Sunteți pe pagina 1din 3

Sinopsis film les Chorites

Pada tahun 1949, 50 tahun sebelumnya, Clement Mathieu, seorang musisi gagal, datang ke
Fond de l'Etang, sebuah sekolah tempat anak-anak bermasalah, untuk bekerja sebagai kepala asrama.
Di gerbang dia melihat seorang bocah, bernama Pepinot, yang sedang menunggu hari sabtu di
gerbang sekolah, katanya dia akan dijemput oleh ayahnya. Namun kenyataannya ayah Pepinot tidak
akan pernah datang, ayahnya terbunuh pada perang dunia saat tentara Nazi menduduki Perancis, tapi
Pepinot tidak mau mempercayai atau menerima kenyataan itu.

Kepala sekolah, Rachin, menerapkan kehidupan yang disiplin dan ketat pada siswanya. Prinsipnya
adalah "aksi-reaksi", dimana jika siswanya melanggar peraturan maka harus dihukum. Hukuman yang
diberikan berupa kurungan.

Saat akan memperkenalkan ruangan sekolah pada Mathieu, Maxence, penjaga sekolah yang sudah
cukup berumur terkena jebakan yang merupakan ulah anak-anak, dan dia cedera yang cuukp serius.
Mathieu langsung menghukumnya, namun hukumannya ternyata adalah merawat Maxence, Mathieu
tidak ingin menerapkan prinsip "aksi-reaksi" ala kepala sekolah pada anak didiknya.

Malam harinya Mathieu mendengar anak-anak menyanyikan lagu dengan lirik yang menghinanya.
Dari situ Mathieu menemukan ide, dia ingin mengajarkan mereka menyanyi dan membentuk grup
paduan suara. Mathieu lalu membagi anak didiknya berdasarkan jenis suaranya, Namun, Morhange
menolak untuk menyanyi.

Pada suatu malam Mathieu mendengar suara yang merdu, dia mencari sumber suara itu, yang ternyata
bersumber dari ruang kelas. Ternyata Morhange yang bernyanyi. Karena di luar kelas tanpa
pengawasan guru adalah suatu pelanggaran maka Mathieu menghukum Morhange. Hukumannya,
harus datang setiap hari untuk latihan paduan suara.

Seorang psikiater datang ke sekolah, membawa anak bermasalah untuk di didik. Namun anak itu,
Mondain level kenakalannya sangat berbeda, dia sangat kasar, liar dan pembangkang. Monadain juga
membuli anak-anak asrama yang lain. Dia mencuri jam tangan, dan dikurung dua minggu.

Paduan suara perlahan mengubah mereka menjadi lebih senang dan jarang bermasalah. Kepala
sekolah, Rachin perlahan juga perlahan mulai melunak, bahkan ikut bermain bersama.
Tapi masalah terjadi saat Mondain bebas, dia kabur dari sekolah, seluruh uang milik sekolah hilang.
Rachin menjatuhkan tuduhan pada Mondain, dia langsung melapor polisi dan menjebloskan ke
penjara.

Setelah itu Rachin melarang paduan suara, namun Mathieu tidak berhenti begitu saja, dia tetap
melatih secara sembunyi-sembunyi.
Mathieu bertemu dengan ibu Morhange. Mathieu berencana membantu Morhange mendapatkan
beasiswa sekolah musik di Lyon karena bakat yang dimilikinya.

Donatur sekolah mendengar kabar tentang grup paduan suara itu dan ingin melihat penampilan
mereka. Anak-anak tampil dengan baik dan memukau, Penampilan itu membuat para donatur kagum.
Rachin lalu mendapatkan penghargaan setelah memanfaatkan penampilan apik paduan suara, dia
diundang datang ke pertemuan dengan para donatur untuk menerima penghargaan itu.
Mathieu dan Maxence memanfaatkan kepergian Rachin untuk mengajak anak-anak jalan-jalan keluar
sekolah. Saat mereka pergi, ternyata Mondain datang dan membakar sekolah. Akibatnya terjadi
kebakaran yang menghanguskan sebagian bagunan sekolah. Mathieu lalu dipecat walaupun
sebenarnya telah menyelamatkan nyawa anak-anak, dan Maxence diskors selama dua minggu.
Bahkan Mathieu dilarang untuk berhubungan dan mengucapkan perpisahan dengan anak didiknya.

Mathieu berjalan keluar sekolah, berharap anak didiknya melanggar aturan untuk mengucapkan salam
perpisahan kepadanya, namun tidak ada yang keluar. Lalu dia melihat pesawat kertas berterbangan,
rupanya pesawat kertas itu adalah buatan anak didiknya yang berisikan ucapan perpisahan. Mathieu
terharu dan segera pergi mengejar bis.

Beberapa waktu berlalu, Morhange berhasil mendapatkan beasiswa sekolah musik, dan Rachin
akhirnya dipecat karena metode "disiplin brutal"-nya.
Nilai yang terkandung dalam film les Chorites

- Film tersebut memberikan pengertian bahwa pendidikan seni musik tidak hanya melatih anak
untuk bernyanyi tapi memiliki keberanian, kreatifitas, dan perkembangan dari segi kognitif dan
psikomotorik

- pentingnya pendidikan anak melalui cara yang kreatif, seperti melalui musik yang dapat
memberikan pengaruh dalam berperilaku, mampu mengembangkan kedislipinan, kepribadian,
moral, budi pekerti, perkembangan estetik dan apresiasi terhadap seni.

-para siswanya menjadi lebih baik mulai kerjasama/persahabatan dan mereka mendapatkan
kebahagiaan dalam hidup

- Mengajarkan pembaca untuk lebih peduli akan pendidikan untuk anak tanpa memandang dari latar
belakang apa mereka berasal, memberi dukungan dan dorongan kepada anak untuk meraih bakat
yang dimilikinya

S-ar putea să vă placă și