Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
m.widjanarko@umk.ac.id
Abstract
The objective of this study is to determine the forms of aggressive behavior that received by victims of courtship
violence and the factors that causes violence in long term courtship. The method used in this study is a qualitative
research method with a phenomenological approach using data collection techniques by observing and
interviewing. The sampling technique used in this study is snowball technique. Data analysis techniques follow this
stages: analyzing all the data, categorizing data, preparing the psychological dynamics, connecting with the
theoretical basis and drawing conclusions. Based on the results of the study, it shows the forms of aggressive
behavior that received by victims of violence in courtship is verbal or symbolic aggression behavior, such as harsh
words, words that is not worth to listen, mocking/scolding, threatening, insisting, and limiting intercommunication.
In case of violation of property rights, is the property of the subjects used at one’s pleasure by their mate without
permission. Physical assault is in the form of forced asking or confiscated subject as well as hitting or knocking
head. While the reason for the victims to survive is feeling shy because everyone already knows their courtship
relationship.Besides, the victim thinks and hopes theirmatewould be better and their relationshipwould be
improved.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku agresi yang diterima oleh korban kekerasan
dalam pacaran dan faktor yang menyebabkan korban kekerasan dalam pacaran bertahan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dengan mengunakan
teknik pengumpulan data observasi dan wawancara. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik snowball.
Teknik analisis data dengan tahapan sebagai berikut: menelaah seluruh data, mengkategorikan data, menyusun
dinamika psikologis, menghubungkan dengan landasan teori, dan menarik kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian
mensimpulkan bentuk-bentuk perilaku agresi yang diterima korban kekerasan dalam pacaran adalah perilaku agresi
verbal atau simbolis, yaitu berupa kata-kata kasar, kata-kata tidak layak dengar, memburuk-burukkan / menjelek-
jelekkan, mengancam, menuntut, dan membatasi pergaulan. Dalam hal pelanggaran hak milik, yaitu barang milik
subyek digunakan seenaknya sendiri oleh pasangan maupun menggunakan tanpa ijin. Penyerangan fisik berupa
meminta paksa atau merampas barang subyek serta memukul atau menjenggung. Sedangkan alasan korban bertahan
adalah malu karena semua orang terlanjur mengetahui hubungan pacaran mereka, serta korban berfikir dan berharap
pasangan dapat berubah lebih baik dan hubungan mereka dapat diperbaiki,
151
152 Perilaku agresif yang dialami korban kekerasan dalam pacaran
Whittaker (dalam Sagala, 2008) mengatakan perasaan dengan agresi sebagai bentuk
bahwa perilaku agresif seringkali digunakan perilaku (Adi, 2009). Agresi adalah suatu
untuk menunjukkan adanya kecenderungan respon terhadap kemarahan, kekecewaan,
menyerang individu lainnya atau individu- perasaan dendam atau ancaman yang
individu yang mempunyai niat untuk memancing amarah yang dapat mem-
menimbulkan cedera fisik maupun bangkitkan perilaku kekerasan sebagai suatu
psikologi, dengan begitu tindakan fisik yang cara melawan atau menghukum berupa
overt, kecaman serta penggunaan bahasa tindakan menyerang, merusak hingga
verbal yang kasar juga merupakan perilaku membunuh (Adi, 2009).
agresif.
Kekerasan dalam berpacaran (KDP)
Perilaku agresi merupakan bentuk perilaku atau dating violence merupakan kasus yang
negatif yang timbul karena adanya sering terjadi setelah kekerasan dalam
rangsangan, terutama rangsangan dari rumah tangga.Sebenarnya siapa saja bisa
lingkungan yang seringkali mengakibatkan menjadi korban KDP, baik laki-laki maupun
dampak yang lebih besar. Perilaku agresi perempuan, tetapi korban didominasi oleh
dapat berupa fisik maupun verbal dan dapat kaum perempuan yang lebih banyak
terjadi pada orang lain ataupun objek yang mengalami kekerasan dalam pacaran.
menjadi sasaran perilaku agresi. Banyak
tokoh yang menjelaskan tentang pengertian Hal ini di dukung dari sumber Komnas
perilaku agresi, menurut Baron (dalam Perempuan (Ridwan, 2006), berdasarkan
Koeswara, 1988) agresi adalah tingkah laku hasil penanganan kasus kekerasan di 14
individu yang ditujukan untuk melukai atau daerah di Indonesia tercatat bahwa dari
mencelakakan individu lain yang tidak 3169 kasus kekerasan terhadap perempuan,
menginginkan datangnya tingkah laku kaum perempuan paling banyak mengalami
tersebut. kekerasan dan penganiayaan oleh orang-
orang terdekatnya (40%) serta tindak
Aronson (dalam Koeswara, 1988) perkosaan dikomunitasnya sendiri (32%).
menjelaskan agresi adalah tingkah laku Pola ini berlaku dikota-kota besar seperti
yang dijalankan individu dengan maksud Jakarta dan Yogyakarta, di daerah yang
melukai atau mencelakakan individu lain miskin dan penuh konflik, maupun di
dengan ataupun tanpa tujuan tertentu. daerah yang diwarnai kedinamisan ekonomi
Sementara itu, Moore dan Fine (dalam serta budaya seperti Surabaya dan Sulawesi
Koeswara, 1988) mendefinisikan agresi Selatan.
sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik
ataupun secara verbal terhadap individu lain Kekerasan dalam pacaran merupakan salah
atau terhadap objek-objek. Sedangkan satu bentuk perilaku agresi dari tindakan
Berkowitz (dalam Krahe, 2005) kekerasan terhadap perempuan. Sedangkan
mendefinisikan agresi dalam hubungannya definisi kekerasan terhadap perempuan itu
dengan pelanggaran norma atau perilaku sendiri menurut Deklarasi Penghapusan
yang tidak dapat diterima secara sosial Kekerasan terhadap Perempuan tahun 1994
berarti mengabaikan masalah bahwa pasal 1 adalah: setiap tindakan berdasarkan
evaluasi normatif mengenai perilaku perbedaan jenis kelamin yang berakibat
seringkali berbeda, bergantung perspektif kesengsaraan atau penderitaan perempuan
pihak-pihak yang terlibat. secara fisik, seksual dan psikologis,
termasuk ancaman tindakan tertentu,
Kekerasan (violence) merupakan suatu pemaksaan atau perampasan kemerdekaan
bentuk perilaku agresi (aggressive behavior) secara sewenang-wenang, baik yang terjadi
yang menyebabkan penderitaan atau di depan umum atau dalam kehidupan
menyakiti orang lain, ada perbedaan antara pribadi (Komnas Perempuan, 2004).
agresi sebagai suatu bentuk pikiran maupun
Kekerasan yang terjadi dalam relasi 2011). Kelompok usia dengan risiko
personal perempuan ini biasanya terdiri dari tertinggi adalah 16-19 tahun, disusul dengan
berbagai jenis seperti perilaku agresi dalam kelompok usia 12-15 tahun dan 20-24
bentuk kekerasan terhadap fisik, tahun. Sayangnya, kasus kekerasan dalam
mental/psikis, ekonomi dan seksual. pacaran kerap tersembunyi karena sebagian
Perilaku agresi dalam bentuk kekerasan besar dari mereka tidak berpengalaman
dalam pacaran sering tidak disadari oleh dalam hubungan pacaran, tertekan oleh
korban yang sedang jatuh cinta dan teman-teman untuk berbuat kasar dan juga
menganggap kekerasan yang diterima pandangan romantisnya mengenai cinta.
merupakan bentuk kasih sayang pasangan Sementara itu, pandangan romantis
kepadanya (Setyawati, 2010). mengakibatkan kesalahan mengenali adanya
tanda hubungan yang kasar. Setidaknya,
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara satu dari tiga remaja mengalami kekerasan
dengan mahasiswa yang berinisial S yang dalam pacaran (U.S. Department of Justice,
pernah mengalami perilaku agresi dalam 2008).
bentuk kekerasan dalam pacaran
menyatakan, Sedangkan di Indonesia, dari data Rifka
Annisa (2012) tercatat dari 1994-2011,
“Saya selalu menjadi sasaran amukan Rifka Annisa telah menangani 4952 kasus
pacar saat dia kesal kepada orang lain, kekerasan pada perempuan, posisi pertama
saya juga hanya dijadikan tempat sampah, kasus KDRT sebanyak 3274 kasus, dan
karena selalu mendengar keluhan dia tapi posisi kedua kasus dating violance tercatat
saya tidak diberi kesempatan buat bicara. 836 kasus. (Rifka Annisa, 2012). Sedangkan
Dia ingin menang sendiri, sering marah- data statistik kasus Kekerasan Terhadap
marah dan ngomong kasar atau kotor” Perempuan (KTP) di Rifka Annisa Juli –
September 2012 menunjukkan kekerasan
Sedangkan A menjadi korban perilaku terhadap istri 157 kasus, kekerasan dalam
agresi pacarnya secara psikis dan ekonomi, pacaran 24 kasus, perkosaan 19 kasus,
pelecehan seksual 8 kasus, kekerasan dalam
“Pacar saya mengancam putus kalo ndak keluarga 12 kasus, dan traffiking 0 kasus
mau ML (making love), katanya itu sebagai (Rifka Media, 2013).
bukti cinta, kecuali itu pacar saya kalau
minta pulsa ngga bayar,” Demikian pula dari data Komnas
Perempuan (2011), ada 113.878 kasus
Begitu juga dengan X yang mengaku kekerasan terhadap perempuan.Sekitar
bahwa, 1.405 kasus di antaranya adalah kekerasan
dalam pacaran. LBH APIK Semarang pada
“Saya menjalani hubungan pacaran dengan tahun 2011 mencatat 95 kasus kekerasan
tenang, tetapi satu tahun terakhir perilaku terhadap perempuan. Kekerasan dalam
pacar saya berubah menjadi agresif, sering pacaran merupakan peringkat kedua
marah-marah karena hal sepele, saya tertinggi setelah kasus kekerasan dalam
sering merasa tertekan dalam kondisi ini. rumah tangga (Igy, 2012).
Kecuali itu, dia terlalu membatasi saya
dalam berpakaian, dan pergaulan dengan Berdasarkan data-data yang telah
teman-teman. Saya juga sering menjadi dipaparkan diatas pada bagian sebelumnya,
sasaran amukannya jika melakukan menunjukkan bahwa perilaku agresi dalam
kesalahan ” bentuk tindak kekerasan dalam pacaran
yang terjadi pada perempuan sangat
Selama tahun 2008, dilaporkan terjadi memprihatinkan, yaitu menempati urutan
200.000 kasus kekerasan seksual dan kedua setelah kekerasan terhadap istri atau
pemerkosaan di Amerika Serikat (ACADV, KDRT. Hal tersebut berkaitan dengan
“Saya pacaran sekitar lima kali beberapa dihadapi dalam menjalani hubungan
kemarin ada yang nggak nyaman karena pacaran.
dia lebih memaksa saya untuk
memperhatikan dia dengan cara yang Hasil wawancara menyatakan bahwa
kurang wajar, dia menyuruh meminta informan mengalami kekerasan dalam
perhatian ke saya tetapi saya tidak pernah pacaran dari perilaku maupun sikap dari
diperhatikan”. pasangannya. Dari bentuk-bentuk perilaku
agresi pasangan menunjukkan adanya
Informan juga menerima perilaku agresi penyerangan verbal atau simbolis, dalam
verbal atau simbolis dalam bentuk ancaman, hal ini sikap menuntut. Seperti penuturan
seperti yang diungkapkan informan kepada informan di bawah ini,
penulis sebagai berikut,
“Misalnya nggak boleh gini, nggak boleh
“Kalau dia menginginkan sesuatu tetapi gitu, otomatis lama-kelamaan kan
saya tidak bisa membantunya agak nggak menyebabkan kita sebagai seseorang kan
enak juga, dia bilang gini “aku akan merasa ditekan, kok seperti ini sih,
minum, minuman keras, secara psikologis kesannya kan gerak tubuh kita dibatasi oleh
saya tertekan ”. seseorang, padahal kan kalau cinta
seseorang kan menerima, memahami”
Berdasarkan hasil wawancara, terdapat
perilaku yang diterima oleh informan dalam Hal lain, menunjukkan sikap pasangan yang
hal pelanggaran terhadap hak milik, adapun menuntut, seperti yang diceritakan informan
pernyataan informan sebagai berikut, sebagai berikut,
“Ia, dia sering buka-buka telepon genggam “Dulu waktu kita pergi piknik, dia bilang
saya. Kadang pacar saya suka buka-buka gini; ntar jangan foto sama cowok ya, lha
telepon genggam, buka sms, kadang kalau aku nya ya, namanya juga pacaran ada
dia tahu ada nomor mantan saya, dia komitmen seperti itu, tak iya-in maksud
menghapus nomornya” saya baik…. untuk menjaga perasaannya”
Informan juga menerima perilaku agresi Informan juga menerima perilaku agresi
pelanggaran hak milik, seperti yang dari pasangan dalam bentuk verbal atau
diceritakan informan kepada penulis sebagai simbolis yang menggunakan kata-kata
berikut, kasar, dalam hal ini mengatakan bahwa
korban memiliki keburukan. Seperti berikut
“Saya merasa dimanfaatkan ketika saya ini,
punya barang, laptop, motor, kadang dia
yang pakai, nggak ijin, sebenarnya saya “Wong wedhok kok gini-gini, maksudnya
kurang senang” nggak punya sopan, nggak enak lah
kedengarannya”
Perilaku Agresi yang Dialami Y
Informan pacaran dengan teman satu SMA “Koyo cah wedhok dalan, koyo lonte.kaya
dan berlanjut sampai sekarang. Awalnya PSK-PSK gitu lho….. nggak tahu diri”
informan dengan pasangan sudah saling
kenal, namun saat itu belum berpikiran “Saya dikata-katain kayak gini, dasar
untuk menjalin hubungan pacaran. Adanya cewek nggak bener kayak geleman,
perhatian yang diberikan, akhirnya informan murahan, padahal itu kan sebatas temen
memutuskan untuk pacaran. Hubungan cuma sms, toh saya ngga pergi sama cowok
pacaran informan sudah berjalan selama lain, dikatain seperti itu kadang ya bilang
empat tahun, tentunya dalam setiap sekebun binantang, marah-marah”.
hubungan terdapat berbagai masalah yang
Pacaran
Perilaku Agresi
Gambar 1.
Bentuk-bentuk perilaku agresi terhadap informan X
Pacaran
Perilaku Agresi
Gambar 2.
Bentuk-bentuk perilaku agresi terhadap informan Y
Pacaran
Perilaku Agresi
Gambar 3.
Bentuk-bentuk perilaku agresi terhadap informan Z
Tabel 1.
Alasan Informan Bertahan dalam Pacaran
Adi, (2009). Bunuh diri contoh sikap Rifka Media. (2013). Perempuan mencari
agresif. Semarang : Psikologi Plus. keadilan. No. 51 November 2012-
P.T Nico Sakti. Vol IV. Januari 2013
Coleman, G., Strimel, L., & Chapin, J. Sagala, (2008). Kekerasan dalam pacaran
(2014). It won’t happen to me: pada mahasiswa ditinjau dari pola
Addressing adolescents’ risk asuh otoriter orang tua. Skripsi.
perception of dating violence. Semarang : Universitas Katolik
International Journal of Violence and Soegijapranata.
Schools, 14, June 2014, 44-54
SeBAYA. (2010). Hasil survei kesehatan
Igy .(2012). Kekerasan pada masa pacaran reproduksi remaja dan seksualitas
kian meningkat. Tribunjogja.com, sebaya-pkbi daerah Jawa Timur.
Jumat 23 November (Tidak diterbitkan).