Sunteți pe pagina 1din 32

LAPORAN PENDAHULUAN

BAB I KONSEP DASAR

A. Definisi
Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak
masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir
masa kanak-kanak yaitu 12 tahun.Langkah perkembangan selama anak
mengembangkan kompetensi dalam ketrampilan fisik, kognitif, dan
psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih baik dalam berbagai hal,
misalnya mereka dapat berlari dengan cepat dan lebih jauh sesuai
perkembangan kecakapan dan daya tahannya.
B. Kelompok Anak
1. Usia prasekolah : 2 – 5 tahun
2. Usia sekolah : 6 – 12 tahun

Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan


fisik, kognitif dan sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan
komunikasi.

1. Anak usia 6-7 tahun :


a. membaca seperti mesin
b. mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
c. membaca waktu untuk seperempat jam
d. anak wanita bermain dengan wanita
e. anak laki-laki bermain dengan laki-laki
f. cemas terhadap kegagalan
g. kadang malu atau sedih
h. peningkatan minat pada bidang spiritual
2. Anak usia 8-9 tahun:
a. kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat

1
b. menggunakan alat-alat seperti palu
c. peralatan rumah tangga
d. ketrampilan lebih individual
e. ingin terlibat dalam segala sesuatu
f. menyukai kelompok dan mode
g. mencari teman secara aktif
3. Anak usia 10-12 tahun:
a. pertambahan tinggi badan lambat
b. pertambahan berat badan cepat
c. perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas
mungkin tampak
d. mampu melakukan aktivitas seperti mencuci dan menjemur
pakaian sendiri
e. memasak, menggergaji, mengecat
f. menggambar, senang menulis surat atau catatan tertentu
g. membaca untuk kesenangan atau tujuan tertentu
h. teman sebaya dan orang tua penting
i. mulai tertarik dengan lawan jenis
j. sangat tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan
C. Ciri Ciri Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6
tahun dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Label yang digunakan oleh orang tua
a. Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti
perintah dan lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada
orang tua ataupun anggota keluarga lainnya
b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan
dan ceroboh dalam penampilan

2
c. Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar
keluarga dan membuat suasana rumah yang tidak
menyenangkan bagi semua anggota keluarga
2. Label yang digunakan pendidik/guru
a. Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari
perbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu
ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan
untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses yang
cenderung menetap sampai dewasa
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a. Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada
keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota
kelompok
b. Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan
standar yang disetujui oleh kelompok dalam penampilan,
berbicara dan berperilaku
c. Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak
akan menjadi konformis (pencipta karya baru) atau tidak
d. Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain
yang sangat besar karena adanya minat dan kegiatan untuk
bermain
D. Perkembangan Fisik
1. Tinggi dan berat badan
Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari
pada setelah lahir tetapi, meningkat secara terus menerus. Pada anak
tertentu mungkin tidak mengikuti pola secara tepat. Anak usia sekolah

3
lebih langsing dari pada anak usia prasekolah, sebagai akibat
perubahan distribusi dan kekebalan lemak (Edelmen dan Mandle,
1994)
2. Fungsi kardiovaskular
Fungsi kardiovaskular baik dan stabil selama tahun usia
sekolah. Denyut jantung rata- rata 70 – 90 denyut/menit, tekanan darah
normal 110 / 70 mm Hg dan frekuensi pernafasan stabil 19 – 21,
Pertumbuhan paru minimal dan pernafasan menjadi lebih lambat, lebih
dalam, dan lebih teratur. Akan tetapi pada akhir periode ini jantung 6
kali ukurannya saat lahir dan umumnya sudah mencapai ukuran
dewasa.
3. Fungsi neuromuscular
Anak usia sekolah menjadi labih lentur karena koordinasi otot
besar meningkat dan kekuatannya dua kali lipat. Banyak anak berlatih
ketrampilan motorik kasar yaitu berlari, melompat, menyeimbangkan
gerak tubuh, dan menangkap selama bermain. Menghasilkan
peningkatan ketrampilan neuromuscular...
4. Nutrisi
Periode usia sekolah merupakan salah satu masalah nutrisi
secara relative. Jika terjadi defisiensi biasany defisiensi zat besi,
vitamin A, atau kalsium. Anak usia sekolah dapat belajar banyak hal
tentang piramida makanan dan diet yang seimbang dengan membantu
menyiapkan makanan. Perawat harus menganjurkan orang tua untuk
menyediakan makanan dalam jumlah yang adekuat bagi anak untuk
mendukung pertumbuhan dan aktivitas.
E. Perkembangan Kognitif
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan
untuk berfikir dengan cara yang logis. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi
di dominasi oleh persepsinya dan sekaligus kemampuan untuk memahami

4
dunia secara luas. Sekitar 7 tahun, anak memasuki tahap piaget ketiga yaitu
perkembangan kognitif, yang di kenal sebagai operasional konkret, ketika
merewka mampu mengunakan symbol secara operasional (aktivitas mental)
dalam pemikiran bukan kerja Mereka mulai menggunakan proses pemikiran
yang logis dengan materi konkret. Periode ini di tandai dengan tiga
kemampuan atau kecakapan yaitu mengklasifikasikan, menyusun, dan
mengasosiasikan. Pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan
memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.

F. Perkembangan Psikososial
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan
ketrampilan yang penting bagi mereka yang berfungsi sama sepertu dewasa.
Anak usia sekolah yang mendapatkan keberthasilan positif merasa adanya
perasaan berharga. Anak-anak yang menghadapi kegagalan dapat merasakan
mediokritas (biasa saja ) / perasaan tidak berharga yang dapat mengakibatkan
menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
1. Perkembangan moral
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari
lingkungan keluarga. Usaha untuk menanamkan konsep moral sejak
dini merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang di terima
anak mengenai benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman pada
tingkah lakunya.
2. Hubungan sebaya
Anak usia sekolah menyukai sebaya ssejenis dari pada sebaya
lain jenis. Identitas jender yang kuat dapat di lihat pada ikatan yang
kuat dengan teman sejenis yang di pertahankan oleh anak biasa di
sebut “geng“. Umumnya anak laki-laki dan perempuan memandang
jenis kelamin yang berbeda secara negative. Pengaruh sebaya menjadi
lebih berbeda selama tahap perkembangan ini. Konformitas terlihat

5
pada perilaku, gaya berpakaian, dan pola berbicara yang di dorong dan
dipengaruhi adanya kontak dengan sebaya. Identitas kelompok
meningkat, seiring perubahan anak sekolah menuju adolesens.
3. Identitas seksual
Freud menggambarkan usia sekolah sebagai periode laten
karena ia merasa pada periode ini anak memiliki sedikit ketertarikan
dalam seksualitasnya. Sekarang ini banyak peneliti percaya bahwa
anak usia sekolah memiliki ketertarikan yang besar pada
seksualitasnya.
4. Konsep diri dan kesehatan
Selama usia sekolah identitas dan konsep diri menjadi lebih
kuat dan lebih individual. Persepsi sehat sakit berdasarkan pada fakta
yang mudah diobservasi seperti adanya atau tidak adanya penyakit dan
keadekuatan tidur atau makan. Kemampuan fungsional standar untuk
kesehatan personal dan kesehatan yang lain dinilai.
G. Tugas Perkembangan Orang Tua Dengan Anak Usia Sekolah
1. Mensupport perkembangan anak
Mendukung perkembangan Anak dilakukan dengan cara
membiarkan anak untuk pergi dan bergabung dengan dunia di luar
rumahnya. Semakin lama, akan semakin sedikit waktu anak tersebut
berada di rumahnya.
Ketika anak mulai bergabung dengan teman sebaya mereka,
orientasi mereka mulai berkembang kearah peernya. Maka orangtua
harus mendukung hubungan ini, karena penelitian membuktikan
bahwa anak dengan dukungan yang sangat baik dari anggota
keluarganya akan memegang teguh norma, nilai dan identifikasi
terhadap keluarganya bahkan ketika mereka sedang berinteraksi
dengan orang lain (Bowerman&Kinch, 1959). Seorang ibu yang
memiliki hubungan pertemanan yang hangat akan lebih mudah untuk

6
membiarkan anaknya bergabung dengan dunia luar. Namun pada
massa ini orang tua juga harus mengawasi dengan siapa dia bergaul
agar tidak terjerumus kepergaulan yang tidak baik untuk
perkembangannya.
2. Mempertahankan hubungan pernikahan
Beberapa studi, termasuk data dari National Opinion Research
Centremengindikasikan bahwa efek dari kehadiran anak pada sebuah
pernikahan dapat membawa efek yang negatif. Hal ini ditemukan pada
semua ras, agama, level pendidikan, dan status pekerjaan (Davis,
1978). Sebanyak 6 survey nasional sejak tahun 1973 sampai 1978
menemukan bahwa kehadiran anak cenderung mengurangi
kebahagiaan orangtua, dalam hal:
a. Ikut campur dalam hubungan pernikahan (marital
companionship)
b. Mengurangi spontanitas hubungan seksual antara suami dan
istri
c. Meningkatkan potensi kecemburuan dan kompetensi untuk
memperoleh afeksi, waktu dan perhatian,
d. Menjaga pasangan yang tidak bahagia dari perceraian,
setidaknya untuk beberapa saat (Glenn&Mc Lanchan,1982).

Permasalahan pernikahan pada keluarga dengan anak usia sekolah


biasanya lebih sering terjadi dibandingkan momen lainnya. Biasanya
mereka mengalami 4 kali problem lebih sering. Potensi problem
terbesar bisanya mengenai pengaturan anak di rumah, sehingga
mengurangi ekspresi afeksi dari pasangan suami-istri, dan dijadikan
nomor kedua (Swensen&Moore, 1979).

7
H. Tugas Perkembangan Keluarga Dengan Anak Usia Seklah
1. Menyediakan Tempat Tinggal yang Cocok dan Memperhatikan
Kesehatan Anak
Keluarga dengan anak usia sekolah mencari tempat tinggal yang
sesuai dengan kemampuan mereka. Mereka lebih menyukai rumah
yang dapat diperluas dan memungkinkan penggunaan energi secara
efisien yang dekat dengan sekolah dan job security. Hauenstein dalam
penelitiannya membagi populasi menjadi dua macam yaitu :
a. High stress neighborhoods à ditandai dengan crowded
susunan, keluarga mengalami kesulitan membuat suatu
pertemuan
b. Low stress neighborhoods à kebanyakan adalah keluarga-
keluarga yang stabil, jalan-jalan yang aman.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa tak seorangpun yang ingin


tinggal di area yang tinggi tingkat kriminal yang sangat
membahayakan anak-anak dan juga orang dewasa. Yang sering tinggal
di area seperti ini biasanya adalah keluarga yang tidak bekerja
(pengangguran) dan punya masalah-masalah dalam perkawinan. Dapat
dilihat bahwa menyediakan tempat tinggal yang sesuai adalah suatu
tugas yang berat dan memberi tantangan terutama dalam situasi
ekonomi yang sulit seperti sekarang.

2. Keuangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah


Pengeluaran keluarga yang paling besar biasanya adalah untuk
makan, kemudian untuk rumah, transport, dan kebutuhan rumah
tangga. Keempat item utama tersebut kira-kira membutuhkan 65,1 %
dari semua uang yang dihabiskan tiap individu dalam sebuah keluarga.
Belum lagi untuk biaya pengobatan, pakaian, rekreasi, dan yang
lainnya.

8
Ibu sering bekerja untuk membantu keuangan keluarga dan
anak-anak. Kebanyakan ibu bekerja pada pekerjaan apapun
menginginkan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan yang
mereka miliki. Penghasilan mereka biasanya tidak sebesar penghasilan
suaminya, tetapi mereka dapat membantu menyediakan segala sesuatu
yang dibutuhan keluarga.

3. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses dimana individu dibantu untuk:
a. diterima dalam anggota suatu kelompok
b. mengembangkan sense-nya sebagai social being
c. berinteraksi dengan orang lain dalam variasi peran, posisi, dan
status
d. antisipasi terhadap harapan dan reaksi dari orang lain
e. persiapan untuk peran masa depan yang mereka harapkan

Sosialisasi bermanfaat untuk tiap anggota keluarga dalam


mengembangkan skills, attitude dan potensi seseorang di
masyarakat. Sosialisasi berlangsung terus menerus dalam
kehidupan sebagai suatu peran baru di setiap situasi baru atau
kelompok yang individu tersebut baru memasukinya. Anak-anak
usia sekolah lebih mengembangkan hubungan dengan orang lain
dari pada dengan keluarganya sendiri.

4. Komunikasi Di Dalam Keluarga dan Anak Usia Sekolah


Keluarga adalah sebuah sarana komunikasi untuk anak usia
sekolah. Kebanyakan anak senang menceritakan pengalaman mereka,
banyak bertanya, dan mengekspresikan sesuatu. Studi longitudinal
mengindikasikan masalah awal seperti destructiveness, temper
tantrums dan overactivity menurun secara cepat di usia sekolah

9
I. Masalah Kesehatan Spesifik Pada Anak Usia Sekolah
Kecelakaan dan cedera merupakan masalah kesehatan utama yang
terjadi pada anak. Anak usia sekolah juga secara signifikan mengalami
kanker, cacat lahir, pembunuhan, dan penyakit jantung. Pada kelompok usia
ini, masalah ini memiliki angka mordibitas tinggi jumlah infeksi hampir 80%
dari seluruh penyakit anak. Infeksi pernafasan merupakan prevalensi
terbanyak, flu biasa tetap merupakan penyakit utama pada masa ini.
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi
bahaya fisik dan psikologis.
1. Bahaya Fisik
a. Penyakit
b. Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawabnya
c. Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan
kebersihan diri
d. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
e. Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga
kehilangan kesempatan untuk keberhasilan social
f. Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga
anak menjadi rendah diri
g. Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering
dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati
akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa
takut dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang
akan mempengaruhi hubungan social
h. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman

10
sebaya bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar
untuk rendah diri
i. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa
memandangnya sebagai perilaku kurang menarik sehingga
anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat
mempengaruhi konsep diri anak
2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya dalam berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat
pada anak-anak usia sekolah yaitu :
b. Kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas
di sekolah dan menghambat komunikasi dengan orang lain
c. Kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap)
akan membuat anak jadi sadar diri sehingga anak hanya
berbicara bila perlu saja
d. Anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan
dilingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha untuk
berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia berbeda.
e. Pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan
merendahkan orang lain, membual akan ditentang oleh
temannya
f. Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan
pola-pola emosi yang kurang menyenangkan seperti marah
yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat sehingga kurang
disenangi orang lain.

11
g. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan
merasa kekurangan kesempatan untuk mempelajari
permainandan olah raga untuk menjadi anggota kelompok,
anak dilarang berkhayal, dilarang melakukan kegiatan kreatif
dan bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.
h. Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya
merasa tidak puas terhadap diri sendiri dan tidak puas terhadap
perlakuan orang lainbila konsep sosialnya didasarkan pada
pelbagai stereotip, anak cenderung berprasangka dan bersikap
diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena
konsepnya berbobot emosi dan cenderung menetap serta terus
menerus akan memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian
sosial anak
3. Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan
perilaku anak-anak :
a. Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman
atau berdasarkan konsep-konsep media massa tentang benar
dan salah yang tidak sesuai dengan kode orang dewasa
b. Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas
perilakuDisiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak
yakin akan apa yang sebaiknya dilakukan
c. Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
d. Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah
begitu memuaskan sehingga menjadi perilaku kebiasaan
e. Tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah
f. Bahaya yang menyangkut minat

12
Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak :

a. Tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh


teman-teman sebaya
b. Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang
dapat bernilai agi dirinya, misal kesehatan dan sekolah
c. Bahaya hubungan keluarga

Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan


keluarga :

a. Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang


menyukai peran orang tua dan merasa bahwa waktu, usaha dan
uang dihabiskan oleh anak cenderung mempunyai hubungan
yang buruk dengan anak-anaknya
b. Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal
dalam melaksanakan tugas sekolah dan harapan-harapan orang
tua maka orang tua sering mengkritik, memarahi dan bahkan
menghukum anak
c. Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga
besar dan disiplin lunak pada keluarga kecil yang keduanya
menimbulkan pertentangan dirumah dan meyebabkan
kebencian pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya
menghasilkan hubungan keluarga yang baik.
d. Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah
miliknya lebih buruk dari temannya maka anak sering
menyalahkan orang tua dan orang tua cenderung membenci hal
itu
e. Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah
mempengaruhi persaan anak dan bila ibu seorang karyawan

13
sikap terhadap ibu diwarnai oleh pandangan teman-temannya
mengenai wanita karier dan oleh banyaknya beban yang harus
dilakukan di rumah.
f. Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai
dengan harapan idealnya anak, anak cenderung bersikap kritis
dan membandingkan orang tuanya dengan orang tua teman-
temannya.
g. Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang
tuanya pilih kasih terhadap saudara-saudaranya maka anak
akan menentang orang tua dan saudara yang dianggap
kesayangan orang tua
h. Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak
menyukai sikap sanak keluarga yang terlalu memerintah atau
terlalu tua dan orang tua akan memarahi anak serta sanak
keluarga membenci sikap sianak
i. Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena
teringat orang tua kandung yang tidak serumah akan
memperlihatkan sikap kritis, negativitas dan perilaku yang
sulit.

14
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika
seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang
keluarga yang dibinanya.
1. Pengumpulan data
a. Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal,
dan tipe keluarga .
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan
keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi è Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti è Menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi),
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya è Dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
1) Kebiasaan makan è Kebiasaan makan ini meliputi jenis
makanan yang dikosumsi oleh keluarga .

15
2) Pemanfaatan fasilitas kesehatan è Perilaku keluarga didalam
memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang
penting dalam penggelolaan penyakit.
3) Pengobatan tradisional è Merupakan pilihan bagi keluarga
untuk menentukan pengobatan yang diinginkan ataupun
alternative pilihan yang dipilih yaitu pengobatan tradisional.
d. Status Sosial Ekonomi
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam
mengenal suatu penyakit dan pengelolaannya. Berpengaruh
pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
2) Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap
keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada
angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena
suatu penyakit. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan
bahwa ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak
seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga .
e. Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir
hingga saat ini termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta
pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan
yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi
berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan
kecemasan.

16
f. Aktiftas
Pola aktifitas yang dipilih oleh suatu keluarga dapat
berpengaruh terhadap terjadinya suatu penyakit dan gaya hidup suatu
keluarga.
g. Data Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai
rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai
faktor penyebab terjadinya suatu penyakit.
2) Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi
oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat
mempengaruhi derajat kesehatan.
h. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan
pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi
teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak
pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan.
Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun
non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
2) Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi
kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress
psikologik.
3) Struktur peran
Menurut Friedman (1998), anggota keluarga menerima dan
konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan
membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam

17
peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak
sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan
dalam keluarga .
i. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Keluarga harus saling menghargai satu dengan yang
lainnya agar tidak menimbulkan suatu permasalahan maupun
stressor tertentu bagi anggota keluarga itu sendiri.
2) Fungsi sosialisasi
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota
keluarga dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila
keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka
akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan
ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.
3) Fungsi kesehatan
Apakah keluarga memahami tentang bagaimana
tindakan yang harus dilakukan apa bila salah satu keluarga
terjangkit penyakit atau tidak.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga
adalah:
 Berapa jumlah anak
 Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota
keluarga
 Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga .
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga
adalah :

18
 Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan
 Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
di masyarakat sdalam upaya peningkatan status
kesehatan keluarga .
j. Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang
mengalami masalah yang belum terselesaikan
k. Stress dan Koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari 6 bulan.
b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap
situasi/stressor.
3) Strategi koping yang digunakan

Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi


permasalahan.

4) Strategi adaptasi disfungsional


5) Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan

19
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga .
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.
3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,
type rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan
sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas
setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
c. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
e. Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial
atau dukungan dari masyarakat setempat.

20
4. Pengkajian Anak Sekolah
a. Bagaimana karakteristik teman bermain
b. Bagaimana lingkungan bermainBerapa lama anak menghabiskan
waktunya disekolah
c. Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah
sarana yang dimilikinya
d. Bagaimana temperamen anak saat ini
e. Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang
f. Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak
g. Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini
h. Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah
i. Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah
j. Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat
bermain
k. Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini
l. Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya
m. Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya
n. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
5. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon
manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat
secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah
keperawatan. Kolaborasi dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan
keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan kurangnya
pelayanan kesehatan.

21
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan
berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan
keluarga.
C. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria
dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil
yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus
yang ditetapkan.
D. Implementasi
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan
perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya.
E. Evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian
untuk menilai keberhasilannya. Bila tidak / belum berhasil perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat
dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga . Untuk itu dapat dilakukan
secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga . Evaluasi
disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional.
1. S : Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan. Misal : keluarga mengatakan
nyerinya berkurang.
2. O : Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan. Misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
3. A : Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada
tujuan terkait dengan diagnosa keperawatan.
4. P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari
keluarga pada tahap evaluasi.

22
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi
sumatif adalah evaluasi akhir.

23
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Dalam tahap pengkajian, data yang perlu diperoleh oleh perawat, yaitu data
yang berhubungan dengan keluarga dan anak. Pengkajian yang berhubungan
dengan keluarga :
1. Identitas
Nama Kepala Keluarga : Bpk. F
Jenis Kelamin / usia : Laki-laki/ 30 Tahun
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : SMA
Alamat : Simpang Timbangan, Indralaya

Hubungan
No. Nama JK Umur Pendidikan Pekerjaan
Keluarga
1 Ny.A P Istri 29 tahun SMA Ibu RT
2 An.W L Anak 6 tahun SD Pelajar

Tipe Keluarga : Keluarga ini adalah keluarga inti


Suku Bangsa : Suku tolaki
Agama : Islam.
Status Sosial Ekonomi : Pencari nafkah adalah Bpk. F sedangkan Ny.
A hanya sebagai ibu rumah tangga yang bertugas untuk mengurus rumah
dan mendidik anak.
Aktivitas Keluarga : Keluarga tidak pernah melakukan aktivitas lain
selain bekerja.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

24
a. Tahap Perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan keluarga
dengan anak baru masuk sekolah dasar.
b. Tugas Perkembangan yang sudah dilakukan
1) Menjadi orang tua yang baik
2) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan
pasangannya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga Bpk. F termasuk Ny. A dan
An.W tidak mempunyai riwayat penyakit yang serius.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya : Keluarga Bpk. F dan Ny. A
tidak memiliki masalah kesehatan.

3. Lingkungan

a. Karakteristik Rumah
Rumah Bpk. F terdiri dari satu kamar mandi, dua kamar tidur, dan satu
dapur serta satu ruang tamu. Lantai rumah cukup bersih terbuat dari
semen dan dinding terbuat dari papan serta batu bata. Atap rumah terbuat
dari seng dan belum mempunyai plapon sehingga terasa panas. Halaman
rumah tampak bersih. sumber air berasal dari sumur.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Keluarga Bpk. F baru satu setengah tahun tinggal di sana sehingga
belum begitu mengenal tetangganya tetapi Ny.A cukup baik dalam
bersosialisasi dengan tetangganya.

b. Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga Bpk. F baru satu setengah tahun tinggal di sp. Timbangan


Indralaya, sebelum menikah mereka tinggal di rumah orang tua masing-
masing.
c. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

25
Keluarga Bpk.F tidak aktif mengikuti kegiatan dalam masyarakat
karena Bpk.F mempunyai kesibukan yang banyak menyita waktunya dan
perasaan lelah setelah pulang bekerja.
d. Sistem Pendukung Keluarga
Ibu dari Bpk.F sekali-kali mengunjungi dan mengasuh An.W.

4. Struktur Keluarga

a. Struktur Peran
Bpk. F adalah kepala keluarga yang bekerja sebagai petani yang
bekerja dari pagi sampai siang bahkan bisa sampai sore. Ny. A adalah
seorang Ibu Rumah Tangga yang bertugas mengurus rumah dan
mengasuh anak mereka. Dalam menjalankan peran masing-masing
anggota keluarga tidak ada masalah.
b. Nilai dan Norma Keluarga
Keluaraga Bpk.F menerapkan aturan sesuai dengan ajaran agama
islam karena keluarga ini mengajarkan kepada anggota keluarga untuk
membaca doa sebelum makan dan harus mencuci tangan sebelum makan
serta menjaga kebersihan anak mereka.
c. Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi yang digunakan dalam keluarga Bpk.F adalah
komunikasi terbuka setiap anggota keluarga bila ada masalah maka Bpk.
F dan Ny.A akan berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah tersebut.
d. Struktur Kekuatan Keluarga
Pemegang keputusan pada keluarga Bpk.F adalah Bpk.F. Namun,
tetap saja berkomunikasi atau meminta pendapat dengan Ny.A

5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Ekonomi

26
Bpk.F bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keluarga
Bpk.F juga memiliki tabungan untuk keperluan anak sekolah dan
keperluan mendadak.
b. Fungsi Status Sosial
Keluarga Bpk.F adalah keluarga biasa yang tidak mempunyai peran
dalam kegiatan dan struktur organisasi yang ada dalam masyarakat. Hal
ini dikarenakan mereka adalah keluarga yang mempunyai kesibukan
pekerjaan dan mengurus anak.
c. Fungsi Pendidikan
Pendidikan Bpk.F dan Ny.A hanya sebatas SMA.
d. Fungsi Sosialisasi
Setiap anggota keluarga memberikan perhatian dan kasih sayang
kepada anggota keluarga yang lain. Tanggung jawab mengurus anak
merupakan tanggung jawab bersama terutama oleh Bpk.F dan Ny.A.
ketika malam hari Bpk.F suka mengajak an.W bermain dan mengobrol.
Akan tetapi, Bpk.F dan Ny.A jarang bahkan mungkin tidak pernah
mengikuti kegiatan kemasyarakatan.
e. Fungsi Pemenuhan (Perawatan/ Pemeliharaan) Kesehatan
1) Mengenal Masalah Kesehatan
Ny.A mengatakan apabila anak mereka sakit mereka selalu
membawa ke puskesmas atau ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat.
2) Kemampuan Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Keluarga Bpk.F sudah mampu menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan.
f. Fungsi Religius
Keluarga Bpk.F menjalankan sholat tetapi tidak 5 waktu. Keluarga
Bpk.F tidak aktif mengikuti kegiatan pengajian yang ada di lingkungan
tempat tinggalnya.

27
g. Fungsi Rekreasi
Keluarga Bpk.F tidak ada jadwal atau rencana khusus untuk berekreasi
karena keterbatasan masalah ekonomi dan waktu, keluarga Bpk.F juga
tidak terlalu senang untuk keluar rumah, mereka lebih senang tinggal
diam di rumah.
h. Fungsi Reproduksi
Keluarga Bpk.F mempunyai 1 orang anak kandung yang masih berusia
6 tahunn. Keluarga ini tidak mempunyai masalah pada fungsi refroduksi.
i. Fungsi Afeksi
Semua anggota keluarga Bpk.F saling menyayangi satu sama lain, jika
ada yang sakit atau mengalami kesusahan maka anggota keluarga akan
saling membantu.

6. Stress dan Koping Keluarga

a. Stres Jangka Pendek


Keluarga Bpk.F berharap An.W dapat tumbuh sehat seperti anak lain
yang seusia dengan An.W tersebut dan mereka berharap juga agar
anggota keluarga yang lain dapat sehat.
b. Stres Jangka Panjang
Keluarga Bpk.F berharap agar An.W nantinya dapat menjadi anak
yang sehat serta dapat memenuhi dan melakukan kebutuhan untuk dirinya
sendiri tanpa melibatkan oarang lain.
c. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stressor
Jika ada masalah keluarga maka Bpk.F dan Ny.A selalu membahas
masalah tersebut secara bersama-sama.
d. Strategi Koping yang Digunakan

28
Bpk.F mengatakan jika ada masalah Beliau selalu membahas bersama
istrinya Ny.A sehingga masukan dari isrinya tersebut dapat membantu
menyelesaikan masalah.
e. Strategi Adaptasi Disfungsional
Dari pengkajian tidak didapatkan adanya cara-cara keluarga mengatasi
masalah secara maladaftif.

Pengkajian yang berhubungan dengan Anak umur 6 tahun


Identitas Anak
Nama : An.W
Usia : 6 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Berat badan : 26 kg
Panjang Badan : 87 cm

B. DIAGNOSA KEPERAWTAN YANG MUNGKIN TIMBUL


1. Kecemasan keluarga Bpk.F berhubungan dengan Perubahan tuntutan
ekonomi orang tua pada anak yang baru masuk sekolah
2. Kurangnya sosialisasi keluarga terhadap lingkungan sekitar berhubungan
dengan tingginya tuntutan untuk berkerja.

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


Kecemasan keluarga Anggota keluarga 1. Bicarakan tekhnik
berhubungan dengan menunjukkan tinggkat positif dalam
Perubahan tuntutan kecemasan yang minimal pemenuhan ekonomi
ekonomi orang tua pada terhadap perubahan keluarga
anak yang baru masuk tuntutan ekonomi 2. Anjurkan keluarga
sekolah untuk memiliki

29
manajemen keuangan
yang baik.

Kurangnya Bpk. F Keluarga Bpk. F dapat 1. Kaji kesusahan dalam


sosialisasi keluarga mengatur jadwal berinteraksi dengan
terhadap lingkungan aktivitas dalam untuk lingkungan
sekitar berhubungan beraktivitas dengan 2. Anjurkan kepada istri
dengan tingginya lingkungan klien dapat mengajak
tuntutan untuk berkerja. suami untuk
berinteraksi di
lingkungan
3. Anjurkan klien untuk
memiliki waktu
untuk liburan

C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/tanggal Implementasi keperawatan No DX
1 Senin 25 september 1. Membicarakan tekhnik Dx 1
2018 positif dalam pemenuhan
ekonomi keluarga
Hasil : Bpk F paham cara
untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
2. menganjurkan keluarga Dx 1
untuk memiliki
manajemen keuangan
yang baik.

30
Hasil : Ny. A paham dan
mulai memanajemen
keuangan dengan baik.
Baik itu dari pengeluaran
rumah tangga maupun
kebutuhan sekolah anak

2 Selasa,26 september 1. mengkaji kesusahan Dx 2


dalam berinteraksi
dengan lingkungan
hasil : nampak keluar Bpk
F sulit berinteraksi karena
adanya tututan untuk
berkerja dan sulit untuk
memulai berkomunikasi
2. menganjurkan kepada Dx 2
istri klien dapat mengajak
suami untuk berinteraksi
di lingkungan
hasil : Ny. A mengajak
suami untuk menjalin
silahturahmi dengan
tetangga sekitar.

D. Evaluasi Keperawatan
No Hari / Tanggal Evaluasi Keperawatan
1 Senin, 25 september S : keluarga mengatakan kecemasannya
2018 berkurang

31
O : nampak kecemas keluarga
berkurang dengan adanya manajemen
keuangan yang mulai berjalan baik
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
2 Selasa, 26 september S : keluarga mengatakan mulai dapat
2018 menjalani komunikasi dengan baik
O : Nampak keluarga dapat menjalani
komunikasi dan bersosialisasi dengan
baik dengan lingkungan
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

32

S-ar putea să vă placă și