Sunteți pe pagina 1din 7

Nurcahyani, et al, Pengaruh Terapi Suportif Kelompok terhadap Kecemasan ...

Pengaruh Terapi Suportif Kelompok terhadap Kecemasan pada


Klien Pasca Bencana Banjir Bandang di Perumahan Relokasi
Desa Suci Kecamatan Panti Kabupaten Jember
(The Effect of Supportive Group Therapy toward the Client’s
Anxiety after Flash Flood Disaster at Relocation Housing in Suci
Village, Panti Subdistrict, Jember Regency)
Fitri Nurcahyani, Erti Ikhtiarini Dewi, Rondhianto
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp/Fax. (0331) 323450
email: fitrinurcahyani89@gmail.com

Abstract
Anxiety as psychosocial problems were emerged as stimulated by stress after flash flood
disaster. Supportive group therapy is an effective method to solve some psychosocial
problems. This research was intended to analyze the effect of supportive group therapy toward
the client’s anxiety after flash flood disaster at relocation housing in Suci Village. The research
used quasi-experimental non equivalent with control group design with 36 respondents divided
into 2 groups: 13 respondents in intervention group, and 23 respondents in control group. Data
were analyzed by using paired t-test and Independent t-test with 95% of CI. The research
showed that p value of paired t-test in experimental group is 0,000 and 0,004 in control group,
while p value of independent t-test was 0,000 (p<α; α=0,05). It showed that there was a
significant difference in client’s anxiety before and after getting a supportive group therapy. The
conclusion of this research is there was an effect of supportive group therapy toward the
client’s anxiety after flash flood disaster at relocation housing in Suci Village. It is suggested
that respondent could continou the supportive group therapy to cope client with anxiety after
flash flood disaster.

Keywords: Anxiety, Flash Flood Disaster, Supportive Group Therapy

Abstrak
Kecemasan merupakan masalah psikososial yang muncul sebagai respon terhadap stres
pasca bencana banjir bandang. Terapi suportif kelompok merupakan suatu metode yang efektif
untuk berbagai gangguan kejiwaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
terapi suportif kelompok terhadap kecemasan pada klien pasca bencana banjir bandang di
perumahan relokasi Desa Suci. Penelitian ini menggunakan quasi-experimental dengan
pendekatan non equivalent with control group design dan menggunakan teknik simple random
sampling dengan 36 responden yang didibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 13 responden pada
kelompok intervensi, dan 23 responden pada kelompok kontrol . Data dianalisis menggunakan
paired t-test dan independent t -test dengan 95 % CI . Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai p paired t -test pada kelompok intervensi adalah 0,000 dan 0,004 pada kelompok kontrol,
sedangkan nilai p independent t -test adalah 0,000 ( p < α , α = 0,05 ). Hal ini menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan pada kecemasan klien sebelum dan setelah
mendapatkan terapi suportif kelompok. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh
terapi suportif kelompok terhadap kecemasan klien pasca bencana banjir bandang di
perumahan relokasi Desa Suci. Disarankan pada responden agar dapat melanjutkan
Supportive Group Therapy untuk mengatasi klien dengan kecemasan pasca bencana banjir
bandang .

Kata kunci: Kecemasan, Banjir Bandang, Terapi Suportif Kelompok

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.2), Mei, 2016 293


Nurcahyani, et al, Pengaruh Terapi Suportif Kelompok terhadap Kecemasan ...

Pendahuluan psikososial seperti peristiwa traumatis atau


keadaan yang mengganggu kehidupan individu ,
Bencana (disaster) merupakan setiap mengganggu kehidupan sosialnya dan bisa
kejadian yang menyebabkan kerusakan pada menjadi patologis yang nantinya mengarah pada
fungsi masyarakat yang meliputi hilangnya gangguan jiwa [7,8]. Oleh karena itu perlu sekali
nyawa manusia, kerusakan sarana dan adanya penanganan yang tepat untuk korban
prasarana, terganggunya perekonomian, serta bencana yang mengalami kecemasan.
segala sesuatu yang dapat mengganggu Upaya untuk menangani kecemasan
kehidupan masyarakat jika tidak segera diatasi. antara lain dengan psikoterapi [9]. Terapi
[1]. Indonesia memiliki banyak wilayah yang suportif adalah suatu bagian dari psikoterapi
rawan bencana, meliputi bencana alam maupun yang digunakan pada komunitas berbasis
bencana non alam yang sering terjadi dan pskiatrik [10]. Terapi suportif kelompok adalah
berdampak menjadi peristiwa traumatis [2]. kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki
Kejadian bencana alam di Indonesia, masalah yang sama, mengekspresikan
menurut Kementrian Kesehatan tahun 2012 pengalaman bersama tentang masalah yang
terjadi sebanyak 211 kali dengan 53,3% dialami yang bertujuan untuk mendukung dan
merupakan bencana hidrometeorologi (34,1%) memperkuat potensi yang dimiliki anggota
diataranya adalah bencana banjir. Dalam kelompok, meningkatkan kepercayaan diri, dan
periode 2003-2010, ada sekitar 5.186 kejadian berbagi pengalaman terhadap masalah yang
bencana banjir yang menyumbang 45,5% dari dihadapi sehingga dapat membantu anggota
total bencana alam [3]. Data Indeks Rawan kelompok mengatasi masalah yang
Bencana tahun 2011 menyebutkan bahwa berhubungan stres dalam hidup yang berfokus
Provinsi Jawa Timur berada pada urutan ketiga pada disfungsi pikiran, perasaan dan perilaku
wilayah rawan bencana yang ada di Indonesia. [11]. Terapi suportif kelompok merupakan suatu
Data Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten metode yang efektif untuk berbagai gangguan
Jember tahun 2009, Kabupaten Jember kejiwaan dan kondisi medis termasuk
berdasarkan letak kecamatannya yaitu 22 skizofrenia, gangguan bipolar, depresi, PTSD,
kecamatan yang rawan banjir, 6 kecamatan gangguan kepribadian, penyalahgunaan zat,
yang rawan banjir bandang, dan 11 dan kecemasan [12].
kecamatan yang rawan tanah longsor [3]. Berdasarkan hasil wawancara oleh
Kejadian banjir bandang di Kecamatan peneliti kepada sepuluh warga di perumahan
Panti Kabupaten Jember terjadi pada tanggal 01 relokasi Desa Suci, didapatkan hasil tujuh warga
Januari 2006 mengakibatkan adanya korban mengaku bahwa mereka masih merasakan
jiwa dan kerugian harta benda serta rusaknya gejala kecemasan seperti khawatir terhadap
infrastruktur daerah. Daerah yang terparah terulangnya kejadian banjir, sulit tidur di malam
terlanda banjir bandang adalah wilayah Desa hari, dan mengalami penurunan konsentrasi
Suci dan Desa Kemiri, Kecamatan Panti [4]. dalam kehidupan sehari-hari. Namun sampai
Dampak dari banjir menimbulkan kerugian pada saat ini belum pernah ada terapi psikologi dari
kehidupan manusia dan memburuknya derajat pemerintah daerah setempat terkait
kesehatan baik dari segi fisik maupun non-fisik. pembentukan kelompok dukungan psikologis
Bentuk kerugian yang secara non-fisik seperti yang berisi cara mengatasi kecemasan.
trauma terhadap peristiwa yang pernah dialami Berdasarkan penjabaran dari fenomena diatas,
merupakan salah satu dampak psikologis yang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
sering ditemui pada masyarakat korban tentang Pengaruh Terapi Suportif Kelompok
bencana alam adalah Post Traumatic Stress terhadap Kecemasan pada Klien Pasca Bencana
Disorder (PTSD). PTSD merupakan suatu Banjir Bandang di Perumahan Relokasi Desa
sindrom yang dialami oleh seseorang yang Suci Kecamatan Panti Kabupaten Jember.
mengalami kejadian traumatis [5]. Kondisi
demikian akan menimbulkan dampak psikologis
berupa gangguan perilaku mulai dari cemas Metode Penelitian
yang berlebihan, mudah tersinggung, tidak bisa Penelitian ini menggunakan desain quasi
tidur, tegang, dan berbagai reaksi lainnya [6]. experiment dengan menggunakan pendekatan
Kecemasan merupakan suatu respon terhadap non equivalent with control group design karena
stres, bencana yang mengancam jiwa. peneliti akan melakukan pretest dan posttest
berlangsung secara terus-menerus yang dapat pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
disebabkan adanya faktor potensi stresor sebelum dan sesudah intervensi. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.2), Mei, 2016 294


Nurcahyani, et al, Pengaruh Terapi Suportif Kelompok terhadap Kecemasan ...

warga perumahan relokasi yang mengalami Hasil Penelitian


kecemasan pasca bencana banjir bandang di Gambaran Kecemasan pada Kelompok
Desa Suci Kecamatan Panti Kabupaten Jember Intervensi dan Kelompok Kontrol Sebelum
yaitu sebanyak 53 orang. Teknik pengambilan Diberikan Terapi Suportif Kelompok
sampel menggunakan simple random sampling. Tabel 1. Kecemasan pada Kelompok Intervensi
Pengambilan sampel dalam penelitian ini Sebelum Diberikan Terapi Suportif
didasarkan pada responden yang mememenuhi Kelompok dan pada Kelompok Kontrol
kriteria inklusi. Saat Pretest di Perumahan Relokasi
Sampel yang digunakan dalam penelitian Desa Suci Kecamatan Panti
ini adalah sampel yang telah memenuhi kriteria Kabupaten Jember
inklusi sebanyak 36 responden yang terbagi Variabel Std.
menjadi 13 responden pada kelompok intervensi Nilai Mean Deviasi Min-Maks
dan 23 responden pada kelompok kontrol. Pretest
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah warga
Kelompok 15,23 2,587 9-20
yang tinggal di perumahan relokasi Desa Suci intervensi
Kecamatan Panti, pernah mengalami peristiwa
banjir bandang pada tahun 2006, berusia 18-55 Kelompok 13,22 3,597 8-20
tahun, bisa membaca dan menulis, bersedia kontrol
sebagai responden dalam penelitian dan
dibuktikan dengan penandatanganan dalam Tabel 2.Tingkat Kecemasan pada Kelompok
lembar persetujuan responden, dan bersedia Intervensi Sebelum Diberikan Terapi
mengikuti kegiatan mulai dari awal sampai akhir. Suportif Kelompok dan Kelompok
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Kontrol Saat Pretest di Perumahan
warga yang tinggal di perumahan relokasi Desa Relokasi Desa Suci Kecamatan Panti
Suci, namun bukan korban bencana banjir tahun Kabupaten Jember
2006 dan pernah tidak datang dalam sesi terapi Tingkat Kelompok Kelompok Jumlah
suportif kelompok. Kecemasan Intervensi Kontrol (n=36)
Penelitian ini dilakukan di di perumahan Pretest (n1=13) (n2=23)
relokasi Gaplek dan Krajan Desa Suci n % n % N %
Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Waktu
1. Tidak 0 0 0 0 0 0
penelitian ini dilakukan dari bulan September
Cemas
2013 hingga Mei 2014. Alat pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2. Cemas 1 7,7 10 43,5 11 30,5
wawancara dengan warga yang pernah Ringan
mengalami banjir saat dilakukan studi 3. Cemas 10 76,9 10 43,5 20 55,5
pendahuluan dan hasil pengisian kuesioner Sedang
kecemasan yang dirasakan klien pasca bencana 4. Cemas 2 15,4 3 13,0 5 14
banjir dilakukan saat penelitian. Kuesioner Berat
kecemasan yang digunakan pada penelitian ini
yaitu kuisioner Taylor Manifest Anxiety Scale 5. Panik 0 0 0 0 0 0
(TMAS). Kuisioner ini diberikan sebanyak dua Total 13 100 23 100 36 100
kali, yaitu sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi yang diisi sendiri oleh responden Tabel 2 menggambarkan bahwa pada
dengan didampingi oleh peneliti. Pengolahan kelompok intervensi sebelum diberikan terapi
dan analisa data melalui program SPSS suportif kelompok, sebagian besar responden
menggunakan uji statistik dependent t-test atau berada pada cemas sedang, yaitu sebanyak 10
paired t-test dan uji independent t-test dengan orang (76,9 %), 1 orang (7,7 %) berada pada
derajat kepercayaan 95% (α=0,05). cemas ringan, dan sisanya yaitu 2 orang (15,4
%) berada pada cemas berat. Sedangkan pada
kelompok kontrol, sebagian besar responden
berada pada cemas sedang dan ringan, yaitu
masing-masing 10 orang (43,5 %), serta sisanya
yaitu 3 orang (13 %) berada pada cemas berat.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.2), Mei, 2016 295


Nurcahyani, et al, Pengaruh Terapi Suportif Kelompok terhadap Kecemasan ...

Gambaran Kecemasan pada Kelompok Perbedaan Kecemasan pada Kelompok


Intervensi dan Kelompok Kontrol Setelah Intervensi dan Kelompok Kontrol Sebelum
Diberikan Terapi Suportif Kelompok dan Setelah Pemberian Terapi Suportif
Tabel 3. Kecemasan pada Kelompok Intervensi Kelompok
Setelah Diberikan Terapi Suportif Tabel 5.Hasil Analisis Paired t-test pada Klien
Kelompok dan Kelompok Kontrol Saat Kecemasan di Perumahan Relokasi
Posttest di Perumahan Relokasi Desa Desa Suci Kecamatan Panti Kabupaten
Suci Kecamatan Panti Kabupaten Jember
Jember Kelompok Mean SD t P
Variabel Std. Intervensi -6,769 2,166 - 0.000
Nilai Mean Deviasi Min-Maks Kontrol -0,913 1,379 11,267 0,004
Posttest -0,317
Kelompok 8,46 1,761 6-12 Tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa
intervensi hasil Paired t-test pada kelompok intervensi
Kelompok 12,30 3,878 7-19 diperoleh nilai t hitung -11,267 dan p 0,000 <
kontrol 0,05 (α) yang berarti terdapat perbedaan yang
signifikan kecemasan klien sebelum dan
Tabel 4.Tingkat Kecemasan pada Kelompok sesudah dilakukan terapi suportif kelompok.
Intervensi Setelah Diberikan Terapi Hasil Paired t-test pada kelompok kontrol
Suportif Kelompok dan Kelompok diperoleh nilai t hitung -0,317 dan p 0,004 < 0,05
Kontrol Saat Posttest di Perumahan (α) yang berarti terdapat perbedaan kecemasan
Relokasi Desa Suci Kecamatan Panti saat pretest dan posttest. Pada kedua kelompok
Kabupaten Jember diperoleh t hitung negatif yang menunjukkan
Tingkat Kelompok Kelompok Jumlah bahwa nilai pretest lebih tinggi daripada nilai
Kecemasan Intervensi Kontrol (n=36) posttest yang berarti terdapat penurunan skor
Pretest (n1=13) (n2=23) kecemasan klien.
n % n % N %
Perbedaan Kecemasan pada Kelompok
1. Tidak 5 38,5 2 8,7 7 19,5 Intervensi dan Kelompok Kontrol
Cemas Tabel 6. Hasil Analisis Independent t-test
2. Cemas 8 61,5 10 43,5 18 50 Kecemasan pada Klien Kecemasan
Ringan Pasca Bencana Banjir Bandang di
Perumahan Relokasi Desa Suci
3. Cemas 0 0 8 34,8 8 22,2
Sedang Kecamatan Panti Kabupaten Jember
Mean
4. Cemas 0 0 3 13,0 3 8,3 Kelompok t P df
DIfference
Berat
Intervensi
5. Panik 0 0 0 0 0 0 9,934 0,000 34 5,8561
Kontrol
Total 13 100 23 100 36 100 Tabel 6. Analisis Independent t-test
digunakan untuk mengetahui perbedaan
Tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa kecemasan pada kelompok intervensi dan
sebagian besar responden pada kelompok kelompok kontrol. Hasil Independent t-test
intervensi setelah diberikan terapi suportif terhadap kecemasan antara kelompok intervensi
kelompok, yaitu sebanyak 8 orang (61,5 %) dan kelompok kontrol dapat diketahui nilai t =
berada pada kecemasan tingkat ringan, dan 9,934 dengan p 0,000 < 0,005 yang berarti
sisanya yaitu 5 orang (38,5 %) berada pada bahwa terdapat perbedaan kecemasan yang
kategori tidak cemas. Berbeda dengan signifikan antara kelompok intervensi dan
responden pada kelompok kontrol, diketahui kelompok kontrol. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar responden yaitu bahwa ada pengaruh terapi suportif kelompok
sebanyak 10 orang (43,5 %) berada pada terhadap kecemasan. Nilai positif pada
cemas ringan, 8 orang (34,8 %) pada cemas kelompok intervensi lebih besar daripada
sedang, 3 orang (13 %) pada cemas berat, dan kelompok kontrol.
sisanya yaitu 2 orang (8,7 %) berada pada
kategori tidak cemas.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.2), Mei, 2016 296


Nurcahyani, et al, Pengaruh Terapi Suportif Kelompok terhadap Kecemasan ...

Pembahasan Gambaran Kecemasan pada Kelompok


Gambaran Kecemasan pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Setelah
Intervensi dan Kelompok Kontrol Sebelum Diberikan Terapi Suportif Kelompok
Diberikan Terapi Suportif Kelompok Hasil posttest antara kelompok intervensi
Gangguan kecemasan adalah dan kelompok kontrol memiliki rata-rata yang
sekelompok kondisi yang memberi gambaran berbeda. Klien pada kelompok intervensi yang
penting tentang kekhawatiran yang berlebihan, pada nilai posttest memperlihatkan mayoritas
disertai respon perilaku, emosional, dan berada pada kecemasan ringan tentunya juga
fisiologis. Individu yang mengalami gangguan dipengaruhi oleh mekanisme koping dari setiap
kecemasan dapat memperlihatkan perilaku yang anggota kelompok intervensi yang terbentuk
tidak lazim. Perilaku yang tidak lazim tersebut setelah menerima terapi suportif kelompok.
dapat berupa rasa panik tanpa alasan, khawatir Seseorang yang mengalami kecemasan
yang tidak beralasan terhadap obyek atau berusaha menggunakan berbagai mekanisme
kondisi kehidupan, melakukan tindakan koping untuk mencoba mengatasinya.
berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, Mekanisme pertahanan ego dapat mengatasi
mengalami kembali peristiwa yang traumatis, kecemasan ringan dan sedang [14]. Klien yang
atau rasa khawatir yang tidak dapat dijelaskan berada pada tingkat kecemasan ringan,
atau berlebihan [9]. Berdasarkan hasil pretest berhubungan dengan ketegangan dalam
pada kedua kelompok dapat dilihat bahwa baik kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
pada kelompok intervensi maupun kelompok seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
kontrol, semua klien pada kedua kelompok lahan persepsinya. Respon fisik yang terjadi
masih merasakan kecemasan. gangguan pada kecemasan ringan berupa ketegangan otot
kecemasan merupakan salah satu kondisi yang yang ringan, sadar akan lingkungan atau sedikit
sangat umum dirasakan oleh klien pasca gelisah, dan penuh perhatian, dengan ciri-ciri
bencana. Apabila gangguan kecemasan yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan,
tersebut tidak segera ditangani, maka akan kesadaran meningkat, mampu untuk belajar,
bersifat patologi bagi klien [13]. motivasi meningkat, dan tingkah laku sesuai
Mayoritas klien baik pada kelompok dengan situasi [15].
kontrol maupun intervensi berada pada Perbedaan nilai rata-rata posttest pada
kecemasan sedang, tidak ada satupun klien kedua kelompok tersebut juga memperlihatkan
yang berada pada kategori tidak cemas dan bahwa mekanisme koping klien pada kelompok
panik. Hal tersebut tentunya didasari oleh intervensi lebih baik, hal tersebut berarti bahwa
adanya pengalaman peristiwa traumatis yang terapi suportif kelompok efektif terhadap
pernah dialami oleh klien pada kedua kelompok penurunan kecemasan klien pada kelompok
akibat peristiwa bencana banjir bandang yang intervensi. Terapi suportif kelompok merupakan
masih dirasakan sebagai suatu ancaman. suatu terapi dengan teknik dan proses kelompok
Klien kecemasan yang berada pada yang dasar pelaksanaannya dapat menciptakan
tingkat sedang memungkinkan seseorang untuk hubungan terapeutik antara terapis dan klien
memusatkan pada hal yang penting dan sehingga bermanfaat untuk meningkatkan
mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini kekuatan, keterampilan koping dan kemampuan
mempersempit lapang persepsi seseorang klien menggunakan sumber koping,
sehingga seseorang mengalami perhatian yang meningkatkan otonomi dalam pengambilan
selektif, namun dapat berfokus pada lebih keputusan, meningkatkan kemampuan klien
banyak area jika diarahkan untuk mencapai kemandirian seoptimal mungkin, dan
melakukannya[14]. Ciri-ciri yang muncul pada kemampuan mengurangi distres subyektif dan
tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, denyut respon koping yang maladaptif [6].
jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan
otot meningkat, bicara cepat dengan volume Perbedaan Kecemasan pada Kelompok
tinggi, mampu untuk belajar namun tidak Intervensi dan Kelompok Kontrol Sebelum
terfokus pada rangsang yang tidak menambah dan Setelah Pemberian Terapi Suportif
kecemasan, mudah tersinggung, tidak sabar, Kelompok
mudah lupa, marah, dan menangis [15]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan skor kecemasan pada
masing-masing kelompok. Berdasarkan hasil uji
Paired t-test, dapat diketahui bahwa penurunan
skor pada kelompok intervensi lebih besar

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.2), Mei, 2016 297


Nurcahyani, et al, Pengaruh Terapi Suportif Kelompok terhadap Kecemasan ...

daripada kelompok kontrol. Saling berbagi menyelesaikan krisis yang dihadapinya dengan
pengalaman dan masalah merupakan cara membangun hubungan yang bersifat
kebutuhan beberapa individu untuk mengelola suportif antara klien dengan terapis [9]. Terapi
masalah psikososial kecemasan yang dialami suportif kelompok juga berperan dalam mendidik
[16]. Terapi suportif kelompok lebih dipilih klien berkompromi dengan stres emosional
sebagai intervensi untuk mengoptimalkan dalam kehidupannya [16]. Kecemasan
kemampuan pemberian dukungan dari dan merupakan masalah emosional yang muncul
antar anggota kelompok dibandingkan terapi akibat stres pasca bencana banjir bandang
individu, berdasar pada beberapa pertimbangan sehingga tepat jika diberikan intervensi terapi
bahwa : kesempatan untuk mendapatkan suportif kelompok karena anggotanya dapat
umpan balik segera dari anggota kelompok, dan memperoleh dukungan dari anggota lainnya
kesempatan bagi peserta kelompok dari terapis untuk mengatasi masalah kecemasan. Adanya
untuk mengobservasi respon psikologis, perbedaan tingkat kecemasan mengindikasikan
emosional, dan perilaku individu terhadap bahwa terapi suportif kelompok sebagai sebuah
anggota kelompok lainnya [17]. Tujuan terapi spesialis dibutuhkan oleh klien
pemberian asuhan keperawatan pada anggota kecemasan pasca bencana banjir bandang
kelompok yang mengalami kecemasan adalah untuk meningkatkan kemampuan mengelola
untuk mengurangi kecemasan dengan cara kecemasan, sehingga pada akhir terapi, tingkat
memanipulasi sumber kecemasan melalui kecemasan dapat menurun.
tindakan keperawatan yang terapeutik [18].
Simpulan dan Saran
Perbedaan Kecemasan pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol Simpulan
Hasil uji Independent t-test menunjukkan Berdasarkan hasil penelitian dan
bahwa terdapat perbedaan skor kecemasan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, maka
yang signifikan antara kelompok intervensi dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis (Ha) yang
kelompok kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa digunakan dalam penelitian ini diterima, yang
hipotesis (Ha) yang diajukan oleh peneliti berarti bahwa ada pengaruh Terapi Suportif
diterima, yang berarti bahwa ada pengaruh Kelompok terhadap Kecemasan Klien Pasca
terapi suportif kelompok terhadap kecemasan Bencana Banjir Bandang di Perumahan
pada klien pasca banjir bandang di perumahan Relokasi Desa Suci Kecamatan Panti
relokasi Desa Suci Kecamatan Panti Kabupaten Kabupaten Jember.
Jember.
Hasil positif dijumpai pada penelitian ini, Saran
dimana tidak satupun responden, baik pada Peneliti merekomendasikan agar terapi
kelompok intervensi maupun kelompok kontrol suportif kelompok dapat digunakan sebagai
mengalami peningkatan kecemasan (dari terapi lanjutan untuk mengatasi masalah
kecemasan sedang ke kecemasan berat atau psikososial klien lainnya, selain itu juga dapat
panik). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian menggunakan modifikasi terapi generalis dan
terapi keperawatan, yaitu terapi spesialis terapi spesialis untuk mengoptimalkan dalam
mampu menghindarkan responden mengalami menurunkan masalah psikososial klien
kecemasan yang lebih tinggi. Dibutuhkan khususnya kecemasan, mengusulkan kepada
sebuah terapi spesialis untuk menguatkan masyarakat setempat untuk menindaklanjuti
kemampuan klien dalam mengelola kecemasan, hasil penelitian ini dengan meneruskan program
sehingga dengan pemberian terapi suportif kegiatan terapi suportif kelompok, mengusulkan
kelompok sebagai terapi spesialis, telah mampu kepada instansi pelayanan kesehatan agar terapi
menurunkan kecemasan responden, dibuktikan suportif kelompok dapat dijadikan sebagai suatu
dengan proporsi responden yang diberikan program rehabilitasi kesehatan jiwa pada klien
terapi suportif kelompok mengalami penurunan pasca bencana sekaligus menurunkan tingkat
nilai rata-rata yang lebih besar dibandingkan kecemasan klien akibat bencana itu sendiri, dan
dengan kelompok yang tidak mendapatkan terapi suportif kelompok dapat dilakukan oleh
terapi suportif kelompok. mahasiswa saat praktik belajar lapangan dalam
Terapi suportif kelompok dapat pembelajaran asuhan keperawatan jiwa
didefinisikan sebagai bentuk terapi yang sehingga dapat langsung terjun pada klien untuk
bertujuan untuk memberikan dukungan terhadap membantu mengatasi masalah psikososialnya.
klien dalam kelompok, sehingga mampu

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.2), Mei, 2016 298


Nurcahyani, et al, Pengaruh Terapi Suportif Kelompok terhadap Kecemasan ...

Daftar Pustaka [9]. Videbeck SL. Buku ajar keperawatan jiwa.


Jakarta : EGC; 2008.
[1]. World Health Organization. Definitions of [10].Semiun Y. Kesehatan mental 3.
terms. [place unknown]; 2009. Yogyakarta : Kanisius; 2006.
[2]. Adesla V. Post traumatic stress disorder. [11]. Inc.Stuart GW. Principles and practice of
[Internet]. [place unknown]: CPN
psychiatric nursing. 9th ed. Missouri :
Resources; 2009 [updated 2009 April 3;
Mosby, Inc; 2009.
cited 2013 November 25]. Available from :
[12]. Battaglia RA. Handbook of lives tuck
http://www.e-psikologi.com/epsi/klinis
management. New Jersey : Pearson
[3]. Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Prentice Hall; 2007.
Indeks rawan bencana indonesia. Jakarta:
[13]. Clinical Resource Efficiency Support Team.
Direktorat Pengurangan Resiko Bencana;
The management of post traumatic stress
2011.
disorder in adults.[place unknown]; 2003.
[4]. Sulistyorini L, Rondhianto, Dewi EI.
[14]. Stuart GW, Sundeen SJ. Principles and
Manajemen bencana berbasis masyarakat
practice of psychiatric nursing. St. Louis
(MBBM) pada masyarakat perkebunan
Missouri : Mosby year Book; 2007.
2013. Laporan penelitian hibah bersaing.
[15]. Townsend MC. Psychiatric mental health
Jember: Program Studi Ilmu Keperawatan
nursing concepts of care in evidence based
Universitas Jember.
[5]. Stuart GW, Laraia. Principles and practice practice. 6th ed. Philadelphia : F.A Davis
Company; 2009.
of psychiatric nursing. 8th ed. St. Louis
[16] Fortinash MK, Worret HAP. Psychiatric
Missouri : Mosby year Book; 2008.
mental health nursing. St. Louis Missouri :
[6]. Maramis. Catatan ilmu kesehatan jiwa..
Mosby year Book; 2006.
Surabaya : Airlangga Press; 2005.
[17]. Saddock BJ, Saddock VA. Kaplan and
[7]. Ibrahim AS. Menyiasati gangguan cemas.
saddock’s synopsis of psychiatry:
[internet]. [Indonesia]: 2009. [cited 2014
behavioral science or clinical psychiatry.
Maret 19]. Available from :
http://www.pdpersi.co.id. 10th ed. Lippincott: William dan Wilkins;
[8]. Irmawati. Peranan psikologi dalam 2007.
menjawab fenomena psikologis masyarakat [18]. Mc.Closkey JC. Nursing intervention
indonesia [internet]. [Indonesia]: 2009 clasification (NIC). St. Louis Mosby; 2008.
[cited 20013 Februari 20]. Available from:
http://usupress.usu.ac.id/files/Orasi
%20Ilmiah%20Dies%20.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.2), Mei, 2016 299

S-ar putea să vă placă și