Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
self-image (pengembangan citra diri yang sejalan dengan pendapat Paolu Freire
positif), dan (5) equility of educational (dalam el-Ma’hady) yang mengatakan
opportunity (kesetaraan memperoleh pendidikan bukan merupakan “menara
kesempatan pendidikan). Di pihak lain, gading” yang berusaha menjauhi realitas
Donna M. Gollnick (1983: 29) sosial dan budaya. Pendidikan harus
menyebutkan bahwa pentingnya mampu menciptakan tatanan masyarakat
pendidikan multikultural dilatarbelakangi yang hanya mengagungkan prestise sosial
oleh beberapa asumsi: (1) bahwa setiap sebagai akibat kekayaan dan
budaya dapat berinteraksi dengan budaya kemakmuran yang dialaminya.
lain yang berbeda, dan bahkan dapat Prudence Crandall (1803 – 1890)
saling memberikan kontribusi; (2) seorang pakar pendidikan dari Amerika
keragaman budaya dan interaksinya yang dikutip Dawam (2003) memberikan
merupakan inti dari masyarakat Amerika pandangan lain tentang pendidikan
dewasa ini; (3) keadilan sosial dan multikultural. Menurutnya pendidikan
kesempatan yang setara bagi semua orang multikultural adalah pendidikan yang
merupakan hak bagi semua warga negara; memperhatikan secara sungguh-sungguh
(4) distribusi kekuasaan dapat dibagi terhadap latar belakang peserta didik baik
secara sama kepada semua kelompok dari aspek keragaman suku (etnis), ras,
etnik; (5) sistem pendidikan memberikan agama (aliran kepercayaan) dan budaya
fungsi kritis terhadap kebutuhan (kultur).
kerangka sikap dan nilai demi Dengan cara yang lebih terang,
kelangsungan masyarakat demokratis; Banks dan Banks yang dikutip
serta (6) para guru dan para praktisi Azyumardi Azra (2003) mendefinisikan
pendidikan dapat mengasumsikan sebuah pendidikan multikultural sebagai bidang
peran kepemimpinan dalam mewujudkan kajian dan disiplin yang muncul yang
lingkungan yang mendukung pendidikan tujuan utamanya menciptakan
multikultural. kesempatan pendidikan yang setara bagi
siswa dari ras, etnik, kelas sosial dan
Pendidikan Multikultural dalam kelompok budaya yang berbeda.
Konteks Ke Indonesian Dari beberapa definisi yang
Kamanto Sunarto (dalam dikemukakan para pakar pendidikan,
Rosyada) menjelaskan bahwa pendidikan semuanya tampak mengarah pada tujuan
multikultural bisa diartikan sebagai yang sama yaitu bagaimana mewujudkan
sebuah bangsa yang kuat, maju, adil,
pendidikan keragaman budaya dalam
masyarakat. Sering juga diartikan sebagai makmur dan sejahtera tanpa
pendidikan yang menawarkan ragam membedakan etnik, ras, agama dan
model untuk keragaman budaya dalam budaya. Seluruhnya harus bersatu dalam
masyarakat pendidikan untuk membina membangun kekuatan di seluruh sektor,
sikap siswa agar menghargai keragaman sehingga tercapai kemakmuran bersama,
budaya masyarakat. memiliki harga diri yang tinggi dan
Sementara itu, Azyumardi Azra dihargai oleh bangsa-bangsa lain di
(2003) mengatakan, secara sederhana dunia.
pendidikan multikultural dapat Dengan demikian, pendidikan
didefinisikan sebagai pendidikan tentang multikultural dalam konteks ini bisa
keragaman kebudayaan dalam merespon diartikan sebagai sebuah proses
perubahan demografi dan kultur pendidikan yang memberikan peluang
lingkungan masyarakat tertentu atau sama pada seluruh anak bangsa tanpa
bahkan dunia secara keseluruhan. Hal ini membedakan perlakuan karena perbedaan
44 HUMANIS, Vol. 3, No. 1, Januari 2011: 39—51
etnik, budaya dan agama. Selain itu juga kebudayaan dengan kekuasaan dalam
memberikan penghargaan terhadap masyarakat sehubungan dengan
keragaman, memberikan hak-hak yang konsep kesetaraan di masyarakat.
sama bagi etnik minoritas dalam upaya Apakah kelompok-kelompok dalam
memperkuat persatuan dan kesatuan, masyarakat mempunyai kedudukan
identitas nasional dan citra bangsa di dan hak yang sama dalam kesempatan
mata dunia internasional. mengekspresikan identitasnya di
Pendidikan multikultural bisa juga masyarakat luas.
dikatakan sebagai sebuah proses (2) Masalah kebiasaan-kebiasaan dan
pengembangan seluruh potensi manusia tradisi. Hal ini terkait dengan
serta menghargai pluralitas dan berbagai macam pola-pola perilaku
heterogenitasnya sebagai konsekuensi yang hidup di dalam suatu
keragaman budaya, etnis, dan aliran masyarakat.
agama. Dengan demikian pendidikan (3) Masalah kegiatan atau kemajuan
multikultural menghendaki tertentu (achievement) dari
penghormatan dan penghargaan manusia kelompok-kelompok di dalam
yang setinggi-tingginya terhadap harkat masyarakat. Hal itu merupakan suatu
dan martabat manusia dari manapun dia identitas yang melekat pada
datang dan berbuadaya apapun dia. kelompok tersebut.
Dengan demikian, pendidikan Dari ketiga konsep pendidikan
multikultural juga bisa dijadikan solusi multikultural tersebut, menyangkut
(pemecahan atau jalan keluar) terhadap beberapa persoalan mendasar, berikut: (1)
banyaknya konflik horizontal yang nyaris Perlu adanya konsep yang jelas mengenai
memecahkan bangsa Indonesia dewasa kebudayaan. Misalnya, apakah yang
ini. dimaksud dengan kebudayaan nasional?.
Apakah nasional Indonesia merupakan
Konsep Dasar dan Prinsip Penyusunan campuran dari berbagai budaya suku
Program Pendidikan Multikultural yang ada kebudayaan dalam masyarakat
Pendidikan multikultural Indonesia? Masalah ini telah muncul
merupakan suatu wacana lintas batas. sejak polemik kebudayaan tahun 1935
Dalam pendidikan multikultural terkait dan mungkin permasalahannya akan
masalah-masalah keadilan sosial (social terus-menerus menjadi wacana yang
justice), demokrasi dan hak asasi tidak pernah akan selesai; (2) Bagaimana
manusia. Tidak mengherankan apabila peranan pendidikan dalam membentuk
pendidikan multikultural di Indonesia identitas budaya dan identitas bangsa
berkaitan dengan isu-isu politik, sosial, Indonesia? Hal ini juga merupakan suatu
kultural, moral, edukasional dan agama. wacana yang terus menerus akan muncul
Tilaar mengatakan bahwa para dalam proses pendidikan dan proses
pakar pendidikan mengidentifikasikan kehidupan bangsa Indonesia yang
tiga lapisan diskursus yang berkaitan berbudaya; (3) Bagaimanakah hakikat
dengan pendidikan multikultural di pluralisme yang berarti pengakuan
Indonesia. terhadap kelompok-kelompok minoritas
(1) Masalah kebudayaan. Hal ini terkait di masyarakat? Hal ini merupakan hal
dengan masalah identitas budaya yang rumit dan tidak jarang dapat
suatu kelompok masyarakat atau menimbulkan kontraksi dalam kehidupan
suku. Bagaimanakah hubungan antara masyarakat. Ketegangan-ketegangan
Pendidikan Multikukultural Konteks Ke Indonesiaan (Muhammad Ufuqul Mubin) 45
sebagai orang-orang yang memiliki menilai para siswa sebagai manusia dan
agama, budaya, dan etnik tertentu dalam hak mereka sebagai manusia, (b) guru
pergaulan sehari-hari. Dalam momen- berhak mengetahui kapan menerapkan
momen tertentu, diadakan proyek dan gaya pengajaran yang berbeda—otoriter,
kepanitiaan bersama, dengan melibatkan demokratis, dan bebas—untuk
aneka macam siswa dari berbagai agama, meningkatkan hak-hak siswa, © guru
etnik, budaya, dan bahasa yang beragam. berhak mengetahui kapan dan bagaimana
Sedangkan melalui observasi dan menerapkan ketidakpatuhan sipil, dan (d)
penanganan kasus, siswa dan guru guru berhak memahami kompleksitas
difasilitasi untuk tinggal beberapa hari di aturan bagi mayoritas dan melindungi
masyarakat multikultural. Mereka hak-hak minoritas. Di pihak lain, para
diminta untuk mengamati proses sosial siswa memiliki hak-hak sebagai berikut:
yang terjadi di antara individu dan (a) siswa berhak mengetahui hak sipil
kelompok yang ada, sekaligus untuk dan kewajibannya, dan (b) siswa berhak
melakukan mediasi bila ada konflik di mengetahui bagaimana menggunakan hak
antara mereka. dan kewajibannya (Garcia, 1982: 160).
Dengan strategi pembelajaran Lebih jauh, pendekatan demokratis dalam
tersebut para siswa diasumsikan akan pembelajaran ini menuntut guru memiliki
memiliki wawasan dan pemahaman yang kompetensi multikultural. Farid
mendalam tentang adanya keragaman Elashmawi dan Philip P. Harris (1994: 6-
dalam kehidupan sosial. Bahkan, mereka 7) menawarkan 6 (enam) kompetensi
akan memiliki pengalaman nyata untuk multikultural guru, yaitu: (a) memiliki
melibatkan diri dalam mempraktikkan nilai dan hubungan sosial yang luas, (b)
nilai-nilai dari pendidikan multikultural terbuka dan fleksibel dalam mengelola
dalam kehidupan sehari-hari. Sikap dan keragaman siswa, © siap menerima
perilaku yang toleran, simpatik, dan perbedaan disiplin ilmu, latar belakang,
empatik pun pada gilirannya akan ras, dan gender; (d) memfasilitasi
tumbuh pada diri masing-masing siswa. pendatang baru dan siswa yang minoritas,
Dengan demikian, proses pembelajaran (e) mau berkolaborasi dan koalisi dengan
yang difasilitasi guru tidak sekadar pihak mana pun, dan (f) berorientasi pada
berorientasi pada ranah kognitif, program dan masa depan. Selain itu,
melainkan pada ranah afektif dan James A. Bank (1989: 104-5)
psikomotorik sekaligus. Selanjutnya, menambahkan kompetensi multikultural
lain yang harus dimiliki oleh guru, yaitu:
pendekatan demokratis dalam proses
pembelajaran dengan beragam strategi (a) sensitif terhadap perilaku etnik para
pembelajaran tersebut menempatkan guru siswa, (b) sensitif terhadap kemungkinan
dan siswa memiliki status yang setara adanya kontroversi tentang materi ajar,
(equal status), karena masing-masing dari dan © menggunakan teknik pembelajaran
mereka merupakan anggota komunitas kelompok untuk mempromosikan
kelas yang setara juga. Setiap anggota integrasi etnik dalam pembelajaran.
memiliki hak dan kewajiban yang
absolut. Perilaku guru dan siswa harus Implementasi Kurikulum Pendidikan
diarahkan oleh kepentingan individu dan Multikultural
kelompok secara seimbang. Aturan- Dari uraian di atas mungkin
aturan dalam kelas harus dibagi untuk timbul pertanyaan pada kita apakah
melindungi hak-hak guru dan siswa. penyajian pendidikan multikultural
Adapun hak-hak guru dalam proses disajikan sebagai mata pelajaran ataukah
pembelajaran meliputi: (a) guru berhak merupakan suatu bentuk penyajian yang
48 HUMANIS, Vol. 3, No. 1, Januari 2011: 39—51
Pelly,Usman dan Menanti, Asih, 1994. Sopyan, Muhammad. 1999. Agama dan
Teori-teori Sosial Budaya. Kekerasan dalam Bingkai
Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud Reformasi. Yogyakarta: Media
Presindo.
Rosyada, Dede, 2004. Paradigma
Pendidikan Demokratis: Sebuah Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan
Model Pelibatan Masyarakat Dengan Pendekatan Baru,
dalam Penyelenggaraan Bandung : Remaja Rosdakarya,
Pendidikan, Jakarta : Prenada 2001, cet. ke-IV
Media.
Tilaar, H.A..R. 1999. Pendidikan,
______, 2005. Pendidikan Multikultural Kebudayaan, dan Masyarakat
Melalui Pendidikan Agama Islam, Madani Indonesia, Strategi
dalam Didaktika Islamika : Jurnal Reformasi Pendidikan Nasional.
Kependidikan, Keislaman dan Bandung: Remaja Rosdakarya
Kebudayaan, Vol. VI, Nomor 1, Offset.
Januari.
----------. 2000. Paradigma Baru
Sanaky, Hujair AH, 1999. Paradigma Pendidikan Nasional. Jakarta:
Baru Pendidikan Islam sebagai Rineka Cipta.
Kerangka Acuan Penataan dan
Pengembangan Pendidikan Islam. ----------. 2003. Kekuasaan dan
Jurnal Pendidikan Islam Vol. V Pendidikan : Suatu Tinjauan dari
Tahun IV. YK: FIAI UII. Perspektif Kultural. Magelang:
Indonesia Tera.
Purnomo, Aloys Budi, Membangun
Teologi Inklusif-Pluralis, Jakarta : ----------. 2004. Multikulturalisme
Penerbit Buku Kompas, 2003 Tantangan-tantangan Global
Masa Depan dalam Transformasi
Rosyadi, Khoiron, Pendidikan Profetik, Pendidikan Nasional. Jakarta:
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Grasindo.
2004 cet. ke-I
Undang Undang Republik Indonesia
Sabri, M. Alisuf. 1999. Ilmu Pendidikan. Nomor 2 Tahun 1989 Tentang
Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya. Sistem Pendidikan Nasional,
Bandung : Fokusmedia, 2003
Santoso, Listiyono, et. al. 2003. Seri
Pemikiran Tokoh Epistemologi Undang Undang Republik Indonesia
Kiri. Jogjakarta: Ar-Ruzz. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional,
Sidi, Indra Djati. 2004. “Pendidikan Jakarta : Departemen Pendidikan
Agama di Sekolah Umum dalam Nasional Direktorat Pendidikan
Perspektif Multikultural”, dalam Dasar dan Menengah, 2003.
Edukasi: Jurnal Penelitian
Pendidikan dan Keagamaan, Vol.
2, Nomor 4, Tahun 2004.