis Kinerja Usahatani Perkebunan…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 135-144 137

- Anggota koperasi bekerja sebagai petani - Petani yang memiliki lahan bergabung
profesional, bertanggung jawab atas untuk membentuk kemitraan dengan
pemeliharaan dan panen untuk seluruh perusahaan. Perusahaan inti menentukan
area perkebunan, tidak terbatas pada minimal 10 petani dalam satu kelompok.
lahan miliknya, dan dibayar sesuai dengan Setiap petani bertanggung jawab untuk
tingkat upah yang berlaku. mengelola kebun miliknya sendiri.
- Pembangunan kebun didanai melalui - Pembangunan kebun petani dibiayai oleh
Kredit Koperasi Primer untuk Anggota perusahaan inti dan diperhitungkan
(KKPA), yang disalurkan melalui bank sebagai hutang/kredit petani yang akan
komersial dengan masa tenggang (grass dibayar kembali melalui pemotongan nilai
period) selama 4 tahun. penjualan hasil ketika kebunnya sudah
- Selama kredit belum lunas, pembagian menghasilkan.
hasil panen adalah 70% untuk petani - Pemeliharaan dan pembiayaan kebun
(melalui koperasi) dan 30% untuk sepenuhnya menjadi tanggung jawab
perusahaan inti sebagai angsuran kredit. petani secara inividu.
Keuntungan bersih setelah dipotong biaya - Petani dibayar 70% dari nilai penjualan
operasional dan fee untuk koperasi TBS ketika dalam masa pelunasan kredit.
(sebesar 4%), dibagikan merata kepada Ketika sudah lunas, petani menerima
seluruh anggota setiap bulan. pembayaran 100% dari penjualan
- Koperasi bertanggung jawab atas seluruh produksinya.
kegiatan pemeliharaan kebun, panen, - Terdapat kewajiban secara kontrak bagi
sampai penjualan hasil. petani plasma untuk menjual produksi
TBS-nya kepada perusahaan inti.
Kemitraan Inti-Plasma yang Dikelola oleh
Perusahaan Inti KERAGAAN USAHATANI
- Setelah mendapat Surat Adat/Surat Terdapat perbedaan dalam keragaan
Keterangan Tanah (SKT) dari pemimpin usahatani dianatara ketiga model kemitraan
adat/kepala desa, petani menyerahkan perkebunan kelapa sawit rakyat tersebut yang
lahan dan pengelolaan kebunnya kepada disebabkan oleh berbagai faktor seperti: umur
perusahaan inti. tanaman, pemeliharaan kebun, dan peng-
- Ada koperasi, tetapi hanya untuk gunaan input, yang diperkirakan berdampak
kepentingan finansial, hanya dalam pada perbedaan produktivitas tanaman yang
distribusi pendapatan dari perusahaan sangat mencolok, seperti terlihat pada Tabel 1.
kepada petani. Pada Tabel 1 terlihat bahwa dilihat dari
- Pemberian modal dari bank dikelola se- rata-rata luas lahan per petani, pada
penuhnya oleh perusahaaan inti. Seluruh kemitraan yang dikelola oleh koperasi paling
biaya pembangunan dan operasional kecil, yaitu hanya seluas 1,98 ha. Sebenarnya
kebun petani (plasma) dikelola oleh rata-rata luas lahan tersebut adalah 2.0 ha per
perusahaan inti. petani, tetapi karena dari seluruh luas lahan
- Selama masa pembayaran hutang, petani yang dikelola koperasi seluas 1.030 ha dengan
plasma hanya mendapat 20% dari nilai jumlah anggota sebanyak 515 orang, terdapat
panen yang dihasilkan. Setelah pelunasan lahan seluas 12 ha yang berstatus sengketa
hutang, 55% dari nilai yang dihasilkan dan dikeluarkan dari pengelolaan koperasi,
dibayarkan kepada petani plasma. sehingga total lahan yang dikelola koperasi
seluas 1.012 ha yang dibagi rata untuk semua
Kemitraan Inti-Plasma yang Dikelola oleh anggota, sehingga rata-rata luas lahan per
Petani Secara Individual anggota menjadi seluas 1,98 ha.

Analisis Kinerja Usahatani Perkebunan… Suharno, Yuprin A. D., dan Betrixia Barbara
138 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 135-144

Tabel 1. Keragaan Usahatani Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat pada Ketiga Model
Kemitraan di Provinsi Kalimantan Tengah, 2014.
Jumlah Rata-rata luas Umur Produktivitas
Model Kemitraan Petani sampel lahan/ petani tanaman TBS (ton/ha/
(orang) (ha) (tahun) tahun)
Dikelola oleh Koperasi 30 1,98 16 20,0
Dikelola oleh Perusahaan 30 3,01 17 18,0
Individual 20 4,45 6 11,8

Pada model kemitraan yang dikelola oleh kurang baik dan umur tanaman yang masih
perusahaan inti rata-rata luas lahan per petani relatif muda, meskipun untuk varieras bibit
sebesar 3,01 ha. Perusahaan inti tidak unggul tertentu dalam kondisi ideal, pada
menetapkan batasan luas lahan yang dikuasai umur 6 tahun tersebut tanaman sudah
petani yang diserahkan kepada perusahaan, memasuki masa produksi maksimal dan
jadi masing-masing luas lahan petani stabil.
berbeda-beda. Menurut Yahya dan Basyaruddin (2015)
Pada model kemitraan yang dikelola oleh salah satu kondisi dan permasalahan yang
petani secara individual, rata-rata luas lahan dihadapi petani kelapa sawit mandiri,
petani paling besar mencapai 4,45 ha. kebanyakan petani belum sepenuhnya
Berdasarkan hasil diskusi dalam forum FGD menerapkan praktik pertanian yang baik
diketahui bahwa pada awal pengembangan (good agricultural practice/GAP) dan praktik
model kemitraan ini pada tahun 2007 hanya pengelolaan kebun yang baik (good
terdapat sebanyak 20 orang petani yang management practice/GMP)
mempunyai lahan untuk diikutsertakan
dalam program tersebut, yang pada umum- PENDAPATAN PETANI
nya merupakan petani-petani yang termasuk
Hasil analisis pendapatan petani seperti
petani cukup kaya dan masih mempunyai
terlihat pada Tabel 2, menunjukkan bahwa
lahan cukup luas.
meskipun produksi per hektar pada model
Dari segi produktivitas dalam bentuk
kemitraan yang dikelola oleh koperasi lebih
tandan buah segar (TBS), terlihat bahwa
tinggi dibanding produksi per hektar pada
produktivitas perkebuan kelapa sawit rakyat
kemitraan yang dikelola oleh perusahaan inti,
model kemitraan yang dikelola oleh koperasi,
namun karena harga TBS yang diterima oleh
produktivitasnya paling besar yaitu mencapai
koperasi lebih rendah, maka penerimaan yang
20,0 ton/ha/tahun. Bila merujuk pada hasil
diterima oleh koperasi juga lebih rendah.
penelitian Institut Pertanian Bogor (2012)
Sebaliknya biaya operasional per hektar yang
besarnya produktivitas perkebunan rakyat ini
dikeluarkan oleh koperasi lebih tinggi
sudah termasuk kategori ideal karena sudah
dibanding biaya operasional yang dikelola
menyamai rata-rata produktivitas perke-
oleh perusahaan inti, maka laba operasional
bunan besar.
per hektar pada kemitraan yang dikelola
Pada model kemitraan yang dikelola oleh
oleh koperasi relatif lebih rendah dibanding
perusahaan inti, produktivitas rata-rata
laba operasional pada kemitraan yang
sebesar 18,0 ton TBS/ha/tahun, lebih rendah
dikelola oleh perusahaan inti. Demikian pula
dibanding model kemitraan yang dikelola
pula margin keuntungan yang diperoleh pada
oleh koperasi.
kemitraan melalui koperasi sebesar 67,30%
Pada model kemitraan yang dikelola oleh
lebih rendah dibanding margin keuntungan
petani secara individu, produktivitasnya
pada kemitraan melalui perusahaan inti
paling rendah hanya sebesar 11,8 ton
sebesar 85,63%.
TBS/ha/tahun. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh pengelolaan kebun yang

Suharno, Yuprin A. D., dan Betrixia Barbara Analisis Kinerja Usahatani Perkebunan…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 135-144 139

Tabel 2. Pendapatan Petani Perkebunan Kepala Sawit Rakyat pada Tiga Model Kemitraan di
Provinsi Kalimantan Tengah 2014
Kemitraan Kemitraan Kemitraan
Item Pendapatan Dikelola oleh Dikelola oleh Dikelola oleh
Koperasi Perusahaan Inti Petani Individual
Produksi/ha/tahun (ton TBS) 20,0 18,0 11,8
Harga jual TBS/kg (Rp) 1.216,33 1.393,89 1.234,02
Penerimaan/ha/tahun (Rp) 24.326.683 25.090.088 14.561.407
Biaya operasional/ 7.955.527 3.605.544 10.799.286
ha/tahun (Rp)
Laba operasional/ha/tahun (Rp) 16.371.156 21.484.544 3.762.121
Margin Keuntungan (%) 67,30 85,63 25,84
Bagian Pendapatan 15.682.711* 13.799.548** 3.762.121
petani/ha/tahun (Rp)
Pendapatan Total petani/tahun 28.141180 24.611.794 16.741.438
(Rp)
Pendapatan Total diterima 2.345.098 2.050.983 1.395.120
petani/ bulan (Rp)
Keterangan : *) 96% dari laba operasional, **) 55% dari penerimaan

Pada kemitraan yang dikelola oleh petani dari 100% laba operasi pada kebun yang
secara individual, karena produktivitasnya diusahakannya, yaitu sebesar Rp 3.762.121 per
masih sangat rendah, yaitu hanya sebesar 11,8 hektar per tahun. Rendahnya pendapatan
ton/ha, maka penerimaan yang diperoleh petani ini disebabkan oleh rendahnya
pada kemitraan secara individual ini paling produktivitas tanaman yang disebabkan oleh
rendah, yaitu hanya sebesar Rp 14.561.407 per umur tanamannya yang masih muda.
hektar. Sementara biaya per hektar yang Jika dilihat dari pendapatan total petani,
dikelurakan petani paling besar yaitu tampak bahwa pendapatan petani pada
mencapai Rp 10.799.286 per hektar, sehingga model kemitraan yang dikelola oleh koperasi
margin keuntungan yang diperoleh oleh sebesar Rp 28.141.180 per tahun, atau sebesar
petani relatif kecil, yaitu hanya sebesar Rp 2.345.098 per bulan, lebih tinggi dibanding
25,84%. pada model kemitraan yang dikelola oleh
Pendapatan petani pada model perusahaan inti sebesar Rp 24.611.794 per
kemitraan yang dikelola oleh koperasi berasal tahun atau sebesar Rp 2.050.982 per bulan.
dari laba operasional setelah dikurangi biaya
managemen koperasi (fee) sebesar 4%. PENGELOLAAN RISIKO
Sehingga pendapatan petani adalah sebesar
Banyak risiko yang dihadapi petani
94% dari laba operasi yaitu sebesar Rp
pekebun kelapa sawit, baik risiko teknis yang
15.682.711 per hektar per tahun. Sementara
berkait dengan produksi, seperti serangan
pendapatan petani pada kemitraan yang
hama dan penyakit tanaman dan musim yang
dikelola oleh perusahaan inti berasal dari bagi
kurang baik, risiko hukum/ sosial seperti
hasil dari nilai penjualan TBS (penerimaan)
terjadi sengeketa lahan; risiko terhadap
sebesar 55%, yaitu sebesar Rp 13.799.548 per
ketersediaan pasokan input; dan risko
hektar, lebih rendah dibanding pendapatan
pemasaran. Masing-masing model kemitraan
petani pada kemitraan yang dikelola oleh
memiliki perbedaan dalam pengelolaan
koperasi.
risiko, seperti terdiskripsi pada Tabel 3.
Pendapatan petani pada kemitraan yang
dikelola oleh petani secara individu berasal

Analisis Kinerja Usahatani Perkebunan… Suharno, Yuprin A. D., dan Betrixia Barbara
140 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 135-144

Tabel 3. Pengelolaan Risiko pada Masing-masing Model Kemitraan Perkebunan Kelapa


Sawit Rakyat di Provinsi Kalimantan Tengah 2014
Kemitraan Dikelola oleh Kemitraan Dikelola Kemitraan Dikelola
Risiko
Koperasi oleh Perusahaan Inti oleh Petani Individual
Produksi Satu unit produksi Risiko produksi ada Tanggung jawab dan
berdasarkan kontribusi pada pihak risiko melekat pada
lahan anggota, bukan perusahaan, tetapi masing-masing petani.
berdasarkan jumlah sebenarnya juga Petani sangat riskan
produksi yang dicapai. menjadi risiko petani, apabila terjadi risiko
Model ini membagi risiko karena besarnya eksternal seperti
produksi ke semua anggota pendapatan petani kebakaran, dan serangan
koperasi tergantung dari hama atau penyakit.
besarnya produksi
yang dihasilkan oleh
perusahaan.
Hukum Risiko terbagi sebagai Tanpa sertifikat kepe- Risiko hukum
sebuah grup. Koperasi milikan tanah yang ditanggung oleh masing-
menghadapi sengketa pada sah (hanya SKT), masing individu petani.
lahan saat ini, sehingga 12 petani menjadi rentan Selama penelitian tidak
ha lahan menjadi tidak terhadap risiko ditemukan sengketa
produktif hingga kasus hokum lahan, namun potensi
hukum terselesaikan terjadi sengketa sangat
mungkin terjadi.
Pasokan Distribusi pupuk bersubsidi Tidak ada risiko Pasokan input dijamin
(supply tidak dapat diandalkan di pasokan, perusahaan oleh perusahaan inti;
input) wilayah ini. Namun, dengan inti bertanggung para petani bahkan
total pembelian yang cukup jawab untuk dapat mencicil
besar, koperasi bekerja sama pengelolaan rantai pembayaran sampai
dengan pemasok untuk pasok dan perawatan masa panen berikutnya.
memasok pupuk dan saran kebun
sarana produksi lainnya
secara berkelanjutan
Pemasaran Perusahaan inti akan Meskipun terdapat Pendapatan petani tetap
menjamin off-take produksi perjanjian off-take, sensitif terhadap
TBS. Namun, fluktuasi pendapatan petani fluktuasi harga TBS.
harga TBS akan tetap sangat sensitif
mengganggu cadangan terhadap fluktuasi
dana koperasi harga TBS.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa dalam hal pendapat petani tergantung dari besarnya
risiko produksi, pada kemitraan yang dikelola produksi yang dihasilkan, yaitu sebesar 55%
oleh koperasi, risiko bila terjadi kegagalan dari nilai penjualan, maka risiko kegalan
produksi ditanggung bersama oleh anggota produksi tersebut sebenarnya juga menjadi
koperasi. Bahkan ketika terjadi risiko risiko petani.
produksi yang ekstrim, koperasi masih tetap Pada kemitraan yang dikelola oleh petani
memberikan pendapatan minimal kepada secara individu, risiko bila terjadi kegagalan
petani dari dana cadangan yang ada pada produksi ditanggung oleh petani sendiri.
koperasi. Sementara belum ada perusahaan asuransi
Pada kemitraan yang dikelola oleh yang mau menjamin kegagalan usaha pada
perusahaan inti, karena petani tidak terlibat perkebunan kelapa sawit rakyat di daerah ini.
langsung dalam pengelolaa kebunnya, maka Risiko hukum, khususnya yang berkait
seolah-olah risiko kegalan produksi berada dengan sengketa kepemilikan dan pe-
pada perusahaan inti, akan tetapi karena nguasaan lahan di Provinsi Kalimantan

Suharno, Yuprin A. D., dan Betrixia Barbara Analisis Kinerja Usahatani Perkebunan…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 135-144 141

Tengah sangat besar potensinya, baik antara KESIMPULAN DAN SARAN


masyarakat setempat dengan perusahaan,
KESIMPULAN
maupun antar masyarakat sendiri. Hal ini
disebabkan oleh tingginya laju perkem- Dari penelitian ini disimpukan bahwa
bangan perkebunan kelapa sawit di daerah model kemitraan inti-plasma yang dikelola
ini, baik perkebunan besar maupun oleh koperasi (model I) merupakan model
perkebunan rakyat. Sementara masyarakat terbaik, dengan indikator sebagai berikut:
setempat pada umumnya tidak memiliki 1. Produktivias tanaman paling tinggi, rata-
setifikat kepemilikan lahan yang dianggap rata mencapai 20,0 ton TBS/ha/tahun,
sah secara hukum, melainkan hanya berupa lebih tinggi dibanding model II sebesar
Surat Keterangan Tanah (SKT) yang 18,0 ton dan model III sebesar 11,8 ton;
dikeluarkan oleh pemimpin masyarakat adat 2. Pendapatan petani/ha/tahun paling
(demang atau mantir adat) maupun oleh tinggi, yaitu sebesar Rp 15.682.711,
kepala desa. dibanding model II sebesar Rp 13.799.548
Pada kemitraan yang dikelola oleh dan model III sebesar Rp 3.762.121;
koperasi, risiko hukum ditanggung bersama 3. Risiko usaha ditanggung bersama oleh
oleh seluruh anggota. Pada saat dilakukan seluruh anggota koperasi;
penelitian terdapat lahan sengketa yang di- 4. Ada jaminan rantai pasok (supply chain)
kelola oleh koperasi seluas 12 ha sebagaimana dan pemasaran hasil melalui kerjasama
diuraikan terdahulu, sehingga lahan yang dengan perusahaan inti;
berstatus sengketa tersebut dikeluarkan dari 5. Petani masih mempunyai peluang untuk
pengelolaan koperasi sampai kasusnya memperoleh pendapatan lain sebagai
terselesaikan, yang berakibat rata-rata luas pekerja di perusahaan perkebunan atau
lahan per petani yang seharusnya seluas 2,0 koperasi atau kegiatan usaha lainnya.
ha, menjadi seluas 1,98 ha.
Pada kemitraan yang dikelola oleh SARAN
perusahaan inti, tanpa sertifikat kepemilikan Dalam rangka untuk mengembangkan
lahan yang jelas (hanya SKT), petani menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat di Provinsi
rentan terhadap risiko hukum. Sementara Kalimantan Tengah, disarankan kepada
pada kemitraan yang dikelola oleh petani Pemerintah Provinsi sebagai berikut:
secara individu risiko hukum ditanggung 1. Berkait dengan kewajiban perusahaan
oleh masing-masing individu petani. perkebunan Swasta (PBS) untuk mem-
Pasokan input (sarana produksi bangun kebun plasma minimal 20%, agar
pertanian) secara umum bukan merupakan pembangunan kebun plasma tersebut
kendala bagi petani perkebunan kelapa sawit diimplementasikan dalam model ke-
yang tergabung dalam model kemitraan di mitraan inti-plasma melalui koperasi.
daerah ini. Pada kemitraan yang dikelola 2. Kementerian Pertanian dan UNDP akan
oleh koperasi, untuk menjamin kontinuitas bekerjasama menerapkan ISPO khusunya
pasokan sarana produksi pertanian, koperasi untuk perkebunan kelapa sawit rakyat
menjalin kerjasama dengan pengusaha swadaya melelui Proyek Inisiatif Per-
pemasok setempat. Sementara untuk kebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan/
kemitraan yang dikelola oleh perusahaan inti Sustainable Palm Oil Initiative (Direktorat
maupun kemitraan individual, pasokan Jenderal Perkebunan, 2015). Untuk itu,
sarana produksi dijamin oleh perusahaan inti. khususnya dalam rangka pembinaan dan
Pemasaran hasil juga bukan merupakan pengembangan perkebunan kelapa sawit
risiko besar bagi semua model kemitraan rakyat swadaya yang pada umumnya
yang ada, karena ada jaminan penampungan mengusahakan perkebunannya secara
hasil oleh perusahaan inti. sendiri-sendiri, tidak tergabung dalam

Analisis Kinerja Usahatani Perkebunan… Suharno, Yuprin A. D., dan Betrixia Barbara
142 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 135-144

kelompok tani maupun koperasi, agar


para petani tersebut mulai dibina untuk
berusaha secara berkelompok melalui
kelompok tani dan membentuk koperasi,
karena sertifikasi ISPO hanya akan
diberikan kepada petani melalui kelompok
tani atau koperasi.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik
Perkebunan Kelapa Sawit. Jakarta.

BPS Provinsi Kalimantan Tengah. 2013.


Produk Domestik Regional Bruto
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun
2012. Palangka Raya.

Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan


Tengah. 2014. Statistik Perkebunan
Provinsi Kalimantan Tengah Tahun
2013. Palangka Raya.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015.


Inisiatif Kelapa Sawit Berkelanjutan/
Sustainable Palm Oil Initiative.
Makalah bahan diskusi pada
Pertemuan Working Group Inisiatif
Kelapa Sawit Berkelanjutan di
Kementerian Pertanian tanggal 10-11
Maret 2015. Jakarta.

Institut Pertanian Bogor. 2012. Reducing


Agricultural Expansion Into Forests in
Central Kalimantan-Indonesia:
Analysis of Implementation and
Financing Gaps. Bogor.

Yahya, Sudirman dan Basyaruddin,


Darmansyah. 2015. Peningkatan
Kapasitas Petani. Makalah bahan
diskusi pada Pertemuan Working
Group Inisiatif Kelapa Sawit
Berkelanjutan di Kementerian
Pertanian tanggal 10-11 Maret 2015.
Jakarta.

Suharno, Yuprin A. D., dan Betrixia Barbara Analisis Kinerja Usahatani Perkebunan…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 135-144 143

Lampiran 1. Hubungan Kemitraan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat yang Dikelola oleh
Koperasi

Lampiran 2. Hubungan Kemitraan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat yang Dikelola oleh
Perusahaan Inti

Analisis Kinerja Usahatani Perkebunan… Suharno, Yuprin A. D., dan Betrixia Barbara
144 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2, Desember 2015); halaman 135-144

Lampiran 3. Hubungan Kemitraan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat yang Dikelola oleh
Petani Individual

Suharno, Yuprin A. D., dan Betrixia Barbara Analisis Kinerja Usahatani Perkebunan…

S-ar putea să vă placă și